“Hal seperti ini tak bisa dilakukan sendirian lho!”
Reilin tersenyum duduk di samping Isabella, menggenggam lengannya.
“Jangan…” Isabella meronta.
“Duduk manis!” Ekspresi Reilin berubah tegas, membuat aura Isabella tertekan, bahkan kekuatan tangannya berkurang beberapa menit.
Reilin perlahan menggulung lengan baju Isabella. Yang terlihat bukanlah kulit halus gadis belia, melainkan lengan penuh sisik aneh dengan luka melengkung di siku – bekas serangan Steve sebelumnya.
“Transformasi Iblis? Dan tampaknya ritual transformasi tingkat tinggi...”
Reilin mengangkat bahu, lalu dengan mahir menggunakan energi mantra untuk menyembuhkan luka Isabella, terakhir memberi obat dan membalutnya.
“Sangat menjijikkan... bukan?” Isabella memalingkan wajah, suaranya terisak-isak.
“Tidak! Sebenarnya cukup lumayan!”
"Reilin berkata dengan serius, lagipula transformasi menjadi Ahli Sihir sebelumnya juga tidak lebih baik, hampir sepenuhnya meninggalkan eksistensi wujud manusia."
"Ada satu hal lagi..."
Reilin terlihat fokus mengobati sambil berbisik pelan.
"Aku ingin membentuk armada perompak swasta, kuharap kau mau membantuku!"
"Jadi bajak laut? Mengapa?" Ekspresi Isabelle berubah kaku, sebutan "perompak swasta" hanyalah istilah halus untuk bajak laut.
"Orang-orang datang mengganggu kita, sudah sepantasnya kita membalas!" Senyum dingin mengembang di wajah Reilin.
"Untuk personel, para bajak laut dari Kelompok Bajak Laut Harimau Hitam itu sebenarnya bisa kuhukum gantung sebagai Pemilik Tanah, sekarang anggap saja sebagai pemanfaatan sampah!"
"Selain itu, kutemukan nakhoda pertama yang cocok untukmu, yaitu Robin Hood itu. Penampilannya hari ini cukup baik, yang lebih penting dia sangat paham aturan bajak laut..."
"Dengan kader kita sebagai tulang punggung, bajak laut itu sebagai basis, ditambah kapal bajak laut yang direbut dan harta Steve, kita pasti bisa cepat membentuk pasukan. Aku ingin kau mengendalikan kekuatan ini dengan erat..."
Reilin dengan gesit membalut luka menggunakan kain kasa. Isabelle yang sudah mengeringkan air matanya kini kembali ke citra tegasnya, meski Reilin merasa gadis yang menangis tadi lebih mirip sepupunya di masa kecil.
"Bagaimana kau tahu aku pasti setuju?"
Isabelle menatap Reilin.
"Karena ini permintaanku! Yang Mulia Sepupu!" Senyum Reilin membuat pipi Isabelle memerah.
“Hal ini perlu kupikirkan! Keluarlah dulu!”
Jelas terlihat, berbagi kabin sempit dengan Reilin membuat Isabelle merasa agak canggung.
“Kutunggu kabar baikmu!” Reilin pergi sambil menutup pintu dengan sopan. Sebenarnya, dia tahu sang gadis sudah menyetujui karena ini juga menguntungkannya.
“...Iblis tingkat tinggi? Hehe...” Reilin mengusap dagunya, matanya berbinar dengan cahaya misterius.
Mengendalikan bajak laut! Kedengarannya sangat melawan hukum, mengingat status bangsawan yang melakukan kejahatan seperti ini sungguh mempermalukan martabat keluarga.
Tapi Reilin tahu, di balik kulit kemuliaan, peradaban, dan keluhuran para bangsawan di dunia ini, tersembunyi kejahatan tak terkira. Bisa dikatakan setiap koin emas yang digunakan bangsawan telah ternoda darah dan air mata orang tak bersalah.
Bahkan ayahnya, Baron Jonas, sebenarnya juga sangat ingin mendapatkan dukungan bajak laut tertentu atau membangun armada perompak untuk menyerang musuh, dan sedang berusaha ke arah itu.
