"Sophia terlihat pulih dengan baik, tidak perlu datang lagi setelah ini!"
Reilin berbaring di kursi malasnya, berbicara dengan santai.
"Ya! Terima kasih!" Mata Belinda sedikit merah. Meski tak tahu alasannya, gejala Sophia jelas berkurang sejak minum ramuan teh ajaib dari pohon kecil hijau Reilin, sekarang kematangan mentalnya sudah jauh membaik.
"Ngomong-ngomong, 'teh' ini sebenarnya apa? Sejenis ramuan?"
Belinda bertanya penuh keraguan, sementara hatinya dipenuhi rasa terima kasih pada Reilin - dia secara naif mengira Reilin menanam pohon itu semata untuk mengobati Sophia, tentu Reilin tidak akan menghancurkan kesalahpahaman indah ini.
"Oh! Hanya nama minuman dari kampung halamanku, juga diekstrak intisari dari daun tumbuhan, agak mirip dengan ini..."
Reilin jelas tidak ingin banyak bicara.
“Adat istiadat dari pulau kecil di seberang lautan? Aku benar-benar ingin suatu hari menjelajahi sana bersamamu……” Cairan bening seakan muncul di mata Belinda.
“Hmm! Pasti akan ada kesempatan!”
Reilin menguap lemas, sepertinya kondisi mentalnya tidak terlalu baik.
“Baiklah Sofia, cerita menarik apa yang kamu bawa untuk Kakek Nick hari ini?”
Reilin memandang Sofia di sampingnya yang sudah menghabiskan teh di tangannya hingga tandas.
“Oh! Kakak Agnes bilang, Kota Suci sedang mempersiapkan serangan balik besar-besaran, bahkan 'Resimen Hukuman' cadangan akan dikerahkan...”
“Selain itu... Kota Suci sekarang dalam status dikarantina total, bahkan ada rencana mengintegrasikan semua penduduk untuk dikelola secara terpusat!”
……
“Thomas itu benar-benar bodoh! Hanya dengan sedikit rayuan, dia langsung bocorkan semua intelijen berharga. Hebat kan Sofia!”
Sofia mendongakkan kepala dengan bangga, mata penuh kelicikan berbinar-binar.
“Hmm! Sofia yang paling hebat!”
Reilin mengangguk puas, informasi menyeluruh tentang Kota Suci terkumpul di hadapannya melalui cerita harian gadis ini.
Namun seiring dengan penuturan Sofia, kepalanya semakin menunduk hingga akhirnya kedua matanya terpejam seperti tertidur.
Melihat ini, Sofia langsung berhenti bicara, pelupuk matanya mulai memerah.
"Ayo kita pergi!" Suara Belinda terdengar tersedu-sedan, ia mengalungkan mantel kulit ke badan Reilin lalu membawa Sofia pergi.
Mereka sekarang sangat sibuk setiap hari, waktu yang bisa disisihkan sangat terbatas.
Mungkin juga ada alasan tidak ingin melihat kondisi Reilin seperti ini.
Namun, setelah mereka pergi, Reilin membuka matanya. Di dalam matanya terdapat cahaya terang yang terus memancar: "Sudah sampai tahap ini? Pertempuran besar sepertinya akan segera tiba! Maka, rencanaku juga saatnya dilaksanakan!"
"Sekalian... selesaikan beberapa tikus yang mengganggu!"
Mata Reilin melirik ke samping, seolah menembus dinding melihat ke tempat lain.
Kemudian ia menutup matanya lagi, seperti orang tua yang lemah mental, tertidur pulas.
……
Breng! Botol kristal mahal langsung terjatuh ke lantai, pecahan-pecahan beterbangan.
"Di saat seperti ini, aku sebagai keturunan darah mulia Stewart harus ke medan perang, tapi dia bisa tinggal diam di sana. Aku benar-benar tidak mengerti pikiran kakakku!"
Thomas bernapas berat, zirahnya penuh noda darah kering.
