"GROAARRR!!!"
Suara gemuruh yang sangat dalam muncul dari dasar laut, diikuti bayangan hitam mengerikan dengan fluktuasi energi kehidupan yang kuat terus muncul ke permukaan.
"Hanya tekanan dari ukuran tubuh yang sangat besar saja sudah membuat permukaan laut seolah mengalami tsunami level 10. Kapal layar tempat Reilin berada pun berguncang hebat."
"Mengambang!" Suara Gilbert terdengar melengking saat memberi perintah.
Huh! Huh! Aliran udara naik yang kuat seolah membawa kekuatan tak terbatas mengangkat seluruh kapal layar hingga melayang di udara.
Namun nasib anggota suku laut lain tidak seberuntung itu. Banyak hiu, penyu, bahkan spesies laut lainnya terombang-ambing mengikuti arus bencana ini, beberapa bahkan hancur menjadi daging dan darah yang menorehkan warna merah di perairan sekitar.
Bayangan Hitam semakin membesar bak benua raksasa. Akhirnya, gunung setajam pisau menerobos permukaan laut menampakkan punggung hitamnya yang luas.
"Ini...ini...Paus Naga?!" Ema membuka mulutnya lebar-lebar.
"Lebih tepatnya, Raja Paus Naga yang mungkin juga menjadi totem suku laut!" Reilin tersenyum lalu wajahnya berubah serius: "Tenangkan dirimu!!!"
Tiba-tiba permukaan laut yang bergolak menjadi hening. Sepasang mata sebesar planet muncul dari kedalaman samudra, memancarkan cahaya terang.
Sebuah proyeksi holografik tiba-tiba muncul menampakkan sosok pria paruh baya berpenampilan suku laut.
"Uraz, memberi hormat pada Tuan!"
"Raja Paus Naga Level Enam! Ukurannya sudah menyamai benua kecil. Untung dia tidak muncul saat kita bermigrasi dulu, hanya paus naga Level Empat di wilayah Paus Naga..."
Pupil Gilbert menyempit, seketika ia merasa seolah mendengar suara halusinasi.
"Apa? Dia memanggil Reilin 'Tuan'? Bukankah mereka sama-sama pemegang takhta Level Enam? Paus naga dengan postur tubuh sebesar ini, apalagi berada di wilayah laut dalam yang menjadi domainnya, mengapa masih bersikap begitu hormat?"
"Apakah wilayah paus naga di sini berada di bawah yurisdiksimu, Uraz?"
Reilin bertanya dengan santai.
"Benar, Tuan! Termasuk suku laut di beberapa pulau dan benua sekitarnya!" Ilusi jiwa bernama Uraz ini menjawab dengan patuh.
Dulu, bahkan paus naga level terendah pun bisa menciptakan badai dahsyat di Pantai Selatan dan menyebabkan kerugian mengerikan. Bahkan saat Reilin masih ahli sihir level 1-2, ia sering mendengar kabar ini.
Tapi sekarang, sekalipun Raja Paus Naga paling menakutkan, di matanya hanyalah jiwa-jinak tak berharga.
"Postur tubuh sebesar ini ditambah kekuatan darah leluhur yang melimpah, jika kumakan paling hanya menaikkan konstitusiku 0.003!" Kilatan cahaya biru di mata Reilin menyala, langsung menganalisa. Tubuh asli Raja Paus Naga di dasar laut menggigil ketakutan.
"Terlalu sedikit. Lagipula aku masih membutuhkannya."
Diam-diam Reilin menggeleng, mengurungkan niat melahapnya.
"Uraz! Ada tugas untukmu!" Kekuatan besar memberinya hak hidup-mati, sehingga ia langsung memberi perintah.
“Silakan Tuan beri perintah, bawahan siap melaksanakan!” Demikian pula, Raja Paus Naga yang merasakan kekuatan tak terukur dari Reilin dan menyadari nyawanya berada di genggaman lawan, menjawab dengan patuh.
“Bagus! Aku adalah tetua Cincin Ouroboros. Mulai sekarang, kau dilarang mengganggu alat transportasi yang mengibarkan bendera Cincin Ouroboros, malah harus melindunginya. Mengerti?”
“Patuhi perintah! Orang kuat yang agung! Aku juga akan mengirim keturunanku untuk mengawal kapal-kapal Tuan!”
