Kekacauan di Cincin Ouroboros bagai batu kerikil yang dilempar ke permukaan tenang Danau Benua Tengah, menciptakan riak gelombang.
Karena saling menahan diri antar Penyihir Bintang Fajar, perang skala besar seperti ini sudah jarang terjadi.
Peristiwa di Cincin Ouroboros segera menyebar ke seluruh Benua Tengah. Banyak mata-mata, penyelidik berbagai kekuatan, bahkan penyihir pengelana yang tak terikat berduyun-duyun menuju Rawa Fosfor.
“Mereka sangat ingin mengetahui penyebab dan akibat dari semua ini, yang akan menjadi referensi penting untuk diserahkan kepada kekuatan di belakang masing-masing mereka.”
“Badai akan segera datang!”
Di Rawa Fosfor, markas besar Cincin Ouroboros, Fleur mengenakan pakaian kulit ketat berdiri di platform terapung, memandang ke bawah kota ahli sihir yang megah.
“Kota yang begitu makmur dan damai ini, apakah juga akan dilanda perang?”
Melihat cakrawala gelap di kejauhan, awan kegelapan pun mulai muncul di wajah Fleur.
Awan kegelapan di wajahnya semakin pekat ketika melihat Yulian dan beberapa orang tua yang mendekat.
“Bagaimana penempatan anggota?”
Mengabaikan beberapa orang tua di belakang, Fleur langsung bertanya pada Yulian.
“Sudah semua dialokasikan, hanya saja...”
Keraguan terpancar dari wajah Yulian.
“Biar saya yang jelaskan! Karena penempatan sembarangan Pasukan Ahli Sihir Ular Darah olehmu sebelumnya, keluarga kami menanggung kerugian besar. Kini bahkan mengambil alih pertahanan Sektor Barat yang menjadi tanggung jawab Reilin, membuat beban keluarga kami semakin berat!”
Seorang pria tua dengan alis merah darah berbicara dengan suara dingin dan ekspresi tidak puas. Bukan hanya dia, beberapa orang tua lainnya juga menunjukkan ekspresi serupa.
“Harus dipahami bahwa kekuatan keluarga kami sudah sangat terbatas untuk mempertahankan wilayah kami sendiri. Sekarang harus menanggung area tambahan, pasti akan melemahkan jumlah personel. Jika terjadi masalah, keluarga kami bisa mengalami kehancuran total!”
Seorang nenek tua lainnya menambahkan.
"Bibi... semua ini aku tahu, tapi..." Para orang tua ini semuanya adalah tetua keluarga Fleur, banyak yang melihatnya tumbuh besar. Meskipun Fleur sudah mencapai kristalisasi, banyak hal tetap sulit diungkapkan.
"Aku tahu, kamu menyukai pemuda itu, kan?"
Seorang tetua lain, pria tua dengan benjolan di wajah, tiba-tiba berkata dengan nada sinis.
"Memang kenapa kalau iya? Paman Ivanov!" Fleur menarik napas dalam, matanya menatap tajam Ivanov, aura berbahaya segera menyelimuti ruangan.
Benjolan di wajah Ivanov bergetar, tubuhnya mundur beberapa langkah, tapi mulutnya tetap lancang: "Kamu memperlakukan orang lain seperti ini, tapi Reilin itu playboy terkenal. Tidak hanya main mata dengan seniornya, bahkan sampai dengan Milantha si pelacur itu..."
"Cukup!" Wajah Fleur memerah sambil membentak, sementara tetua lainnya mengerutkan kening.
Sebenarnya hubungan asmara antar ahli sihir sangat kacau, saat mereka muda pun demikian, jadi kebejatan Reilin tidak dianggap masalah besar.
Tapi cara Ivanov mengungkitnya terkesan sangat rendahan.
Tapi kalau dipikir-pikir, perkataan Ivanov ada benarnya. Jika Reilin benar-benar berminat pada Fleur, bukankah mereka sudah lama bersama? Sekarang tampaknya hanya keinginan sepihak ketua keluarga!
Memikirkan ini, bibi Fleur mulai khawatir: "Fleur kecil, kamu..."
