Di ruang simulasi Chip, templat sihir yang sebelumnya sangat rumit dengan aliran rune lima warna telah terbentuk sempurna, diiringi suara lanjutan dari Chip.
【Ding! Sihir Mimpi Level Lima - Ilusi Bulan Perak! Atribut: Mimpi, Ilusi Efek: Memasukkan target ke dalam mimpi mereka sendiri, kehilangan semua kesadaran eksternal, 90% kemungkinan mengelabui jiwa sejati Penyihir Bulan Perak! Efek berkurang secara bertahap pada level di atasnya!】
"Ilusi yang langsung menarget jiwa sejati! Tingkat keberhasilan mencapai 90%!"
Pupil Reilin menyempit. Dia sangat memahami keanehan dan bahaya dunia mimpi, andai bukan karena Chip dan sedikit keberuntungan, dulu mustahil bisa lolos.
Untuk target setingkat memiliki probabilitas sukses sebesar ini, bahkan efek melampaui level - meski berkurang, tetap memiliki probabilitas di atas 50%!
"Artinya, begitu BULAN GEMILANG MIMIR diaktifkan, bahkan Takhta Raja Matahari Terbit Level Enam pun memiliki 50% kemungkinan langsung kehilangan JIWA SEJATI!"
"Penyihir yang kehilangan jiwa sejati ibarat umpan lezat yang tak berdaya, hanya bisa menjadi mangsa. Kengerian yang terkandung di dalamnya bahkan membuat Reilin sebagai pengembang sihir ini masih menunjukkan ketakutan."
"Sayangnya karena kekuatan mimpi harus digunakan hemat, aku tidak bisa menguji DAYA HANCUR sihir ini di dunia nyata..."
Sorot penyesaan sempat muncul di mata Reilin sebelum pandangannya tiba-tiba kosong.
"CHIP, mulai SIMULASI lingkungan mimpi. Gunakan pertemuan dengan laba-laba Level Enam sebelumnya sebagai STANDAR, bangun dunia virtual..."
Inilah kemampuan unik CHIP yang mampu melakukan PENGEMBANGAN realitas virtual. Setelah beberapa kali peningkatan, bahkan bisa menyimulasikan semua entitas di bawah ATURAN Level Tujuh.
Kilatan cahaya putih menyapu, dan Reilin sudah berdiri di tengah dunia mimpi.
Tak jauh darinya, laba-laba raksasa dengan wajah pria aneh di PERUTnya melayang di udara, menyemprotkan ribuan BENANG BERUAP DINGIN yang membungkus LABORATORIUM.
Segala sesuatu persis sama dengan dunia mimpi sebelumnya.
Kekuatan mimpi yang pekat terus mengalir di sekitar tubuh Reilin, hampir membuatnya sesak nafas.
"Bahkan dunia mimpi bisa disimulasikan dengan kemiripan seperti ini!"
Reilin memandang kedua tangannya, mengirim gelombang ENERGI SPIRITUAL ROH untuk memindai, dan tidak menemukan masalah apapun. Ia menganggur puas.
"Bahkan eksistensi Level Enam, tidak ada celah sedikitpun, sama persis dengan individu yang kulihat sebelumnya!"
Meskipun berada dalam simulasi Chip, semuanya seolah menghidupkan kembali pemandangan sebelumnya.
"Cicit..."
Laba-laba raksasa di seberang mendeteksi Reilin, segera marah-marah, perutnya meledak, banyak laba-laba kecil tiba-tiba muncul.
"Eksistensi Level Enam, cocok untuk eksperimen!"
Reilin tertawa terbahak-bahak, menerjang ke depan, energi mimpi merah tua yang mengerikan membentuk pasang surut di tubuhnya.
"Sihir Mimpi Level Lima - Bulan Gemilang yang Memabukkan!"
Bersamaan dengan suara Reilin, gelombang energi aneh tiba-tiba menyebar, menyapu laba-laba raksasa di seberang...
Di dunia nyata, mata Reilin berkedip, kesadarannya telah pulih, hanya ekspresi terkejut di wajahnya tak berkurang sedikitpun.
"Sihir mimpi Level Lima, efeknya ternyata begitu mengerikan..."
Harus diakui, meski sebelumnya sudah ada banyak dugaan, hasil eksperimen nyata tetap memberikan kejutan yang tak terkira bagi Reilin.
