Penduduk kota kecil ini jelas berniat bergabung dengan pasukan pemulung. Atau mungkin inilah alasan sebenarnya mereka menetap di sini.
Sikap mereka terhadap pendatang di penginapan sangat tidak ramah. Sorot mata dingin sesekali menyapu, menganggap mereka sebagai mangsa.
Berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang banyak, petualang dan tentara bayaran yang jumlahnya sedikit dan tidak kompak justru merapatkan barisan, menggenggam erat kapak tebangan dan pedang di tangan.
Meski tahu niat kedua belah pihak sama-sama tidak baik, setidaknya 'kawan seprofesi' ini masih lebih bisa dipercaya daripada lautan penduduk di luar.
Syukurlah, sebelum gelombang energi magis dimulai, meski saling melotot, kedua kelompok tidak terlibat konflik lebih besar.
Tiba-tiba fluktuasi energi aneh menyebar, membuat kerumunan menggigil kedinginan.
Bagi Reilin dan beberapa penyihir lainnya, sensasi ini terasa lebih jelas.
"Dimulai..." gumam Reilin memandang bulan yang diselubungi lingkaran cahaya.
"Dalam deteksi Chip, proporsi energi bersifat dingin di udara sedang meningkat drastis, bahkan wilayah di atas kota kecil ini telah diselimuti lapisan perisai yang menyerupai domain."
"Domain Bintang Fajar? Bukan! Esensinya masih kurang, paling-paling hanya domain palsu para Tuan Penyihir tingkat tiga!"
Saat perisai ini muncul, Reilin menyempitkan pupil matanya sejenak sebelum kembali tenang.
"Mun...muncul..." Suara gemetar yang tak jelas apakah karena gembira atau takut tiba-tiba terdengar.
Mengikuti arah kerumunan, Reilin melihat ratusan meteor bagai sungai cahaya gemilang mengalir perlahan mengitari kota.
Kilauan cahaya dengan rumbai-rumbai indah membelah langit. Dengan ketajaman penglihatannya, Reilin bisa melihat jelas objek di dalam cahaya itu.
Sepatu kulit kuning dengan tali terurai di samping, bagian ujungnya mengilap bercahaya, dilengkapi sayap kecil putih susu di kedua sisi yang membuatnya bisa terbang.
Di belakang sepatu itu ada tongkat hitam yang terbuat dari sulur tanaman, bagian pegangan bawahnya juga memiliki sayap untuk terbang.
"Ini... benda apa..." Ekspresi Reilin tampak aneh.
Kemudian dia melihat boneka kain, meja-kursi lapuk, serta konter dengan vas bunga ikut melayang lewat.
“Koleksi besar barang rongsokan?” Dia agak bingung, tapi tetap memerintahkan Chip untuk merekam pemandangan ini, sekaligus data pemantauan fluktuasi energi.
Setelah semua rongsokan ini berkumpul membentuk sungai panjang yang melintas, wajah Reilin tak lagi bisa tersenyum.
Karena di belakang aliran cahaya, garis putih samar-samar mulai muncul dan perlahan mendekat.
Dari dekat, terlihat wajah-wajah tanpa ekspresi dengan rambut hitam panjang dan pakaian serba putih yang bergerak mengikuti aliran cahaya.
Mungkin kata "berjalan" kurang tepat, karena kaki mereka dikelilingi kabut, seolah seluruh tubuh melayang dan bergerak maju di ruang kosong.
Klik! Klik! Suara gemeretak gigi menggema. Para petualang dan tentara bayaran di sekitar Reilin meski sudah pernah dengar fenomena ini, tetap gemetar ketakutan sampai gigi mereka berdentang.
Berbeda dengan mereka, warga kota yang lain tampak lebih tenang karena pengalaman sebelumnya. Wajah mereka tetap pucat tapi bisa mengendalikan diri.
Bayangan-bayangan manusia yang padat membentuk arus besar yang bergerak deras melewati pinggiran kota.
