“Bagaimana bisa? Sudah ada yang masuk ke Jalan Kebingungan, itu sangat dekat dengan inti!”
Orang tua penyihir yang sebelumnya mengenakan pakaian kuno ala penyihir, melihat buku catatan kekuningan di tangannya, mengeluarkan geraman rendah dengan wajah penuh kekecewaan.
Di salah satu halaman buku catatan kekuningan, garis-garis kehitaman menandai gambaran kasar, di mana sebuah titik hitam kecil bergerak perlahan di jalan bertanda Jalan Kebingungan.
Pada peta ini, selain titik hitam kecil itu, ada beberapa titik lain yang berputar-putar di bangunan luar.
Posisi orang tua ini ditandai dengan titik putih, meskipun lebih cepat dibandingkan Bintang Fajar yang terhalang labirin kunci rahasia di luar, jelas masih berada di lapisan tengah, berjarak dari inti.
Namun titik hitam yang mewakili Reilin hanya berjarak beberapa langkah dari titik merah inti di pusat peta!
“Sial! Sial! Sial! Bagaimana bisa ada penyihir yang secepat ini...”
Orang tua itu mengumpat, wajahnya penuh ketergesaan dan ketidakrelaan: “Sayangnya aku hanya punya formula sihir masuk reruntuhan, tidak bisa mengendalikan semua perangkap teknik rahasia, kalau tidak...”
Leluhur penyihir tua ini meskipun anggota Bulan Sabit Merah Darah, hanyalah anggota biasa. Meski ikut membangun reruntuhan, tidak menyentuh rahasia inti, sehingga memperoleh peta ini, kata sandi masuk, dan sebagian intelijen sudah batas kemampuannya.
Reilin kembali mengejutkan dengan mempercepat waktu pembukaan reruntuhan, membuat Orang Tua mengalami kerugian diam-diam. Meskipun berjalan dengan hati-hati tanpa memicu jebakan, tetap saja tertinggal di belakang Reilin.
"Lupakan ini! Selama aku bisa mencapai ruang kendali inti, masih ada harapan untuk membalikkan keadaan!"
Dengan geram, Orang Tua menelusuri peta menggunakan jarinya dan menemukan rute alternatif. Namun tepat saat akan bergegas, pupil matanya tiba-tiba menyempit.
Di tepi peta, noda hitam raksasa yang berpuluh kali lebih besar dari titik-titik lain dengan lingkaran cahaya merah di sekelilingnya tiba-tiba muncul.
Beberapa jebakan dan formula sihir terluar langsung hancur berhadapan dengan noda hitam raksasa, namanya menghilang dari peta. Orang Tua menjerit: "Penyihir Level Lima sudah datang secepat ini? Ini bukan cara hidup yang layak..."
Meski terus mengeluh, langkah Orang Tua tidak melambat sedikit pun, malah semakin gesit.
Jika terlambat sedikit sampai Penyihir Level Lima menguasai area ini, semuanya akan sia-sia. Ada sesuatu di zona inti yang harus direbutnya, tujuan utama kedatangannya.
"Tunggu saja! Begitu aku menguasai ruang kendali inti..."
Orang Tua menatap titik-titik hitam di Jalur Kebingungan dengan raut penuh kebencian.
……
Reilin tentu tak tahu dirinya sudah menjadi target dendam seseorang. Saat ini ia sedang berjalan di jalan setapak batu abu-abu pucat.
Di kedua sisi jalan, kabut putih semakin tebal, menyelimuti semua pemandangan.
Tap! Tap!
Di jalan sunyi dan mistis ini, hanya langkah kaki sendiri yang terus bergema. Pemandangan identik di kedua sisi mudah membuat orang lupa waktu, akhirnya memunculkan rasa takut yang mencekam.
Terutama dengan kekuatan khusus dari kabut ini, bahkan mental baja seorang penyihir sekalipun sulit menghindarinya.
Jika ini dialami penyihir rendahan lain, mungkin mereka sudah mental runtuh, menangis merengek-rengek minta kembali atau memohon ampun.
Namun ekspresi Reilin tetap tegas, langkahnya tak henti. Seolah ini hanya hal sepele, di hadapan keteguhan mentalnya yang 10.000 kali lebih keras dari baja, ujian mental yang dirancang penyihir kuno ini bagai permainan anak-anak.
Seiring kedalaman Reilin bertambah, kabut di sekeliling semakin pekat hingga jalan di bawah kaki nyaris tak terlihat, setiap langkah terasa seperti melangkah di antara awan.
Tap!
Begitu Reilin melangkah, pemandangan sekitar tiba-tiba berubah total.
Papan kayu kekuningan, langit-langit bernoda jamur, disertai cicit tikus samar dari sudut ruangan.
Mirip pemandangan kawasan kumuh paling umum di daratan. Tidak ada satu pun perabotan di gubuk kayu ini, tapi anehnya di tengah ruangan tergantung sangkar burung beo emas dengan seekor katak bertopi yang menggigit pipa rokok.
“Hai! Saudara, apakah kau dikirim Miguo untuk mengantarkan surat cinta padaku? Tolong sampaikan padanya, aku sibuk dan tidak bisa datang ke kencan besok malam!”
Kodok itu mengenakan topi silinder hitam pekat, tampak sangat santai. Lingkaran asap putih berputar-putar keluar dari pipanya.
“……” Reilin menatap kodok itu dengan bengong, tak memahami situasi.
“Jadi kau bukan kurir Miguo! Oh! Pasti dari Elizabeth, dia gadis tercantik yang pernah kulihat. Kulitnya yang berlipat dan berkutil, mata yang melotot sampai maksimal... Oh! Dialah malaikatku...”
