"Bagus! Aku tidak akan mencabut posisimu, tapi perlu kamu kerahkan semua sumber daya di tanganmu untuk membantuku!"
"Reilin mengangguk dingin melihat demon kesenangan yang bersujud di hadapannya."
"Dengan kekuatan ketuhanan Beru Sebam ditambah [nama sejati] lawan, bahkan jika Reilin mengaku sebagai reinkarnasi Raja Kerakusan pun harus diakui!"
"Di bawah ancaman kehidupan, memintanya melakukan beberapa hal tetap tidak bermasalah."
"Seberapa luas jaringan pergaulan yang kamu miliki? Bisa mempengaruhi raja?"
"Reilin bertanya langsung."
“Tuan, saat ini bawahan sudah diam-diam menguasai lebih dari seribu umat, termasuk dua Pangeran, lima Viscount... dan bisa mempengaruhi secara tidak langsung dua Marquis serta satu Adipati...”
Demon kesenangan Nyonya Delai segera memberikan laporan, sementara Beru Sebam yang malang sengaja diabaikan oleh keduanya. Nasib pecundang memang seperti ini.
“Jika ingin mempengaruhi Raja, hanya Nyonya Marquis Louisa yang bisa, dia adalah selir dan favorit baru Raja...”
Delai menggigit bibirnya, terlihat sangat menggoda.
Untuk bertahan hidup dan meraih kekuasaan lebih tinggi, ia tidak keberatan menjual tubuhnya sendiri. Setelah rasa takut mereda, dengan sengaja atau tidak sengaja memamerkan kecantikannya di depan Reilin.
Ia sangat yakin, bahkan manusia paling setia pun takkan mampu melawan godaan tubuhnya.
“Nyonya Marquis Louisa?”
Reilin terkejut, tidak menyangka setan ini punya cara hebat hingga pengaruhnya mencapai lapisan tertinggi kerajaan.
Melalui penjelasan Nyonya Delai, Reilin perlahan memahami metode yang digunakan.
Seperti setan-setan lain, awalnya mereka memanfaatkan tempat hiburan untuk menarik para bangsawan, lalu menggoda jiwa mereka agar jatuh dalam dosa.
Dengan cara-cara gelap lainnya, Nyonya Delai bahkan mengendalikan banyak nyonya dan nona dari keluarga bangsawan.
"Dengan mengandalkan sekelompok geisha kelas tinggi ini, dan sering mengadakan pesta-pesta dekaden, dia berhasil menarik lebih banyak bangsawan besar untuk berpartisipasi."
"Jaringan ini berkembang seperti virus yang semakin membesar."
"Belakangan ini, Nyonya Delai bahkan turun tangan langsung, membimbing Nyonya Marquis Louisa untuk mencoba kenikmatan-kenikmatan tabu, dan berhasil menaklukkannya hingga menjadi umat Setan, bahkan mengirimnya ke ranjang Raja."
"Tubuh asli Nyonya Delai adalah Setan, mustahil disembunyikan dari ahli sihir istana dan metode deteksi lainnya di istana, tapi manusia murni tidak akan menimbulkan masalah."
"Saat ini saya masih mengendalikan sekelompok nona bangsawan saleh, semuanya umat Tuan kita. Jika Anda berminat..."
Nyonya Delai menjilat bibirnya, mengeluarkan undangan yang penuh daya tarik.
"Saya mungkin akan mencobanya jika ada waktu luang..." Reilin tanpa ragu menerima umpan manis ini, toh dia memang membutuhkannya.
"Hehe... Layanan kami pasti akan memuaskanmu, Tuan..."
Setelah mendapat jaminan Reilin, Nyonya Delai tampak lega. Setidaknya selama dia masih memiliki nilai guna, Reilin tidak akan langsung membunuhnya. Kelegaan ini membuat tubuhnya terlihat lebih menggairahkan.
Setelah memahami kekuatan yang dimiliki Nyonya Delai, Reilin mengangguk dan duduk di sofa santai di sebelah.
"Viscount Dium dari Kepulauan Blek, pernahkah Anda mendengarnya?"