Reilin berdiri di tepi sementara Chip gila-gilaan merekam data. Wajahnya serius: "Sekumpulan besar Roh seperti ini... Pasti pernah terjadi peristiwa besar di sekitar sini yang terkait radiasi energi tinggi..."
"Sebenarnya, banyak fenomena anomali di seluruh Benua Tengah disebabkan oleh pertempuran Penyihir Tingkat Tinggi atau kontaminasi radiasi. Fenomena ini bahkan tidak punah setelah ribuan hingga puluhan ribu tahun, malah terus berkembang ke luar, merebut wilayah yang sebelumnya menjadi daerah manusia."
"Karena itu, pencegahan dan penanganan kontaminasi semacam ini juga menjadi subjek penelitian banyak kekuatan besar."
"Banyak ilusi putih bergerak-gerak, wajah-wajah dengan jenis kelamin berbeda, tua dan muda, namun semua tanpa ekspresi. Rambut mereka terjuntai bahkan menutupi pupil mata, perlahan merayap ke satu arah."
"Fenomena mengerikan ini membuat bahkan Reilin merasa merinding."
"Jiwa pada dasarnya adalah sesuatu yang sangat misterius dan bersifat mental. Untuk mengeksplorasi lebih jauh, dia terpaksa melanjutkan."
"Hmm?"
"Pada saat ini, pasangan kakek dan cucu yang terus diawasi dengan energi spiritual roh mulai menunjukkan gerakan baru."
"Melihat arus roh yang banyak, Penyihir tua itu menunjukkan ekspresi antusias jelas, mengeluarkan buku catatan kekuningan dari sakunya sambil terus membandingkan, lalu diam-diam meninggalkan kota kecil."
"Sementara beberapa Penyihir Tingkat Dua lainnya saling pandang, menempati sudut berbeda, mulai mengeluarkan bahan-bahan tertentu dari jubah mereka untuk persiapan."
"Sepertinya mereka ingin memanfaatkan kekuatan arus roh untuk membuat Objek Termutasi Tidak Bertingkat!"
"Level alkimia Reilin sekarang sudah mencapai realm ahli legendaris. Hanya dengan sekilas pandang dia langsung mengetahui trik ini, mendengus sinis tanpa berminat mengintervensi."
"Dia berpikir sejenak, meninggalkan ilusi di tempat, sementara tubuh aslinya menyusup masuk ke celah bayangan, mengikuti pasangan kakek dan cucu itu keluar."
"Di buku catatan yang dikeluarkan lawan tadi, dia melihat sesuatu yang sangat mengejutkan."
"'Jika benar itu yang dimaksud, ini akan menjadi menarik!'"
"Kilatan cahaya samar terlihat di dasar mata Reilin."
"'Kakek... kita... benar-benar harus bersama roh-roh ini?'" Cucu laki-laki yang masih murid ini sangat penakut, menarik lengan jubah Penyihir tua sambil memandang takut ke arah roh semi-transparan, wajahnya pucat ketakutan.
"'Ini hanya roh tingkat terendah, tidak ada sifat menyerangnya, takut apa?'" Penyihir tua itu mengomeli, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan.
"Cucunya sebenarnya memiliki bakat yang cukup baik, hanya saja terlalu penakut."
"'Tapi... kita akan menyusup langsung ke Laut Roh! Kalau ketahuan, mereka pasti akan mencabik-cabik kita hidup-hidup!'" Hiburan sang kakek tidak menenangkan pemuda itu, malah membuatnya semakin ketakutan.
"'Kalau tidak masuk terowongan jiwa, bagaimana kita bisa mencapai makam dan mendapatkan 'benda itu'?'"
"Wajah tua itu menunjukkan keteguhan, menggenggam lengan cucunya sambil merobek beberapa gulungan sihir hitam dari dalam jubah."
"Bzzzt! Saat gulungan hitam terbuka, tubuh mereka berdua terbungkus lapisan cahaya putih pucat."
"Setelah cahaya menghilang, sosok kakek dan remaja itu menjadi samar-samar, memancarkan fluktuasi energi yang mirip dengan roh."
