"Hujan Api!"
Dari punggung Naga Terbang Beracun, suara Reilin terdengar tenang.
Seketika, bola api hitam raksasa lain terbentuk di atas markas. Puff! Bola api meledak menjadi titik-titik api hitam yang menyebar seperti hujan.
Ssst!
Seorang murid yang mengepung Nis tersentuh titik api di bahunya. Seketika, tubuhnya berubah menjadi abu putih dalam kobaran api tanpa sempat berteriak.
"Lari... cepat lari!" Teriak murid dari Keluarga Lilitel itu dengan suara terdistorsi ketakutan.
Swisss! Para murid yang sebelumnya mengepung Nis kini berlarian menghindari titik-titik api bagai melihat hantu.
“Czyt! Czyt!” Sebuah titik api hitam jatuh pada benang perak yang sebelumnya mengikat Nis.
Seketika, objek termutasi itu mulai berubah bentuk dan terdistorsi dalam api hitam, akhirnya meleleh menjadi tetesan cairan keperakan yang jatuh ke tanah.
Di bawah hujan titik-titik api hitam di langit, banyak murid langsung berubah menjadi abu tanpa bisa melawan.
Bangunan di sekitarnya juga mulai terbakar hebat, berubah menjadi lautan api dalam sekejap di bawah serangan hujan api.
“Itu... Reilin!”
Nis berbisik pelan, kemudian melihat sebuah titik api hitam terbang ke arahnya.
“Hmm?” Reilin yang berada di langit melirik sekilas dan melihat siluet yang terasa familiar.
“Nis!” Reilin berkata dalam hati. Di bawah kendalinya, titik api hitam itu sedikit mengubah arah, menyambar rambut Nis dan melesat.
“Siapa yang berani menyerang markas Black Bone Forest?!”
Beberapa siluet hitam muncul. Salah satunya dengan cepat melantunkan mantra, memunculkan tirai cahaya hijau berbentuk mangkuk terbalik di udara yang menghalangi hujan api hitam.
Drip! Drip! Drip!
Ribuan titik api hitam memercik di kubah pelindung, mulai membara perlahan.
Penyihir yang memunculkan perisai itu langsung berteriak panik: “Api hitam ini terlalu kuat! Kekuatan spiritualku terkuras cepat, tolong aku!”
"Aku yang urus!" Seorang penyihir di sampingnya segera melantunkan beberapa mantra, lapisan es biru langsung menyebar di permukaan perisai.
Cahaya hijau, biru, dan hitam saling bertautan. Nyala api menyembur ke langit lalu turun dengan cepat, memicu pusaran angin raksasa di permukaan tanah.
Setelah pusaran angin mereda, wajah kedua penyihir tadi terlihat pucat, tampaknya mereka mengalami kerugian cukup besar dalam persaingan sebelumnya.
Tapi saat ini, sudah tak ada yang peduli pada mereka.
"Api hitam yang luar biasa dahsyat! Ditambah Naga Terbang Beracun ini! Kau adalah 'Si Api Hitam' Reilin!"
Seorang penyihir yang tampak sebagai pemimpin mengenali identitas Reilin.
"Apa? Dia?!" "Reilin!" "Jenius pembelot itu?!"
Seketika, riuh rendah kegaduhan menyelimuti para penyintas yang hadir.
"Kalian... semua penyihir Keluarga Lilitel, bukan?" Reilin menyatukan tangan di belakang punggung: "Jangan menyangkal! Dari sejauh ini, aku masih bisa mencium bau busuk darah leluhur kalian yang menjijikkan!"
"Memangnya kenapa?" Seorang penyihir berambut perak maju: "Kau berani membunuh cucu tunggal Tetua Besar kami! Aku sudah mengirim sinyal padanya. Tunggulah hukumanmu!"
"Sudah memberitahunya? Bagus! Sangat bagus!"
Reaksi Reilin ini jelas membuat penyihir berambut perak itu terkejut.
