"Bagaimana dengan Wade? Kenapa tidak terlihat di sini?"
Setelah Reilin menyelesaikan prosedur autentikasi, pilar logam secara otomatis menyusut ke bawah tanah. Xishan bertanya seolah tidak sengaja.
"Dia terluka parah, terkena kutukan yang sangat rumit..."
Mendengar ini, ekspresi Reiseman kembali muram.
"Itu adalah belati korosif yang direndam racun labah-labah jurang. Aku belum pernah melihat kombinasi kejam seperti ini... Meski sekarang dia sudah sadar, racun dan kutukan akan perlahan menggerogoti tubuh dan jiwanya, menghabiskan semua nutrisi sebelum akhirnya berubah menjadi mumi kering..."
"Untuk kasus seperti ini, saranku dia segera kembali ke markas Four Seasons. Kolam pemurnian energi tinggi dan anggota pendiri mungkin bisa membantu, tapi sayangnya..."
Reiseman mengangkat kedua tangannya.
"Sejak mengetahui kabar kematian mentornya, Wade bersikeras tetap di sini sampai investigasi selesai sebelum kembali ke akademi!"
Mendengar ini, Reilin dan Xishan saling memandang, keduanya menangkap bayangan masalah di mata lawannya.
Jika Wade langsung tewas atau pulang dalam kondisi kritis, itu justru menguntungkan mereka. Sekarang duo mereka harus menambah satu orang lagi yang justru menjadi penghalang!
"Cari kesempatan! Bunuh dia!"
Dari mata Xishan, Reilin melihat kilatan bahaya yang samar.
Setelah itu, Resman kembali berbincang dengan Xishan dan Reilin, terutama tentang penempatan pasukan Kilat dan urusan kehidupan sehari-hari di sini.
Reilin sama sekali tidak memperhatikan hal-hal semacam ini, sehingga dia tetap diam, mengamati percakapan Xishan dengan Resman.
Setelah semua ini selesai, Xishan langsung membawa Reilin ke kamarnya dengan alasan mengobati luka.
Puff!
Tirai cahaya seperti jaring laba-laba muncul dari dalam ruangan, menyinari setiap sudut mati di kamar.
"Sudah! Ini adalah mekanisme peringatan yang kubuat, selama ini aktif, bahkan Penyihir Tingkat Dua yang mencoba menyadap pembicaraan kita akan terdeteksi..." Xishan duduk sembarangan di sebuah kursi.
"Menggunakan sutera laba-laba delapan kaki yang paling sensitif terhadap kekuatan spiritual sebagai alarm, konsep yang sangat menarik..."
Reilin memeriksa tirai cahaya ini, kilatan pemahaman muncul di matanya sebelum dia duduk di sebelah Xishan.
"Kau sangat berpengetahuan! Material ini sangat langka, bahkan di akademi cendekiawan Kota Tak Pernah Malam hanya sedikit yang bisa mengenalinya. Kau sudah layak mendapatkan gelar Polymath di sana..."
Xishan pertama-tama menghela nafas. Formasi sihir defensif ini dirancang ayahnya untuknya, tapi langsung dikenali Reilin sekilas, membuatnya sangat terkesan.
“Kamu tampaknya tidak terlalu khawatir tentang Resmann. Hari ini dia sudah menyatakan dengan jelas akan tetap berada di sini sampai pasukan bantuan dan tim investigasi Taman Empat Musim tiba. Penyihir Tingkat Dua selalu punya banyak cara, tidakkah kamu takut dia menemukan sesuatu?”
Reilin bertanya tanpa basa-basi kepada mantan atasannya yang kini menjadi Ketua Kelompok ini.
Hubungannya dengan Xishan ini memang sangat unik. Kini dia sudah bisa menebak bahwa orang yang membocorkan identitas Tangan Seribu Daun-nya dan memindahkannya dari Kota Tak Pernah Malam ke sini pasti Xishan! Tujuannya mungkin untuk mendapatkan tambahan tangan bantuan di dalam Taman Empat Musim, atau lebih tepatnya umpan peluru!
Karena itu, setelah menyadari tipu muslihat ini, Reilin tanpa ragu memilih berkhianat, bahkan sempat melukai parah Xishan hingga nyaris mati.
Namun di bawah tekanan kuat Penyihir Hitam Tingkat Dua, Reilin masih tidak berani bertindak terlalu jauh. Bagaimanapun, menyinggung Penyihir Tingkat Dua hanya karena satu musuh adalah tindakan yang sangat tidak bijaksana.