"Bagus! Dengan sihir ini, ketika berhadapan dengan Takhta Raja Matahari Terbit Level Enam, tidak hanya peluang kaburku meningkat, tapi juga punya senjata rahasia!"
Reilin mengusap dagunya. Dia selalu suka bersiap-siap, mempertimbangkan kekalahan dulu baru kemenangan. Dengan jaminan bisa lolos dengan selamat, renana perburuan yang diusulkan Merinda sebelumnya semakin menarik baginya.
"Bagaimanapun, Singgasana Api itu jelas tidak berniat membiarkannya. Bahkan selama Reilin terus bersembunyi di ruang Bintang Fajar, dia masih menerima banyak intelijen tentang Cincin Ouroboros yang diintai oleh para ahli sihir kuat."
"Bahkan Ema dan Gilbert sendiri sempat mengalami beberapa kali bahaya. Jika bukan karena campur tangan tepat waktu dari ahli sihir di ruang Bintang Fajar, mungkin kedua adipati itu sudah tewas."
"Jelas-jelas lawan ingin menggunakan kedua adipati itu sebagai umpan untuk memancing Reilin keluar. Tapi Reilin sama sekali tidak mau bermain sesuai keinginan mereka, terus bersembunyi hingga mendapatkan ketenangan selama beberapa bulan."
"Terkadang, menghadapi pemerasan, kompromi hanya akan membuat lawan semakin menjadi-jadi. Hanya dengan menunjukkan ketidakpedulian terhadap ancaman, kita bisa mengubah posisi pasif menjadi aktif dan menguasai keunggulan."
"Contohnya uji coba Singgasana Api kali ini. Setelah melihat Reilin sama sekali tidak berniat bertindak, bahkan cenderung mengabaikan nyawa orang lain, mereka akhirnya menghentikan rencana ini sehingga gangguan terhadap Cincin Ouroboros berkurang drastis."
"Jika Reilin membuat pilihan yang salah, mungkin konsekuensinya akan jauh lebih buruk dari ini."
"Singgasana Api! Penyihir Matahari Fajar, bagaikan matahari abadi di langit yang menerangi seluruh Dunia Penyihir?"
Reilin mengusap dagunya, senyum dingin muncul: "Tapi bahkan bintang pun akan kehilangan cahaya dan panasnya, berubah menjadi lubang hitam. Penyihir Level Enam biasa saja..."
Di balik kata-katanya tersirat niat membunuh yang tak terbatas.
Setelah berpikir sejenak, Reilin menghubungi sebuah tanda teknik rahasia menggunakan saluran enkripsi yang diberikan Mylinda sebelumnya.
"Mylinda? Ini aku!"
"Akhirnya kau memutuskan!" Suara Mylinda yang matang terdengar dari seberang, berbeda dengan suara anak kecil sebelumnya yang sudah hilang.
"Ya! Aku tak bisa mentolerir kekuatan musuh yang terus mengintai seperti tikus di kegelapan. Pasti kau juga merasakan hal yang sama!"
Suara Reilin terdengar berat.
"Ohoho... Tikus? Aku suka analogimu!" Tawa riang Mylinda menggema. Sebenarnya dia sama seperti Reilin - pribadi yang tak kenal hukum. Mendengar maksud tersirat Reilin, kegembiraannya semakin memuncak.
"Aku tahu semua kelemahan si Singgasana Api itu. Lagipula, akhir-akhir ini kekuatannya sedang berada di titik terendah. Dengan bantuan beberapa sekutu lain yang kuhimpun, kita pasti bisa membunuhnya dalam sekali serangan!"
"Semoga seperti yang kau katakan!" Jari-jari Reilin mulai mengetuk-ngetuk meja tanpa sadar.
Terhadap rencana Mylinda, dia memberikan dukungan terbatas. Tapi bukan berarti dia akan terjebak dalam permainan itu.
Sejujurnya, meski bekerja sama dengan Mylinda, dia takkan merendahkan diri menjadi bawahan.
Bekerja sama dengan rubah tua licik itu, sedikit saja lengah bisa membuatmu terperangkap.
Reilin tetap sangat berhati-hati. Dia hanya memanfaatkan informasi kelemahan dan jaringan yang dimiliki Mylinda. Setelah semua itu diperoleh, tentu dia sudah menyiapkan rencana sendiri.
