“Para Barbar terkutuk itu adalah satu-satunya kekuatan di Lautan luas yang berani melawan kita sekarang. Dua minggu lalu mereka bahkan menyerang armada kita secara mendadak dan menenggelamkan tiga kapal bajak laut kita...”
Wajah Isabelle semakin suram: “Selain itu, mereka menguasai Pelabuhan Bajak Laut dan menolak akses kita!”
“Tidak hanya itu, saya merasa mereka terkoneksi dengan akar kekacauan baru-baru ini di Lautan luas - kekuatan jurang dan neraka, serta gereja Dewa Pembunuhan...”
Helen si pembunuh setengah Drow di samping menambahkan.
Aura pembunuh wanita ini kini semakin samar, mungkin telah mencapai level profesional di atas 10, dan sedang berusaha keras menunjukkan diri di hadapan Reilin.
Sikap ini tentu kurang tepat. Di bawah tatapan Isabelle, Karen akhirnya mundur terpojok.
“Menarik... menarik...”
Reilin duduk tegak di posisi terhormat. Kekuatan Setan dalam mengendalikan pikiran manusia memungkinkannya dengan mudah membaca emosi bawahannya.
“Karen... karena latar belakang kelahirannya dan hubungan intim sebelumnya denganku, dia dikucilkan. Sekarang ingin membuktikan apa? Lebih dari itu... saya merasakan dia menyembunyikan sesuatu, kecemasan itu... apakah kelompoknya ingin mencari perlindungan padaku...”
Pandangan sekilas Reilin ke arah Karen membuat setengah Drow ini tiba-tiba tegang.
“Sa... saya minta maaf! Tuan!”
Setengah Drow itu meminta maaf dengan wajah memelas, hampir menangis ketakutan.
“Di mata Karen, pandangan sekilas Reilin yang tampak biasa itu seakan menembus langsung ke dalam hatinya, membuat semua pikiran dan perhitungan kecilnya tak bisa bersembunyi.”
“Mungkin… bahkan para Ibu Agung di kedalaman tanah pun tak memiliki tatapan yang semengerikan ini…”
Sebuah pikiran tiba-tiba muncul dalam benak setengah Drow itu.
“Isabelle adalah penguasa yang kutunjuk! Sebelum dia mengizinkan, kalian tak punya hak untuk muncul! Mengerti?”
Suara Reilin rendah: “Jika masih ada…”
“Tidak! Aku bersumpah! Aku berjanji pada Tuanku, takkan pernah adalagi!” Karen segera bersujud, mencium punggung tangan Isabelle: “Maafkan saya…”
“Sudahlah!” Isabelle mengangguk.
Yang memuaskannya adalah sikap Reilin, itu sudah cukup.
Kemunculan sang pembunuh wanita hanyalah insiden kecil, lalu diskusi rapat kembali ke topik Bajak Laut Barbar.
……
Pelabuhan Bajak Laut.
Meski telah mengalami beberapa operasi pengepungan Angkatan Laut Kerajaan, Pelabuhan Bajak Laut saat ini tak menunjukkan tanda-tanda kemerosotan.
Bahkan, dengan cepatnya Keluarga Faolan mengambil alih perdagangan di Kepulauan Blek, jalur emas yang ada tak ditinggalkan, masih dipenuhi kapal dagang sarat kekayaan. Kondisi pasca perang dan bencana justru menjadi surga bagi bajak laut, bahkan membuat Pelabuhan Bajak Laut menunjukkan tren yang semakin makmur.
"Saat ini, di dalam sebuah ruang rahasia yang dulunya merupakan penginapan Barbar, pemimpin Barbar Ogode masih duduk dengan sikap tegap, di sampingnya adalah Nyonya Tilun yang tetap memancarkan pesona.
Hanya saja saat ini, mata Nyonya Tilun dipenuhi kewaspadaan, bahkan ekor rubah di punggungnya menyatu rapat dengan bulu halus di atasnya tegak berdiri, seakan dalam kondisi siaga menghadapi musuh mengerikan.
