Di dalam Kastil Ular Darah, bahkan terdapat banyak fenomena tak terjelaskan yang tak bisa diuraikan oleh ketua keluarga Fleur sekalipun.
Karena itu, saat pertama kali melihat kastil merah darah ini, Reilin langsung menyukainya.
"Kastil seperti inilah tempat yang pantas dihuni penyihir... Black Fortress-ku kurang fondasi!"
Reilin menghela napas.
Dalam sejarah keluarga Fleur bahkan ada legenda tentang ahli sihir tingkat Bintang Fajar, tentu saja bukan level yang bisa disainginya sekarang.
"Tapi Reilin memiliki keyakinan pada dirinya sendiri. Asalkan dia bisa naik ke level Bintang Fajar, dalam beberapa tahun saja, Black Fortress bisa berubah menjadi kastil penyihir sejati seperti Kastil Ular Darah."
"Saat ini di plaza depan Kastil Ular Darah, sudah terparkir banyak kereta kuda dan berbagai tunggangan makhluk ajaib."
"Di depan gerbang kastil, arus pengunjung terus mengalir masuk menciptakan keramaian, diselingi suara-suara salam yang sesekali terdengar."
"Orang yang datang sendirian seperti Reilin memang sangat langka, sehingga langsung menarik perhatian."
"Untungnya dia sudah terkenal. Mayoritas anggota organisasi pernah melihatnya, dan yang belum pasti punya rekaman visual, jadi tidak akan terjadi kesalahan memalukan."
"Reilin, kamu datang!"
"Setelah keributan di pintu gerbang, Fleur yang mengenakan gaun mewah muncul menyambut secara pribadi."
"Wajahnya masih menyisakan nuansa kekanakan meski sudah lama tak bertemu, bahkan dengan aura tekanan dahsyat Penyihir Terkristalisasi di tubuhnya. Kontras dengan postur dewasa dan seksi yang dimilikinya."
"Langsung memanggil nama? Apakah aku akrab denganmu?"
"Reilin menggeleng dalam hati, tapi tetap membiarkan Fleur menyandarkan lengannya dengan mesra sambil berjalan masuk ke Kastil Ular Darah."
"Sinyal penuh implikasi ini segera menyebar ke mana-mana."
"Reilin tahu, di dalam hati Fleur mungkin belum sepenuhnya meninggalkan rencana sebelumnya, selalu suka menunjukkan kedekatan dengannya di depan publik sengaja atau tidak."
"Tapi dia juga senang dengan situasi ini, setidaknya penyihir perempuan lain yang datang membuat masalah menjadi sangat sedikit."
"Yang berani bersaing dengan Fleur memperebutkan pria hanyalah Milantha, setelah yang terakhir dia atasi, sekarang sudah jauh lebih patuh."
"Aku senang kamu bisa datang, setelah pesta aku ingin bertemu secara pribadi denganmu, mengenai urusan Guru kita!"
Fleur berbisik di telinga Reilin sambil tertawa manis, lalu memeluk Reilin sebelum pergi menjamu tamu lain.
Hari ini dia adalah tokoh utama di sini, banyak juga ahli sihir senior beridentitas mulia yang datang, tentu tidak bisa hanya menemani Reilin sendirian.
"Guru?" Reilin mengusap dagunya.
Tampaknya Fleur juga memiliki minat cukup besar pada rumor tentang jejak Dunia Api Penyiksaan, tapi terlihat masih membawa secarik kekhawatiran, wawasan jauh ini saja sudah mengungguli penyihir lain.
Reilin mengangkat bahu, mencari sudut sendiri dan mulai menikmati hidangan lezat serta anggur dengan tenang.
Sebagai warisan bangsawan besar ribuan tahun, kelimpahan makanan dalam pesta ini melebihi perkiraan Reilin.
"Haha! Reilin, suka menyendiri di sini? Tidak mau menari?"
Setelah duduk sebentar di sofa, Reilin melihat seorang kenalan mendekat.
Aura Robin terlihat lebih suram, tanda hitam di dahinya hampir memenuhi seluruh wajah, memberikan perasaan sangat tidak nyaman pada Reilin.
Saat ini, dia memegang gelas kristal berisi anggur merah sambil tersenyum memberi isyarat pada Reilin.
