Badai Ruang dan arus turbulen yang dahsyat mengamuk, dalam sekejap menghancurkan pasukan ini hingga punah.
Pemandangan mengerikan ini membuat kerumunan penonton di bawah sama sekali kehilangan suara.
“Kakak, dia sekuat ini?” Guo'er memandang punggung Reilin dengan tatapan yang samar.
Di dalam Retakan Dimensi, berkas cahaya keperakan yang tak terhitung jumlahnya bocor keluar, bahkan membentuk titik-titik cahaya seperti galaksi Bima Sakti.
“Pertama kunci, lalu backlash, selanjutnya harus membuka terowongan sendiri!”
Reilin bergumam. Di belakangnya, bulan purnama yang menyilaukan muncul. Cahaya jernih bulan sabit menyebar ke bawah, menstabilkan kosong dan membuka sebuah terowongan keperakan.
“Kemarilah!” Sesaat sebelum pergi, tangan Reilin melambai. Guo'er yang di tanah langsung terbang ke hadapannya.
“Kakak...” Gadis kecil itu memanggil dengan suara gemetar lalu tak bisa melanjutkan, jelas menyadari perbedaan pada Reilin.
“Kekuatan takdir mempertemukan kita di dunia ini. Meski aku tak yakin apakah ini nyata atau ilusi, terimalah ini sebagai hadiahku!”
Reilin tersenyum tipis. Sebuah titik cahaya masuk ke dahi Guo'er sebelum tubuhnya melangkah masuk ke terowongan keperakan dan menghilang.
……
Dark Extreme Domain, di atas sebuah altar.
Permukaan altar hitam dipenuhi Rune dan sirkuit energi. Carol duduk di tengah, berhadapan dengan Bola Kristal yang menyimpan aura Reilin.
Aliran hitam tipis terus berputar. Eugene dan seorang Penyihir lain mengamati dari samping.
Tiba-tiba, Bola Kristal itu pecah. Aliran hitam dalam jumlah besar menyebar keluar. Carol menjerit keras dengan mata putih lalu tak sadarkan diri.
“Apa yang terjadi? Kutukan backlash?”
Pemimpin pasukan penyihir mengerutkan kening, cahaya hijau dari artefak sakti berkilat sesaat sebelum menyusup ke tubuh lawan, membuat Carol terbangun.
"Apa yang terjadi? Bukannya kau bilang ilmu rohmu sudah mencapai tingkat komunikasi mimpi, pasti bisa menjerat semua Penyihir Bintang Fajar?" Teriak Eugene.
"Kita semua tertipu! Dia mungkin sudah promosi ke Bulan Gemilang! Jiwa sejati setara bulan purnama bukanlah target yang bisa disesatkan oleh dalang mimpi kelas rendahan sepertiku..."
Mata Carol terlihat kosong: "Dan meski tidak bisa merasakan segala hal dalam mimpi, aku yakin pasti ada rahasia besar pada dirinya!"
"Tentu saja! Mana mungkin orang tanpa rahasia bisa menembus kriteria Level Lima!"
Suara pemimpin penyihir menjadi dingin: "Bersiaplah bertempur! Pasti dia sudah menemukan kita!"
Reilin merasakan tubuhnya menjadi ringan, kemudian melayang di tengah kehampaan.
Setelah meloloskan diri dari dunia mimpi itu, dia memasuki kondisi ini. Hanya kabut abu-abu tak berujung yang terlihat.
"Tak boleh tersesat lagi, harus segera kembali!"
Reilin berjuang maju, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya jiwa yang jernih. Di bawah sinar ini, kabut perlahan menghilang, menyingkapkan sebuah pulau kecil.
Mata Reilin berbinar saat menginjak pulau itu. Perasaan berpijak di tanah yang nyata terasa, memberinya ketenangan.
Seluruh area pulau kecil ini tidak terlalu luas, diameter terpanjang tidak melebihi satu kilometer. Di bagian tengah terdapat air mancur kecil dengan beberapa bayangan cahaya aneh yang melayang-lambai di dalam air.
"Guruuk! Guruuk! Hai! Halo!"
