"Wahai Raksasa, saat kau memanfaatkanku untuk meledakkan segel dulu, pernahkah terbayang hal akan berujung seperti ini?"
Reilin perlahan melangkah maju, di matanya sepertinya ada lingkaran cahaya aneh.
Dengan tenang ia mengangkat tangan kanan merah darahnya, bersiap melancarkan serangan sihir lagi!
Sruu! Tepat di detik itu! Sebuah siluet manusia terpisah dari tubuh Raksasa, fluktuasi energinya jelas mencapai puncak tingkat satu!!! Dengan kecepatan luar biasa menyergap Reilin.
"Mata Ilusi!" Terdengar teriakan dingin saat bayangan mata vertikal muncul di belakang siluet itu.
Bayangan mata vertikal memancarkan cahaya kelabu, diselingi kilasan warna-warna yang membuat siapapun yang melihatnya langsung merasa pusing dan penglihatan berkunang-kunang.
Bersamaan dengan itu, di tangannya muncul dua belati hitam objek termutasi yang menyergap titik vital Reilin seperti ular berbisa!
Serangan tiba-tiba dari seorang penyihir puncak tingkat satu yang ahli penyergapan seperti ini, bahkan penyihir sekelas Marbul pun pasti akan terpukul berat!
Tapi anehnya, wajah Reilin sama sekali tidak menunjukkan kepanikan, malah tersungging senyum kemenangan.
"Akhirnya muncul juga?"
Seketika, kalung salib merah tua di lehernya memancarkan cahaya merah tua pekat, sementara sisik-sisik halus seketika menutupi seluruh tubuhnya.
Pada saat yang sama, mata Reilin juga berubah menjadi pupil vertikal berwarna amber. Dua sinar petrifikasi menyembur dari matanya, langsung menusuk ke dalam bayangan samar mata vertikal itu.
"Aaaah!!!" Sinar petrifikasi keabu-abuan seperti pedang tajam membelah bayangan mata vertikal. Lingkaran sinar petrifikasi terus merambat di tubuh bayangan hitam itu, membuatnya menjerit kesakitan dengan suara melengking.
"Tangan Merah Darah!" Kedua tangan Reilin diselimuti tiga lapis pertahanan: lapisan terdalam adalah Sisik Komoin berwarna hitam, lapisan tengah berupa bayangan samar zirah Liontin Bintang Jatuh berwarna merah tua, sedangkan lapisan terluar adalah pertahanan api darah dari Tangan Merah Darah.
Tiga lapisan cahaya berbeda ini bergantian berkedip di tangan Reilin.
Tanpa ragu, dia mengarahkan kedua tangannya menyambut dua belati hitam yang menusuk ke arahnya.
Byur! Byur!
Meskipun belati hitam itu memancarkan fluktuasi energi objek termutasi tingkat menengah, mereka tetap terpental oleh Reilin.
Tangan Merah Darah Reilin langsung menghantam tanpa ragu-ragu ke dada bayangan hitam itu.
Braak!
Dada bayangan itu jelas-jelas cekung dalam, disertai suara retakan tulang yang menusuk telinga saat tubuhnya terlempar ke belakang.
Byur! Bayangan itu jatuh keras ke tanah, memperlihatkan sosok penyihir yang sangat familiar bagi Reilin.
"Ketua Kelompok Xishan, mengapa Anda ada di sini? Bisakah Anda menjelaskan alasan kemunculan Anda dengan cara yang begitu misterius ini?"
Reilin mendekati Xishan sambil bertanya dengan nada datar.
Dari nada bicaranya, jelas terlihat bahwa kehadiran Xishan sama sekali tidak mengejutkannya.
“Huh, huh…” Bayangan yang sebelumnya menyergap Reilin, ternyata memang Xishan.
Hanya saja saat ini, penampilannya sangat mengenaskan. Tidak hanya terus-menerus batuk darah, wajahnya pucat pasi. Di sekitar mata ketiga vertikal di tengah dahinya, menyebar lingkaran kerikil keabu-abuan—sisa efek mata petrifikasi yang masih terus menyebar.
“Kau… sejak kapan kau menyadarinya?” Xishan tidak menjawab pertanyaan Reilin, malah balik bertanya.