Uraz menyetujui dengan antusias.
“Bagus!” Reilin mengangguk. Begitu ia menunjukkan isyarat untuk pergi, tubuh asli Paus Naga raksasa itu segera menghilang dari permukaan laut, seolah dikejar makhluk mengerikan dari belakang.
“Raja Paus Naga Level Enam! Bagi Pantai Selatan ini adalah entitas yang mustahil dilawan...”
Reilin mengusap dagunya: “Syukurlah! Tampaknya dia tidak terlalu memperhatikan Pantai Selatan sebelumnya, atau mungkin terus tertidur. Kalau tidak, seluruh Pantai Selatan mungkin takkan mampu menahan amarahnya...”
Hanya dengan permukiman yang dibentuk oleh keturunannya saja, dia sudah bisa mengisolasi Pantai Selatan dari dunia luar. Jika tubuh aslinya yang bertindak, dengan postur tubuh sebesar itu, menghancurkan seluruh benua pun akan menjadi hal yang sangat mudah.
Bagaimanapun, meski Pantai Selatan menyebut diri sebagai benua, di mata penyihir dari wilayah tengah, ini hanyalah pulau yang agak besar.
“Dengar? Segera lakukan relokasi! Percayalah kali ini tidak akan ada bahaya lagi!”
Setelah mengantar kepergian Raja Paus Naga, Reilin berbicara kepada dua Ahli Sihir Kemorin di belakangnya.
"Ja... Jelas!"
Gilbert mengusap keringat dingin di dahinya. Sekadar kontak mata dengan Uraz yang berada di seberang tadi sudah memicu rasa takut yang menggelora dari dalam hatinya.
Sementara itu, sampai sejauh apa kekuatan Reilin sebenarnya hingga bisa membuat sosok sekuat itu merendahkan diri?
"Tu... Tuan Reilin! Bolehkah saya mengetahui level kekuatan Anda saat ini?"
Jeffrey yang diam di samping juga ikut ketakutan. Sebagai Ahli Sihir Bulan Gemilang Level Lima yang lebih kuat dari Gilbert, dia justru lebih memahami kengerian yang dimiliki Raja Paus Naga.
Pada saat yang sama, dia juga mulai menangkap perubahan misterius pada diri Reilin.
Bagaimanapun, bahkan penguasa terkuat di Benua Tengah sekalipun tak mungkin mampu mengendalikan Raja Paus Naga Level Enam, fakta ini membuat Jeffrey terpana.
"Aku? Masih berada di level ahli sihir Level Enam!"
Reilin tersenyum tanpa berusaha menyembunyikan fakta.
"Mustahil! Ahli Sihir Darah Level Enam mana mungkin memiliki kekuatan sehebat ini?" Baik Jeffrey maupun Gilbert sama-sama menunjukkan keraguan yang terpancar dari sorot mata mereka.
"Tapi jarak menuju level 7 tinggal selangkah lagi!" Tambahan ucapan Reilin ini seketika membekukan semua ahli sihir di geladak.
"Le... Level 7! Dewa dalam legenda! Penguasa aturan???"
“Jeffrey membelalakkan bola matanya, mulutnya menganga seperti katak raksasa, terpana melihat Reilin masuk ke dalam kabin kapal.”
“Adipati Gilbert! Adipati Ema! Tolong konfirmasi, apakah saya baru saja mengalami halusinasi?”
Setelah terdiam cukup lama, Jeffrey baru menyentak kulit wajahnya sendiri dan berbicara tanpa sadar.
“Yang Mulia Pangeran Jeffrey, sepertinya Anda tidak salah dengar!”
Gilbert dan Ema saling memandang, wajah mereka sama-sama menyungging senyum pahit: “Tapi kami sudah hampir terbiasa, Tuan Reilin selalu ahli menciptakan harapan dan keajaiban!”
Sekarang, bahkan Gilbert pun tidak berani lagi menganggap diri sebagai mentor Reilin.
Bagaimanapun juga, dia adalah sosok yang sudah menyentuh level 7!
Level 7! Apa artinya? Di era kuno sekalipun, ini adalah orang kuat termasyhur! Menaklukkan banyak dunia, membuat ras lain gemetar dan menangis...
Dan sekarang, apakah Cincin Ouroboros juga akan memiliki orang kuat dengan level seperti ini?