"Tuan Muda Thomas! Keluarga Stewart adalah keluarga penjaga turun-temurun Kota Suci. Menjaga kota ini adalah kewajiban kami! Sedangkan mereka hanyalah rakyat biasa..."
Seorang kepala pelayan berambut putih dengan satu mata yang sudah hilang meninggalkan lubang dalam, mencoba menasihati.
“Dan, Nona pasti juga melihat semacam kartu truf tersembunyi dari pihak lawan, sehingga memerintahkan kami untuk tidak melakukan penghinaan. Percayalah pada penilaian Nona, pasti tidak akan salah memilih orang!”
“Tapi… tapi aku sudah tidak tahan! Dan juga dua bajingan itu, bukan hanya Sophia, sekarang bahkan Belinda sering mengunjungi dia. Apa mereka menganggap keluarga Steward seperti apa?”
Thomas berteriak, sementara Kepala Pelayan di seberang diam-diam menghela nafas.
Padahal mereka semua adalah warga merdeka, bahkan Belinda secara sukarela membantu pertahanan Kota Suci. Sekarang hanya sesekali mengunjungi teman, pihak kita sama sekali tidak punya alasan untuk mencela. Tentu saja, bagi tuan muda bermoral rendah ini, pasti tidak akan mendengarkan.
“Aku tidak tahan lagi! Aku tidak tahan! Manbas! Harus mencari cara membuat Nick itu menghilang selamanya! Dalam masa perang, ini seharusnya hal yang sangat mudah!”
Wajah Thomas menjadi muram, di matanya terpancar niat membunuh.
“Perintah dilaksanakan! Tuan Muda yang mulia! Kehendakmu adalah misi kami! Tapi sekarang sedang masa Tetua Kedua akan memimpin Resimen Hukuman melakukan serangan balik, mohon bersabar sampai periode ini berlalu...”
Kepala pelayan tua itu kembali membungkuk hingga 90 derajat.
“Aku tahu! Aku tahu, situasi besar yang sial ini!” Thomas bergumam tidak puas, namun tidak membantah lagi, membuat sang kepala pelayan lega.
Tapi dia tidak menyadari, di kedalaman mata Thomas, niat membunuh itu tidak hanya tidak menghilang, malah semakin membara...
Waktu telah larut malam, Agnes berdiri di atas tembok pertahanan Kota Suci mengenakan baju zirah kristal. Melalui Gerbang Kemenangan, terlihat jelas pasukan Makhluk Kerakusan yang berjejal rapat.
Makhluk-makhluk ini telah terkontaminasi oleh Aturan Kerakusan hingga sulit dikenali bentuk aslinya. Namun kesemuanya memancarkan fluktuasi energi yang mengerikan dan kuat, ditambah nafsu makan yang membuat bulu kuduk Agnes merinding.
Karena siang di Dunia Api Penyiksaan sangat singkat, malam hari justru menjadi waktu aktif banyak makhluk.
Makhluk Kerakusan jarang beristirahat. Saat kelelahan, mereka akan memakan sesama jenis yang tewas dalam penyerbuan sebelumnya, sehingga selalu tampak segar bugar.
Akibatnya, situasi menjadi lebih mengerikan dibanding siang hari.
Menyaksikan gempar di garis depan kawanan makhluk, Agnes yang berpengalaman langsung mengenali ini sebagai sinyal serangan.
Dengan gesit ia berbalik, memandangi para penjaga di atas tembok.
Sebagian besar adalah garnisun di bawah komando Keluarga Stewart, ditambah relawan dan pekerja paksa yang diambil secara paksa.
"Demi Ibu Penguasa yang Agung! Saudara-saudara keturunan darah! Maukah kita membiarkan binatang kotor dan hina itu menginjakkan kaki di Kota Suci, mengotori kejayaan Sang Penguasa Tertinggi?"
Agnes menarik napas dalam, suaranya menggema di sepanjang garis pertahanan.
"Tidak boleh!""Tidak boleh!""Tidak boleh!"
Pada saat ini, seluruh penduduk Kota Suci adalah loyalis Ibu Ular Sepuluh Ribu, yang kini sedang berteriak-teriak tanpa henti.