Tentu saja, karena gelar baronnya masih baru, mengurus wilayah kekuasaan saja sudah sulit. Jadi rencana baron itu belum terlaksana.
Lalu soal kejahatan bajak laut? Hanya bisa dijawab dengan tawa dingin. Tak ada bangsawan yang akan peduli!
“Ini adalah laut baru yang baru ditemukan, belum ada kekuatan mapan yang berakar, masih seperti kertas putih. Bagaimana mungkin kepentingan di laut ini dibiarkan dirampas seluruhnya oleh Marquis Louis...”
Reilin tersenyum dingin. Di masa depan, dia akan membutuhkan sumber daya dan koin emas dalam jumlah besar untuk membeli bahan mantra tingkat tinggi maupun membangun menara penyihir. Bagaimana mungkin dia rela menyerahkan kepentingan di perairan luar begitu saja?
Selain itu, dia juga bukan tipe orang yang hanya menerima pukulan tanpa membalas.
"Berkah" dari sang Marquis itu pasti akan dia balas dengan setimpal di kemudian hari. Kepulauan Blek yang hanya menguasai rombongan dagang bersenjata laut dan beberapa kelompok bajak laut - apakah itu sangat hebat?
Jika bukan karena kekhawatiran akan Pulau Faolan dan keluarga di atasnya, perang gerilya yang dilakukan Reilin sendirian saja sudah bisa membuat mereka kalang kabut.
"Setelah membentuk kelompok bajak laut, sepupuku juga bisa mendapatkan tempat berlindung. Di perairan luar yang penuh dengan unsur-unsur campuran ini, pandangan para dewa tidak akan terlalu intens. Ritual persembahan sesekali pun bisa dilakukan dengan tingkat kerahasiaan maksimal..."
Apakah Isabelle bisa memahami maksud baik Reilin atau tidak adalah cerita lain. Yang pasti Reilin yakin, selama itu permintaannya, sepupu tersebut tidak akan menolak.
"Ou ou～～～～"
Ombak terus menerpa lambung kapal, menciptakan getaran halus. Di kejauhan, beberapa burung sejenis camar mengepakkan sayap sambil berkicau dengan suara melengking.
"Lokasi ini tidak jauh dari Pulau Faolan, dan ini hanya pelayaran jangka pendek. Seharusnya tidak ada masalah..."
Reilin bersandar di pagar, menatap laut dalam di bawahnya - lautan bukanlah tempat yang tenang. Tsunami, badai, bahkan berbagai spesies laut dalam bisa menghancurkan seluruh armada kapal dalam sekejap.
"Karena itu, bagi para pelaut di laut lepas, setiap hari mereka seperti menari di atas mata pisau, setiap saat bisa kembali ke pelukan dewa kematian."
"Di antara para dewa, tampaknya ada beberapa yang menguasai [jabatan ilahi] terkait laut, seperti Dewi Badai yang dipuja oleh Steve itu!"
Ekspresi Reilin menjadi serius.
Steve itu ternyata memiliki sedikit kemampuan pendeta, meski hanya bisa mengaktifkan sihir ilahi level terendah, tapi cukup membuat Reilin meningkatkan kewaspadaan.
Untungnya Dewi Badai dikenal sebagai dewa yang moodnya tak menentu. Dia sering membangkitkan badai dan tsunami dahsyat, menghancurkan kapal-kapal untuk memperoleh kekuatan kepercayaan - yang lahir dari rasa takut!
"Jadi kemungkinan besar Steve ini membuat Dewi Badai sangat senang dalam suatu ritual persembahan atau doa, sehingga dia memberikan pengecualian dengan menganugerahkan sihir ilahi."
"Kalau tidak, bagaimana pun juga aku melihat, tidak bisa mengaitkan Steve dengan status sebagai pendeta."
"Tapi meski begitu, ini tetap masalah besar. Seberapa brengsek pun Steve, dia masih memiliki level pendeta. Reilin tidak berani membunuhnya sembarangan."