“Marquis Lushi tiba!” Suara pengumuman itu menggema. Para tetua saling pandang, lalu segera mengunci mulut mereka.
Ini semua aib internal keluarga. Mereka tak punya niat membocorkannya ke pihak luar.
“Kalau begitu kami pamit dulu. Renungkan baik-baik...” Nenek tua itu melirik Fleur dengan penuh kasih sebelum mengajak para tetua lainnya pergi.
Setelah mereka menghilang, Fleur baru menghela napas lega dan menyambut Lushi.
“Hehe... Stres ya?” Lushi tersenyum sambil diikuti dua penyihir di belakangnya.
“Cuma gangguan kecil!” Fleur menyisir rambut panjang di belakang telinganya, mengamati dua penyihir di belakang Lushi. Salah satunya Pike, anak buah Reilin yang sudah dikenalnya. Penyihir perempuan bertopeng satunya mengeluarkan fluktuasi kristalisasi mengerikan yang tak ia kenal.
Kekuatan selevel ini seharusnya tak mungkin tak terkenal. Di Cincin Ouroboros sekalipun, jumlah Penyihir Terkristalisasi sangat terbatas – belasan orang saja sudah cukup membentuk dewan tertinggi.
“Kuperkenalkan, Pike ini pasti sudah tak asing lagi!” Lushi tertawa membiarkan Pike memberi hormat, lalu menunjuk penyihir perempuan itu.
“Ini ‘Bayangan’, Penyihir Terkristalisasi yang ditaklukkan Reilin di luar. Identitasnya sensitif jadi wajahnya harus ditutupi. Tujuan kedatangan mereka, biar Pike yang jelaskan!”
“Yang Mulia Marquis Fleur!” Pike membungkuk hormat dengan khidmat.
"Tuan saya mengetahui bahwa Anda kekurangan personel, sehingga secara khusus memerintahkan saya dan Bayangan untuk membawa kelompok bangsawan bawahan datang mematuhi perintah!"
"Itu sungguh kabar baik!" Senyum merekah di wajah Fleur, hatinya juga lega diam-diam.
Meski sebelumnya telah setuju mengambil alih pertahanan Distrik Barat, sebenarnya dia tak memiliki cukup ahli sihir. Dengan kehadiran Pike dan kawanannya, masalah kekurangan personel bisa teratasi sebagian besar.
Terutama... Fleur menatap kain penutup wajah hitam Tanasha, pandangannya seolah ingin menembus cadar itu untuk melihat jelas rupa sang penyihir perempuan.
Apakah Reilin masih menyimpan kartu truf seperti ini?
Seorang penyihir dengan kristalisasi tingkat tiga bukanlah sosok yang mudah ditaklukkan. Tampaknya, andai dulu dia menolak, dengan kekuatan penyihir perempuan ini ditambah pasukan bangsawan bawahan Reilin, pertahanan Distrik Barat tetap bisa dijalankan.
Mungkin... usahanya dulu agak berlebihan. Tapi karena pihak mereka mengirim bantuan, jelas...
Senyum tipis mengembang di bibir Fleur sebelum dia menggelengkan kepala, membuang pikiran tadi.
Situasi sekarang sudah sedemikian buruk. Keberadaan Cincin Ouroboros di Benua Tengah tahun depan pun belum pasti. Memikirkan hal-hal seperti ini sungguh tak berguna.
Setelah menyaksikan Pike dan Tanasha pergi, Fleur berpaling: "Marquis Lushi, kedatangan Anda kali ini bukan sekadar mengantar mereka ke sini, bukan?"
"Benar! Ada beberapa urusan lain!"
Lushi mengangguk.
“Sudah tahu kau pasti bawa masalah!” Fleur mengerlingkan mata: “Katakanlah!”
“Berdasarkan usulan Faysal, saya datang untuk menyita izin akses roh menara keluarga kalian yang tersimpan di markas besar!” Suara Lushi terdengar berat.
“Memang sudah waktunya!” Fleur mengangguk, melemparkan sebuah cincin emas. “Ambil! Semoga pertahanan gabungan Menara Penyihir-nya bisa membuatku terkesan!”
