“Jika ingin menyembuhkan luka di laut kesadaran dan menghilangkan tanda pengenal Aivik dalam tubuhku, biayanya adalah setengah kekuatan spiritual tidak bisa digunakan untuk sementara waktu?”
Reilin mengusap dagunya dan terjun ke dalam perenungan.
Beberapa saat kemudian, dia membuat keputusan: “Mulai sekarang!”
Bzzzt!
Saat dia memberikan perintah, kekuatan spiritual perak di laut kesadaran langsung merambat ke celah terluar dan melakukan kristalisasi serta pengikatan permanen!
Kristal perak memenuhi hampir setengah laut kesadaran dalam sekejap mata, sementara titik cahaya putih susu di dalamnya membeku bagai serangga kecil yang terjebak dalam amber.
Setelah mengkristalisasi hampir separuh kekuatan spiritual, Reilin melihat celah-celah halus di sekitar laut kesadaran akhirnya berhenti berekspansi dan terisi oleh mental yang terkristalisasi, membuatnya menghela napas lega.
“Sekarang, masalah yang dihadapinya telah sepenuhnya terselesaikan, meskipun harganya adalah selama beberapa waktu ke depan dia hanya bisa menggunakan kekuatan Penyihir Level 1.”
Setelah menstabilkan lukanya, barulah Reilin sempat mengamati lingkungan sekitarnya.
Cahaya di sekitar sangat redup, hanya mengandalkan lumut berpendar yang memancarkan cahaya fluoresens untuk melihat samar-samar objek dalam beberapa meter, sementara area di luar itu gelap gulita.
“Tempat ini sepertinya berada di dalam gua tertentu! Entah di mana lokasi luar...”
Reilin menarik napas panjang, lalu melirik Formasi Teleportasi Sihir di dekatnya.
Formasi teleportasi sihir di sini memiliki desain yang sama dengan yang ada di Wilayah Rahasia Tu Hun seberang, namun salah satu rune di sudutnya telah dihancurkan oleh Reilin sendiri.
Selain itu, Reilin memperkirakan jika dia adalah Penyihir tingkat tiga di seberang, pilihannya akan antara menjaga langsung lokasi atau langsung menghancurkan formasi teleportasi. Oleh karena itu, formasi sihir ini tidak dapat digunakan untuk waktu yang cukup lama.
Di sisi ini, para penyihir Aliran Tu Hun membuat penataan yang sangat sederhana. Seluruh gua hanya berisi formasi teleportasi sebagai satu-satunya buatan manusia, selain itu hanya ada lorong sempit yang terukir di dinding batu.
“Penglihatan Kegelapan!”
Reilin dengan santai menambahkan sihir pembantu tingkat murid pada dirinya sendiri.
Seketika, kilau hitam terpantul di matanya. Kegelapan tak lagi menghalangi pandangannya, seluruh sekeliling terlihat jelas.
“Konsentrasi partikel energi kegelapan di sini tampak jauh lebih tinggi dibandingkan Pantai Selatan!” Saat menggunakan sihir, Reilin jelas merasakan perbedaan antara kedua wilayah.
"Jika konsentrasi partikel energi gelap di udara Pantai Selatan adalah 1, maka di sini setidaknya mencapai 1.5 bahkan mendekati 2 derajat."
"Chip! Deteksi konsentrasi partikel energi di udara dan bandingkan dengan Pantai Selatan!"
"Tugas dibangun! Mulai mengumpulkan data informasi! Hasilkan grafik perbandingan!"
Dengan cepat, Chip mengirimkan dua gambar berbentuk kipas berbeda ke bidang pandang Reilin.
Pada diagram kipas tersebut, warna-warna yang merepresentasikan partikel energi berbagai elemen menempati proporsi berbeda, terpampang jelas di depan Reilin.
"Gambar sebelah kanan adalah data yang dikumpulkan di Pantai Selatan dalam kondisi normal, sedangkan kiri adalah data terbaru dari sini!"
Reilin membandingkan perbedaan kedua gambar tersebut.
Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan konsentrasi partikel energi gelap, bayangan, necromancy dan partikel energi negatif lainnya - hampir 1 hingga 2 kali lipat dibanding Pantai Selatan.