“Sejak awal! Sejujurnya, aku sangat mengagumimu! Teknik rahasia kuno berbahaya ‘Tiga Roh Satu Tubuh’ berani kau latih, bahkan berhasil memisahkan jiwa menjadi tiga bagian!!!”
Ekspresi kagum terpancar di wajah Reilin.
Setelah Chip menganalisis kartu truf Xishan, Reilin segera mempelajari data terkait teknik kuno ini.
Teknik ini bahkan di zaman kuno termasuk kategori paling berbahaya. Hanya orang gila yang berani melatihnya, karena efeknya adalah memisahkan jiwa penyihir menjadi tiga kesadaran independen yang bisa menyatu atau terpisah di momen krusial.
Secara konkret, teknik ini mengubah satu orang menjadi tiga individu terpisah. Selama satu saja bertahan, dua lainnya bisa dihidupkan kembali dengan mengonsumsi sumber daya tertentu.
Sungguh teknik yang melawan kodrat, namun imbalannya adalah mental dan kepribadian yang terbelah—bahkan Reilin pun tidak akan memilih melatihnya.
Situasi saat ini sudah sangat jelas.
Xishan、Raksasa、dan bocah lelaki itu, sebenarnya adalah tubuh bayangan berbeda yang dibentuk oleh seorang penyihir yang melatih 'Tiga Roh Satu Tubuh'! Sedangkan Xishan! Adalah mata-mata terbesar dan cadangan tersembunyi Tangan Seribu Daun di dalam Taman Empat Musim!!!
Reilin sebelumnya sudah merasa aneh, pemahaman Tangan Seribu Daun tentang Taman Empat Musim terlalu detail dan jelas, bahkan berhasil mendapatkan ahli sihir penghancur diri dan peta pertahanan yang menyegel inti kesadaran.
Sekarang terlihat jelas, dengan adanya Xishan sebagai Ketua Tim Pemburu yang menjadi mata-mata di dalam, semuanya menjadi sangat masuk akal.
Xishan tersenyum getir: "Masih jauh dari kesempurnaan. Seandainya bocah itu juga mencapai level puncak satu, aku bisa menggunakan efek fusi 'Tiga Roh Satu Tubuh' untuk menyerang level penyihir dua! Tapi sayangnya..."
Saat berbicara, lapisan kulit batu abu-abu putih terus menyebar dari mata vertikal Xishan ke kedua sisi, segera mencapai area hidung.
"Kau sengaja memancing kami keluar? Untuk tujuan apa?"
Xishan berbaring setengah di tanah bertanya, tanpa mengaktifkan pertahanan sama sekali. Sekarang dia sangat paham bahwa dirinya tak berdaya di tangan Reilin, jadi malas mempermalukan diri.
"Pintar!!! Aku punya transaksi! Berharap..."
"Tidak! Jangan dengarkan dia, bunuh dia! Aku ingin membunuhnya!" teriak Raksasa yang terluka parah di samping.
Reilin menghela nafas sambil menutupi kepala, "Sepertinya aku harus membersihkan penghalang terlebih dahulu!"
Dia sudah melihat jelas, di antara tiga tubuh yang dipisahkan Xishan, hanya tubuh asli Xishan yang masih memiliki sedikit kewarasan. Raksasa dan anak laki-laki kecil lainnya terlihat agak neurotik, mungkin efek samping dari teknik Tiga Roh Satu Tubuh.
Tingkat kegilaan anak laki-laki kecil itu bahkan melebihi Raksasa. Setelah kematiannya, faktor mental tidak stabil ini berpindah ke tubuh Raksasa.
Di lokasi saat ini, hanya Xishan yang mungkin menerima proposalnya. Raksasa hanyalah penghalang!
Memikirkan ini, mata Reilin memancarkan aura pembunuhan yang kuat, segera bersiap untuk bertindak!!!
Bagaimanapun, meskipun Raksasa dan anak laki-laki kecil mati, selama Xishan masih ada, mereka bisa dihidupkan kembali dengan mengonsumsi sumber daya besar, hanya butuh waktu lebih lama.
Saat ini baik Xishan maupun Raksasa berada dalam status luka parah, sama sekali tidak bisa melawan.
"Anak muda, bisakah kau menghentikan ini?"
Saat Reilin maju untuk memberikan pukulan terakhir ke Raksasa, suara tua tiba-tiba terdengar di telinganya.
Tiba-tiba, lingkaran kekuatan spiritual perak menyelimuti area tersebut.