“Kau tak akan kecewa!” Melihat tugas selesai sempurna, Lushi menghela nafas lega.
“Bisa apa lagi kalau tidak menyerahkan?” Fleur menyeringai pahit.
Sebagai markas besar Cincin Ouroboros, konsentrasi Menara Penyihir di sini paling padat. Dari ketinggian pandang Fleur, tampak hutan pucuk menara yang rapat.
Menara-menara ini dibangun oleh para Ahli Sihir senior dengan dukungan penuh markas besar.
Tentu markas besar tidak bermurah hati. Mereka bahkan menanam formula sihir pertahanan gabungan di setiap inti roh pertahanan. Begitu situasi darurat, energi Menara Penyihir ahli sihir lain bisa langsung dimobilisasi.
Kedatangan Lushi untuk "mengambil alih izin akses" sekedar menjaga gengsi Fleur belaka.
Begitu Faysal membuka kedok, dia bisa langsung mengesampingkan izin pemilik Menara Penyihir dan memaksa mobilisasi energi menara untuk pertahanan.
Reilin memahami hal inilah yang membuatnya enggan membangun Menara Penyihir di markas besar.
Keluarga Fleur yang kaya raya tidak hanya memiliki beberapa Menara Penyihir di wilayah kekuasaan mereka, tapi juga sebuah laboratorium Menara Penyihir berkonfigurasi tinggi di markas besar.
Sekarang Lushi datang meminta kepadanya, ini adalah izin akses Menara Penyihir tersebut.
"Bagus kalau kamu mengerti!" Lushi mengangguk, wajahnya menunjukkan kegelapan: "Bahkan di saat seperti ini, masih ada yang enggan menyerahkan kendali, tidak mau berkontribusi untuk Cincin Ouroboros kita, benar-benar pantas MATI!"
"Untungnya, jumlah mereka mungkin hanya segelintir saja!"
Fleur mengangguk, dalam hati mengetahui bahwa para ahli sihir itu bukan pantas mati - mungkin memang sudah benar-benar tewas.
Setelah mengobrol beberapa saat, Lushi akhirnya berpamitan. Dari sikapnya yang terburu-buru sebelum pergi, sepertinya ada urusan penting yang harus ditangani.
Menjelang "pertempuran" besar, tak ada Ahli Sihir Darah yang bisa beristirahat, apalagi inti kepemimpinan yang terkristalisasi seperti mereka.
Memikirkan ini, pandangan Fleur tak sengaja tertuju ke arah lain: "Dibandingkan kami yang sibuk sampai mati, kau benar-benar santai! Jika nanti tidak bisa memberiku penjelasan logis, akan kuhabisi kau..."
……
Yang tidak diketahui Fleur adalah, setelah kejadian waktu itu, Tetua Ivanov segera mengurung diri di kamar dan mulai mengamuk.
"Perempuan gila itu! Benar-benar sudah tak waras! Berani-berannya menjual kepentingan keluarga ke tangan orang luar sampai mati!"
Teriakan Ivanov sepenuhnya terhalang oleh lapisan perisai peredam suara di dinding, tak ada sepatah kata pun yang bocor keluar.
"Dan si Emma Sha itu juga, benar-benar pikun! Masih bilang Fleur masih anak-anak, perlu diberi waktu... Brengsek! Jika diberi waktu lagi, keluarga kita hampir punah!"
Wajah Ivanov memerah, bahkan kutil-kutil di wajahnya tampak berdenyut-denyut.
Ia kembali merangkul tangan di belakang punggung, berputar-putar di tempat.
"Tidak boleh! Aku tak bisa membiarkan jerih payah leluhur keluarga ini habis terkonsumsi di tangan Fleur!"
Setelah beberapa putaran, ia menggigit gigi dan membuka lengan bajunya.
Di lengannya terpampang jelas sebuah tanda tumbuhan yang sangat aneh.
Kekuatan spiritual disalurkan, tanda itu segera berpendar terang.
"Ssst..." Setelah suara gangguan, terdengar suara pria serak dari seberang: "Akhirnya kau menghubungi kami!"
