Blek!
Kilat-kilat berkumpul membentuk ular petir raksasa, bahkan mulai memunculkan bayangan samar yang lebih mengerikan, menyerang para penyusup lapisan petir dengan ganas!
Sreeet! Percikan api listrik berkilatan di kapal, membran pertahanan mulai berubah bentuk menunjukkan tanda-tanda kelemahan.
"Energi kritis? Setiap serangan petir memiliki daya hancur di atas 300 Derajat?"
Reilin mengusap dagunya.
Serangan 300 Derajat termasuk langka di kalangan Penyihir tingkat tiga. Ditambah kondisi lingkungan dan hujan petir tak berhenti, bahkan Penyihir Terkristalisasi sulit bertahan.
Selain Penyihir Bintang Fajar, mungkin hanya armada puluhan Penyihir tingkat tiga dengan pertahanan kapal udara, ditambah suplai batu sihir dan ramuan ajaib terus-menerus yang bisa masuk-keluar dengan susah payah.
"Hal ini menyebabkan harga tiket kapal masuk-keluar Kota Langit melambung tinggi, bahkan cukup untuk membuat seorang Penyihir Resmi bangkrut."
"Jika bukan karena menganggap remeh pendapatan ini, para Penyihir Bintang Fajar bisa menghasilkan banyak batu sihir dengan mengkhususkan diri di bidang pengiriman kapal!"
Reilin berpikir dengan bosan.
Tentu saja, para Penyhir Bintang Fajar memiliki kekayaan yang luar biasa besar dan sama sekali tidak tertarik pada keuntungan kecil ini. Selain itu, mentalitas superior mereka juga memastikan mereka tidak akan melakukan hal yang merendahkan martabat seperti ini.
Saat ini Reilin juga tidak diam saja. Kekuatan jiwa yang mengerikan menyebar keluar, membungkus seluruh Kapal Ular Raksasa.
Bzzzt! Dengan dukungan kekuatan jiwa, membran pertahanan Kapal Ular Raksasa langsung stabil dan diperkuat dengan lapisan tebal seperti kristal hitam, memberikan kesan padat.
Geladak Kapal Ular Raksasa yang sebelumnya bergetar kini menjadi kokoh seperti gunung.
Tidak hanya itu, semburan api hitam halus merambat di luar Membran Cahaya Energi. Kilat-kilat yang belum sempat menghantam kapal langsung dilahap dan diserap oleh api hitam, menyebabkan cadangan energi kapal terus meningkat.
Api hitam bahkan membentuk terowongan di ruang kosong, menghalau semua kilat tanpa terkecuali.
Pada akhirnya, meski Kapal Ular Raksasa menerobos lapisan petir dengan gegabah, kilat-kilat itu tidak berani lagi menyerang.
“Oh?” Pandangan Reilin menyapu ke suatu arah, tertawa ringan sebelum Kapal Ular Raksasa berubah menjadi meteor hitam yang melesat pergi dari tempat ini.
“Huu…” Baru setelah Kapal Ular Raksasa pergi cukup lama, lapisan awan di sini bubar dan memperlihatkan sosok elemen petir dengan tubuh atas manusia dan tubuh bawah berupa pusaran partikel listrik.
“Manusia yang menakutkan!” Makhluk itu baru bisa bergumam sekarang, bahkan suaranya masih gemetar: “Dia sudah menemukanku sejak awal! Hanya dengan tatapan mata saja sudah membuatku tak bisa bergerak, bahkan beberapa Bintang Fajar sebelumnya tak pernah memberiku tekanan seperti ini… Jangan-jangan, dia seorang Penyihir Agung Level Bulan Gemilang?”
Begitu memikirkan ini, tubuh elemen petir itu mulai bergetar, matanya dipenuhi ketakutan saat menatap arah kepergian Reilin...
Byur! Awan petir hitam tersibak oleh meteor hitam yang melesat, meninggalkan jejak api hitam dan pola indah seperti ornamen langit.
“Huu… Inilah Kota Langit! Tanah suci penyihir di ketinggian!” Reilin yang berdiri di geladak kapal memandang kota raksasa yang melayang di udara dengan ekspresi takjub.