"Kalau di luar sendirian, dia bisa saja membungkamnya, asal informasinya tidak bocok tidak ada masalah."
"Tapi kali ini ada banyak tawanan bahkan yang lolos. Fakta Steve jatuh ke tangannya tidak bisa disangkal. Jika dia MATI sekarang, benar-benar akan merepotkan."
“Reilin tidak ingin menarik perhatian gereja dewa sejati mana pun, apalagi permusuhan.”
“Sungguh disayangkan, lawan adalah prajurit level 10 yang juga memiliki level pendeta...”
Cahaya berwarna darah muncul di tangan Reilin, belati setan mengalir di antara jarinya dengan kilau berbahaya yang segera meredup.
Meski saat ini dia bisa mempromosikan terobosan penyihir dengan melahap daging untuk mengubah energi mental, tetap ada persyaratan.
Sebelum energi yang dilahap sebelumnya tercerna sepenuhnya, dia tidak bisa melakukan penyerapan berikutnya. Selain itu, kekuatan yang meledak juga menjadi ujian besar bagi kemampuan kendali penyihir.
Jika penyihir level satu tiba-tiba naik ke level legendaris, dia akan hancur karena tak bisa mengendalikan manna ganas dalam tubuhnya. Untungnya, Reilin memiliki keunggulan besar: tubuh aslinya sudah setara semi-dewa dengan penguasaan energi yang sempurna - mantra dan sihir memiliki kemiripan, apalagi level penyihir saat ini hanya setara penyihir tingkat satu atau dua.
Dengan berbagai pertimbangan ini, Stefan baru bisa bertahan sampai sekarang. Jika tidak, Reilin sudah mengubahnya menjadi tumpukan tulang kering.
"Reilin saat ini sangat pemilih dalam hal daging. Hanya profesional elit atau makhluk gaib kuat yang memenuhi syarat untuk energi kehidupannya. Sedangkan bajak laut ikan-ikan kecil? Reilin sama sekali tidak menganggap mereka layak. Bahkan jika ditelan semua, mungkin tidak menyamai satu Steve, apalagi energi yang tidak murni."
"Level energi dunia ini tampaknya memiliki batasan yang sangat ketat..."
Reilin melirik kolom datanya. Karena tidak menggunakan pisau darah setan kali ini, data-nya tetap sama seperti sebelumnya tanpa perubahan.
"Standar 1 poin untuk manusia dewasa, kemudian 10 poin, 20 poin – seolah setiap angka menjadi kriteria!"
Terhadap data ini, Reilin memiliki pemahaman yang lebih mendalam.
Sangat sulit bagi manusia biasa untuk melewati kriteria 1 poin di berbagai atribut dan menjadi profesional, apalagi menguasai kekuatan besar setelahnya.
Angka 10 poin juga merupakan kriteria besar dalam data. Atribut tertinggi Reilin saat ini, Mental, baru mencapai 7 poin.
Menurut perkiraannya, baru setelah promosi ke penyihir level 10 kriteria ini mungkin terpenuhi.
"Penyihir di atas level 10 sudah dianggap ahli di Dunia Para Dewa. Inikah batasannya? Hanya dengan satu atribut melampaui 10 poin barulah menjadi ahli sejati..."
Reilin memiliki firasat: meningkatkan atribut di dunia ini akan semakin sulit. Setelah Mental mencapai 10 poin, terutama setelah promosi ke [Mage Besar], bahkan amplifikasi dari pisau darah setan akan menjadi minim.
“Dunia yang ketat, kekuatan Transenden yang terbatas, bahkan para Dewa pun harus tunduk di bawah aturan dunia……”
Mata Reilin memancarkan semangat dan keinginan untuk bertindak.
Saat itu, sorak-sorai juga terdengar dari tempat lain: "Kita sampai! Melihat mercusuar pelabuhan!"
Reilin mengarahkan pandangannya dan benar-benar melihat cahaya kuning samar di balik lapisan kabut tipis laut. Itu adalah kehangatan yang mewakili Pelabuhan Fao'lan, membuat Reilin tak bisa menahan senyum.
