Dengan satu kata, semua kekuatan Level Enam tunduk! Begitu dahsyatnya teror kekuatan aturan!
“Dengan mengandalkan aturan Melahap, selama menghabiskan sedikit waktu, mengendalikan kawanan makhluk Melahap ini tidak terlalu merepotkan. Sayangnya…”
Rei Lin menggelengkan kepala sambil menatap bola mata makhluk Melahap raksasa itu.
“Aku tidak mungkin membawa mereka kembali ke Dunia Penyihir. Lagipula, andalanku yang sebenarnya adalah aturan Melahap. Tidak cocok dengan makhluk-makhluk Melahap ini. Yang terpenting, kekuatan akar mereka masih berasal dari kekuatan Melahap Beru Sebam. Akar yang bengkok, sebanyak apa pun dikoreksi tetap tidak berguna!”
“Hancurkan! Aturan Bakat——MELAHAP!”
Ular naga setan mengerikan yang membentang di langit muncul dari belakang Rei Lin. Lubang hitam mengerikan seketika terbentuk.
Banyak makhluk Melahap menjerit-jerit, tetapi seolah dijepit oleh kekuatan tak kasat mata, sama sekali tak bisa bergerak. Mereka hanya bisa menyaksikan diri mereka menghilang ke dalam lubang hitam itu.
“Tidak! Aku adalah Tetua Kedua Keluarga Stewart! Aku ditakdirkan untuk menembus belenggu darah leluhur dan membawa keluarga ke kejayaan! Mengapa... mengapa ini terjadi?”
Seekor ular berkepala tiga raksasa yang sudah menyadari ketidakberesan sejak lubang hitam muncul, mulai melarikan diri mati-matian, tetap tak bisa lolos dari nasib dilahap.
Teriakan penuh ketidakrelaan itu perlahan menghilang dalam lubang hitam.
Daya tarik tak kasat mata bahkan terus menyebar di padang rumput. Makhluk-makhluk Melahap dari berbagai level menjerit-jerit terlempar ke dalam lubang hitam.
Beberapa menit kemudian, seluruh Makhluk Kerakusan di sekitar Kota Suci telah lenyap.
"Rasanya sedikit kenyang!"
Rei Lin mengusap perutnya dengan ekspresi masygul. Setelah melahap begitu banyak Makhluk Kerakusan, dia merasakan aliran hangat kecil menyebar ke seluruh tubuh sebelum akhirnya menghilang.
Saat itu juga, notifikasi dari Chip tiba: 【Ding! Bakat Level Enam——Efek Balik Melahap! Subjek menyerap intisari dalam jumlah mikro! Kekuatan +0.001! Konstitusi +0.002!】
"Setelah mencapai setengah Level Tujuh, energi di bawah hukum alam sudah tidak berpengaruh lagi bagiku!"
Rei Lin menggelengkan kepala.
Tubuhnya yang kini hampir sepenuhnya menguasai Aturan Melahap telah menjadi badan hukum alam, jauh melebihi kemampuan sebelumnya.
Intisari seluruh Makhluk Kerakusan di Dataran 10.000 Ular hanyalah suplemen kecil baginya.
"Saatnya pergi!"
Sorot mata Rei Lin menyapu Kota Suci. Karena sengaja menahan kekuatan melahapnya, tidak satu pun penghuni kota yang terserap. Para manusia ular di kota itu hanya bisa terdiam memandang ke arahnya, terutama Ular Bersayap Targaryen yang mengerikan itu yang nyaris kehilangan kemampuan berbicara.
"Apa yang terjadi? Aku hanya melihat Ibu Suci muncul, lalu segalanya seperti membeku. Mengapa makhluk itu muncul sekarang?"
Belinda menatap kosong ke arah siluet ular setan bersayap: "Mengapa... mengapa aura familier ini terasa? Apakah dia kekuatan rahasia Ibu Suci?"
“Ketemu kamu!” Suara lembut terdengar di telinga Belinda. Seketika tubuhnya terasa ringan seolah diangkat, pemandangan di depan matanya berubah drastis.
Saat sadar kembali, dia sudah berada di luar Kota Suci.
“Kakak!” Teriakan gembira Sophia memecah keheningan. Gadis itu langsung terkapar di pelukan Belinda, air mata mengalir deras—jelas masih trauma.
