“Tepat saat kepala bocah kecil itu meledak seperti semangka, kabut hijau tiba-tiba berfluktuasi energi magis, menipis drastis dan memperlihatkan sosok pria berotot setinggi lebih dari dua meter. Wajah pria itu membeku sesaat sebelum tangannya menahan kepala, matanya mulai memerah dengan garis-garis darah muncul.”
“Kau berani... Kau berani membunuhnya...”
“Raksasa itu mengaum, seolah bocah kecil sebelumnya sangat berarti baginya. Melihat Reilin tanpa ampun menggunakan trik cadangan untuk membunuhnya, raksasa itu langsung berada di ambang amuk.”
“Untaian kabut hijau berubah menjadi bentuk ngengat dan lebah, bergerak seperti awan besar menyerbu Reilin.”
“Desis! Urat-urat hijau seperti ular kecil merayapi otot raksasa, tubuhnya membengkak lagi dan seketika melebihi tiga meter, rambutnya tegak lurus seperti duri menghadap langit.”
“Sudah gelisah? Takut?”
Reilin menyeringai dingin. Asap hitam pekat tiba-tiba menyembur dari tubuhnya, membubung tinggi dan menyebar di udara.
Helai-helai gas hitam saling menjalin, membentuk bayang-bayang ular hitam kecil tak terhitung.
Ular-ular ini bersisik hitam rapat, mata sebesar kacang hijau memancarkan sinar merah jahat, desisan ganas terus-menerus menyambut kawanan lebah hijau dan gerombolan ngengat.
Byur!
Seketika, dua hamparan kabut hijau dan gerombolan ular hitam bertautan. Suara gigitan dan raungan terus bergema dari dalam kabut.
“Aaaa!!! Akan kubunuh kau! Aku bersumpah! Tulang-tulangmu akan kuhancurkan satu per satu, membuatmu menyesal lahir ke dunia ini!!!”
Raksasa itu meraung, kaki mendarat keras!
Bum! Lubang dalam langsung menganga di tanah, kerikil beterbangan seperti peluru menciptakan percikan api di udara.
Dengan tenaga pendorong itu, tubuh raksasa melesat seperti roket menuju Reilin!
“Parsial Ularisasi！” Tangan Reilin seketika diselimuti lapisan sisik hitam halus. Lingkaran cahaya hitam terus menyebar di permukaan sisik, sementara warna hitam pekat terus meresap membentuk ornamen mirip Rune!
Kemudian, otot tangan Reilin mengencang. Kekuatan 20.1 derajat meledak secara instan!
Byur!
Siluet hijau dan hitam bertabrakan keras. Dentuman gelombang udara terus menggema.
Dua siluet bergerak cepat saling terkunci. Benda apa pun yang tersentuh riak pertempuran mereka - baik batu maupun pohon - langsung meledak menjadi serpihan.
Boom! Tangan kiri Reilin menahan pukulan Raksasa sementara tangan kanannya membentuk cakar menyala api merah darah, menyambar ke area jantung di dada Raksasa dengan kecepatan kilat!
Dalam posisi ini, kedua tangan Raksasa terkunci oleh Reilin. Serangan jarak dekat ini mustahil dihindari.
Raksasa mengeratkan gigi, menyesuaikan postur untuk menghindari cakar mematikan ke jantung. Namun tangan kanan Reilin (Tangan Merah Darah) mendarat di dada kanannya, menyemburkan sepotong besar daging terbang keluar.
“Mantra Tulang Runcing!!!” Raksasa mengaum keras sambil membentangkan kedua lengan, menerjang Reilin tanpa menghindar.
Sreeet! Sreeet! Sreeet! Sreeet!
“Sejumlah besar duri tulang putih yang mengerikan, seperti bambu setelah hujan, menembus otot Raksasa dan tumbuh dari seluruh tubuhnya.”
“Krak! Tangan kanan Reilin pertama kali tertabrak oleh duri tulang.”
“Permukaan duri tulang yang mengerikan memiliki ornamen spiral, membawa gaya pengeboran saat menyerang.”