“Masalah Resmann tidak perlu dikhawatirkan...”
Xishan mengibaskan tangannya, “Para Penyihir Tingkat Dua selalu memikul tanggung jawab berat yang berbeda-beda, seringkali harus menjaga wilayah mereka dan tidak bisa meninggalkan pos dengan mudah. Saya tahu daerah pertahanan Resmann adalah Zona Kilat di Pintu Masuk Nomor 2 Wilayah Rahasia Sungai Heng. Selama para Penyihir Hitam kita di sini memberikan tekanan di sana, akhirnya Resmann pasti akan ditarik kembali! Lagipula, itu adalah wilayah yang menjadi tanggung jawab akademinya. Terus terang, bahkan jika wilayah kita ini jatuh, itu tidak akan banyak berpengaruh pada akademi mereka. Tapi jika Pintu Masuk Nomor 2 yang mereka jaga jatuh, itu akan langsung melumpuhkan akademi mereka...”
Xishan menganalisis dengan sangat logis dan menunjukkan kendali serta visi makro yang luar biasa.
"Untuk menyerang Pintu Masuk Nomor 2 dan menciptakan tekanan, setidaknya perlu campur tangan Penyihir Hitam Tingkat Dua. Enak benar punya koneksi..." Reilin menghela nafas. Rencana seperti ini pun bisa dia buat, sayangnya dia tidak memiliki latar belakang sekuat Xishan yang bisa seenaknya mengerahkan penyihir hitam.
"Urusandi sini akan kuhandle. Kamu hanya perlu fokus pada satu orang saja!"
Xishan memutar matanya ke arah Reilin, mata vertikal ketiga di dahunya berkedip-kedip.
"Wade?" Reilin mengusap dagunya.
Wade ini adalah penyihir Taman Empat Musim pertama yang pernah dia temui, bahkan dulu ujian magangnya pun dilewati di tangan Wade.
"Benar! akhirnya tetap orang luar, banyak hal tidak bisa dilakukan. Tapi Wade berbeda - dia adalah utusan markas besar, jabatannya tinggi, punya hubungan guru-murid dengan Leonor. Dia bisa dengan mudah mengambil alih jaringan dan sumber daya yang ditinggalkan, pasti jadi hambatan besar bagi rencana kita!"
Nada Xishan sangat serius, bahkan terkesan was-was.
"Kamu juga tidak ingin rencana ini gagal kan? Lagipula, kamu sudah menandatangani kontrak. Jika gagal, jiwamu akan langsung terbakar sendiri tanpa tersisa sedikitpun..."
Mata vertikal Xishan memancarkan sinar hitam pekat yang langsung menyorot ke Reilin.
"Tenang! Aku akan membuatnya diam!"
Reilin terdiam sejenak, lalu berkata dengan datar.
“Baik! Saya sudah menghubungi markas luar Taman Empat Musim. Dewan Anggota Pendiri benar-benar panik kali ini. Seluruh Tim Empat Musim akan dikerahkan, disertai seorang Penyihir Tingkat Dua!”
Xishan memberikan informasi lain: “Lima hari! Kita hanya punya waktu maksimal lima hari!”
Tugas mereka bersama Reilin adalah memanfaatkan selisih waktu ini untuk menyingkirkan Resman dan Wade sepenuhnya, sekaligus menyerahkan pertahanan dan inti Wilayah Rahasia sepenuhnya ke tangan Penyihir hitam.
Jika ini terlaksana, seluruh Pintu Masuk Wilayah Rahasia akan berada dalam kendali Penyihir hitam.
“Lima hari sudah cukup!” Reilin berdiri dan pergi. Saat melangkah keluar, dia menoleh dan tersenyum sinis pada Xishan: “Dan ingat! Aku benci tatapan mata ketiga di tengah kepalamu! Sangat menjijikkan!”
Bang! Pintu besar ditutup keras. Wajah Xishan langsung berubah gelap.
“Sial!!!” Tangannya menghantam meja hingga cangkir teh dan dokumen berhamburan ke lantai dengan dentingan pecah.
“Seandainya teknik ‘Tiga Roh Satu Tubuh’-ku sudah sempurna, dan aku tidak butuh bantuannya... Aku pasti sudah membunuhnya! Aku bersumpah!!!”