“Sophia, baiklah!” Belinda menepuk-nepuk punggung adiknya, lalu menatap Egonis yang terlihat linglung.
Tapi yang paling menarik perhatiannya adalah sosok berpakaian jubah sihir hitam berdiri di samping, bagaikan jelmaan Dewa.
Rambut hitam pekat, mata gelap bak malam, wajah muda asing yang sempurna bak avatar dewa—semuanya tak bercacat, tapi memberi kesan familiar bagi Belinda.
“Belinda! Sophia! Egonis! Kita bertemu lagi! Perkenalkan kembali—Aku Reilin*Farel! Nama Nick sebelumnya hanyalah samaran!”
Reilin tersenyum tipis pada tiga wanita ular dengan karakter berbeda itu, mengucapkan kalimat yang membuat wajah mereka berubah pucat.
Menggunakan kekuatan aturan, dia menyapu seluruh kota dalam sekejap dan menarik ketiganya—bagi Reilin, ini hanya urusan sederhana.
“Kamu... Nick?”
Belinda membuka mulat setengah, wajahnya membeku.
Bagaimanapun juga, dia tak bisa menyamakan pria di hadapannya yang menghabisi banyak Baushou dengan gerakan tangan, dengan Nick yang dulu dikenalnya.
"Dan sebelumnya, Nick memiliki rambut panjang putih keemasan, pupil merah darah, serta banyak keriput penuaan. Bagaimanapun dilihat, tidak mungkin menghubungkannya dengan sosok yang ada di depan ini."
"Tidak! Jika mengabaikan semua itu, masih ada kemiripan bentuk wajah!"
Pupil Belinda menyempit. Akhirnya dia menyadari dari mana rasa familiar sebelumnya berasal.
"Kalau begitu, haruskah aku memanggilmu Kak Nick? Atau Kak Reilin?" Sophia menggigit jarinya, terlihat sangat bimbang.
"Terserah kamu, tapi aku sendiri lebih menyukai panggilan 'Reilin'!"
"Reilin*Farel! Penyihir buronan itu! Makhluk terkutuk oleh Sang Perawan Suci!"
Egnathy melaporkan riwayat Reilin dengan ekspresi datar.
"Kau berani! Memanfaatkan keluarga Steward kami! Bagaimana dengan Sang Perawan Suci?" Meski wajah Egnathy tetap netral, hatinya semakin ciut.
Pertama, pemberontakan Tetua Kedua menyebabkan kelalaian besar keluarga Steward. Kemudian kemunculan Reilin yang juga memanfaatkan perlindungan keluarga Steward, menyebabkan kerugian besar di sini.
Apakah keluarga Steward masih punya kesempatan untuk bangkit kembali setelah bencana ini?
Mungkin Ibu Ular Sepuluh Ribu yang sedang mengamuk sudah sangat bermurah hati jika tidak memusnahkan seluruh keluarga Steward?
"Penguasa Ular Agung tentu baik-baik saja, hanya pergi sementara!" Reilin tersenyum samar, lalu menatap Belinda: "Bagaimana? Sudah menerima?"
“Apakah kamu selama ini... hanya memanfaatkanku? Lalu mengapa kamu masih memanggilku setelah tujuanmu tercapai?”
Belinda berdiri, matanya memancarkan warna abu-abu kematian.
“Ini tidak bisa disangkal!”
Reilin mengangguk, lalu melihat tubuh Belinda goyah sebentar.
“Lalu mengapa masih melakukan ini?” Mata Belinda memancarkan ekspresi yang tak terdefinisi, sangat kompleks.
“Tentu untuk membawa kalian pergi!” Reilin tersenyum.
“Membawa kami pergi?” Belinda sama sekali tidak menyangka akan jawaban ini.
“Ke mana? Menyenangkan?” Mata Sophia mulai berkilau seperti bintang-bintang kecil, fokusnya jelas berbeda dengan yang lain.
“Tidak mungkin! Aku harus tetap di sini, keluarga membutuhkanku!” Ini jawaban Egenes.
“Sepertinya kalian tidak punya pilihan dalam hal ini!”
Reilin berkata dengan tenang, tiba-tiba Belinda dan Egenes menyadari mereka kehilangan semua kekuatan secara instan.