Gilbert menyadari dirinya hanya bisa terkekeh-kekeh, sementara Ema di seberang mulai menunjukkan gejala yang sama.
“Level 7?? Level 7!! Ah... Bixius, dan Ofa, semua rencana kalian mungkin akan gagal!”
Jeffrey baru tersadar setelah lama terdiam, tiba-tiba menghela napas panjang dengan wajah muram.
"Siapapun itu, begitu menghabiskan waktu bersama Reilin, pasti akan merasa terpukul. Jeffrey sebelumnya sudah beberapa kali mengalami hal ini, tetapi kali ini terasa jauh lebih intens."
"Tapi! Dengan kehadiran Reilin, musim semi bagi Ahli Sihir Darah kita telah tiba!"
Setelah meratap, mata Jeffrey dipenuhi harapan.
Meski saat ini Benua Tengah masih dipenuhi takhta Raja Penyihir, di hadapan entitas setengah level 7 mereka bagaikan semut yang remeh - satu tepukan saja bisa membinasakan ribuan. Jeffrey seolah sudah melihat panorama Ahli Sihir Darah mendominasi Benua Tengah.
Di hadapan kepentingan besar yang diwakili oleh penaklukan Benua Tengah, semua intrik dan upaya mempertahankan hal-hal sepele yang mereka lakukan sebelumnya terasa sangat menggelikan!
"Mungkin ini juga yang diinginkan oleh Tuan tersebut?"
Jeffrey menatap arah kabin kapal, menggenggam tangannya dengan erat sementara pipinya memerah tidak wajar.
……
Di bawah kendali Reilin, mereka hanya membutuhkan beberapa hari untuk menyelesaikan perjalanan panjang dari Pantai Selatan ke Benua Tengah.
Sebelumnya, setiap kali Gilbert dan yang lain melakukan perjalanan seperti ini, minimal membutuhkan waktu berbulan-bulan. Bahkan jika bukan karena khawatir pemborosan, Ema sudah menyarankan membangun Gerbang Astral di Pantai Selatan.
Pembentukan formasi teleportasi yang menjangkau seluruh Benua Tengah melalui layanan transit Gerbang Astral dan ruang Bintang Fajar, selalu menjadi kartu truf penting Ahli Sihir Darah.
Namun relokasi seluruh organisasi, meskipun setiap pembukaan Gerbang Astral memakan biaya minimal, jika diakumulasikan akan menjadi angka yang sangat besar. Bahkan bisa membuat Gilbert dan yang lain pingsan, tak mampu membayar meski menjual seluruh harta, sehingga hanya bisa dilakukan dalam bentuk migrasi jarak jauh seperti ini.
Transmisi melalui Gerbang Astral maksimal hanya bisa mengangkut beberapa orang atau sumber daya penting, tidak cocok untuk pekerjaan relokasi berskala raksasa.
Namun, setelah semuanya stabil, Reilin sudah berencana membangun Gerbang Astral di Pantai Selatan. Tidak hanya di Pantai Selatan, bahkan Dark Extreme Domain dan dunia bawah tanah pun tak boleh terlewatkan.
Meski transportasi sumber daya besar tak memungkinkan, untuk penggunaan pribadi dirinya masih sangat praktis.
Di dalam ruang Bintang Fajar.
Ofa terlihat lebih tua dan rapuh dibanding sebelumnya, seolah tubuhnya akan hancur setiap saat. Namun di matanya tersimpan kilatan tajam yang tak bisa disembunyikan.
"Wade! Menurutmu apakah pesan dari Jeffrey sebelumnya benar?" Ofa menggosok-gosokkan tangan dengan gelisah. Saat ini, dia dan Wade menunggu di titik transmisi, bahkan Bixius juga ada di sana meski wajahnya sudah muram bagai hendak meneteskan air.
"Kita sama-sama tahu karakter Jeffrey. Mustahil dia berbohong dalam hal seperti ini! Dan apakah sang tokoh telah mencapai Level Enam, kita bisa langsung memastikannya begitu bertemu!"
Wade tersenyum sambil berkata. Ternyata pesan Jeffrey agak terlambat. Begitu mereka benar-benar menyadari kekuatan Reilin, kedua orang ini pasti akan terkejut sekali lagi.
