Melihat dirinya hampir dikepung serigala liar, murid itu menunjukkan ketegaran di wajahnya.
Tiba-tiba, tangan kanannya mendorong ke belakang dengan kuat.
Krak! Telapak tangan kanannya langsung pecah, memperlihatkan gigi putih mengerip seperti mulut tambahan.
Byur! Byur! Byur!
Dari "mulut" di tangan kanannya itu, langsung menyembur beberapa gumpalan cairan hijau berbau busuk.
“Auu...”
Bola cairan itu mengenai tubuh serigala liar, langsung mengeluarkan asap putih tebal dan dengan cepat menimbulkan efek korosif, memperlihatkan otot merah segar dan tulang pucat serigala.
Serangan kawanan serigala terhenti sejenak. Menggunakan kesempatan ini, murid itu cepat-cepat melafalkan beberapa suku kata, memberikan dirinya mantra percepatan.
Akhirnya, sebelum dikeroyok kawanan serigala, murid ini langsung menerobos masuk ke dalam lapisan kabut putih.
Setelah memasuki kabut, murid ini menghela napas lega.
Dia melirik sekeliling.
Di sini, anehnya muncul banyak bangunan manusia berbahan kayu yang terlihat seperti area permukiman sementara.
Di sekitarnya, banyak Penyihir Resmi dan murid yang mengenakan seragam Blackbone Forest Academy lalu lalang.
"Berhenti! Murid! Password! Dan bukti identitas!"
Ratusan burung hantu hitam mengelilingi murid ini, membentuk sosok humanoid raksasa yang bersuara dari mulutnya.
"Blackbone Supreme!" bisik murid itu sambil mengeluarkan lencana hitam yang ditempelkan di depan raksasa.
"Benar!" kata raksasa itu sebelum tubuhnya terurai kembali menjadi kawanan burung hantu yang beterbangan. Murid itu lalu mengeluarkan peta dan mencocokkannya.
"Tak disangka sudah masuk sejauh ini. Area bertanda tiga tulang putih ini termasuk zona berbahaya. Lebih baik segera pergi kalau belum setara Penyihir Resmi..."
"Wah! Bau busuk apa ini! Coba tebak siapa yang datang!"
Tiba-tiba beberapa murid yang sedang keluar mengepung murid tersebut.
Pemimpin kelompok meski berpakaian murid, bahan bajunya sangat mewah. Lehernya menghiasi kalung perak tipis yang memancarkan fluktuasi energi besar - jelas sebuah objek termutasi.
"Perlu ditebak? Bau busuk khas selokan seperti ini, siapa lagi kalau bukan babi bernama Nis kita?"
Murid-murid lain segera tertawa terbahak-bahak.
"Murid yang berbicara tadi malah maju ke depan dan membuka jubah murid ini."
Di bawah jubah, terlihat wajah yang sangat buruk rupa.
Kepala botak, gigi renggang, hidung babi, dan tubuhnya mengeluarkan bau busuk.
Murid yang masuk ke markas ini ternyata Nis, teman sekampung dan mantan teman sekelas Reilin.
"Tuan Lilitel!" Nis membungkuk hormat, ekspresi wajahnya kaku.
Karena penampilannya, ia sering mendapat diskriminasi dan kesulitan di Blackbone Forest Academy, tapi jarang murid yang sekejam ini.
Murid yang menghalanginya berasal dari darah leluhur Keluarga Lilitel, dikelilingi pengikut, sering mengejek penampilannya di akademi.
"Hmm!" Murid pemimpin itu mengangguk dingin, wajah penuh kesombongan.
"Nis Manusia Babi! Ini bukan tempat untukmu. Jauhkan bau busukmu dari para Penyihir! Mereka adalah leluhur kami!"
Murid Lilitel ini menutup hidung, wajah penuh jijik.
"Aku...aku segera pergi..." Nis mundur tergesa.
Saat pergi, kakinya tersandung, tanpa sengaja memperlihatkan batu merah di tangannya.