Baik afinitas elemen, energi darah, bahkan kekuatan pelaku ritual—semuanya membeku tak bisa digerakkan sedikitpun.
“Kamu boleh membenciku, Belinda! Tapi kamu harus tunduk pada kehendakku! Ikut aku meninggalkan dunia ini!”
Suara Reilin datar namun membawa ketegasan yang tak terbantahkan.
“Tindakanku sebelumnya di sini... bagaimana menjelaskannya... sudah sangat menghina Ibu Ular Sepuluh Ribu. Aku tidak takit padanya, tapi dia mungkin melampiaskan amarah pada kalian. Karena itu, kalian harus pergi dari Dunia Api Penyiksaan...”
“Alasan ini juga berlaku untukmu, Egenes!”
"Reilin kembali memandang Nis yang terdiam. Sebenarnya, jika bukan karena perawatannya terhadap saudari Belinda, dia sama sekali tidak akan peduli apakah Nis hidup atau MATI."
"Namun, kemarahan dan kehancuran keluarga Steward sepertinya sudah pasti."
"Jika Nis tetap tinggal, akhirnya tidak akan baik."
"'Menghina Ibu Ular Sepuluh Ribu? Mengalihkan kemarahan ke kita? Ya Tuhan! Atas nama penguasa tertinggi! Apa yang telah kau lakukan?'"
"Hal mitos seperti ini langsung membuat Belinda ketakutan."
"'Tidak ada! Hanya mengeluarkan sedikit darahnya! Dan merobek takhta sucinya!'"
"Reilin mengangkat bahu: 'Sudah! Cukup obrolan, saatnya kita pergi!'"
"Ssshh..."
"Ular bersayap Setan raksasa mengaum, menghantam keras ke kosong dan membuka lubang hitam besar."
"Reilin melayang di udara, membawa Belinda dan dua lainnya, masuk ke dalam terowongan dimensi."
"Blek! Bunga-bunga bermekaran di padang rumput, mengubah area ini menjadi lautan bunga seketika. Angin menderu menerbangkan kelopak-kelopak yang berputar dengan nada indah, seolah kehendak Neraka sedang melepas kepergian Reilin."
"Penduduk Kota Suci hanya bisa menyaksikan Segalanya terjadi. Beberapa bahkan mulai goyah dalam kepercayaan, menyembah Reilin dengan penuh hormat."
"Legenda Penguasa Ular Bersayap lainnya yang terlahir dari sini, mulai menyebar luas di Dunia Api Penyiksaan……"
Sreeet!
Badai Ruang yang mengerikan terbentuk, petir dalam jumlah besar membentuk sebuah gerbang lengkung.
Empat sosok menembus Gerbang Petir, tiba-tiba muncul di tempat ini.
Langit kelabu dengan nuansa muram, dipenuhi perasaan tertekan. Udara penuh dengan energi negatif dan partikel elemen tanah.
"Pelacakan cukup sukses! Meski koordinat Astral di sini sudah lama berhenti beroperasi, untungnya aku bukan diriku yang dulu!"
Reilin mengamati sekeliling, menyadari ini tepat di dekat laboratorium tempatnya dulu melewati Dunia Api Penyiksaan. Ia mengangguk puas.
Eksistensi tingkat aturan sudah bisa langsung melakukan perjalanan antar Astral. Koordinat Dunia Penyihir juga telah ia ketahui, tidak ada kesulitan sama sekali untuk kembali.
Jiwa termanifestasi yang kuat dan kekuatan aturan, membuat Reilin merasakan Dunia Penyihir lebih mendalam.
Seluruh Dunia Penyihir bagaikan ibu yang menyambut anak pulang, membuka pelukan dan menerima kedatangan Reilin tanpa sedikitpun tekanan.
"Kehendak Dunia Penyihir……"
Reilin menutup perlahan matanya, bayangan samar Ular Bersayap Targaryen muncul di punggungnya: "Ternyata… sudah terlelap ya?"
"Tapi……"
Reilin kembali menatak tiga orang Belinda di belakangnya yang auranya jelas berkurang: "Bahkan saat tertidur, secara bawah sadar meminggirkan kehadiran entitas dari dunia lain! Bahkan membuat entitas level 8 waspada, lalu bagaimana kekuatan kehendak dunia di masa keemasannya?"
