"Sudah kukatakan sebelumnya, ini pertukaran setara. Jika adikmu tidak mau, dia bisa pergi kapan saja!"
Reilin berkata perlahan.
"Jika tidak percaya, tanyakan langsung padanya!" Reilin menunjuk Longbottom di sampingnya.
"Kakak!" Longbottom menundukkan kepala dengan ragu, tapi suaranya tegas: "Bekerja untuk Tuan Reilin memang keputusanku sendiri, tidak ada hubungannya dengan orang lain. Tolong jangan halangi aku..."
"Kamu..." Gadis muda itu naik pitam, menarik lengan Longbottom hingga memperlihatkan memar besar: "Lihat, keadaanmu sudah seperti apa masih terobsesi Novel ksatria..."
"Ahem!" Reilin tiba-tiba batuk, memotong ucapan sang gadis.
“Ini adalah toko kecil saya. Jika Anda ingin memberi pelajaran pada adik Anda, silakan ke tempat lain, jangan ganggu bisnis saya...”
Reilin berbicara dengan sangat meyakinkan, meskipun saat ini tidak ada satu pun pelanggan di tokonya.
“Ma... maaf, Tuan!” Gadis muda itu menutup mulutnya, tiba-tiba menyadari ucapan sebelumnya juga merupakan penghinaan terhadap Reilin.
Ia membungkuk memberi hormat, menampakkan bagian dada yang putih, menarik Longbaton pergi dengan cepat. Samar-samar terdengar suara pertengkaran mereka yang terus-menerus.
Velin di samping menatap punggungnya, matanya samar-samar terlihat terpesona.
“Benar-benar gadis yang murni dan baik hati! Begitukah pendapatmu? Benar bukan?” Reilin melihat Velin seperti itu, tiba-tiba menunjukkan senyum penuh niat jahat.
“Tentu! Nona Venus adalah gadis yang sangat rajin, bekerja tiga buah pekerjaan sekaligus di luar untuk membantu ekonomi keluarga...”
Velin menjawab secara reflek.
“Hmm! Saya tidak berhak menilai kebaikannya, tapi soal kemurnian...” Senyum Reilin semakin melebar.
“Tuan! Anda boleh memukul atau memarahi saya, tapi jangan mencemarkan nama baik orang lain!” Velin mengepal tangan, wajahnya memerah.
“Cinta! Cinta! Begitu indah! Begitu gemilang! Membuat orang rela terjun seperti ngengat ke api! Bahkan mengubah domba pengecut menjadi singa yang garang...”
Reilin melantunkan sebuah pepatah, lalu tanpa menunggu Woke bertanya, ia langsung melanjutkan: "Nona Venus tadi, meski memakai baju kain kasar dan berusaha menyamarkannya, masih tercium aroma parfum murahan di tubuhnya, bukan dari hari ini. Selain itu, ada bekas eyeshadow samar di wajahnya, saputangan itu juga barang bagus dari toko Old Walker, jumlah koin yang dimilikinya tampak terlalu banyak... Dalam kontak singkat tadi, dia sudah menggoda saya setidaknya tiga kali secara sengaja atau tidak! Ini jelas kebiasaan profesional tertentu..."
Setiap kalimat yang diucapkan Reilin seakan menghantam dada Woke seperti palu besar, membuatnya mundur selangkah.
Tapi Reilin masih melontarkan pukulan mematikan terakhir: "Jika tebakan saya benar! Kira-kira tengah malam nanti kamu bisa menemukan Nona Venus ini di Gang Nightingale yang terkenal..."
"Oh! Tidak! Itu tidak mungkin benar!"
Wajah Woke berkerut menyakitkan. Ekspresi pucatnya menunjukkan dia mulai mempercayai perkataan Reilin. Setelah terdiam sejenak, tiba-tiba dia berteriak kencang dan berlari keluar.
"Hehe... Mimpi muda-mudi yang membosankan!" Reilin tertawa, tertawa sangat gembira.
"Memecahkan khayalan, membuat anak muda menyadari kekejaman hidup lebih awal, cukup menyenangkan juga!"