"Hei! Tunggu!" Murid itu segera memanggilnya. "Apa yang ada di tanganmu? Keluarkan!"
“Tidak! Tidak! Bukan apa-apa!” Nis terus mundur ke belakang, meskipun berusaha menyembunyikannya, kepanikan di matanya sama sekali tak bisa ditutupi.
“Bajingan!”
Murid ini mengumpat, tiba-tiba menggerakkan tangan, seluruh lengan kanannya membesar secara tiba-tiba, otot-otot menonjol berkelompok, memperlihatkan urat-urat hijau yang terlihat jelas.
Byur! Tinjunya menghantam wajah Nis, seluruh tubuh Nis terlempar seperti bola yang ditendang.
Di udara, sebongkah batu berwarna merah jatuh ke tanah, berputar-putar seperti gasing.
"Batu Markov? Masih berkualitas merah?" Murid dari Keluarga Lilitel menatap batu merah di tanah, kegembiraan dan keserakahan berkedip di matanya.
"Itu milikku... milikku..." Melihat ekspresi serakah pada wajah murid Keluarga Lilitel itu, hati Nis langsung tenggelam. Tapi batu ini sangat penting baginya, modal untuk promosinya. Karena itu, Nis masih mengumpulkan keberanian dan berbicara pelan.
"Bajingan sialan! Bahkan kulit wajahnya setebal ini!"
Murid Keluarga Lilitel yang sebelumnya memukul mengibaskan lengannya, "Batu ini jelas hasil buruanku kemarin! Pencuri licik sialan ini, tidak hanya berani mencurinya, tapi juga berani mengklaim ini milikmu!"
Murid itu melambaikan tangan: "Serbu! Tangkap dia, serahkan ke tim penegak hukum akademi!"
“Beberapa murid di belakangnya segera mengepung dengan niat jahat.”
“Nis mundur terus, mata mengeluarkan cairan nanah berwarna kuning.”
“Murid-murid di sekitarnya menyaksikan adegan ini dengan tenang yang mengherankan, bahkan para penyihir tamu pun bersikap sama.”
“Murid itu adalah anggota Keluarga Lilitel!!! Keluarga Lilitel termasuk tiga keluarga besar di Blackbone Forest Academy! Banyak anggota keluarga memegang posisi penting di akademi!”
“Kalau membuat mereka marah, jangan harap bisa bertahan di akademi!”
“Selain itu, penyihir penjaga pos ini semuanya dari Keluarga Lilitel. Sekalipun yang lain ingin membantu, tidak akan bisa berbuat apa-apa.”
“Apalagi, para penyihir adalah makhluk yang realistis, terutama penyihir hitam.”
“Mengapa mereka harus menentang Keluarga Lilitel hanya demi murid monster jelek seperti Nis?”
“Jadi mereka paling hanya menghela napas diam-diam, lalu melanjutkan pekerjaan masing-masing, berpura-pura tidak melihat kejadian di sini.”
“Hehe! Aku sudah jengah melihatmu. Melihat punggungmu saja sudah bikin mual!”
“Seorang murid yang mengepung menyeringai, tangan kanannya mencakar! Bayangan cakar hitam tiba-tiba muncul dan menghantam wajah Nis.”
“Akan kuhancurkan wajah menjijikkanmu ini!”
“Murid itu berteriak, seolah ada sesuatu bernama keadilan yang merasuki dirinya di detik ini.”
“Jangan!” Nis menangkis dengan kedua tangan di depan wajah.”
“Puk!” Cakar hitam mencengkeram tangannya, namun terpental oleh lapisan kulit, hanya sedikit terluka.
Sebagai produk gagal eksperimen mutasi Penyihir Resmi, meski penampilan Nis berubah seperti ini, dia memiliki sedikit resistensi terhadap mantra level murid biasa dan kekuatannya meningkat cukup banyak. Entah ini keberuntungan atau malapetaka.
“Sialan!”
