"Kota Dosa, meski masih termasuk wilayah Benua Tengah, telah lama terkikis oleh tanah yang terlupakan! Kebanyakan yang datang ke sini adalah penyihir dan ras lain yang tersingkir dari berbagai daerah, atau langsung para buronan!"
Reilin teringat penjelasan terkait.
Kemudian, ia melirik sekeliling.
Benar saja, sebagian besar penumpang yang turun di sini bermuka muram, membawa aura yang tidak bersahabat, atau bahkan menutupi wajah mereka sepenuhnya.
Bahkan kuli dan budak yang sedang bekerja di bawah pun sesekali mengamati rombongan penumpang ini dengan mata mereka. Di balik tatapan patuh tersembunyi keganasan dan haus darah, seolah menunggu celah untuk menerkam dan mencabik-cabik mereka seperti serigala.
"Kekacauan, tanpa tatanan! Kekuatan adalah segalanya! Penuh dengan segala jenis kejahatan! Itulah mengapa tempat ini dinamai Kota Dosa!"
Reilin mengingat catatan dalam dokumen itu, lalu bersama Robin dan yang lain menyatu dalam kerumunan orang dengan rendah hati.
Kota Dosa tidak memiliki penjaga gerbang, apalagi memungut biaya masuk. Arus manusia sangat padat, meski kebanyakan berpenampilan mencurigakan.
Mereka yang terdampar di sini jelas bukan orang-orang baik-baik.
“Bocah, kau lihat apa?” Seorang pria kekar setinggi hampir dua meter dengan otot-otot menonjol, memandang sinis ke arah seorang pria kecil di depannya.
“Oh! Maaf! Maaf!”
Pria kecil bermata segitiga itu meregangkan sudut bibirnya, membungkuk-bungkuk sambil tertawa kecut.
Saat sedang membungkuk meminta maaf, tiba-tiba kilatan dingin muncul dari mata segitiganya. Dengan gesit dia mengeluarkan belati hitam dari balik baju dan menghunjamkannya ke perut pria kekar itu.
“Kau...!” Wajah pria kekar dipenuhi amarah dan keterkejutan, namun lapisan cahaya tipis pertahanan mulai menyelimuti tubuhnya.
Ternyata pria kekar ini adalah seorang Tuan Ksatria yang telah membangkitkan energi kehidupan! Pertahanan Energi Kehidupan seperti ini sangat efektif menahan serangan tumpul seperti pentungan, bahkan bisa meredam sebagian besar kekuatan tusukan tajam sekalipun.
Kilatan sadis di mata pria kekar itu memperlihatkan tekad bulatnya untuk menyiksa pria kecil itu perlahan-lahan setelah berhasil menahan serangan ini.
Puff!
Namun seketika itu juga, ekspresi sadisnya berubah menjadi ketakutan murni.
Dia menyaksikan pertahanan andalannya - perlindungan pamungkas seorang ksatria - terbelah seperti kertas tipis di bawah belati hitam itu.
Belati hitam itu terus melesak masuk ke perutnya tanpa hambatan, lalu diputar dengan brutal!
“Kau……” Pria kekar itu jatuh dengan busa darah di mulutnya, meronta-ronta kesakitan di tanah. Melalui lukanya, terlihat samar-samar organ dalam dan usus yang hancur.
Luka seberat ini mustahil disembuhkan kecuali ada campur tangan Penyihir.
Pria bertubuh kecil menyimpan belatinya, menerobos kerumunan orang dengan gesit, lalu menghilang di sudut jalan.
“Sangat disayangkan pria besar itu, setidaknya dia seorang Ksatria! Dalam pertarungan jujur, sepuluh kurcaci pun takkan bisa mengalahkannya!”
“Untuk apa disayangkan? Si kurcaci itu memegang senjata warisan Penyihir! Bahkan ksatria besar sekalipun bisa celaka jika lengah menghadapi benda semacam itu!”
Para pejalan kaki di kedua sisi justru tak panik. Mereka malah menatap pria kekar yang terbaring dengan tatapan jahat. Beberapa bahkan saling pandang lalu mengejar arah pelarian si kurcaci.
Setelah lama menunggu, baru datang regu patroli yang bertindak sebagai petugas pembersih dan pengangkut mayat.
