"Semua aktor sudah hadir, sekarang giliranku untuk tampil!"
Rei melihat Bola Ular raksasa terangkat, bersama sosok mengerikan Beru Sebam yang mengepakkan sayap dagingnya, tiba-tiba tersenyum.
Sementara Thomas di darat sudah terbengong-bengong ketakutan.
Pemberontakan Tetua Kedua dan Resimen Hukuman! Kota Suci digempur! Wujud asli Ibu Ular Sepuluh Ribu dan Raja Kerakusan muncul!
Setiap peristiwa ini baginya adalah perubahan dahsyat yang mengerikan. Ketika semua terjadi bersamaan, Thomas sama sekali tak tahu harus berbuat apa.
"Oh! Sepertinya selama perang Anda bertanggung jawab atas keamanan kota? Maaf mengganggu pekerjaanmu! Karena kota ini selanjutnya mungkin akan terjerumus dalam kekacauan lebih parah!"
Rei dengan sopan meminta maaf pada Thomas, membuat pikiran sang pemuda porak-poranda.
"Kekacauan lebih parah? Maksudmu apa?"
Tapi Thomas sudah tak sempat berpikir lagi. Sebuah pilar cahaya abu-abu raksasa tiba-tiba menyembur dari dinding dan lantai paviliun, menerjang ke langit.
"Ini adalah pemandangan terakhir yang dilihat Thomas. Setelah itu, tubuhnya langsung meleleh oleh energi mengerikan tanpa meninggalkan sisa."
"Ketemu lagi! Ibu Ular Sepuluh Ribu! Dan Raja Kerakusan!"
Wajah Reilin tersenyum, memberi salam dengan anggun seolah menyapa teman lama.
Dibandingkan wujud raksasa Ibu Ular Sepuluh Ribu dan Beru Sebam, pilar cahaya di samping terlihat seperti benang tipis. Reilin di dalamnya bahkan lebih kecil dari semut.
Tapi justru makhluk sekecil ini berhasil menarik perhatian bersama Ibu Ular Sepuluh Ribu dan Beru Sebam!
Tatapan dua makhluk level 8! Bahkan Penyihir Bintang Fajar Level 4 biasa mungkin akan langsung meleleh oleh niat jahat yang kuat. Reilin pun menunjukkan reaksi keras.
"Huh...huh..." Ia tiba-tiba batuk mengeluarkan darah dalam jumlah besar, bahkan plasma darah meluap dari sela-sela jarinya.
"Raja Klan Kemorin, anak kecil! Kuakui, kau berhasil membuatku murka!"
Suara Ibu Ular Sepuluh Ribu sangat tenang, tapi kepala ular bayangan raksasa telah membuka mulutnya lebar-lebar, siap melahap Reilin.
"Nona cantik! Tolong tunggu, dia milikku!"
Di ruang kosong muncul mulut tak kasat mata yang langsung menggigit putus kepala ular bayangan itu.
“Beru Sebam mengepakkan sayap mengerikannya, banyak mata majemuknya bersama-sama menatap Reilin: 'Terima kasih telah menemukan dunia ini untukku! Sayangnya, Penyihir! Pemikiran Penguasa Aturan bukanlah hal yang bisa diintai orang biasa sepertimu. Kau ingin menghasutku dengan wanita ini dan mengandalkan pihak ketiga untuk mengambil keuntungan? Tipu muslihat ini pasti gagal, kecerdasan orang biasa mana bisa mengakali Dewa?'”
“Berdasarkan perjanjianku dengan Tuan Burung Najis, penyihir ini milikku!”
Beru Sebam berseru kepada Ibu Ular Sepuluh Ribu seolah menyatakan kedaulatan.
“Jadi benar, kau bersekongkol dengan Burung Najis dan menggunakan energi kekacauannya untuk menyamarkan dirimu... ahem...”
Banyak titik cahaya abu-abu bermunculan dari tubuh Reilin, membuatnya semakin lemah.
Energi kekacauan Burung Najis yang sebelumnya diserapnya kini memicu kerusuhan, seolah ingin membelenggu Reilin langsung sebagai hadiah untuk Beru Sebam.
“Kekeke... Sayang...”
Seluruh tubuh Reilin terlihat semakin payah seperti mau MATI, tapi dari kepala yang tertunduk terdengar rangkaian tawa.
“Sayang apa?”
Beru Sebam jelas ingin mempermainkan mangsanya lebih lama.