Para murid yang mengepung memerah muka seolah terhina. Mereka saling pandang lalu serentak menyerang.
Bola api! Kerucut es! Angin topan! Semua menghujam ke kepala Nis.
“Jangan... jangan paksa aku!” Nis menjerit sambil memeluk kepala, menerobos dari serangan mantra.
“Pfft!” Tiba-tiba dia menyemburkan gumpalan nanah hijau dari mulutnya, tepat mengenai wajah seorang murid di depannya.
“Aaaaah!” Otot-otot wajah murid itu segera rontok berbulir. Dia memegangi wajahnya sambil berguling-guling di tanah.
Saat itu, dari tubuh Nis tiba-tiba memancar fluktuasi mental calon magang tingkat tiga.
“Cukup mahir menyembunyikan diri ya?” Melihat anak buahnya seperti ini, murid dari Keluarga Lilitel akhirnya tak bisa diam lagi.
Dia melangkah maju beberapa langkah dengan senyum mengejek: “Coba lagi! Serang sini!”
Dengan arogan, dia menunjuk pipinya sendiri.
Menghadapi tekanan ini, Nis mundur selangkah demi selangkah. Dia masih waras - jika berani menyerang anggota Keluarga Lilitel di sini, pasti Penyihir penjaga akan mencabiknya berkeping-keping.
“Ha... Tak berani? Kalau begitu aku yang akan bertindak!” Murid Keluarga Lilitel tertawa terkekeh, jarinya menunjuk Nis.
“Ikatan!”
Dari kalung perak di lehernya, tiba-tiba muncul ribuan benang perak halus yang merambat berlapis-lapis seperti jaring laba-laba, mengurung Nis.
Sruuut! Sruuut!
Benang perak menyatu ke dalam, langsung mengikat Nis di dalamnya.
Czzzt! Meski kulit Nis telah dimodifikasi, bekas ikatan benang perak tetap muncul sambil mengeluarkan nanah kuning. Ekspresi kesakitan terpancar di wajahnya.
"Serbu bersama! Bunuh sundal ini!"
Diliputi amarah karena merasa harga dirinya ternodai, murid Keluarga Lilitel ini mulai mengabaikan peraturan akademi dengan nekat hendak membunuh sesama murid di tempat!
Lagipula dia anggota Keluarga Lilitel. Kesalahan apapun pasti hanya berujung hukuman kurungan. Keluarganya pasti akan menyelamatkannya. Untuk apa takut?
Nis menundukkan kepala muram melihat para murid yang kembali mengepungnya dengan pancaran mantra di tangan mereka.
"Apakah hari ini aku akan mati di sini? Meski ini semacam pembebasan, tapi mati dalam bentuk seperti ini... sungguh membuatku tidak rela..." Pikir Nis dalam hati.
Braak!!!!
Fluktuasi energi mantra dahsyat mengguncang area.
Nis memejamkan mata, tapi tak merasakan sakit apapun. Ia mengangkat kepala dengan heran.
Seketika itu juga, wajahnya berubah penuh keheranan dengan mulut menganga.
Dalam pandangannya, seekor Naga Terbang Beracun raksasa berputar-putar di atas lapisan perisai markas.
Sementara itu, tangan api hitam raksasa menyambar ke bawah, membuka lubang hitam besar di atas perisai dengan nyala hitam yang menyala-nyala.
"Serangan musuh!"
Burung hantu yang muncul sebelumnya mulai berkumpul kembali, berubah menjadi sosok raksasa.
"Pergi!"
Seorang pemuda berbaju jubah hitam mengibaskan tangannya dengan ekspresi meremehkan.
Bola api hitam raksasa bagai meteor tiba-tiba jatuh dari langit!
Bzzz!!!
Ribuan bulu beterbangan. Raksasa yang terbentuk dari kumpulan burung hantu itu langsung tercerai-berai saat bersentuhan dengan api. Burung-burung hantu yang terbakar menjadi arang jatuh dari udara.
