Dibandingkan ahli sihir berbakat tanpa koneksi, Reilin jauh lebih mapan.
Dengan Chip sebagai kartu truf, kemampuan belajar dan operasionalnya melampaui penyihir biasa.
Transformasi ini menjadi produktivitas yang menghasilkan sumber daya cukup untuk penelitian dan pelatihan diri.
Karenanya, dia tak perlu seperti penyihir lain yang mencari dukungan keluarga besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan sumber daya fisik.
Bahkan, karena terlalu banyak rahasia, dia harus mengisolasi diri dan menyembunyikan misterinya dalam kegelapan.
Inilah sebabnya dia tak pernah berniat mencari pasangan. Hubungan intim dengan wanita pun hanya sekadar sandiwara atau pemuasan kebutuhan.
Andai Fleur benar-benar memancingnya dengan Permata Hall, pasti akan menjadi masalah besar baginya.
"Tapi untungnya, dia sekarang memiliki barang yang sangat dibutuhkan pihak lawan, jadi tidak perlu terlalu bingung."
"Selain itu, meskipun kristal darah leluhur tidak bisa menghilangkan fenomena pelemahan darah keluarga mereka, tapi memperlambatnya untuk sementara waktu masih sangat mungkin, ini juga bisa membuat Reilin bebas sesaat."
"Bagaimana? Puas dengan barang pertukaran ini?"
Kasha memonyongkan bibir kesal, "Kalau masih tidak cukup, tambahkan kami berdua. Lagipula Fleur sudah siap mengorbankan segalanya untuk mendapatkan kristal darah leluhur..."
"Sudah cukup!" Reilin mengangguk, pura-pura tidak mendengar bagian akhir ucapan Kasha: "Mohon tunggu sebentar!"
Dia berdiri dan berbelok ke koridor lain.
Setelah Reilin pergi, dua penyihir perempuan itu langsung rileks.
Meski tahu seluruh Menara Penyihir berada di bawah pengawasan Reilin, apalagi bagian dalamnya, tapi perasaan saat ada orang atau tidak tetap berbeda.
Selain itu, kedua wanita ini sepertinya diam-diam berharap percakapan mereka bisa disiarkan ke Reilin melalui roh menara.
"Gimana? Lega sekarang?"
Kasha bersandar malas di sofa empuk, belahan jubahnya memperlihatkan dua paha putih bersih.
"Hmm!" Fleur menghela nafas lega, tapi sepertinya ada rasa kecewa di hatinya.
"Sebenarnya, kristal darah leluhur paling banyak hanya bisa meredakan krisis darah leluhur selama satu abad. Setelah itu tetap tak terhindarkan. Lagipula efek penggunaan kristal darah leluhur secara berulang akan menurun drastis, bahkan sampai akhirnya sama sekali tidak mempan!"
Kasha sepertinya merayu Fleur: "Jadi cara paling aman ya merekrut Darah Segar! Dengan kemurnian darah leluhur Reilin, keluargamu tak perlu khawatir soal ini selama ratusan tahun ke depan!"
"Kenapa kau tidak melakukannya?" Pipi Fleur memerah, tapi balas menantang tanpa gentar.
"Aku juga ingin, tapi kau kan lihat sendiri, dia sama sekali tidak terpengaruh rayuan. Ada ide lain?"
Kasha menghela napas, melangkah mendekat, mengangkat dagu Fleur dengan ujung jarinya: "Ahli Sihir perempuan secantik dan sepolos ini, tapi bocah itu tetap tak tergoda. Benarkah dia terbuat dari batu?"
"Kakak Kasha juga tak kalah..." Kilatan senyum mengintip di mata Fleur, tangannya merangkul pinggang lawannya.
"Sepertinya aku harus memberimu pelajaran kali ini..." Kasha tersenyum nakal, mencium bibir Fleur.
“……”
Reilin yang menyaksikan adegan ini melalui roh menara hanya bisa menggeleng tak percaya.
Para penyihir perempuan ini memang gila, dan sangat pandai bermain-main. Mereka benar-benar menggunakan segala cara untuk menggoda dirinya.