……
Longbaton segera kembali dengan dua bekas tamparan merah di wajahnya. Tanpa bicara apapun pada Reilin, dia langsung memulai pekerjaan angkut harian.
"Adapun Velyn, pemuda malang itu dikabarkan minum sepanjang malam di kedai, baru datang bekerja keesokan harinya, namun langsung diusir oleh Reilin yang menunjukkan ekspresi jijik, sambil menyuruhnya segera membersihkan bau alkohol dari tubuhnya, kalau tidak jangan kembali."
Byur!
Melihat landasan besi terakhir akhirnya dikembalikan ke gudang, Longbaton yang sudah penuh luka-luka akhirnya menarik napas lega, menatap Reilin dengan sorot mata penuh harapan.
"Nak! Kau cukup pintar! Juga punya ketekunan! Kuumumkan mulai hari ini, kau boleh datang ke tokoku lima menit setiap hari saat sepi, melihat-lihat barang daganganku..."
Reilin menahan tawa sambil mengumumkan.
"Hah???!" Longbaton ternganga menatap ke atas.
"Ada apa? Apa kau kira aku akan mengumumkan menerimamu sebagai murid, mengajarmu menjadi Ksatria, lalu meraih sukses, menikahi putri, dan hidup bahagia selamanya?"
Senyum mengejek mengembang di bibir Reilin: "Nak! Kau masih terlalu hijau..."
Wajah Longbaton memucat, campuran malu karena tipuannya terbongkar dan amarah, berubah hijau dan merah bergantian.
"Penipu! Kau penipu!" Teriaknya tiba-tiba lalu lari tergopoh-gopoh keluar.
Prak! Karena terlalu cepat, kakinya tersandung di jalan hingga terjatuh keras ke tanah, mengotori seluruh badan dengan lumpur.
"Wahahaha...""Hahaha...""Cepat lihat! Bukankah itu si bodoh dari Toko Api dan Palu?"
Penampilan memalukan Longbaton seketika menarik perhatian penonton di jalan yang tak berperikemanusiaan.
Di bawah cemoohan orang banyak, Longbaton berteriak histeris dan pergi dengan cepat sambil merangkak sambil berguling.
Sementara Reilin bersandar di pintu, tersenyum melihat semua ini.
"Bos! Kamu jahat! Tidak! Sungguh terlalu kejam!" Verlin yang berdiri di belakang Reilin saat ini, dengan lingkaran hitam besar di sekitar mata dan wajah yang kurus, bergumam pada Reilin.
"Hehe... Bukannya ini hari pertama kamu mengenal aku!" Reilin mengangkat bahu, lalu menuju ke halaman belakang.
Dia mengeluarkan Pedang Salib hitam yang sangat mirip dengan pedang "Jatuh" dalam desain chip, tapi tanpa sedikit pun fluktuasi energi.
Ini adalah replika buatan Reilin berdasarkan desain yang hanya menyerupai bentuk dan berat aslinya, tanpa rune energi atau sejenisnya di dalamnya.
"Huss!" Reilin mengangkat pedang dan menusuk lurus, membuat gerakan anggar yang sempurna.
Pedang hitam yang tajam membelah udara, menciptakan dentuman gelombang udara yang memekakkan telinga.
Meski pedang Jatuh belum selesai dibuat, Reilin sudah mulai beradaptasi dengan kenyamanan penggunaan senjata.
Tusukan lurus! Tebasan ke bawah! Sabetan miring!
Bayangan Reilin seakan terpecah menjadi beberapa sosok di tanah, tapi setiap pose bisa meninggalkan jejak gambar di udara.
Akhirnya, Reilin melompat tinggi, "Tebasan Salib!"
Pedang cahaya salib raksasa menyambar batu besar di lapangan!
Bruk! Bruk! Bruk! Bruk!
Batu-batu langsung terbelah menjadi empat pecahan berukuran sama di bawah Tebasan Salib Reilin.
"Ini..." Verin terpaku oleh kekuatan mengerikan itu, mulutnya menganga seperti kodok besar.
"Aku pernah melihat ksatria dari manor Baron bertarung, dia pasti tidak memiliki daya penghancur sehebat ini. Apakah Tuan Reilin adalah ksatria besar legendaris itu?"