Di atas pohon palem hitam, seekor burung hantu bermata satu menyapa Reilin dengan riang.
"Halo! Teman! Boleh tahu ini tempat apa?" Reilin melambai-lambaikan tangannya.
【Ding! Berdasarkan pemindaian, tidak terdeteksi fluktuasi energi makhluk hidup di depan, reaksi termal dan radiasi semuanya nol!】
Chip juga diam-diam memberikan umpan balik.
"Ini adalah celah antara dunia mimpi dan dunia nyata. Biar aku ingat-ingat kapan tamu terakhir datang... Hmm! Dia tiba 572 tahun setelah kedatanganmu, seorang gadis kecil yang sangat cantik!"
Burung hantu itu mengatakan hal-hal yang membingungkan Reilin.
"Tunggu... Bukankah ini seharusnya Kutukan Mimpi? Bagaimana mungkin ada tamu dari masa depan yang tiba di sini sebelum aku?" Reilin mengajukan pertanyaannya.
"Dunia mimpi adalah dunia lain yang tersusun dari mimpi semua makhluk berakal. Ia ada di mana-mana sekaligus absurd. Waktu dan ruang hanyalah ilusi bagi mimpi..."
Burung hantu bermata satu itu menatap Reilin: "Mimpimu tentu juga bagian dari dunia mimpi!"
"Benarkah?" Ekspresi keraguan muncul di wajah Reilin.
"Untuk dunia mimpi, dia juga pernah mendengar kabar. Bahkan di era kuno, tempat ini membuat banyak penyihir berubah wajah. Bahkan ada invasi dari dunia mimpi yang menyebabkan kerugian besar bagi seluruh Dunia Penyihir."
"Banyak dewa jahat dalam mimpi ini setara dengan Penyihir Aturan level 7 atau lebih tinggi."
"Tentu saja, dunia ini penuh ketidakstabilan. Bahkan serangga terlemah bisa tumbuh menjadi dewa jahat keesokan harinya, sementara dewa jahat terkuat bisa lenyap tak berbekas seketika."
"Karena karakteristik ini, invasi dunia mimpi cepat menghilang, tapi bagi Penyihir Kuno ini tetap menjadi tabu yang sulit diungkapkan!"
"Di era kuno, banyak penyihir pernah menjelajahi mimpi. Tak kusangka aku juga mendapat kesempatan ini..."
Reilin mengusap dagunya, "Selain itu, jika bisa menemukan mimpi para Penyihir Aturan, bahkan Pohon Kebijaksanaan Kuno atau mimpi Ibu Ular Sepuluh Ribu, bukankah itu keuntungan besar?"
"Lalu, Tuan! Bagaimana cara kembali ke dunia nyata? Jika aku ingin pergi ke dunia mimpi lagi, apa caranya?"
Reilin membungkuk hormat pada burung hantu di dahan pohon.
"Aku suka pemuda yang sopan!" Burung hantu itu mengeluarkan suara gemuruh, mengibaskan sayapnya hingga sehelai bulu abu-abu jatuh.
Reilin memandang bulu abu-abu di tangannya, sangat lembut dengan ujung ekor yang terasa keras.
"Meninggalkan mimpi cukup sederhana, asalkan kamu terbangun! Adapun jalan menuju dunia mimpi, mungkin ini bisa membantumu!" Burung hantu mengepakkan sayapnya.
"Sekarang, aku harus kembali ke masa lalu untuk makan malam bersama diriku yang dulu! Selamat bermimpi, Tuan!"
Memandang burung hantu abu-abu yang menghilang dari pandangannya, Reilin mengeratkan genggaman pada bulu abu-abu di telapak tangannya.
"Terbangun? Cukup begitu saja?" Gumamnya pelan, mata yang biasanya tajam kini terlihat kabur.
……
Byur! Seperti terjatuh dari ketinggian, otot-otot Reilin menegang saat ia terduduk secara refleks.
"Sayang, ada apa?"
Lampu menyala, Xiling mendekat dengan wajah penuh kecemasan.
"Ini... Akademi Aliansi Alam?!" Memandang langit-langit yang familiar namun terasa asing, ditambah dekorasi sekelilingnya, pupil mata Reilin awalnya melebar sebelum fokus kembali.