“Sayangnya, karena harus mengendalikan darah leluhurnya sendiri, bisa melihat tapi tidak bisa menikmati, membuat Reilin merasa sedikit kesal dalam hati.”
“Tapi...” Senyum nakal muncul di bibir Reilin.
Sebelumnya, dia takut para penyihir perempuan akan mencuri darah leluhurnya melalui trik atau sihir, sehingga enggan berhubungan intim. Namun sejak mendapatkan data penelitian sintesis darah leluhur dari organisasi, pemahamannya tentang darah leluhur semakin mendalam.
Dengan sedikit waktu lagi, dia yakin bisa mengembangkan teknologi untuk mengamankan sumber darah leluhur dan mencegah kebocoran benih kehidupan. Nantinya dengan bantuan Chip, meskipun para penyihir perempuan itu ahli menyedot, mereka takkan mendapatkan apa-apa darinya.
Ekspresi para penyihir perempuan yang kehilangan istri dan tentara itu nantinya pasti akan sangat menarik untuk disaksikan.
Bagaimana dengan sekarang?
Melihat adegan panas di layar, Reilin merasakan gejolak dalam hatinya.
Tampaknya untuk sementara dia harus menyuruh Goble membeli budak perempuan cantik sebagai pelampiasan.
Reilin selalu menolak mengorbankan kenyamanannya sendiri. Semua kenikmatan harus yang terbaik, dalam segala aspek.
Bagaimanapun, apa artinya keabadian tanpa kebahagiaan yang tak terbatas?
Meski hasratnya menggebu, Reilin tetap menunggu dengan sopan selama belasan menit sebelum kembali memasuki ruang tamu.
Ruang tamu telah dibersihkan rapi. Bahkan pakaian kedua wanita itu terlihat sempurna tanpa noda, ekspresi wajah mereka tenang seolah tak melakukan apa-apa selain menunggu sang Tuan.
Reilin tersenyum, hidungnya berkedut halus.
Di udara, dia mencium aroma yang sangat khusus, dengan keharuman lembut dan bau yang lebih unik – aroma yang sangat dia kenal.
Melihat gerakannya, wajah Kasha dan Fleur tidak bisa menahan munculnya semburat merah.
Ketika melihat Kasha hampir melompat marah, Reilin baru tersenyum, menghentikan provokasi diam-diam ini, dan meletakkan nampan perak di atas meja bundar.
"Kristal darah leluhur ini adalah stok terakhirku. Andai saja aku tidak punya dukungan keluarga, sungguh tidak akan kuberikan untuk ditukar..."
Faktanya, saat dia berbicara, pandangan kedua wanita itu telah tertarik pada cahaya merah darah pekat yang dipancarkan kristal darah leluhur.
"Terima kasih atas kemurahan hatimu, Reilin! Semoga persahabatan kita bisa bertahan selamanya!"
Saat membahas urusan resmi, wajah Fleur tidak lagi menunjukkan rasa malu sebelumnya, digantikan oleh ekspresi yang sangat serius.
"Uh-huh!" Kasha mengangguk setuju, lalu memandang Reilin dengan tatapan penuh harap: "Menurut Guru Gilbert, waktu itu kamu tidak jujur dan masih menyembunyikan beberapa tulang makhluk kuno langka. Sekalian keluarkan semuanya..."
Reilin menggelengkan kepala sambil tersenyum pahit melihat seniornya yang matanya hampir bersinar-sinar ini.
……
"Reilin, Guru menyuruhku menyampaikan – akhir-akhir ini berhati-hatilah. Jika tidak ada keperluan, jangan keluar dari wilayah kendali Cincin Ouroboros..."
Di saat perpisahan, Kasha berbisik di telinga Reilin.
"Hmm?!" Reilin terkejut, kemudian pikirannya bekerja cepat: "Apakah karena Pemburu Iblis Ganriel?"
"Ya, dia toh adalah seorang Penyihir Bintang Fajar. Meski tidak akan turun tangan langsung demi menjaga martabat, cukup dengan mengutarakan maksudnya, sudah banyak penyihir yang ingin mengambil hati - terutama dari Kota Dosa, mereka benar-benar gila..."