“Duri tulang yang berputar pertama kali menembus api darah, lalu bertabrakan dengan sisik Kemorin di permukaan tangan kanan Reilin.”
“Suara gesekan logam yang sangat menusuk terdengar, seperti jeritan wanita. Reilin mengerutkan alis dan mundur cepat.”
“Hahaha! Baru sekarang mau kabur? Sudah terlambat!”
“Raksasa itu tertawa terbahak-bahak, mengabaikan darah yang mengucur deras dari tubuhnya. Membuka kedua lengan dalam pose pelukan beruang, seolah ingin mengubah Reilin menjadi landak!”
“Jarak ini... BERSEMBUNYI DALAM BAYANGAN!!!”
“Sisik hitam di tubuh Reilin memancarkan aura cahaya, lalu seluruh tubuhnya menghilang dari udara.”
“Kau kira aku tidak mengantisipasi ini???”
“Kehilangan jejak Reilin, Raksasa itu melirik sekeliling lalu meraung keras. Dia menarik napas dalam-dalam.”
“Dua aliran udara putih terlihat jelas masuk ke hidungnya seperti naga. Dada Raksasa itu cekung secara visual.”
“Kemudian Raksasa itu mengaum panjang: ‘Auuuuuu!!!!’”
"Suara melengking terus menyebar ke segala arah. Di udara bahkan terlihat gelombang suara yang termanifestasi secara fisik, seperti riak air yang menyebar dari pusat sang Raksasa."
"Tanah terus terkikis lapis demi lapis oleh gelombang suara. Kabut hijau berwujud ngengat dan lebah yang sebelumnya berkelibat di udara, serta ular kecil hitam milik Reilin, semuanya meledak dalam gelombang suara dan berubah menjadi kabut murni."
"Kabut itu terus didorong oleh gelombang suara hingga bergetar menjauh, akhirnya menghilang sama sekali."
"Seiring nada suara Raksasa yang semakin tinggi, beberapa serangga dan tikus tanah di sekitarnya bahkan meledak di udara, berubah menjadi kabut darah halus yang berlapis-lapis."
"Bzzz!"
"Fluktuasi energi muncul di kosong. Kilatan cahaya hitam menyambar, dan siluet Reilin tiba-tiba materialisasi di tempat."
"Kutemukan kau! Serangga terkutuk!" raung Raksasa. Duri tulang di tubuhnya semakin rapat, berputar tak henti seperti mesin pembunuh humanoid yang menerjang segala penghalang hingga pepohonan dan batu-batuan hancur lebur."
"Fireball Shadow!" Reilin menggerakkan kedua tangannya. Bola api hitam tak terhitung jumlahnya berkumpul membentuk bola api raksasa berwarna jelaga."
"Fireball Shadow yang kini telah diperkuat oleh elementalisasi mental Reilin, memiliki kekuatan 57 derajat! Sebuah nilai batas tertinggi untuk Penyihir Level 1!"
"Kemunculan bola api hitam itu langsung meningkatkan suhu udara sekitar. Tanah di sekitarnya meleleh bertahap, sebagian bahkan menguap langsung menjadi asap hitam."
"Pergilah!"
“Reilin mengarahkan jarinya ke arah raksasa, bola api hitam terus meregang dan berubah menjadi ular api hitam raksasa yang menyala-nyala.”
“Mata ular itu memancarkan kilauan kecerdasan, bergerak lincah sambil sesekali menjulurkan lidah bercabang seperti nyala api, menghalangi jalan raksasa.”
“Raksasa menatap ular api yang seolah hidup ini dengan tatapan penuh kewaspadaan. Kemampuan mengendalikan sihir sekuat ini dengan presisi menunjukkan bakat luar biasa Reilin dalam manipulasi energi, perkembangan yang jauh melampaui perkiraannya.”
“Sssss!”
“Ular api hitam itu mendesis dan melilit tubuh raksasa.”
“Krak! Api hitam yang membara bertubrukan dengan zirah duri tulang putih!”
“Braak! Nyala api membubung tinggi dan berubah menjadi obor hitam raksasa.”