Di seberang keduanya, berdiri seorang pemuda bangsawan berambut hitam yang mengenakan jas resmi kesatria.
"Jadi... Apakah kalian tertarik dengan proposal saya?"
Wajah pemuda bangsawan itu menyungging senyum ramah, sikapnya memancarkan tata krama bangsawan tinggi yang membuat orang merasa seperti diterpa angin semi, namun Nyonya Tilun sama sekali tidak merasa tenang.
Karena pemuda yang berdiri di hadapannya ini tak lain adalah seorang setan!
Dibandingkan dengan makhluk jahat yang khusus merayu jiwa manusia jatuh dalam dosa ini, bahkan Barbar dan ogre hampir terlihat seperti orang baik.
Selain itu, dalam pemahaman Nyonya Tilun, setan selalu identik dengan kelicikan dan kecurangan, hal ini semakin meningkatkan kewaspadaan dalam hatinya.
Namun pemuda bangsawan di seberang itu seolah tidak menyadari fluktuasi energi dalam dirinya, terus berbicara dengan lancar:
“Sepengetahuan saya, pewaris Kepulauan Faolan, penyihir jenius Reilin*Fauran telah kembali. Tampaknya dia berhasil mendapatkan dukungan eksternal, menyalakan kembali Menara Penyihir yang lama, mengubah Pulau Faolan menjadi benteng alami...”
Pelabuhan dengan proteksi menara penyihir memiliki konsep yang sama sekali berbeda dibanding tanpa. Bahkan Ogode terlihat serius.
Promosi Reilin ke 【penyihir tinggi】 terjadi di reruntuhan Nether. Setelah keluar, dia langsung menghadapi perang orc sehingga tidak sempat melakukan verifikasi level, tidak ada kabar yang tersebar.
“Reilin... ya?”
Nyonya Tilun teringat anak nakal yang sering membuatnya kewalahan, jarinya tanpa sadar mengepal.
Baik dia maupun setan di depannya, sama-sama bersikap anggun namun licin, sama sekali tidak mau mengalah dalam hal kepentingan pribadi.
“Tidak... Reilin*Fauran itu, pewaris Baron, sepertinya lebih mengerikan daripada setan di depan ini...”
Tiba-tiba muncul pikiran ini di benak Tilun. Ini hanya intuisi perempuan tanpa dasar logis, namun membuat alisnya berkerut.
“Tangan mereka tidak hanya memegang armada tempur besar, tetapi juga dukungan bajak laut. Selain itu, dengan posisi Keluarga Faolan sekarang, pasti ingin memberantas bajak laut di lautan luas untuk menjaga kelancaran jalur perdagangan. Karena itu, wilayah Anda adalah target utama mereka! Kalian butuh kekuatan saya!”
Pemuda Setan itu berbicara perlahan. Di matanya terlihat kilatan kegelapan yang samar, sekaligus sedikit keheranan. Tekanan dari kembalinya sang bangsawan terhadap kedua orang ini ternyata melebihi perkiraannya.
"Na...nama...mu!" Saat itu, Ogode yang selama ini bersila tiba-tiba bangkit, memandangi Setan ini dari ketinggian.
"Nawi! Anda dapat memanggil saya Nawi, senang dapat melayani Anda..."
Senyum tulus di wajah Setan Nawi, dipadukan dengan paras tampannya yang biasanya mampu membuat gadis-gadis bangsawan tergila-gila, justru terlihat seperti ular berbisa bagi Nyonya Tilun, membuatnya merinding.
Seberkas api berwarna darah menyala, lalu pemuda Setan itu membungkuk anggun sebelum menghilang dalam transmisi api.
Setelah memastikan kepergiannya, Nyonya Tilun mengerutkan alisnya dan segera memasang lapisan formasi sihir isolasi tambahan.
"Menurutku...kita seharusnya tidak bekerja sama dengan Setan. Kau tahu sifat asli mereka..."
Kekhawatiran terpancar dari raut wajah Nyonya Tilun.
