“Bahkan di kehidupan sebelumnya Reilin, saat melakukan transplantasi organ atau sejenisnya, masalah seperti penolakan antibodi juga harus diperhatikan.”
“Jika transplantasi antar manusia saja seperti itu, apalagi sekarang ini yang setara dengan memaksa memasukkan jantung makhluk kuno yang sangat kuat ke dalam tubuh penyihir biasa.”
“Karena itu, meski dibantu oleh sihir, Reilin sekarang harus menghabiskan banyak waktu agar tubuh dan jantungnya terus beradaptasi melalui proses penyelarasan.”
“Progres modifikasi jantung pun terus melambat.”
“Tapi sekarang, daging bintang laut bermata seribu ternyata juga memiliki efek menghambat antibodi alami dan mempercepat adaptasi organ. Bagaimana mungkin Reilin tidak merasa girang?”
“Setelah mengetahui efek dan cara penggunaan fosil daging bintang laut bermata seribu di tangannya, Reilin meninggalkan ruang mesin array spirit dengan perasaan senang. Kemudian, dia mendengar sebuah kabar.”
“Apa? Ada yang ingin menemuiku? Bahwa membawa token kontribusi level satu Taman Empat Musim?” Reilin mengusap dagunya lalu bertanya, “Siapa orangnya?”
“Pembawa kabar adalah seorang penyihir wanita muda yang memandang Reilin dengan penuh kekaguman. Harus diakui, penampilan Reilin setelah modifikasi darah adalah standar pria tampan top di mana pun, ditambah kekuatannya yang luar biasa – mencapai puncak level satu di usia begitu muda! Hal ini telah menciptakan badai kecil di sini, memenangkan simpati banyak penyihir wanita.”
“Seorang wanita tua, dengan sikap yang sangat... arogan!”
Penyihir perempuan itu menundukkan kepala sejenak sebelum menggunakan kata tersebut.
“Wanita tua yang sombong?” Reilin tertegun, lalu sudut bibirnya menampakkan senyum tipis. Ia sudah menebak siapa orang itu. “Bawa dia ke ruang tamu Nomor 3, aku akan menemui dia di sana!”
Penyihir perempuan itu memberi hormat lalu mundur dengan cepat.
Sementara Reilin terlihat tengah merenung. Melalui kutukan yang ditanamkannya pada Manla dan Jenna, ia bisa merasakan sebagian hal di sekitar mereka sampai batas tertentu.
Sebelumnya, ketika merasakan kutukan gabungan yang ditanamnya di Manla meledak, Reilin sudah menduga bahwa keluarga di belakang Jenna mungkin akan berkompromi dengannya. Sekarang tampaknya memang begitu.
Menghitung waktu, saat kutukan sepenuhnya meledak sudah sangat dekat. Pasti mereka sudah mencoba semua cara yang ada, dan baru memilih berkompromi dengan Reilin setelah tidak punya jalan lain.
“Kali ini, apa yang harus kuambil?” Reilin mengusap dagunya. Ia sama sekali tidak punya kesan baik pada keluarga sok hebat ini, berencana membuat mereka benar-benar menguras habis harta sekaligus merasakan jatuh dari surga ke neraka.
“Tapi, di wilayahku masih berani bersikap seperti ini...” Kilatan cahaya dingin muncul di mata Reilin.
Tiga jam kemudian, dari ruang tamu Nomor 3 terdengar teriakan melengking seorang wanita tua: “Aku tidak peduli apa yang dilakukannya! Tapi aku sudah menunggu di sini lebih dari tiga jam! Apa pun caranya, aku harus bertemu dengannya! Sekarang juga! Segera! Kalau tidak, aku akan memecatmu dengan token kontribusiku! Aku bersumpah!”
Byur! Disusul suara gelas pecah menghantam lantai.
Penyihir wanita yang dilaporkan sebelumnya keluar dengan wajah yang tidak begitu cerah: "Wanita tua sialan, apakah karena memiliki token kontribusi bisa memerintah segalanya? Suatu hari nanti..."
Penyihir perempuan itu mengutuk dengan suara rendah. Tiba-tiba, cahaya di depannya meredup dan muncul sosok seorang penyihir.