Sementara partikel energi positif seperti cahaya suci, tumbuhan, dan kehidupan menunjukkan konsentrasi yang lebih rendah.
"Selain itu, konsentrasi partikel energi tanah di sini juga cukup tinggi, sedangkan elemen api dan air sangat minim..."
Reilin mengusap dagunya, sorot mata kontemplatif berkilat di balik kelopak.
"Artinya total konsentrasi partikel energi di sini sebenarnya sebanding dengan Pantai Selatan, hanya komposisi spesifiknya yang berbeda. Partikel energi negatifnya menyamai Wilayah Rahasia kecil, tapi partikel positifnya hanya setara Kepulauan Kori..."
Dengan beberapa hipotesis di benak, Reilin melangkah mantap memasuki koridor batu sempit yang membentang di depannya.
Jalur ini sangat panjang, dan Reilin berjalan kaki terus. Setelah sekitar lebih dari sepuluh menit, akhirnya dia mencapai ujungnya.
Di ujung terowongan, terdapat gerbang batu raksasa.
Bahkan menyebutnya sebagai gerbang mungkin terlalu berlebihan. Menurut Reilin, ini hanyalah batu bulat raksasa tak beraturan yang menyumbat pintu keluar terowongan.
Melalui celah-celah batu, Reilin masih bisa mendengar desiran angin tipis yang masuk dari luar.
"Lebih baik mempertahankan gerbang batu raksasa ini. Suatu saat jika aku perlu menggunakan Formasi Sihir Defensif teleportasi, aku bisa kembali lagi!"
Reilin menggerakkan pikirannya, sebuah mantra tingkat satu dia lepaskan: "Bersembunyi dalam Bayangan!"
Seketika, cahaya hitam menyelubungi seluruh tubuhnya. Di dalam cahaya itu, tubuhnya mulai berangsur-angsur menjadi transparan.
Efek dari Bersembunyi dalam Bayangan adalah mengubah sementara penyihir menjadi bentuk non-fisik, menyembunyikannya ke dalam celah bayangan untuk menembus sebagian besar penghalang fisik. Namun dalam kondisi bersembunyi, penyihir tidak bisa menyerang - serangan apa pun akan segera membatalkan kondisi ini. Serangan energi skala besar dan gelombang suara juga merupakan kelemahan utama mantra ini.
Tapi kali ini, hanya untuk menembus sebuah batu, tentu sangat mudah.
Bayangan samar Reilin dengan mudah menembus celah bayangan batu ini dan muncul di sisi luar.
"Huh! Di sini adalah..."
Reilin menatap pemandangan di luar dan tertegun sesaat.
Tempat dia berdiri adalah gundukan bukit kecil dari tumpukan batu raksasa. Di luarnya, terbentang dataran luas yang dipenuhi semak-semak lebat.
“Kegelapan yang muram menyelimuti seluruh permukaan bumi, tak ada secercah cahaya. Langit terlihat kelabu, seolah akan runtuh kapan saja.”
“Luas, suram, dan sunyi sepi! Inilah kesan pertama Reilin terhadap tempat ini.”
“Dengan bantuan penglihatan dalam kegelapan, Reilin dapat melihat jelas pemandangan di sekitarnya.”
“Ciri-ciri fisik tumbuhan ini sangat aneh!” Reilin mengambil ranting kering dari tanah.
“Tak ada daun, yang paling banyak adalah duri. Dan! Bukan hanya jenis ini, semua tanaman di sekitar sepertinya memiliki ciri fisik serupa!”
“Reilin menggapai ke depan dengan tangan kanannya, seekor hewan kecil mirip tikus tanah berhasil dicabutnya dari lapisan tanah, mengeluarkan suara mencicit terus-menerus.”
“Mata sangat kecil, nyaris tak berfungsi. Kulitnya menunjukkan gejala albinisme! Ini mutasi yang terjadi akibat tidak mendapat paparan cahaya dalam waktu lama!”
Reilin bergumam pada diri sendiri, dugaan di hatinya semakin jelas.
Prak! Ia melempar tikus tanah itu, memancarkan cahaya merah tua kehitaman dari tubuhnya yang mengangkatnya ke udara.