"Kamu tidak apa-apa?" Xiling tampak sangat khawatir, mengingat sangat jarang Penyihir Tingkat Tinggi seperti Reilin mengalami mimpi buruk.
"Tidak!" Reilin mengangkat tangan kanannya, di telapak tangan itu sebuah bulu abu-abu muncul secara misterius.
"Dunia mimpi! Dunia lain paling aneh, kumpulan jutaan ide yang mengaburkan waktu dan ruang! Suatu hari, rahasiamu akan sepenuhnya terbuka untukku!"
Dengan suara berat, Reilin menyimpan bulu itu sambil memberi perintah mental: "Chip! Tampilkan status saya sebelumnya!"
【Ding！Subjek mengalami gangguan tak dikenal! Jiwa sejati tenggelam!】
……Serangkaian informasi padat yang ditampilkan membuktikan bahwa pengalaman Reilin sebelumnya bukanlah rekayasa.
【Ding! Pelacakan balik berhasil! Koordinat target telah ditentukan!】Pada analisis akhir dan hasilnya, Reilin melihat sebuah alamat.
Ini adalah data yang diperoleh Chip melalui kutukan lawan, lalu dilacak balik.
"Jaraknya tidak jauh. Tampaknya kutukan mimpi ini juga memiliki persyaratan jarak tertentu untuk pengguna kutukan!" Ekspresi Reilin muram, aura pembunuhan yang tajam tiba-tiba muncul.
"Berani-berannya mengintaiku! Mati kau!" Braak! Seluruh tubuhnya berubah menjadi bayangan samar dan menghilang seketika dari ruangan. Xiling memandang arah kepergian Reilin dengan ekspresi yang berubah-ubah...
"Cepat pergi! Jika kutukan backlash, lawan pasti akan menemukan lokasi ini!"
Setelah diingatkan pemimpin, Carlo segera menyadari situasi.
"Takut apa? Cuma penyihir Bulan Gemilang baru? Tiga orang kita bersatu, apa yang perlu ditakuti?" Eugene justru menunjukkan sikap meremehkan.
"Pendapat Eugene juga masuk akal. Bersiaplah bertempur!" Pemimpin menghela napas.
"Kapten, kenapa...?" Ekspresi Carlo panik, lalu berubah drastis saat memandang ke langit di kejauhan.
Di sana, badai energi hitam sedang melesat dengan kecepatan luar biasa.
"Bukan kami tidak mau kabur, tapi lawan sudah menyusul!" Kapten itu tersenyum getir.
"Siiik!"
Siluet figur yang melesat dari kejauhan jelas telah dibuat marah oleh tantangan kali ini, bayangan samar Kaisar Ular Kemorin yang mengerikan tiba-tiba muncul dari belakangnya.
Aliran hitam yang padat langsung menyapu, menghantam ke arah sini.
Blek! Semua penghalang di jalan, baik batu maupun tanah, seketika berubah menjadi kosong.
Pupil Eugene menyempit tajam, menatap sosok yang mendekat dengan cepat: "Apakah itu Ular Raksasa Komo'in? Mengapa tekanan yang kurasakan begitu kuat, sangat berbeda dengan bayangan samar dalam data, dan..."
Tangan Eugene gemetar halus: "Mengapa bahkan penyihir Bulan Gemilang yang baru naik pangkat memiliki aura sekuat ini?"
"Kalian! Semuanya pantas mati!" Suara yang terbongkar keluar dari mulut lawan, bayangan ular raksasa di belakangnya tiba-tiba menganga hendak menelan area ini.
"Bahaya! Menyingkir!" Kilatan api hitam berkelebat, dan hampir bersamaan dengan kepergian mereka, bayangan ular hitam raksasa menggigit keras area tersebut dengan suara gemertak dahsyat, menyobek bagian besar ruang kosong.
"Ini bukan Ular Raksasa Komo'in! Melainkan penguasa tertinggi mereka, Kaisar Ular Kemorin!!!"
Pemimpin ini tiba-tiba menjerit kaget seolah teringat sesuatu: "Legenda itu... ternyata benar adanya!"