“Senjata yang dipegang si kurcaci tadi adalah objek dengan enchantment ringan. Meski belum mencapai level barang terkutuk rendah, tetap cukup berkualitas...”
Reilin menggeleng pelan menyaksikan kejadian ini.
Sejak memasuki Kota Dosa, ini sudah keempat atau kelima kalinya dia menyaksikan insiden serupa. Pihak berwenang kota sama sekali tidak ambil peduli.
Di sepanjang jalan, tembok-tembok penuh bekas torehan pisau dan kapak. Bahkan noda darah yang sudah mengering menjadi kecoklatan masih terlihat jelas.
"Singkatnya, ini adalah kota kriminal yang penuh kekacauan super. Berbagai perampokan, pembunuhan, pemerkosaan terjadi di mana-mana. Di sudut-sudut gelap tersembunyi aktivitas mencurigakan, bahkan tercium aura yang membuat Reilin sedikit tidak nyaman."
"Untungnya, kelompok Reilin berpakaian tentara bayaran dengan aura mengintimidasi yang kuat, membawa senjata yang membuat mereka terlihat sulit diganggu, sehingga menghindari banyak masalah."
"Meski begitu, masih ada beberapa orang tak bermata yang menginginkan kecantikan Kasha dan beberapa Ahli Sihir wanita lainnya, dengan berani menghadang di jalan dan menuntut Reilin melakukan ini-itu."
"Sekarang? Mereka sudah menjadi mayat-mayat yang pergi mengaku dosa kepada kematian."
"Robin, aura dari kegelapan di kedalaman itu sangat membuatku tidak nyaman!"
Reilin berjalan mendekat ke Robin sambil berkata.
"Persepsi yang sangat tajam!" Robin mengenakan jubah hitam yang hanya menyisakan sepasang mata.
"Benar, ini adalah ritual pemanggilan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pengkhianat!"
"Hah?" Pupil mata Reilin melebar tiba-tiba, ia tak pernah menyangka akan jawaban ini.
Sama seperti eksplorasi mereka ke dunia lain melalui Gerbang Astral, kadang para penguasa dari Dimensi lain juga mengirimkan relikui atau benih mental melalui saluran tertentu ke sini, merayu makhluk berakal untuk berkorban demi mendapatkan kekuatan!
Ini sebenarnya adalah cara membuka jalur permanen dari kedua sisi melalui kontak terus-menerus, sekaligus mengumpulkan jiwa-jiwa terkutuk.
"Yang paling terkenal adalah dimensi yang memiliki Setan, dengan banyak legenda yang masih beredar bahkan di Pantai Selatan hingga Benua Tengah."
"Kamu tahu, semakin jahat dan penuh dosa suatu tempat, semakin besar daya tariknya bagi Setan. Jiwa dan pengorbanan daging dalam lingkungan seperti ini bisa membuat mereka semakin senang, bahkan menurunkan tubuh bayangan atau wujud aslinya!"
Robin tersenyum menjelaskan: "Yang berkuasa di Kota Dosa adalah Pemburu Setan agung, Penyihir Bintang Fajar Tuan Ganlier! Setiap kali ada tubuh bayangan Setan muncul, dia akan langsung menangkapnya untuk diteliti atau dijual, kabarnya sangat laris..."
Reilin terdengar terdiam.
Tuan Ganlier ini ibarat menggunakan seluruh Kota Dosa sebagai umpan raksasa untuk memancing berbagai Setan masuk perangkap.
Setiap kali para Setan ini senang dengan pengorbanan dan menurunkan tubuh bayangan atau bahkan wujud aslinya, Ganlier akan segera menangkapnya. Coba bayangkan betapa malangnya para Setan itu.
"Ini... Tidakkah Tuan Pemburu Setan takut kedatangan Setan yang lebih kuat?" Reilin menyuarakan kekhawatirannya.
Tempat dimana setiap sudut kota dipenuhi penyembah Setan seperti ini bagaikan gunung berapi aktif! Tidakkah Penyihir Bintang Fajar itu takut permainannya menjadi kacau dan mendatangkan masalah besar?