“Dia?” Delai melirik Reilin dengan halus, seolah mencoba menebak hubungan antara Reilin dengan pihak tersebut.
“Pernah dengar, dulunya anak tidak sah keluarga Goldenthorn, sekarang sedang berusaha merebut gelar Marquis dan wilayah kekuasaan...”
“Menurutmu seberapa besar kemungkinan kesuksesan mereka?” Reilin menyilangkan jari-jarinya.
“Banyak bangsawan yang ingin menguasai Kepulauan Blek, dipimpin oleh seorang Marquis. Tapi dia tetap keponakan raja. Meski wilayahnya pernah digempur bajak laut itu kesalahan generasi Marquis sebelumnya, kisah tragisnya justru mendapat simpati. Akhirnya mungkin akan berhasil, tapi entah berapa banyak kepentingan yang harus ditukar...”
Delai memang layak disebut Setan. Setelah bertahun-tahun berkecimpung di Ibukota Danbrea, ia yang mahir dalam perebutan kekuasaan ini hampir bisa menebak alur peristiwa dengan mata tertutup.
“Apakah Tuan ingin membantu mereka?”
“Tidak! Pertama kirim kontak dari pihak kita, tapi jangan beri terlalu banyak hal konkret... Ini pasti keahlianmu...”
Reilin mengusap dagunya.
“Seperti wortel yang digantung di depan keledai? Terlihat tapi tak terjangkau, memaksa mereka berjuang mati-matian? Hehe... Tuan, Anda jahat sekali!”
Nyonya Delai tersenyum manis. Sesungguhnya, dalam hal memancing manusia dengan iming-iming lalu mengencangkan tali di leher mereka hingga akhirnya mengkhianati jiwa sendiri, tak ada yang lebih ahli dari Setan.
“Baiklah kalau kamu mengerti, lakukan ini dulu, nanti aku akan memberitahumu tentang hal selanjutnya...”
Reilin berdiri, seolah tidak memperhatikan kecantikan lawan bicaranya yang luar biasa, langsung bersikap hendak pergi.
"Tuan? Tidak mau tinggal?" Kali ini Nyonya Delai benar-benar terkejut.
"Tidak, banyak urusan di Ibukota. Nanti kalau ada waktu, tentu akan datang ke sini untuk hiburan..."
Antara urusan resmi dan kesenangan, Reilin selalu tegas membedakannya.
Melihat ini, Delai yang kecewa hanya bisa mengantar Reilin pergi. Baru setelah bayangan tubuhnya benar-benar menghilang, wajah Nyonya Delai berubah muram seperti air: "Sial! Mengapa dia bisa menguasai kekuatan Tuan kita dan 【Nama Asli】ku? Lelaki seperti ini jelas monster berhati sekeras besi, takkan memberi kelonggaran karena kecantikan bawahannya..."
Bagi demon kesenangan, mengabdi pada tuan seperti ini adalah kemalangan besar. Tapi Nyonya Delai yang namanya sudah dikuasai tak punya pilihan lain.
"Sial! Sial!"
Melihat situasi ini, Nyonya Delai pun mengumpat dengan geram.
Para pelayan dan penari lain gemetar memandangi bos mereka. Hanya mereka yang tahu kekejaman dan kegelapan yang tersembunyi di balik wajah secantik itu. Mereka berharap bisa menjadi burung unta yang menyembunyikan kepala di dada.
"Kalian kurcaci, babi! Cepat kerja! Mau dicambuk?!"
Nyonya Delai semakin mengaum melihat mereka...
Beberapa hari kemudian, Reilin yang telah berganti pakaian bangsawan keluar dari gerbang kuil Kekayaan.
Melalui layanan transfer kuil, ia menerima kiriman koin emas dalam jumlah besar dari Pulau Faolan. Melemahnya Kepulauan Blek membuat keuntungan perdagangan keluarga terus meroket, memberikan dana yang lebih melimpah bagi Reilin.
Pelatihan penyihir tidak bisa lepas dari dukungan kekuatan duniawi, baik bahan eksperimen mahal maupun buku mantra semuanya demikian.