"Bagus! Robek mereka habis-habisan! Dalam pertempuran ini, Kota Suci PASTI MENANG!"
Agnes mengibas-ngibaskan cambuk sembilan ruas bermotif ular di tangannya sambil mengeluarkan maraung marah yang menggemparkan.
"PASTI MENANG!" "PASTI MENANG!" "Hidup Steward!" "Hidup Steward!"
Ratusan pengawal bersorak serentak, suasana memanas hingga puncaknya.
Setelah melihat semangat para pengawal telah benar-benar terbakar, Agnes baru bisa menarik napas lega dan mundur dari lubang tembok pertahanan.
"Kamu sudah melakukan yang terbaik, Agnes!"
Belinda yang mengenakan pakaian perang menghampirinya.
"Benarkah? Tapi kurasa ini masih jauh dari cukup!" Agnes tersenyum getir sambil memeluk bahu Belinda: "Bagaimana dengan Tetua Kedua dan Resimen Hukuman?"
"Semua sudah siap, bisa bertindak kapan saja!" Belinda tidak melawan, suaranya tenang: "Jika berjalan lancar, setelah operasi ini berhasil, mungkin kita bisa mendorong kembali garis depan pertempuran ke dekat Danau Bulan Sabit..."
"Hehe... Lancar?"
Agnes tertawa kecil, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Belinda dan berbisik pelan: "Belinda, pergilah! Bawa Sophia, mungkin juga Nick itu, jauh-jauh dari sini!"
"Mengapa?" Belinda terkejut, sembari merasakan hembusan angin hangat dari mulut lawan bicara yang membuat telinganya memerah dan gatal.
"Apakah kau sama sekali tidak percaya pada Kota Suci?"
"Jika musuhku adalah resimen penguasa lain, bahkan dalam pengepungan pun aku tidak takut! Tapi..." Agnes menggelengkan kepala: "Kau tahu kan kebiasaan makhluk Kerakusan ini? Belinda, yang paling mengerikan bukanlah kekuatan mereka, tapi daya menularnya! Dalam perang ini, puluhan anggota ras kita level empat telah terkontaminasi Kekuatan Kerakusan... Untuk mencegah penyebaran, kami terpaksa 'menghancurkan' mereka."
"Bagaimana bisa!" Mata Belinda membelalak penuh keterkejutan.
"Selama Penguasa Kerakusan terkutuk itu belum binasa, mustahil makhluk-makhluk ini bisa dikalahkan. Sekarang mengertilah?"
Agnes dengan genit mengangkat dagu Belinda.
"Kalau begitu! Ikutlah denganku!"
Belinda menggigit gigi. Bagaimanapun, Agnes cukup baik padanya dan Sophia. Ia tak tega melihatnya MATI di sini.
"Hehe... Kalian semua boleh pergi, hanya aku yang tak bisa meninggalkan tempat ini!" Senyum Agnes mengandung nuansa tidak menyenangkan.
"Untuk keluargakah?" Ekspresi Belinda rumit.
"Ya! Keluarga Steward dari generasi ke generasi ditugaskan menjaga Kota Suci. Sebagai pewaris, bagaimana mungkin aku kabur sekarang?"
“Agnes mendorong Belinda sambil tertawa histeris: 'Pergilah! Kejar kebebasanmu!'"
“Perasaan tidak menyenangkan ini!”
Mata Belinda memerah hampir menangis. Rangkaian kejadian belakangan ini nyaris membuat gadis kuat ini limbung.
“Oh Ibu Penguasa Yang Agung! Turunkanlah belas kasih-Mu! Selamatkanlah segalanya ini!”
Belinda bersujud khidmat di depan patung megah di pusat Kota Suci, berdoa dengan penuh kesungguhan.
Patung 10.000 Ular yang agung menatap tanpa ekspresi, seolah telah memahami segala sesuatu dengan senyum penuh kendali, namun juga tampak tak berubah.
Angin sepoi-sepoi membuat tubuh Belinda menggigil, bahkan memunculkan rasa ketakutan pasca-trauma.