Tubuh Reilin terus naik, merasakan tekanan semakin kuat di atas kepalanya. Akhirnya, setelah waktu yang tak terkira, ia mencapai ujungnya.
Sebuah benteng batu raksasa berwarna metalik terhampar di hadapannya, bagikan langit-langit dunia.
“Ternyata, langit di sini adalah lapisan kerak bumi!”
Reilin turun perlahan, wajahnya masih menyisakan ekspresi terkejut: “Ini adalah dunia bawah tanah!!!”
……
Di sebuah dataran yang seluruhnya terdiri dari batu dan lumut.
Dua makhluk kecil abu-abu yang mirip babi hutan tapi berukuran lebih kecil berlari-lari riang, sesekali mengendus-endus tanah dengan moncong panjang mereka mencari makanan yang dapat dimakan ke Pintu Masuk.
Xiu xiu! Dua anak panah hitam tiba-tiba melesat, mata panah yang tajam langsung menembus punggung kedua makhluk kecil itu, memakukan mereka ke tanah.
"Hasil buruan hari ini lumayan, ternyata ada dua babi kulit abu-abu! Bisa memperbaiki menu makan kita!"
Di sebuah bukit kecil tak jauh dari sana, Reilin melihat kejadian ini dengan senyum puas di wajahnya.
Hanya dalam belasan menit, sebuah rak kayu darurat telah didirikan di tempat itu. Di atasnya, dua babi kulit abu-abu yang sudah dikuliti dan dibersihkan sedang dipanggang, lemak menetes dari kulit yang menggoda, aroma menggugah selera bercampur dengan wangi kayu pinus membuat Reilin tak bisa menahan air liur.
"Sejak keluar dari Bukit Batu tempat formasi teleportasi itu, sudah lebih dari sebulan ya!"
Setelah melahap habis satu ekor babi, Reilin menghela napas puas lalu menyimpan sisanya.
Setelah menjelajah lebih dari sebulan ini, dia sudah memahami betul betapa tandusnya dunia bawah tanah ini.
Di sini, seringkali berhari-hari tidak ditemui sedikitpun aura makhluk hidup, hanya lumut dan serangga yang masih bisa bertahan hidup.
“Babi Kulit Abu-abu” - nama yang diberikan Reilin untuk spesies babi hutan ini - merupakan hewan terbesar yang pernah ia temui sekaligus yang paling lezat rasanya.
Memikirkan hal ini, Reilin tak bisa menahan penyesalan yang menggelora di hatinya.
Kantung Ruang sangat berharga dengan kapasitas terbatas, hampir penuh berisi bahan-bahan langka yang dikumpulkan Reilin melalui berbagai cara. Nilainya bahkan bisa membuat Penyihir tingkat tiga tergiur.
Sayangnya, tidak ada satupun makanan lezat atau minuman anggur di dalamnya. Untuk bahan berharga, nilai kuliner terlalu rendah dan tidak layak menempati ruang penyimpanan.
Alhasil, Reilin terpaksa menyadari bahwa hidupnya kembali primitif seperti manusia gua.
Masalah air bersih masih bisa diatasi dengan mantra air. Namun untuk persediaan makanan, ia benar-benar tak punya solusi.
Meski sebagai Ahli Sihir level dua ia bisa bertahan 10-15 hari tanpa makan, mustahil bertahan berbulan-bulan dalam kondisi kelaparan.
Apalagi baik di kehidupan sebelumnya maupun sekarang, ia terbiasa dengan standar hidup tinggi termasuk tiga kali makan sehari dengan menu berkualitas.
Setelah menjelajahi sekitar, hanya beberapa jenis umbi berpati dan buah beri yang bisa dikonsumsi, ditambah beberapa unggas liar.
Makanan-makanan ini sudah mulai membuatnya jengah.
Spesies babi hutan yang dinamainya "Babi Kulit Abu-abu" ini merupakan hidangan terlezat yang berhasil ia temukan sejauh ini.
“Sial! Apakah ini tempat gurun?”
Setelah berjalan lebih dari sebulan melintasi gurun dan dataran yang bahkan jarang ada hewan besar, Reilin mulai meragukan perjalanannya.
Sejujurnya, setelah terbiasa dengan sinar matahari, Reilin tak pernah menyadari betapa berharganya Cahaya Suci ini.