“Hehe... Sayangnya aku tak pernah berniat mengandalkan kalian! Juga tak berharap kalian saling bunuh! Semua jebakan ini kususun hanya untuk memancing wujud aslimu ke sini!”
Reilin tertawa terbahak-bahak, matanya dipenuhi kegairahan: "Kalian! Semua adalah mangsaku!!!"
"Firasat buruk! Takdir menampilkan cabang baru! Ada variabel yang muncul! Apapun yang dia rencanakan, hentikan!"
Ekspresi Ibu Ular Sepuluh Ribu yang selama ini tersenyum manis tiba-tiba berubah drastis.
"Kekeke! Sudah terlambat!" Reilin tertawa jahat, ribuan rune ritual persembahan bermunculan dari tubuhnya.
"Mulai protokol yang ditetapkan!" Perintahnya tiba-tiba.
【Ding! Protokol Nomor Satu diaktifkan, memulai pengusiran paksa energi kekacauan!】Suara mekanis Chip bergema.
Sejak ritual persembahan pertama pada burung najis, Reilin selalu waspada terhadapnya, bahkan memerintahkan Chip untuk terus memantau.
Beberapa kali pencucian energi kekacauan sengaja tidak menerima infusi langsung, hanya digunakan sebagai bahan, semuanya untuk antisipasi momen ini!
"Ugh!" Wajah Reilin tiba-tiba memerah, lapisan kotoran abu-abu menyembul dari pori-pori kulitnya, bahkan duri-duri seluler sebelumnya terkikis habis.
Bruk! Sebuah formasi sihir ritual muncul, rune burung najis di tengahnya hancur berkeping disertai teriakan kemarahan dari dimensi lain.
"Dengan kekuatan burung najis, kupersembahkan untukMu! Kehendak Neraka Yang Agung! Turunlah!"
"Sorot mata Reilin membara penuh gairah, namun juga mengandung penilaian yang tenang hingga ke tingkat ekstrem. Dua emosi yang bertolak belakang ini membuat matanya terlihat sangat jahat."
Bzzz! Sebuah formasi ritual persembahan yang megah dengan ornamen rumit mulai muncul, berpusat di paviliun tempat Reilin sebelumnya tinggal.
Formasi sihir ritual ini jauh lebih besar dibandingkan formasi para penguasa sebelumnya, dengan penerima persembahan di pusatnya yang tak lain adalah sebuah rune yang merepresentasikan kehendak Dunia Api Penyiksaan!
Blek! Secara tiba-tiba, seluruh Dunia Neraka seolah hidup kembali. Sebuah kehendak agung yang bagaikan proyeksi seluruh dimensi kekacauan ini tiba-tiba memusatkan perhatian ke sini.
Angin menderu mengamuk, di langit terbentuk corong awan raksasa yang membentuk wujud chaos.
Dari pusat chaos, lapisan cahaya abu-abu seketika menyambar turun dan bertabrakan dengan serangan Ibu Ular Sepuluh Ribu. Meski redup beberapa tingkat, cahaya itu tetap berhasil melindungi Reilin.
Di Dunia Neraka, para pelaku ritual Jalan Persembahan hanya memusatkan perhatian pada Tujuh Penguasa, namun melupakan keberadaan satu pilihan lain. Meskipun keberadaan ini sangat kacau dan sering diabaikan, tak ada yang bisa menyangkal bahwa dialah sumber segala sesuatu di dunia penyiksaan ini!
"Kekeke... Inikah sandaranmu? Penyihir! Sebuah kesadaran kacau?"
Beru Sebam tertawa terbahak: "Kekuatan perlindungan seperti ini takkan bisa dihalangi oleh penguasa aturan mana pun..."
“Benar! Kehendak Dunia Api Penyiksaan benar-benar kacau, bahkan tidak memiliki kemampuan respons sama sekali. Meskipun aku menggunakan sebagian kekuatan burung najis untuk menarik perhatiannya, kekuatan proteksi yang diturunkan mustahil melindungiku, apalagi mengalahkan kalian...”
Suara Reilin terdengar lembut namun tenang, membuat Ibu Ular Sepuluh Ribu dan Beru Sebam diliputi firasat buruk.
“Tapi... bagaimana jika dia 'bangun'?”
Seberkas cahaya hijau tiba-tiba naik perlahan dari pilar cahaya - benih kebijaksanaan yang selama ini dipelihara Reilin!
Dari pohon kecil yang hijau segar itu memancarkan kilau hijau cemerlang, bahkan membuat banyak binatang buas rakus yang kehilangan akal menunjukkan kerinduan mendalam.