"Dium juga sudah menyerah, segalanya berjalan mulus. Mungkin aku harus menetap sementara di Ibukota untuk belajar. Untuk materi di bawah level penyihir tinggi, melalui hubungan dengan Mentor Ernest, Guild Penyihir masih bisa membukanya dengan bayaran..."
Reilin memandang menara penyihir yang menjulang tinggi di kejauhan, kilau cahaya magis berkedip di matanya.
Rencananya berjalan sangat lancar. Setelah menyaksikan kekuatan yang ditunjukkannya, Dium dengan mudah menyetujui transaksi.
Bagaimanapun, dibandingkan keuntungan yang diminta bangsawan lain, Reilin hanya membutuhkan surat keterangan dari mereka - tuntutan termurah. Mustahil terjadi konflik karena Reilin masih memegang bukti Dium membunuh Marquis tua! Terlebih selama mereka masih di Lautan luas, sikap Reilin harus tetap dipertimbangkan. Setelah mempertimbangkan semua aspek, Dium tentu tahu harus memilih apa.
Dengan pernyataan korban, ditambah bisikan di bantal yang akan memengaruhi Raja mengeluarkan pernyataan resmi melalui dokumen resmi, apa lagi yang bisa dikatakan gereja Dewa Keadilan?
“Dan, bahkan jika Raja mengetahui kebenaran di kemudian hari, dia akan mati-matian menyangkal! Dengan keras kepala mempertahankan legitimasi deklarasi! Karena ini mewakili wibawa kerajaan! Bagaimana mungkin keputusan yang dikeluarkan Raja bisa salah? Demi gengsi lebih memilih menelan absurditas, inilah ironi para penguasa...”
Senyum dingin mengembang di sudut bibir Reilin.
Dan demi seorang putra Baron biasa, yang hanya dituduh kejahatan bajak laut yang jauh lebih ringan dibandingkan iblis dan setan, berani menghina seorang Raja? Apakah sepadan? Pasti para pendeta Dewa Keadilan akan mempertimbangkan baik-baik.
Setelah semua ini selesai, Reilin yang sudah bebas dari kecurigaan berani menampilkan wajah aslinya dan berjalan santai di jalanan.
Lagipula, sejak awal tidak ada tuduhan kejahatan yang nyata padanya, paling hanya status dicurigai.
“Setelah aku muncul di Kuil Kekayaan, seharusnya yang lain akan segera muncul juga, bukan?”
Tentang kemampuan komunikasi antar kekuatan-kekuatan besar dan kelancaran informasi, Reilin sama sekali tidak meragukannya. Bahkan Nyonya Delai pun memiliki jaringan intelijen luas, apalagi institusi seperti kuil.
Melalui transfer dana di kuil, seketika informasi lokasi dan namanya langsung diekspos.
“Aku sudah menunggu!”
Reilin tersenyum dan melangkah masuk ke Guild Penyihir.
Dibandingkan dengan guild pencuri dan prajurit sebelumnya, Guild Penyihir terlihat lebih sepi, namun dipenuhi aura khidmat dan kesakralan.
Di samping pintu gerbang, dua boneka sihir sedang berjaga dengan setia. Permukaan bangunan bagian dalam bahkan memancarkan cahaya mantra, jelas telah diaktifkan mantra keabadian.
"Dengan kekayaan dan pengeluaran mewah seperti ini, tak heran hanya di Ibukota Kerajaan Danbre terdapat satu Guild Penyihir..."
"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?"
Seorang murid penyihir menyambut dan memberikan salam khas penyihir kepada Reilin.
"Saya Reilin*Fauran dari Pulau Faolan! Ingin mengikuti ujian kenaikan level penyihir!"
Senyum cerah merekah di wajah Reilin.
Jika ingin belajar di Guild Penyihir, sertifikasi level mutlak diperlukan. Tingkat ketelitiannya jauh lebih tinggi dibanding profesi seperti prajurit.
Bahkan garis perguruan harus dijelaskan - para penyihir memang terkenal sangat detail!
Namun Reilin sudah mempersiapkan semuanya, sama sekali tidak khawatir.