Di tengah langit, terlihat jelas sebuah kota mengambang yang dibangun di atas pulau terapung berbentuk setengah bola! Seluruh kota ini sangat besar, dipenuhi cahaya magis berbagai sihir, sesekali ada beberapa titik hitam seperti semut yang perlahan keluar dari kapal udara. Namun, dengan ketajaman mata Reilin, tentu saja dia tahu itu bukan semut, melainkan kapal udara sihir yang bahkan lebih besar daripada kapal raksasa 100.000 ton dari kehidupan sebelumnya!
Hanya ketika dibandingkan dengan kota mengambang, kapal udara raksasa ini terlihat terlalu mini.
"Meski sudah tahu sebelumnya Kota Langit adalah kota mengambang, deskripsi gambar dan tulisan mana bisa menyaingi kesan langsung melihatnya!"
Seiring semakin dekatnya Kapal Ular Raksasa, Kota Langit pun semakin membesar. Cahaya suci keemasan yang samar perlahan naik dari pusat kota, menyelimuti langit sekitarnya dengan cahaya senja yang indah.
"Kedamaian! Ketentraman! Kota yang indah!" Bahkan Reilin pun tak kuasa mengeluarkan pujian.
"Ding! Kapal Ular Raksasa menerima permintaan komunikasi!" Suara Chip berbunyi. Kapal udara pribadi Reilin tentu memiliki alat komunikasi darat yang kini terdeteksi oleh kota mengambang.
"Barang Keluarga Fei Le memang sudah dimodifikasi!" Kilau dingin muncul di mata Reilin. Ini sudah dia ketahui sebelumnya, dan demi kemudahan komunikasi yang masih dalam batasan Bintang Fajar, hal ini ditoleransi.
"Dan menaiki Kapal Ular Raksasa juga merupakan kesengajaan Reilin, jika tidak, dia sudah lama menyusup masuk sendirian, siapa yang bisa mendeteksinya?"
"Nomor lambung DKGW1394! Yang Mulia Adipati Farrell! Selamat datang di Kota Langit! Silakan ikuti panduan navigasi kami untuk berlabuh di pelabuhan pribadi yang telah disiapkan khusus untuk Yang Mulia!"
Dari saluran komunikasi, terdengar suara yang sopan dan rendah hati.
"Hmm!" Reilin menjawab singkat. Kapal Ular Raksasa mulai mengurangi kecepatan mengikuti jalur yang ditentukan, bersiap untuk merapat.
Pada saat yang sama, sebuah ruang komando di Kota Langit sedang gempar!
"Terdeteksi fluktuasi Bintang Fajar! Tingkat empat bintang terkonfirmasi!"
"Pemeriksaan Kapal Ular Raksasa selesai! Dikonfirmasi Adipati Kemorin Reilin*Farel berada di atas kapal!" Lampu alarm merah berkedip-kedip menyebarkan sinyal bahaya, sementara para staf tercengang melihat gambar Kapal Ular Raksasa di layar, terutama siluet di geladak yang membuat mereka hampir pingsan.
"Seorang Bintang Fajar melakukan kunjungan akademik, apakah kita tidak menerima pemberitahuan sebelumnya?"
Prak! Pintu terbanting. Seorang pria kekar paruh baya masuk dengan wajah panik dan marah: "Kalian tahu siapa dia? Ahli Sihir Kemorin terkuat sepanjang masa, Adipati Reilin*Farel yang pernah membunuh Ganlier si Pemburu Iblis! Jika tokoh seperti ini murka karena pelayanan kita yang buruk, kita semua tamat!"
“Segera, dia melihat alarm merah lagi, tak bisa menahan kepala sambil ingin membenturkan diri sampai mati: 'Fluktuasi kekuatan level bintang empat? Tingkat tinggi Bintang Fajar? Ya ampun! Biarkan aku mati!'”
Penyihir Bintang Fajar sangat langka di Benua Tengah, secara alami tidak ada standar klasifikasi pasti, terutama dinilai dari reputasi dan pencapaian pertempuran sebelumnya.
Sebagai tanah suci para penyihir, Kota Langit yang juga pusat penelitian paling maju di Benua Tengah, telah melakukan eksplorasi mandiri untuk menciptakan unit dan standar pengukuran kekuatan Bintang Fajar.