Energi spiritual ini begitu jahat dan kuat hingga membuat ruang kosong bergetar samar. Kekuatan perak itu membentuk tangan raksasa yang menyambar Raksasa.
Tangan energi perak itu terlihat sangat tangguh. Api Tangan Berdarah Reilin terus membakar namun tidak berpengaruh sama sekali.
Partikel-partikel spiritual yang termaterialisasi berhamburan, api darah merah di kaki Raksasa perlahan padam.
"Materialisasi Spiritual!!!"
"Melihat lingkaran kekuatan spiritual perak yang nyata ini, Reilin tiba-tiba teringat pada Gege Wu yang pernah dilihatnya sebelumnya."
"Waktu itu, entitas kumpulan pikiran jahat itu juga memiliki kekuatan Penyihir Tingkat Dua. Saat itu, Reilin sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan di bawah tangannya."
"Penyihir Hitam Tingkat Dua dari Tangan Seribu Daun?"
Reilin menghentikan langkah pengejarannya.
Tangan besar berwarna perak membawa raksasa yang terluka parah kembali ke hadapan seorang penyihir yang seluruh tubuhnya terbungkus jubah hitam.
Penyihir ini bertubuh tinggi kurus, namun tubuhnya selalu dikelilingi kekuatan spiritual mengerikan yang membuat jantung Reilin berdebar, matanya memancarkan sinar hijau zamrud, siapapun yang melihatnya akan merasakan ketakutan dan kejahatan yang sangat dari dasar hati.
"Tuan Ayah! Tuan Ayah! Setelah membunuh anak itu, dia bahkan ingin membunuhku!! Satu-satunya keturunan darah Tuan!!! Pastikan dia membayar dengan darah!!!"
Raksasa itu meringkuk di dekat penyihir hitam sambil menangis seperti anak kecil.
Sementara Xishan di sisi lain memanggil 'Tuan Ayah' dengan wajah pucat pasi.
"Rupanya penyihir hitam ini adalah ayah Xishan!" Reilin mulai memahami, namun tiba-tiba benda yang dilemparkan dari tangan penyihir hitam tingkat dua itu membuat jantungnya mengencang.
Itu adalah kepala seorang penyihir berambut uban, wajah penuh keriput yang sangat familiar bagi Reilin, bahkan baru saja dilihatnya belum lama ini.
"Leonor!!!! Kau benar-benar membunuhnya!!!!" Pupil mata Reilin menyempit tajam.
Penyihir Hitam Tingkat Dua ini, ternyata lebih kuat dari yang direncanakan Reilin, bahkan langsung memenggal kepala Leonor yang juga seorang Penyihir Tingkat Dua!!!
Crack! Saat itu juga, efek petrifikasi di wajah Xishan telah menyebar hingga leher, ekspresinya membeku di tempat seperti patung batu.
Braak!
Nyala api hijau menyala, Penyihir Hitam itu langsung melintasi ruang dan muncul di hadapan Xishan.
"Ilmu Pengubahan Batu Kuno?" Suaranya sangat serak, seolah dua lembar logam saling bergesekan.
"Anak baik, jangan takut!" Penyihir Hitam itu mengulurkan sepasang tangan kurus dengan beberapa spora tanaman hijau, mengelus kepala batu Xishan.
Bung! Cahaya putih susu langsung menyebar dari ubun-ubun Xishan ke bawah.
Dalam cahaya tersebut, kulit batu abu-abu putih mengelupas lembar demi lembar, memperlihatkan kulit asli Xishan.
"Ayah Tuan! Terima kasih! Dan juga, dia..." Xishan segera berbisik di telinga Penyihir Hitam yang terus mengangguk.
Raksasa di kejauhan memandangi adegan ini dengan mata berkilau kemarahan, seperti anak kecil yang direbut permennya, bahkan tatapannya ke Xishan mulai mengandung kilauan dendam.
"Bukankah kalian semua adalah satu pribadi? Iri pada diri sendiri?"
Reilin merasa sangat absurd.
Saat itu juga, Xishan menyelesaikan penuturannya, dan sorot mata Penyihir Hitam Tingkat Dua itu beralih ke Reilin.
Sebuah fluktuasi mental yang sangat kuat langsung mengunci Reilin, membuatnya merasa seolah-olah telanjang di tengah salju.