“Dan, hal-hal yang akan kita peroleh setelahnya pasti akan memuaskanmu...”
Melinda akhirnya melemparkan sebuah umpan.
"Aku sangat menantikannya!" Suara Reilin terdengar tenang sekali. Setelah menyepakati waktu dan tempat dengan pihak lawan, barulah dia memutuskan komunikasi.
"Level Enam ya..." Seluruh ruangan tiba-tiba hanya menyisakan Reilin sendirian. Setelah merenung cukup lama, dia mengusap alisnya dengan gerakan kesakitan: "Waktu mendesak, banyak persiapan harus segera dimulai..."
Penyihir Level Enam di Benua Tengah adalah puncak piramida, atau bisa dikatakan seperti kaisar di antara para penyihir.
Dengan kekuatan Reilin saat ini, menghadapi mereka bukan tidak ada harapan sama sekali, tapi pasti juga tidak akan mudah, bahkan mungkin dianggap sebagai orang gila.
Tapi Reilin dan Melinda sama-sama bijaksana. Kekuatan tempur mereka sendiri sudah mencapai puncak Bulan Gemilang. Jika bisa mencari beberapa sekutu setara dan menyerang saat lawan lemah, peluang sukses masih ada.
Bagi Reilin, persiapan matang sebelumnya bisa membuatnya tak terkalahkan. Transaksi ini semakin layak dilakukan.
……
Di luar ruang Bintang Fajar, alam semesta hitam legam sesekali dihiasi pusaran ruang keperakan yang menyisakan cahaya perak gelap.
Dari kejauhan angkasa, muncul cahaya redup seperti kunang-kunang.
Di tepi paling ujung ruang, kilatan cahaya hitam muncul disertai kemunculan sosok Reilin.
Matanya yang bijaksana menyapu sekeliling. Alisnya yang indah berkerut sebentar lalu kembali halus: "Keluarlah!"
"Di kekosongan, keheningan total menyelimuti tanpa suara sedikit pun."
Reilin mendengus dingin. Dua aliran udara hitam memadat membentuk sosok ular berkepala dua yang menerjang ke area kosong tak jauh, membuat ruang berfluktuasi: "Yang Mulia Bevis! Apakah kau kira aku sedang membodohimu?"
Blek! Ruang terbelah seperti pintu yang tertarik, membentuk gumpalan kabut.
Kabut tebal berkumpul membentuk sosok manusia dengan wajah yang tak asing—Bevis yang pernah mengunjungi Reilin sebelumnya dan hampir berakhir dengan ketidakharmonisan.
"Bagaimana kau menembus bakat 'Kabut'-ku?"
Kabut putih pekat menyembur dari tubuh Bevis, menenggelamkan ular berkepala dua. Wajah Bevis menjadi muram, matanya menyorotkan tatapan tak ramah ke Reilin.
Tampaknya penemuan ini sangat mengganggunya.
"Mengapa harus kuberitahu?" Reilin mengejek, membuat wajah Bevis kembali memerah.
"Reilin*Farel! Aku diutus organisasi untuk menghentikanmu. Tindakan sembronomu ini sama saja mempermainkan kepentingan organisasi kita!"
Bevis membentak.
"Hmph! Utusan? Siapa yang kau wakili? Orff? Wade? Atau Jeffrey?"
Reilin menantang: "Di mana mereka? Atau kau pikir seorang diri bisa mewakili seluruh Aliansi Ahli Sihir? Bahkan jika kau mencapai Matahari Terbit, kau tak punya wewenang itu!"
"Saat ini, di dalam ruang Bintang Fajar, tiga Ahli Sihir Bulan Perak termasuk Oufa sedang berkumpul mengelilingi sebuah baskom batu kuno yang memantau kejadian di tempat ini."
Segala gambaran dan suara dari baskom batu itu menampilkan adegan konfrontasi antara Bivis dan Reilin.
"Aku bilang... apakah perlakuan kita terhadap Reilin dan Bivis ini agak..."
Jeffrey berkata dengan ragu.
"Ini urusan pribadi antara dua ahli sihir, kita tidak sepatutnya ikut campur. Lagipula, ada satu perkataan Reilin yang sangat benar!"
Oufa bersuara dingin.