Di sisi lain, banyak penyihir perempuan yang berpakaian terbuka melayangkan beberapa pandangan genit ke arah sini.
"Senior Robin!" Reilin tersenyum mengangguk: "Aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti ini..."
"Saat berhadapan dengan Milantha sebelumnya, kau tidak berkata begitu..." Robin menggelengkan kepala sambil tersenyum, lalu duduk di sebelah Reilin.
Jelas terlihat, penyebutannya tentang para penyihir perempuan tadi hanya sekadar pembuka percakapan.
"Aura yang kau pancarkan... sudah mencapai tingkat yang bahkan aku sulit menilainya..." Robin memandangi Reilin dari atas ke bawah, kilauan cahaya sesaat terlihat di matanya sebelum ia tersenyum.
Pandangan itu membuat Reilin merasakan hawa dingin, terutama keserakahan yang tersamar dengan baik dari lawannya membuat jantungnya berdebar kencang.
"Senior Robin bercanda, aku hanya baru menguasai beberapa sihir ampuh belakangan ini..."
Reilin menolak dengan sopan. Teknik transformasi yang bahkan tak bisa ditembus oleh Penyihir Terkristalisasi biasa, ternyata tercium oleh Robin. Ini membuat kewaspadaannya langsung meningkat.
"Kenapa tak melihat Luoya?" Ia segera mengalihkan topik.
"Dia..." Kerinduan sesaat terpancar dari mata Robin: "Luoya sedang berada di tahap kritis penguapan kekuatan spiritual, jadi lebih sering tinggal di klan..."
"Aku harus ucapkan selamat duluan untuk senior..." Reilin tersenyum, namun merasa ada yang tak beres dari penjelasan tersebut.
"Ekspedisi sebelumnya memberi kita banyak hasil. Sekarang ada informasi baru, bagaimana? Mau ekspedisi bersama? Untuk hasil kali ini bisa kuberikan 40% untukmu!"
Robin terdiam sejenak sebelum mengeluarkan undangan.
"Eksplorasi, di mana lokasinya?" Reilin tampak tertarik, tubuhnya sedikit condong ke depan.
"Sebuah Wilayah Rahasia kuno, saya yakin itu karya Penyihir Bintang Fajar zaman purba, bahkan mungkin reruntuhan Organisasi Pasir Terbang!"
Robin sedikit merapikan ucapannya.
"Organisasi Pasir Terbang?" Mata Reilin berbinar, namun kewaspadaan dalam hatinya mencapai puncak.
Setelah berpikir lama, akhirnya dia memberikan jawaban: "Maaf! Senior, saya sedang melakukan eksperimen sangat penting akhir-akhir ini, mungkin tidak bisa bepergian lama..."
Begitu kata-kata itu terucap, tubuh Reilin langsung merasakan hawa dingin, seolah ditatap binatang buas ganas.
"Oh! Sayang sekali..." Robin menghela napas lalu bangkit dan pergi.
Namun Reilin jelas merasakan amarah yang ditahan kuat dari tubuhnya, serta hal-hal lain yang tersembunyi dalam kegelapan.
"Orang yang mengerikan!" Reilin menghela napas dalam-dalam sambil memandang punggung Robin.
"Sepertinya perjalanan ke Kastil Pasir sebelumnya telah mengubah Robin secara drastis..."
Reilin merasakan bahwa Robin sekarang dan Robin yang ceria dulu seolah dua orang yang berbeda sama sekali.
Bahkan jika Robin yang dulu datang mengundang, Reilin mungkin tetap akan menolak.
Saat ini dia tidak kekurangan apapun, kondisi luar sedang kacau balau, melakukan eksplorasi dalam situasi seperti ini jelas mencari MATI.
Apalagi Robin yang sekarang sama sekali tidak bisa membuat Reilin tenang.
Pesta antar bangsawan seperti ini cukup membosankan, setidaknya menurut pandangan Reilin sendiri.
Banyak bangsawan darah saling menyombongkan diri dan memuji-muji, akhirnya bahkan mabuk berat.
Lebih banyak lagi pria tampan dan wanita cantik yang terus berpelukan di panggung, akhirnya meninggalkan pesta bersama dan memasuki bilik khusus. Menurut legenda, kerahasiaan bilik-bilik ini cukup baik, bahkan jika langit runtuh, suara dari dalam sama sekali tidak akan terdengar ke luar, sehingga bisa dengan bebas melakukan apapun yang diinginkan.