Kemudian Reilin melanjutkan: "Kalau sinyal sudah terkirim, berarti para penyihir seperti kalian ini sudah tidak ada gunanya lagi!"
Mendengar ucapan Reilin, para penyihir yang hadir tiba-tiba merasakan kedinginan di hati mereka, seolah bencana besar akan datang.
"Domain Bayangan!" Tak terhitung tentakel bayangan merambat dari bayangan kaki Reilin, menjalar hingga ke langit, sepenuhnya menghalangi sinar matahari di area tersebut.
"Awas!" Teriakan pemimpin pasukan penyihir di seberang baru saja keluar, ketika kilatan hitam muncul. Telapak tangan merah darah langsung menembus dadanya, mencabut jantung merah segar yang masih berdenyut.
Di bawah serangan Tangan Merah Darah, mantra pertahanan bawaan para penyihir ini rapuh bagaikan kertas.
"Dia... Dia membunuh pemimpin!"
Seorang penyihir yang hadir melihat siluet Reilin yang mirip iblis, langsung menjerit histeris dan kabur tanpa menengok.
"Rum, kembali!" Para penyihir di sekitarnya berteriak, namun sudah terlambat.
Dalam bayangan, Reilin bagai berubah menjadi partikel debu yang menyatu dengan angin sepoi-sepoi, dalam sekejap sudah melayang di belakang Rum. Telapak tangan merah darah langsung menutupi kepalanya.
Braak!
Lapisan api berwarna darah segera menyala-nyala di tubuh Rum, dalam sekejap membakar seorang penyihir resmi menjadi abu.
Penyihir level 1 biasa sekarang ini di hadapan Reilin, lemah bagaikan anak kecil, hanya butuh beberapa gerakan saja.
Xiu xiu!
Tiba-tiba Reilin mengangkat kepala dan memandang jauh ke depan dengan firasat aneh.
Dari cakrawala yang jauh, seberkas cahaya keperakan, seperti pedang tajam, melesat lurus ke arah sini.
"Yang ditunggu datang!" Reilin tersenyum tipis, kedua tangannya menopang ke langit!
Bayangan hitam yang sebelumnya menyebar di seluruh area langsung ditarik kembali ke tangan Reilin, berubah menjadi bola cahaya hitam pekat yang melayang. Gelombang energi dahsyat langsung menyapu seluruh area, badai mengamuk yang bahkan mengelupas lapisan permukaan tanah.
"Hentikan!!!" Suara gemas terdengar dari cahaya keperakan di kejauhan.
Sayangnya, Reilin sama sekali tidak bergeming. Bola cahaya itu langsung dilemparkannya.
Bola energi penghancur itu meluncur sunyi menuju sisa-sisa penyihir yang masih bertahan.
Di bawah tatapan panik dan ngeri mereka, bola hitam itu bergerak perlahan namun tak terbendung. Baik mantra yang mereka lepaskan maupun pertahanan magis alami tubuh, semuanya dilahap bola itu.
Akhirnya, para penyihir resmi pun tergilas bola itu, menyisakan bekas jalur ledakan raksasa di tempat mereka berdiri.
"Aku akan membunuhmu!"
Bersamaan dengan teriakan itu, kecepatan cahaya perak tiba-tiba berlipat ganda. Reilin bahkan bisa melihat sosok pria tua dengan hiasan perak di wajah di dalamnya.
"Saatnya pindah lokasi!" Reilin terkekeh ringan, lalu naik ke punggung Naga Terbang Beracun sambil menepuk kepala Hulk.
"Auuugh!"
Hulk mengaum seperti menunjukkan kekuatan, lalu mengepakkan sayapnya dan segera meninggalkan lokasi.
Sreeett!
"Cahaya perak di kejauhan tiba di sini dalam hitungan detik, menampakkan sosok pria tua berpakaian gaun perak-putih."
Orang tua itu memandang tanpa ekspresi ke arah markas yang telah menjadi reruntuhan. Pakaiannya berkibar tanpa angin, lingkaran partikel logam ganas bergelombang di belakangnya.