Kodok itu terus berbicara tanpa henti, namun ucapannya justru membuat Reilin semakin bingung.
Akhirnya dia tak tahan lagi bertanya: “Ini tempat apa?”
“Pondok Quark, No.232 Ujung Dunia! Ada masalah?”
Kodok itu menurunkan pipa, mata besarnya yang seperti bohlam melirik Reilin.
“Apakah Jalan Kebingungan itu perangkat mirip Gerbang Astral? Apakah aku terlempar ke dunia lain oleh Formasi Sihir Defensif Bulan Sabit Merah Darah Kuno?”
Pikiran yang menggelikan tiba-tiba muncul di benak Reilin.
Dalam banyak sistem pertahanan kuno, ketika musuh terlalu kuat dan semua sihir tak berdaya, selalu ada jurus terakhir - pengasingan ke dunia lain!
Yakni meniru kemampuan Gerbang Astral, mengusir penyihir langsung dari Dunia Penyihir.
Karena hanya sekali pakai dan tidak memiliki koordinat tetap, para penyihir sial seperti ini biasanya akan langsung terlempar ke pusaran ruang yang jauh, bahkan ke dalam badai besar. Beruntung jika bisa menemukan dunia lain yang memiliki kehidupan. Kembali ke Dunia Penyihir? Hampir mustahil untuk dipikirkan.
Situasi saat ini membuat Reilin tidak bisa tidak curiga.
Braak! Braak! Braak!
Tepat pada saat itu, tanah tiba-tiba bergetar hebat, hampir setiap beberapa detik muncul gelombang seismik dahsyat.
"Apa yang terjadi?" Kekuatan spiritual Reilin menyapu sekeliling, namun menemukan energi spiritual di sini tertekan hingga batas maksimal, bahkan tidak bisa menjangkau luar pondok.
"Biasa saja, tetangga baru mau pindah..."
Katak lumpur itu dengan santai melompat turun dari sangkar nuri, melompat-lompat pergi. Reilin menganggukkan kepala sambil berpikir, lalu mengikuti dari belakang.
Setelah membuka pintu pondok, seluruh tubuhnya kaku seketika, pupil matanya memancarkan ekspresi tak percaya.
Yang terpampang di depannya adalah hamparan gurun kuning kecokelatan raksasa. Langit dipenuhi lubang hitam dan nebula berbentuk terdistorsi. Bayangan hijau raksasa yang akarnya seakan tertanam langsung di alam semesta, terus bergerak-gerak memindahkan tubuhnya.
Ini adalah pohon kuno raksasa, dedaunan hijau memancarkan cahaya keemasan. Reilin sebelumnya pernah melihat banyak pohon kuno, bahkan termasuk pohon besar di Kota Crivey yang bisa membangun rumah di atas daunnya. Tapi bahkan seluruh Kota Crivey dibandingkan dengan pohon raksasa ini, tampak seperti titik kecil yang tak bisa mencapai sehelai daun pun.
"Hai! Teman baru, butuh bantuan?"
Melihat pohon besar ini, katak gembira menyambut dan melompat ke salah satu akar raksasa yang sebesar gunung.
Dibandingkan dengan pohon raksasa, tubuh asli katak tampak sekecil debu. Tidak! Bahkan 10.000 kali lebih kecil dari debu!
Reilin agak bingung, baru menyadari bahwa dia baru saja keluar dari gubuk kayu kecil. Sekeliling gubuk itu adalah alam semesta gelap tak bertepi, ternyata mengapung langsung di angkasa. Di plat tembaga kuno tergantung tulisan miring: "Ujung Dunia, No.232! Milik Katak Quark..."
Di akar raksasa itu, di tempat Katak Quark berdiam, ada juga gubuk miring dengan nomor 233. Nama pemilik tercatat sebagai Pohon Kebijaksanaan Kuno. Entah bagaimana makhluk sebesar itu bisa masuk ke gubuk kecil, Reilin memandang gubuk di akar dan katak itu dengan ekspresi bingung.
"Pohon Kebijaksanaan Kuno? Sang bijak bestari dari Dunia Penyihir, yang telah menginspirasi banyak Penyihir Kuno, kristalisasi segala kebijaksanaan?"
Braak!
Dari batang pohon raksasa yang membentang di angkasa semesta, tiba-tiba terbuka beberapa celah besar. Badai Ruang yang dahsyat tersedot masuk, mengeluarkan erangan tanpa suara.
Sepasang mata besar kekuningan terbuka, diikuti bibir bertekstur kayu.
"Lama... tidak... bertemu..., sahabat... tua... ku..." Suara bergema dari pohon raksasa itu, gelombang suaranya saja hampir meruntuhkan segalanya. Kodok Quark mencengkeram erat akarnya agar tidak tertiup angin puyuh.
Suara Pohon Kebijaksanaan Kuno terdengar sangat lambat, hampir satu menit per suku kata. Seperti setiap putaran pikirannya membutuhkan konsumsi waktu yang besar.
"Dan... seorang... sahabat... baru..." Bruk! Tanah terbelah, akar sebesar pegunungan mengangkat Reilin ke hadapan mata bak bintang sang pohon kuno.
"Aku mencium aroma diriku padamu..." Ucapannya sulit dimengerti, tapi Reilin langsung paham maksudnya.
"Mungkin sari pati Pohon Kebijaksanaan Kuno? Dan ini!" Reilin mengeluarkan cangkir kayu dari bajunya, namun sudah kosong.
Di dalamnya pernah terisi penuh dengan esensi getah Pohon Kebijaksanaan Kuno, yang menjadi bantuan kuat bagi Reilin saat promosi ke level tiga. Sedangkan cangkir kayu ini, menurut kabar angin, juga dibuat dari batang pohon Pohon Kebijaksanaan Kuno.