Mereka membagi tahap Bintang Fajar menjadi lima tingkatan, dari bintang satu hingga bintang lima yang diurutkan dari rendah ke tinggi. Bintang empat berarti tahap tinggi Bintang Fajar, sedangkan bintang lima adalah puncak Bintang Fajar!
Tentu saja, upaya Reilin menyembunyikan kemampuan membuat deteksi mereka mengalami kesalahan.
Namun bahkan level bintang empat sudah sangat mengerikan. Mayoritas Penyihir Bintang Fajar di Benua Tengah berkisar di bintang satu hingga tiga. Penyihir di atas bintang empat pasti adalah petarung ulung, bahkan para Penyihir Bulan Perak pun harus berpikir dua kali.
Meski Kota Langit dijuluki tanah suci penyihir, jumlah Penyihir Bintang Fajar level ini tidak banyak.
Para penanggung jawab pelabuhan kecil seperti mereka jelas tidak mampu melawan. Bahkan jika lawan melepaskan radiasi tubuh sedikit saja, bisa menyebabkan korban jiwa mengerikan di sini!
“Kami sudah mengirim sinyal, meminta mereka berlabuh di pelabuhan pribadi! Pihak lawan menerima panduan navigasi kami, sepertinya datang dengan niat baik...”
"Pemuda berambut emas itu mengeluarkan saputangan dan menyeka keringat dingin di dahinya: "Yang harus kita lakukan sekarang adalah segera melaporkan kabar ini ke Dewan Sage, dan bersama-sama menyambut tamu tersebut!"
"Oh! Benar! Kau benar! Cepat laporkan!" Meskipun Dewan Sage yang mengendalikan Kota Langit juga memiliki metode deteksi sendiri, sebagai bawahan mereka tetap harus menjalankan kewajiban.
Pria kekar tadi seperti terbangun dari mimpi dan maraung marah: "Apa masih bengong? Cepat laporkan! Dan ikuti aku untuk menyambut!"
"Tidak perlu!" Sebuah ilusi putih keemasan tiba-tiba muncul di ruang kendali.
"Tuan Boffel!" Para operator dan pria kekar tadi segera membungkuk memberi hormat.
"Tamu datang dengan niat baik dan tidak ingin menarik perhatian. Aku yang akan menerima mereka secara pribadi! Kembali ke posisi masing-masing dan lupakan kejadian ini!" Bayangan putih keemasan itu meledak menjadi partikel cahaya dan menghilang.
"Syukurlah! Syukurlah! Sudah ada Bintang Fajar kita yang menangani, apapun yang terjadi selanjutnya bukan urusanku lagi!" Pria kekar itu menghela napas lega, tangan terkait di belakang punggung, meninggalkan ruang kendali.
Anggota lain di ruang kendali juga terlihat lega, satu per satu duduk kembali. Pemuda yang melapor tadi menunduk melanjutkan kerja, menyembunyikan pandangan iri dan - kegilaan di matanya!
Bruk! Kapal Ular Raksasa mendarat mantap di hamparan rumput bergambar simbol raksasa, tanpa menimbulkan debu sedikitpun.
“Apakah Yang Mulia Reilin? Selamat datang!” Karena sebelumnya telah dihubungi secara darurat, tidak ada seorang pun staf di sekitar. Seorang pria muda berambut putih keemasan dengan sayap cahaya seperti malaikat di punggungnya, tersenyum ramah di bawah platform angkat kapal udara.
“Saya Reilin*Farel! Dan Yang Mulia adalah...?”
Pintu kabin terbuka, Reilin turun dengan senyum hangat di wajahnya.
Meskipun Gilbert menyarankannya untuk menyamar dan menyusup diam-diam, Reilin justru mengebut gelar Sage Kota Langit yang membutuhkan kontak langsung dengan Tongkat Rahasia Energi. Proses ini pasti akan melalui pemeriksaan ketat bahkan menarik perhatian Tuan Sky Throne. Bagaimana mungkin hal ini bisa diakali? Oleh karena itu, Reilin memilih datang secara sah. Lagipula gelar Sage merupakan kehormatan yang dibuka Kota Langit untuk semua penyihir Benua Tengah, menarik ribuan cendekiawan setiap tahunnya. Keinginan Reilin ini sama sekali bukan hal memalukan.