“Tenang, Tuan Pemburu Setan sangat ahli dalam meneliti Setan! Banyak Setan Adipati bukanlah tandingannya! Dan juga…”
Robin melirik ke sudut ruangan tak jauh: “Dimensi Setan itu apa? Sudah banyak Penyihir Bintang Fajar yang mengincarnya! Kalau saja para Setan itu tidak licik, lebih memilih mengorbankan tubuh bayangan daripada meninggalkan jejak koordinat, pasti kami sudah menyerbu dan menguasai Dimensi Setan sepenuhnya!”
“Selain itu, mereka hanya bertahan sisa-sisa. Menurut dugaan kami, Tuan Pemburu Setan itu mungkin Penyihir Bintang Fajar yang paling dekat dengan penemuan Dimensi Setan! Bahkan mungkin sudah menemukannya!”
Reilin terdiam.
Dari Robin, ia melihat keyakinan khas penyihir tengah – ambisi yang terpupuk setelah menaklukkan ribuan dimensi!
Kondisi seperti ini pernah ada di era kuno, namun memudar setelah Perang Penghabisan. Kini, dengan eksplorasi Gerbang Antar Dimensi, dunia penyihir yang telah merebut kembali sebagian kejayaan kuno mulai menunjukkan kegagahan itu!
“Mungkin hanya kondisi mental penuh perjuangan dan ambisi seperti inilah yang bisa mendorong dunia penyihir terus bersinar dan maju!”
Reilin menghela napas dalam hati, namun semangatnya kini berkobar.
Ini adalah zaman terbaik! Semua sumber daya, pengetahuan, metode meditasi terbuka untuknya. Di luar sana, dimensi dan dunia lain sebanyak pasir gurun menunggu untuk dijelajahi dan ditaklukkan!
“Harus segera promosi menjadi Penyihir Bintang Fajar!”
Di lubuk hati Reilin, hasrat ini semakin membara. Dia sangat berharap dapat meninggalkan jejak yang mendalam, bahkan menjadi pemimpin dalam proses kebangkitan dunia penyihir di masa depan!
Meskipun pernah melakukan hal serupa di Dark Extreme Domain, itu hanya sekadar permainan kecil. Mana bisa dibandingkan dengan panggung sebesar ini?
"Melewati Kota Dosa, kita akan memasuki Tanah yang Terlupakan! Efek corong elemen di sana sangat dahsyat, konsentrasi elemennya mungkin kurang dari 10% Benua Tengah. Pengisian kekuatan spiritual dan manna hanya bisa mengandalkan ramuan dan inti batu sihir. Perhatikan baik-baik, bagi yang membutuhkan, segera penuhi kekuatan spiritual kalian di sini..."
Robin terus berbisik menyampaikan berbagai peringatan.
"Selain itu, di Kota Dosa jangan sampai berbuat keterlaluan atau sengaja membuat masalah! Ingat, pihak belakang mereka juga memiliki Tuan Penyihir Bintang Fajar. Reputasi Shou Mo Zhe (Pemburu Iblis) bahkan termasyhur di kalangan Penyihir Bintang Fajar..."
Reilin dan ahli sihir lainnya mengangguk setuju.
Meskipun Cincin Ouroboros dianggap sebagai kekuatan besar di Benua Tengah, mereka bukan penguasa tunggal, bahkan peringkatnya tidak terlalu tinggi.
Sebelum berangkat, Robin telah menjelaskan berbagai pantangan secara detail kepada Reilin.
Pertama, beberapa kekuatan dari Tahta Level Enam sama sekali tidak boleh diusik. Sedangkan organisasi yang memiliki Penyihir Crescent Bulan juga sebisa mungkin dihindari.
Sisa kekuatan tersebut pada dasarnya setara dengan Ouroboros, jadi tidak perlu ditakuti. Selama berdasar pada alasan yang benar, langsung bertindak! Rata-rata kemampuan tempur Ahli Sihir memang jauh melampaui Penyihir setingkat.
Meskipun semua Ahli Sihir mengaku masih penuh tenaga dan mannanya masih penuh, Robin memutuskan untuk beristirahat semalam di Kota Dosa sebelum memasuki Tanah Terlupakan yang sebenarnya.
Karena itu, Reilin dan kawanan memilih menginap di penginapan bersih terlebih dahulu. Sebagian melakukan meditasi, sementara yang lain pergi menjelajah sekaligus membeli kebutuhan lain.