"Tu... Tuan Reilin! Tamu ini terus meminta bertemu Anda!" Dia kaget, lalu segera memberi hormat dengan dua awan merah melintas di pipinya.
"Aku tahu!" Reilin menahan tawa, lalu masuk ke ruang tamu di bawah pandangan bingung sang penyihir wanita.
Kali ini dia sengaja menunda beberapa saat sebelum datang, bermaksud meredam temperamen mereka. Tapi sepertinya sifat neurotik mereka sudah merasuk ke segala aspek jiwa, mungkin tidak bisa diubah lagi.
"Bukankah sudah kukatakan... panggil Reilin..."
Ruang tamu Nomor 3 sangat luas, berisi beberapa sofa kulit panjang dengan beberapa meja di tengah, memungkinkan tamu berbincang sambil duduk nyaman menikmati minuman.
Tapi saat ini, sebuah meja di tengah ruang telah roboh. Serpihan cangkir dan piring berserakan di lantai. Seorang nenek berpakaian bangsawan dengan wajah terbungkus kain kasa, sarung tangan sutra hitam, dan membawa tas kecil sedang mengamuk di tengah aula.
Melihat Reilin, dia tertegun sejenak, lalu pandangan penuh kebencian langsung menyorot darinya.
Dada wanita tua itu terus naik turun, seolah-olah sedang berusaha menahan amarah di hatinya. Kemudian, dengan nada sombong dia berkata: "Reilin ya? Berani sekali kau menghina keluarga Potterly kami yang mulia! Ini benar-benar kejahatan terkutuk! Tapi Ibu Perdamaian yang agung selalu murah hati dan penuh belas kasihan. Sekarang, mengakulah kesalahanmu di hadapanku, sembuhkan Jenna, mungkin aku masih bisa mempertimbangkan untuk meringankan hukumannmu..."
Sambil berbicara, wanita tua itu melirik Reilin dengan pandangan merendahkan, seolah-olah mengizinkannya bertobat adalah suatu bentuk pengampunan yang sangat besar.
"Tunggu!" Pandangan merendahkan itu membuat Reilin sangat tidak nyaman, sehingga dia langsung memotong ucapan wanita tua itu.
"Bagaimana? Sudah siap mengaku?" Wanita tua itu mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi.
"Tidak! Aku ingin bertanya, apakah kamu gila?" Reilin langsung melontarkan kalimat itu.
"Apa katamu?" Wajah wanita tua itu terlihat terkejut, dia benar-benar tidak percaya ada yang berani berbicara seperti itu padanya.
"Kalau belum dengar jelas, akan kau ulangi!" Suara Reilin tiba-tiba meninggi delapan derajat: "A-PA-KA-MU-GI-LA?" Dia mengeja setiap suku kata dengan jelas, memastikan wanita tua ini mendengar dengan baik.
"Kau... Beraninya kau..." Wanita tua itu menunjuk Reilin dengan jari yang gemetar dan memucat karena amarah.
“Beraninya kau berbicara seperti itu padaku! Pemimpin terkini Keluarga Botley! Bahkan berani menodai kehormatan keluarga kami! Sembilan Lapisan Neraka! Aku sebelumnya masih bermurah hati berharap bisa mengampunimu... Ibu Perdamaian Yang Agung, ampunilah kebodohanku...”
“Berhenti!” Reilin benar-benar tak ingin melanjutkan percakapan dengan wanita tua ini. Akhirnya dia paham, keluarga Jenna yang bernama Botley ini pasti punya penyakit saraf turun-temurun!
“Aku hanya akan katakan satu hal! Kutukan pada Jenna hanya bisa kuhapuskan! Dan dia sangat penting bagi kalian! Setelah mencoba segala cara, kalian akhirnya harus memohon padaku! Kalau sudah meminta bantuan, tunjukkan sikap yang pantas dulu!”
Reilin mengacungkan satu jari: “Jika tidak! Kau hanya bisa melihat Jenna mati di depan matamu!”
Ucapan kasar ini seolah merobek cadar kesopanan dan kebanggaan wanita tua itu. Cahaya kemerahan di wajahnya menghilang secepat kilat, digantikan warna pucat kebiruan.
“Sudah kuduga! Berbicara tentang penebusan dengan para pendosa sepertimu tak ada gunanya, hanya akan dimanfaatkan untuk pemerasan. Satu-satunya yang pantas untukmu hanyalah kematian abadi...”