Verin tetap berdiri membeku dengan mulut yang masih terbuka lebar.
"Bagaimana? Mau belajar?" Reilin mengusap tangan dengan handuk putih sambil tersenyum melihat ekspresi Verin.
"Mau!... Tidak! Aku... tidak mau..." Otak Verin berkabut, kata-katanya menjadi tidak koheren.
"Jadi? Mau atau tidak?" Senyum Reilin semakin lebar.
Setelah lama terdiam, Verin baru bisa merespons. Ia masih tidak percaya keberuntungan ini – dia benar-benar trauma karena sering dikerjai Reilin sebelumnya: "Bos! Eh... Maksudku Tuan! Usiaku sudah 19 tahun! Terlalu tua, belum pernah dapat pelatihan resmi sehari pun, cuma bisa baca sedikit. Bukankah calon ksatria harus dilatih sejak kecil? Jika Tuan butuh murid, menurutku Longbaton lebih cocok..."
Meski begitu, napas Verin mulai berat menghadapi godaan kekuatan besar ini.
"Jika harus ada alasan, hanya satu!" kata Reilin perlahan. Telinga Verin reflex bergerak mendekat.
“Karena aku senang! Alasan ini cukup, bukan!”
Reilin tertawa sangat gembira, Ahli Sihir memang makhluk yang bertindak sesuka hatinya.
Selain itu, Reilin merasa menekan emosi ahli sihir terus-menerus bukan hal baik, harus mencari saluran untuk meluapkannya. Karena ia merasa cocok dengan Vilyn, maka ia mengikuti kemauan hatinya.
"Baiklah!" Menghadapi alasan kuat ini, Vilyn hanya bisa tersenyum pahit.
"Kalau Longbottom tahu alasannya seperti ini, pasti akan menangis sampai mati!" Dalam hati, Vilin bergumam pelan.
"Bagaimana? Mau belajar?"
"Belajar! Tentu saja mau!" Vilyn langsung menyetujui. Di saat seperti ini, menolak berarti bodoh!!!
……
"Prak!" Sebuah pedang kayu menyambar horizontal, menghantam wajah Vilyn dengan keras.
Orang malang ini langsung terjatuh ke tanah, lama tak bisa bangun.
"Gerakan kakimu terlalu lambat! Harus memperhatikan keselarasan langkah dan napas! Mengerti?"
Reilin dengan pakaian hitam ketat berdiri di depan Vilyn: "Cepat bangun!"
"Ta... Tahu, Tuan!" Vilyn menarik napas dalam-dalam, bangkit dengan susah payah. Reilin mengontrol kekuatannya dengan baik, cukup membuatnya kesakitan tapi tanpa luka internal.
Saat Reilin setuju melatihnya, Vilyn sempat ingin memanggilnya Guru. Tapi bagaimana mungkin Reilin benar-benar menerima murid? Ia langsung menolak tanpa ragu.
Setelah satu jam latihan pedang, tibalah sesi rutin Teknik Pernapasan.
“Bagi para ksatria, yang mereka latih adalah jenis——energi kehidupan, juga disebut jiwa kehidupan!” Reilin berbicara dengan penuh kesabaran layaknya guru.
“Dengan pusatnya dua inci di bawah perut, di posisi segitiga terbalik—itulah area yang kami yakini sebagai sumber penghasil jiwa kehidupan. Pelatihan ksatria dilakukan melalui pengaturan frekuensi pernapasan untuk menyesuaikan sekresi tubuh, sehingga menghasilkan lebih banyak jiwa kehidupan……”
Reilin mulai mengajarkan Teknik Pernapasan Pedang Silang yang telah ia susun ulang kepada Vilin.
Dengan wawasan yang sangat tinggi, pengetahuan yang luar biasa kaya, serta pengalaman melatih Ksatria Brand, ia hanya perlu mengoptimalkan Teknik Pernapasan Pedang Silang milik Keluarga Farrell—dan hasilnya sudah mengalami peningkatan signifikan.
Menurut perkiraan Reilin, versi perbaikan teknik pernapasan ini termasuk level paling top di antara ksatria besar sekalipun.