"Kau tidak bisa kabur! Kali ini, bahkan harus mengejar ke ujung dunia, aku akan membunuhmu!"
Kilau logam perak-putih berkedip, sosok orang tua itu telah menghilang, hanya suaranya yang masih bergema di udara.
……
Waktu berlalu lagi lebih dari sepuluh menit.
Gemericik! Di antara reruntuhan, sebuah gundukan tanah mencuat, kemudian muncul makhlum jahitan seperti monster tempelan.
"Yang tadi... Itukah Reilin? Tak kusangka... Dia sekarang telah menjadi Penyihir Resmi sekuat itu..."
Nis memandang ke arah kepergian Reilin sambil bergumam pelan.
Karena Reilin sengaja menghindarkan serangannya, ditambah resistansi sihirnya yang baik, dalam serangan mengerikan ini dia hanya mengalami sobekan di beberapa bagian pakaian tanpa luka serius.
"Penyihir Resmi..." Mata Nis memancarkan kilau kerinduan yang jelas.
Untuk menghilangkan cacat di tubuhnya, dia harus mencapai level Penyihir Resmi terlebih dahulu, baru bisa melakukan penyesuaian mikro pada tubuhnya dan mengembalikan penampilan normal.
"Suatu hari nanti! Aku juga akan mencapainya!" Nis mengepal tinju, matanya berbinar dengan tekad baja.
Gemericik!
"Brak!" Sebuah bangunan kayu di samping roboh dengan suara keras, dan di bawah reruntuhan terlihat sosok seorang murid.
Penasaran, Nis mendekat dan melihat wajah murid dari Keluarga Lilitel itu.
Namun dibandingkan Nis, murid ini sangat sial: tidak hanya tangan dan kakinya patah, perutnya juga robek besar hingga ususnya bahkan sudah keluar, sambil terus merintih kesakitan.
"Kau! Kemarilah!" Begitu melihat Nis, mata murid itu berbinar.
"Ada perlu apa?" Nis menghampirinya dengan wajah datar.
"Dasar murid kotor dan hina... kau... kau masih bisa berguna! Cepat... antarkan aku ke keluarga! Aku akan memberimu imbalan yang layak..."
Dengan suara terputus-putus, murid itu berbicara sambil menunjukkan ekspresi merendahkan, seolah memberi kesempatan pada Nis adalah kehormatan besar.
Tapi Nis hanya diam membatu seperti patung kayu.
"Kau..." Wajah murid itu memerah, jarinya menuding Nis hendak mengumpat.
Plak!
Sebuah batu merah terjatuh dari saku jubahnya, berputar-putar di tanah.
Melihat batu itu, sorot mata Nis tiba-tiba menjadi lebih berbahaya.
"Kau! Kau mau apa?!"
Murid yang sebelumnya sangat sombong baru merasakan bahaya sekarang. Ekspresi panik sekilas terlihat di wajahnya sebelum dia kembali membusungkan dada, "Apakah kau berani menyakitiku? Pikir baik-baik, aku adalah anggota Keluarga Lilit..."
Bum!
Sebelum murid itu menyelesaikan kalimatnya, bola korosif hijau menghantam kepalanya dan menggerogoti sebagian besar tengkoraknya.
Memandangi mayat yang tergeletak, Nis maju dan mengambil batu merah itu.
"Aku hanya menjalankan perintahmu sebelumnya, menyerang wajahmu! Tuan Muda Keluarga Lilitel..."
Ekspresi Nis terlihat sangat aneh, seperti ketakutan sekaligus lega...
……
Di hamparan tanah berbatu yang luas, Reilin berdiri tenang di tengah, seolah menunggu seseorang.
Naga Terbang Beracun Hulk sama sekali tidak berguna dalam pertempuran level ini, sehingga Reilin langsung memerintahkannya kembali.
Tiba-tiba, Reilin mengangkat kepala seperti merasakan sesuatu.