Wanita tua itu bergumam pelan.
“Kau...” Amarah Reilin semakin memuncak.
Namun tiba-tiba, raut wajaknya berubah halus. Seluruh tubuhnya menjadi tenang kembali.
“Saat ini, wanita tua di hadapannya mengambil sebuah piringan emas seukuran telapak tangan dari tas tangannya, mengayun-ayunkannya di depan mata pemuda itu dengan senyum puas: ‘Lihat? Ini adalah token kontribusi tingkat satu yang diperoleh leluhurku dari Taman Empat Musim! Melambangkan status mulia di sini. Asal kutukar ini, Taman Empat Musim wajib memenuhi satu permintaanku! Menurutmu, apa akibatnya jika kuminta mereka mengusirmu?’”
“Rupanya! Sikap tinggi hatimu sejak awal karena mengandalkan benda ini, jadi berani bersikap seenaknya!”
Reilin tiba-tiba ingin tertawa. Selain dirinya sudah bersiap meninggalkan Taman Empat Musim, bahkan sebelumnya pun tidak menganggap organisasi ini terlalu penting. Tapi jelas, wanita tua ini ingin memanfaatkan hal ini untuk memerasnya.
“Terserah anggapanmu! Sekarang kau punya dua pilihan! Pertama, mengaku bersalah dan pulang bersamaku untuk menyembuhkan Jenna. Kedua, diusir dan diburu oleh Taman Empat Musim!”
Senyum kemenangan merekah di wajah wanita tua itu.
“……” Reilin memandang wanita tua itu dengan perasaan campur aduk, tiba-tiba merasa ia patut dikasihani.
Memang ada peraturan seperti itu di Taman Empat Musim, dan token kontribusi tingkat satu di tangannya asli. Sayangnya, waktunya terlambat beberapa hari!
Seandainya ia datang beberapa hari sebelumnya, mungkin masih bisa menggunakan pengaruh token ini untuk memaksa Reilin bersama Taman Empat Musim.
Tapi sekarang? Reilin menatap token di tangan wanita tua itu.
“Oh ya! Dalam perjalanan, dia belum tahu tentang serangan yang kami alami di sini, kematian Leonor, dan fakta bahwa aku yang mengambil alih kekuasaan sekarang...”
"Serangan Penyihir Hitam kali ini diklasifikasikan sebagai rahasia, bahkan gerbang Wilayah Rahasia ditutup sementara waktu. Para penyihir biasa sama sekali tidak mungkin mengetahui informasi ini."
"Ditambah perbedaan waktu dan faktor lainnya, wanita tua ini bahkan tidak menyadari bahwa cabang Taman Empat Musim di sini sudah berganti pemilik, lalu nekat masuk dengan seenaknya."
"Ada apa? Masih belum bisa memilih? Apa perlu saya bantu?"
"Diamnya Reilin yang berkepanjangan justru dianggap sebagai tanda ketakutan oleh wanita tua itu. Ekspresi kesombongan di wajahnya semakin menjadi saat ia berteriak: 'Penjaga! Penjaga!'"
"Ada perlu apa?"
"Beberapa menit kemudian, beberapa Penyihir Penjaga berbaju putih segera bergegas masuk."
"Atas nama Taman Empat Musim, saya perintahkan kalian menangkap Reilin!" Wanita tua itu mengangkat token emas di tangannya. Token itu memancarkan cahaya fluoresens di udara, membentuk lingkaran empat warna samar. Fluktuasi energi yang mudah dikenali menyebar dari sana.
"Token Kontribusi Level Satu! Tidak mungkin salah!" Beberapa Penyihir Penjaga saling pandang lalu membungkuk memberi hormat pada wanita tua itu.
"Wanita tua itu mengangguk, kesombongan khasnya kembali terpancar."
"Tangkap dia!" Jarinya menunjuk ke arah Reilin.
"Dia?" Para Penyihir Penjaga memandang bolak-balik antara wanita tua dan Reilin, raut wajah mereka menunjukkan keraguan yang jelas.
"Ada masalah?" Suara wanita tua itu mendadak melengking hingga membuat orang ingin menutup telinga: "Kalian mau melanggar perjanjian yang sudah berlaku selama ini?"