“Di pusat kobaran api, siluet raksasa bertubuh duri tulang berdiri tegak, menyembulkan warna putih di tengah lautan hitam.”
“Udara bergetar dan menyusut ke dalam, membentuk semacam lubang hitam yang terus menelan segala materi di sekitarnya sambil mengecil.”
“Braaaaaak!!!”
“Sebentuk jamur hitam raksasa membumbung di atas tanah lapang.”
“Gelombang kejut energi dahsyat menyebar ke segala penjuru, bahkan para penyihir yang sedang bertempur di Markas Besar Taman Empat Musim yang jauh pun merasakan kekuatan penghancur semesta ini!”
“Dua Tuan Penyihir Tingkat Dua! Sudah sampai di sini?!”
Seorang penyihir putih muda menghentikan gerakannya, "Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita mendekat untuk melihat! Itu kan penyihir tingkat dua! Aku belum pernah melihat mereka bertarung!"
Plek!
Seketika, belakang kepalanya ditampar keras. Penyihir putih muda itu menoleh dengan tatapan sangat polos ke arah penyihir berjanggut putih di sebelahnya: "Guru! Apa aku salah bicara?"
Wajah penyihir putih itu penuh keriput, namun matanya memancarkan kilatan kecerdasan. Kali ini tanpa ragu ia kembali menampar kepala murid mudanya.
"Masih bengong apa?! Cepat pergi dari sini!!! Gelombang sisa pertarungan penyihir tingkat dua saja bisa membuatmu mati tanpa menyisakan debu!"
Penyihir tua itu jelas memiliki kecerdasan mendalam dan pengalaman hidup kaya. Dia tahu pertempuran penyihir tingkat tinggi seperti ini bagi orang biasa bahkan penyihir rendah seperti mereka adalah bencana setara malapetaka alam!!!
"Hah? Apa?"
Penyihir putih muda itu masih belum sepenuhnya menyadari situasi.
"Lihat!" Penyihir tua itu menarik kepalanya menghadap ke arah medan perang.
Saat itulah si penyihir muda terkejut menemukan bahwa para penyihir hitam dan putih yang sebelumnya bertempur, kini dengan kompak menghentikan serangan dan bergerak menjauh ke arah berlawanan dari awan jamur sebelumnya.
“Lihat kan？Hanya newbie sepertimu yang mau menyaksikan pertarungan Penyihir Tingkat Dua……”
Penyihir Tua itu sambil menasihati penyihir muda, angin puyuh kehijauan berkedip di kakinya. Gaya angin tak kasat mata bekerja pada dirinya dan muridnya, seketika menghempaskan mereka jauh ke belakang.
……
Di pusat awan jamur hitam.
Ledakan sebelumnya telah menciptakan cekungan raksasa sedalam lebih dari sepuluh meter di permukaan tanah. Di pusat cekungan, terdapat lubang hitam pekat yang memancarkan kilau gelap, seolah langsung terhubung ke inti bumi.
Bum!
Siluet putih yang diselubungi kabut hijau terus terlempar mundur, sementara serpihan duri tulang berhamburan di udara dan jatuh ke tanah.
Brak! Raksasa itu menabrak tanah, meninggalkan jejak ballistik panjang.
Kondisinya tampak mengenaskan. Sebagian besar duri tulang di tubuhnya patah, lengan kanannya hilang, dengan luka bakar parah di berbagai bagian tubuh.
Swoosh!
Siluet hitam tiba-tiba muncul di depannya, diikuti bayangan cakar raksasa berapi merah darah yang menyala-nyala!
“Tangan Merah Darah!” Reilin tetap dalam kondisi prima. Dia sangat puas dengan kekuatan Fireball Shadow yang baru saja dilepaskannya.
Dengan wajah datar tanpa ekspresi, dia melancarkan serangan mematikan ke arah Raksasa!
Raksasa itu merangkak menjauh beberapa langkah, tapi bayangan cakar darah menghujam keras ke kedua pahanya.
Krak!
Kaki Raksasa itu patah seluruhnya, di bagian yang patah masih terus menyala api merah darah.