Kekuatan yang ditunjukkan Reilin saat ini juga berada di puncak pencairan, ditambah statusnya sebagai Marquis bangsawan Ouroboros, membuat banyak ahli sihir tingkat tinggi mendekatinya. Bahkan bersembunyi di sudut pun tidak mendapat ketenangan, ditambah banyaknya undangan ambigu.
Jika dalam keadaan normal, Reilin mungkin tidak keberatan bermain-main, namun setelah pesta masih ada undangan pribadi dari Fleur. Kemunculan Robin juga membuatnya gelisah, sehingga sama sekali tidak memiliki mood.
Baru setelah otot wajah Reilin terasa kaku karena terus tersenyum, pesta megah ini akhirnya dinyatakan selesai.
Ini baru perayaan untuk bangsawan tinggi seperti mereka. Ahli sihir tingkat rendah bahkan penduduk wilayah di luar akan mendapat liburan selama enam hari, bahkan keluarga Fleur akan memberikan roti putih dan rum gratis.
Sepertinya keluarga mereka sudah lama tidak memiliki acara bahagia level ini, sehingga harus dirayakan besar-besaran.
Reilin tidak mempedulikan semua ini. Setelah pesta berakhir, dia dipandu seorang pelayan wanita menuju kedalaman Kastil Ular Darah.
“Akibat radiasi dari banyak penyihir, material seluruh Kastil Ular Darah telah mengalami perubahan.”
“Dinding-dindingnya dipenuhi warna merah darah seperti otot manusia, bahkan memiliki sedikit elastisitas.”
“Karpet merah menghiasi lantai, sesekali mulut raksasa melayang lalu menyedot sampah di lantai, menjilat bibir seolah sangat lezat.”
“Di seluruh Kastil Ular Darah tidak ada satupun orang biasa, selain pelayan wanita ahli sihir rendahan seperti yang ada di depan Reilin, kebanyakan adalah budak ras lain.”
“Hoflin?”
“Reilin terkejut melihat sekelompok makhluk kurcaci memberi hormat padanya. Tubuh mereka kurus tetapi telinganya runcing.”
“Benar Tuan! Hoflin tidak hanya berumur panjang, tapi juga tukang kebun dan koki ulung yang bisa mengerjakan berbagai tugas dengan tingkat kompleksitas berbeda, plus memiliki resistensi tinggi terhadap radiasi penyihir!”
“Pelayan wanita itu berbisik memperkenalkan pada Reilin.”
“Budak rumah tangga seperti ini, aku pernah dengar!” Reilin mengangguk.
“Sebenarnya saat membangun Black Fortress, aku juga pernah ingin membeli budak Hoflin. Tapi sumber daya budak berkualitas seperti ini selalu langka, hanya keluarga bangsawan darah seperti Fleur yang memiliki banyak Hoflin.”
“Tuan sedang menanti di perpustakaan!”
“Pelayan wanita itu membuka pintu kayu kenari dengan hormat lalu berdiri di samping.”
“Reilin merapikan kerah bajunya lalu masuk.”
“Selamat datang! Kamu belum pernah melihat perpustakaanku, kan?” Fleur kini telah berganti mengenakan jubah longgar, hanya mengikat sehelai sutera sederhana di pinggang, dengan ikat rambut merah menyala di rambutnya yang dihiasi ornamen dan pola rumit.
“Benar, koleksi buku sebanyak ini sungguh mengejutkanku!”
Reilin mengangguk, seolah mengabaikan kehadiran Fleur.
Dia sangat memahami isi hatinya sendiri, dan juga tahu bahwa lawan bicaranya bukan orang sembarangan. Cara berinteraksi yang biasa tentu tak bisa digunakan, karena Fleur berbeda dari siapa pun.
Reilin yakin, jika dia menyetujui permintaan itu tanpa berniat bertanggung jawab, pasti akan dikejar-kejar sampai MATI oleh Adipati Darah.
“Selama kamu menyukainya, semua buku di sini boleh kamu baca sesuka hati!”
Kilatan kekecewaan muncul di mata Fleur, namun dia tetap memberikan janji.