Senyum getir muncul di bibir Kasha: "Bukan hanya kamu, aku dan Robin juga mendapat perintah ini dari Guru!"
"Aku paham. Kebetulan akhir-akhir ini ingin beristirahat, menara sihir juga baru selesai dibangun, banyak eksperimen yang belum sempat dimulai... Puluhan tahun ke depan, aku tidak akan meninggalkan tempat ini!"
Setelah hening yang cukup lama, Reilin mengangguk sambil tersenyum.
"Bagus!" Kasha paling khawatir adik seperguruannya ini terlalu nekat dan membuat masalah di luar, tapi tampaknya Reilin bersikap sangat rasional, membuatnya lega.
Ia akhirnya memeluk Reilin sekali lagi sebelum pergi bersama Fleur.
Saat bayangan dua penyihir perempuan itu menghilang dari pandangan, senyum di wajah Reilin berangsur memudar digantikan raut gelap.
"Penyihir Bintang Fajar, Ganriel ya..."
Dia sudah dewasa sebelum melakukan perjalanan lintas waktu, pengalamannya jauh melebihi penyihir biasa. Tentu tidak akan gegabah keluar hanya untuk memuaskan emosi sesaat dan mendatangkan bahaya - itu tindakan tolol ala anak remaja.
“Saat harus bersembunyi, Reilin tidak keberatan berlindung dalam cangkang kura-kura yang aman.”
“Soal reputasi dan nama baik? Semua itu tak berarti ketika nyawa terancam.”
“Tapi sifat picik dan pendendam Penyihir Bintang Fajar tetap membuat Reilin kesal. Terutama mengingat serangan memalukan mereka sebelumnya. Andai saja dia tidak mempersiapkan diri dengan memanggil mentor Gilbert sebagai bala bantuan, mungkin dia sudah tewas di sana.”
“Penyihir Bintang Fajar yang agung bagai bintang di langit, bersinar terang dan abadi…”
Reilin memandang arah Kota Dosa dengan senyum dingin.
“Tapi bahkan matahari pun suatu hari akan padam. Bagaimana dengan Ganlier Sang Pemburu Iblis? Aku tak sabar melihatmu jatuh dari langit…”
Dalam hati, Reilin telah memutuskan: Begitu kekuatannya melampaui lawan, takdir kematian pasti akan dijatuhkannya.
……
Tapi di permukaan, Reilin sama sekali tidak menunjukkan hal ini. Setelah peringatan Kasha, dia sangat menjaga profil rendah di Menara Penyihirnya, jarang mengunjungi markas besar.
Di satu sisi, memang ada banyak eksperimen dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Tapi alasan utama adalah masalah bahan yang dia pegang.
“Penyihir yang mengincar barang di tanganku jauh lebih banyak dari sekadar Fleur.”
“Untungnya sekarang dia sudah mencapai level tiga penguapan, termasuk pimpinan tinggi organisasi. Dengan Menara Penyihirnya yang memiliki jangkauan radiasi setara Penyihir Terkristalisasi, tak sembarang orang bisa mengganggunya.”
Dan, demi sedikit hal yang terlihat jelas, banyak penyihir akan mempertimbangkan apakah pantas untuk menyinggung perasaan pemuda berbakat seperti dirinya.
Karena itu, kehidupannya berjalan relatif tenang.
Tentu saja, ini semua karena sumber daya yang diam-diam dibawa Tarnasha atas perintahnya tidak terungkap. Jika tidak, semua pertimbangan hubungan baik akan hilang—bahkan beberapa ahli sihir tingkat bintang fajar akan turun tangan!
Dia tentu ingin segera menjual barang-barang itu agar tidak jadi incaran orang. Meski hasilnya hanya setetes dalam laut baginya, menjual terlalu mudah bisa menimbulkan kecurigaan. Akhirnya urusan ini tertunda.
Setahun kemudian, Reilin akhirnya mendapat kesempatan untuk melelang sisa-sisa makhluk berenergi tinggi yang dimilikinya secara terbuka melalui Cincin Ouroboros. Semua akhirnya dibeli oleh Viscount Lushi.