“Ini... Pohon Kebijaksanaan Kuno? Apakah dia ingin...? Cepat hentikan dia!!!”
Seekor burung raksasa abu-abu membentangkan sayapnya, seolah terbang langsung dari kekacauan tak berujung, suara telepatinya penuh kepanikan.
“Oh Kehendak Neraka yang Agung! Kupersembahkan Pohon Kebijaksanaan Kuno padamu! Bangunlah!”
Mata Reilin dipenuhi keteguhan, gerakan tangannya luar biasa cepat. Bersamaan dengan nyanyian ritualnya, pohon kecil hijau itu berubah menjadi sinar hijau yang menyatu dengan langit chaos.
Blek! Blek!
Dalam chaos keabu-abuan itu seolah tersembunyi seekor binatang buas, tingkat fluktuasi energi tiba-tiba melonjak drastis, perlahan dipenuhi lapisan cahaya hijau.
“Kehendak dunia Neraka yang agung! Engkaulah penguasa dunia Neraka! Engkau adalah kekuatan primordial Neraka itu sendiri! Engkaulah segalanya! Mohon bukalah mata-Mu, lihatlah para perampok ini! Mereka merampas kekuatan-Mu dengan semena-mena, mencemari dunia-Mu, membuat seluruh Neraka terus tenggelam... Aku Reilin*Farel! Penyihir yang hina, dengan tulus memohon kekuatan dari-Mu untuk membersihkan kotoran ini! Kembalikan wajah asli Neraka!”
Bersamaan dengan doa Reilin, chaos dalam jumlah besar akhirnya berhenti berfluktuasi, memperlihatkan sepasang mata manusia hijau kebiruan.
Seketika, seluruh dunia seolah membeku. Makhluk-makhluk rakus itu, bersama manusia ular di kejauhan, semuanya terjebak dalam stagnasi.
Mata hijau kebiruan raksasa yang membawa kehendak dunia memandang kepada Ibu Ular, Beru Sebam, dan lainnya yang masih bisa bergerak.
Kemarahan! Kemarahan! Kemarahan!
Seakan seluruh dunia hidup kembali, melampiaskan amarahnya, membuat bahkan Ibu Ular Sepuluh Ribu dan para eksistensi kuat lain jantungnya berdebar ketakutan.
“Kehendak dunia... terbangun!”
Wajah Ibu Ular Sepuluh Ribu pucat pasi, seolah menyaksikan hal paling mengerikan.
Langit terbelah membuka celah, kekuatan dunia yang bergelora turun bagai aliran sungai deras, memberi amplifikasi pada Reilin hingga ia merasa dirinya adalah dunia itu sendiri.
Blek! Tubuh Reilin tiba-tiba membesar secara instan, dalam sekejap berubah menjadi Raksasa yang menyentuh langit. Kota Suci yang sebelumnya megah kini terlihat seperti model di matanya.
“Berhasil!!! Kekuatan! Kekuatan yang melampaui Level Enam! Sekarang, setidaknya aku sudah mencapai level 7 sebagai pelaku ritual!”
Di tubuh Reilin terpahat banyak Rune chaos hijau kebiruan. Saat ia mengepal tangan, bahkan ruang kosong pun bergetar.
“Inilah… andalanku yang sebenarnya!” Sukacita atas kesuksesan rencana ini membuat Reilin hampir ingin melolong ke langit.
Sejak awal, kartu truf dan semua andalannya bertumpu pada kehendak Neraka.
Untuk mematahkan belenggu darah leluhur, dibutuhkan darah primordial dan kekuatan transendental – dua hal yang tidak dimiliki Reilin.
Baginya yang terikat oleh Kutukan Ular Sepuluh Ribu saat itu, menemukan kekuatan untuk mengalahkan Ibu Ular Sepuluh Ribu hampir mustahil!
Tapi Jalan Ritual dari Dunia Neraka memberi harapan pada Reilin!
Sistem ritual persembahan yang memang dirancang untuk memohon kekuatan level tinggi guna mengalahkan yang lebih kuat, memberi Reilin ide radikal.
Daripada mempersembahkan ritual pada beberapa penguasa, lebih baik mempersembahkannya pada seluruh kehendak Neraka!
Lagipula, dibandingkan para penguasa yang moody, kehendak dunia yang berfungsi seperti prosedur cerdas jauh lebih bisa diandalkan.
Dan untuk korban persembahan, apa yang lebih cocok daripada tunas pohon kuno yang bisa menginspirasi kecerdasan?