"Dan tatapan bermusuhan yang sebelumnya ditujukan oleh roh-roh kepada kedua orang ini seketika menghilang."
"Baiklah!" Penyihir tua semi-transparan itu menepuk dadanya. "Ini adalah sihir warisan keluarga kami yang bisa membuat roh-roh sementara menganggap kita sebagai sesama jenis..."
Melihat pemandangan ini, pemuda itu akhirnya merasa lega dan berbaur bersama orang tua itu dalam arus roh-roh.
"Sihir yang sangat misterius?" Di udara, cahaya berkilat dan sosok Reilin muncul.
"Tidak seperti formula sihir tradisional Benua Tengah, justru memiliki gaya khas dunia lain!" Mengamati dua penyihir ini yang semakin menjauh di lautan roh, mata Reilin memancarkan kilau penasaran yang kuat sebelum mengikuti mereka.
Meski jumlah roh-roh ini sangat besar, sebagian besar levelnya sangat rendah. Menghadapi penyembunyian sengaja dari Penyihir Bintang Fajar, mereka sama sekali tidak bisa mendeteksi kejanggalan.
Baru setelah menyusup ke dalam arus roh, Reilin merasakan perbedaan.
"Ruang! Ini adalah kekuatan ruang! Pantas disebut Terowongan Jiwa!" gumam Reilin. Dalam persepsinya, jalan di bawah kaki roh-roh ini terpisah secara mistis dari Benua Tengah, membentuk terowongan khusus.
Di sini, meski terlihat oleh mata, jarak sebenarnya seolah ratusan ribu mil.
Dan jika menguasai pola terowongan ini, kekuatan ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang tak terbayangkan oleh para penyihir.
“Orang tua di depan terlihat sangat familiar dengan tempat ini, menarik remaja untuk berjalan cepat. Kilatan cahaya biru di mata Reilin mengikuti langkahnya dengan erat.”
“Memanfaatkan terowongan roh untuk menyembunyikan sesuatu, penyihir ini pasti semasa hidupnya adalah seorang Bintang Fajar!”
Semakin dalam mereka masuk, ekspresi Reilin semakin tegang. Banyak bahaya di sini yang bahkan tidak bisa dia abaikan. Jika bukan karena pemandu di depan, mungkin mereka tidak akan bisa melewatinya dengan lancar.
Di area berikutnya, roh yang berkeliaran semakin berkurang. Di tanah muncul jalur cahaya perak, di mana orang tua itu membawa cucunya melintas.
Waktu terus berlalu. Hingga tiba di suatu titik, wajah tua itu dipenuhi kegembiraan: “Ketemu!”
Reilin berhenti sejenak. Di depannya, penyihir tua itu sudah berdiri di bawah pohon kenari raksasa. Cabang-cabang yang bercabang membentuk simbol tiga kepala yang aneh.
Melihat penanda seperti ini, orang tua itu gemetar menahan haru bahkan mengeluarkan air mata: “Akhirnya ketemu! Makam leluhur!”
“Di sini?” Remaja itu mengkerutkan bahu melihat cabang pohon seperti cakar iblis dan aura bulan perak yang jahat di langit.
“Ya! Di sini!” Orang tua itu nyaris menari-nari kegirangan: “Makam keluarga kita biasanya tersembunyi di celah dimensi. Hanya saat arus roh ratusan tahun sekali, kita bisa mencapai sini melalui terowongan jiwa...”
Matanya memancarkan cahaya yang berapi-api: "Di dalam makam, tersimpan metode meditasi dan artefak sakti leluhur Tuan. Dengan ini, cukup untuk membangkitkan kembali keluarga kita..."
"Kalau begitu... mengapa leluhur tidak langsung mewariskan barang-barang itu?" Pemuda itu bertanya dengan bingung.
"Aku juga tidak tahu, yang pasti makam ini adalah harta karun keluarga kita!" Wajah orang tua itu juga terlihat bingung, tapi segera digantikan oleh semangat yang lebih besar.