Otot wajah Xishan berdenyut-denyut tak terkendali.
Kekalahan telak dari Reilin yang dulu diremehkannya adalah aib terbesar. Apalagi sekarang, karena kekuatannya kalah, dia harus terus mengalah - bagai luka lama yang disilet ulang dan dijemur terang-terangan di bawah terik matahari.
Yang lebih menyulut amarahnya, Reilin bahkan berani membunuh bocah itu dan melukai parah Raksasa!
"Kedua penyihir ini adalah entitas mental terpisah dari Tiga Roh Satu Tubuh-nya. Meski kepribadiannya berbeda, mereka bisa dianggap sebagai satu individu. Ditambah dirinya sendiri, total Reilin telah membunuh sekali dan melukai parah dua kali! Kebencian seperti ini mustahil terikat hanya dengan kontrak!"
Sebelumnya Xishan bersembunyi dengan baik, tetapi tetap terendus oleh Reilin.
"Sayangnya... apa gunanya terendus? Aku akui, kau jenius! Jenius penyihir langka satu dalam sepuluh ribu! Tapi apa artinya? Sekarang kau terikat kontrak, dan tak punya waktu lagi untuk berkembang... Setelah rencana sukses dan kau tak punya nilai guna lagi, aku akan menyedot jiwamu dan menyiksanya selama dua ratus tahun! Aku bersumpah!!!"
Xishan terkekik rendah, seperti bisikan terakhir pasien sekarat.
……
Gerakan Xishan sangat cepat. Baru keesokan harinya, Reilin sudah mendengar aktivitas intens Penyihir Hitam di Pintu Masuk Wilayah Rahasia Nomor 2. Untuk menjamin keamanan, Resman segera memimpin Legiun Kilat kembali bertahan.
Meski banyak penyihir cerdik yang tahu ini taktik mengalihkan perhatian, Resman tetap pergi.
Bagi petinggi organisasi Resman, bahkan jika Pintu Masuk Wilayah Rahasia Taman Empat Musim akhirnya bertahan, keuntungan terbesar akan jatuh ke Taman Empat Musim. Mereka paling-paling hanya dapat tambahan 10-20% kuota.
Tapi Pintu Masuk Nomor 2 berbeda. Itu sumber daya di bawah kendali mereka sendiri. Jika dikelola baik, akan menghasilkan keuntungan melimpah seperti gunung dan laut!!!
Karena itu, meski hanya kemungkinan kecil, Resman tidak mau mengambil risiko.
“Bagaimana dengan sahabat Leonor? Maaf! Penyihir adalah kelompok yang sangat realistis. Persahabatan yang sudah mati tidak bisa disebut persahabatan lagi. Tanpa kesetaraan kekuatan dan status, warisan hubungan seperti itu mustahil.”
Setelah menimbang situasi di kedua belah pihak, Reisman akhirnya memutuskan untuk kembali.
Lagi pula, sebagian besar penyihir pada dasarnya egois! Ketika kepentingan pribadi mereka terancam, bahkan Penyihir Tingkat Dua pun tidak bisa tinggal diam!
“Tapi, Reisman tetap harus melakukan sedikit pencitraan di permukaan...”
Reilin berjalan-jalan santai di sekitar. Para penyihir yang lewat memberikan penghormatan dengan sikap takzim.
Baik dari segi kekuatan maupun status, Reilin kini menjadi salah satu yang terhebat di markas rahasia ini. Para penyihir Taman Empat Musim yang tersisa hanya bisa tunduk patuh.
Yang menarik, departemen-departemen yang pernah diperas Reilin sebelumnya—karena sebagian besar pemimpinnya gugur dalam pertempuran—justru kini aktif mengirim lebih banyak sumber daya dan bahan sebagai suap kepada Reilin untuk menghindari tanggung jawab.
Dibandingkan harus merebut sendiri sebelumnya, kini mereka yang antre memberikan hadiah sambil khawatir Reilin tidak mau menerimanya. Perbedaan perlakuan ini bagai langit dan bumi.
Menghadapi semua ini, Reilin tentu saja menerima semuanya tanpa sungkan. Masalah apapun yang muncul hanya dijanjikan dengan mulut manis.
Lagipula, waktu tinggalnya di sini sudah bisa dihitung dengan jari. Begitu tiba waktunya kabur, para penyihir ini hanya akan kebingungan...