"Kita tidak punya pilihan! Kekuatan Reilin di sisi lain terlalu besar untuk kita lawan!" Suara Ogode berat, membuat senyum getir mengembang di wajah Nyonya Tilun.
Dalam hal kekuatan bajak laut, sekalipun Bajak Laut Macan Merah muncul sebagai pasukan gelap, Bajak Laut Barbar tetap tak gentar.
"Tapi kekuatan Keluarga Faolan bukan hanya dari bajak laut! Setelah menguasai kekayaan perdagangan yang besar, mereka dengan cepat membentuk armada tempur mengerikan yang bahkan melebihi skala Marquis Louis sebelumnya."
"Dengan identitas bangsawan dan legitimasi perlindungan jalur pelayaran, pihak lawan bisa memperluas pasukan secara sah tanpa batasan, segera melampaui kendali Pelabuhan Bajak Laut."
"Menghadapi kombinasi operasi terbuka dan rahasia dari lawan, otoritas Bajak Laut Barbar di lautan luas perlahan memudar. Meski tidak jatuh bebas, situasinya hampir sama buruknya."
"Setidaknya... mustahil untuk memicu Gelombang Bajak Laut lagi."
"Hak barbar di lautan luas tidak boleh direbut orang luar! Sama sekali!!!" raung Ogode sambil menggenggam erat Zhanmadao terinfeksi iblis yang bergetar menghasilkan suara Bzzzt.
"Ogode bukan hanya Komandan Bajak Laut Barbar, tapi juga Pelindung ras barbar lautan luas! Seluruh kelompok barbar bergantung pada perlindungannya untuk bertahan hidup, jadi dia sama sekali tidak bisa mundur."
"Sayang! Aku akan membantumu... Bahkan jika harus terjun ke neraka, aku akan menemanimu!"
Mata Nyonya Tilun dipenuhi kelembutan saat memeluk lengan Ogode.
……
Saat suasana mulai menghangat, tubuh Nyonya Tilun tiba-tiba bergetar disertai cahaya 【Mantra Komunikasi Tingkat Tinggi】 yang menyala.
“Ada tamu lagi di luar! Pendeta dari gereja Dewa Pembunuhan!” Tilun cepat-cepat mengusap matanya.
“Suruh masuk!” Ogode berbicara dengan sangat tegas.
Tak lama kemudian, mereka bertemu dengan utusan dari gereja Dewa Pembunuhan.
Utusan kali ini masih orang lama, pendeta yang pernah Reilin temui di guild pencuri sebelumnya.
“Kalian berdua! Aku membawa intelijen terbaru tentang setan itu!”
Harus diakui, dalam hal mencari informasi, makhluk-makhluk gereja Dewa Pembunuhan yang bersembunyi di kegelapan ini memiliki bakat yang luar biasa.
“Bicaralah!” Wajah Nyonya Tilun saat ini seolah diselimuti lapisan es.
“Meski jenis tubuh asli lawan masih belum bisa kami pastikan, tapi bisa dipastikan Nawi itu berasal dari kekuatan lapisan ketiga neraka...”
Sang pendeta berbicara perlahan.
“Lapisan ketiga neraka? Bawahan Penguasa Keserakahan Mammon?” Mata Nyonya Tilun terlihat berpikir mendalam.
Nama seperti Mammon bukanlah 【Nama Sejati】 setan, melainkan sekadar julukan, sehingga penyebutannya tidak akan memicu kewaspadaan mereka.
“Benar! Belakangan ini Benua sangat tidak stabil, setan-setan di Kerajaan Danbrea tampaknya mengalami perombakan kekuasaan, dan memiliki hubungan dengan Penguasa Kerakusan Beru Sebam yang konon telah menghilang...”
Gereja Dewa Pembunuhan sepertinya telah bekerja sama dengan gerombolan bajak laut barbar lebih dari sekali, bahkan intelijen rahasia setingkat ini bisa mereka bagi.
“Terakhir... Kami sedang berusaha keras mencari lokasi dan titik persediaan Bajak Laut Macan Merah, percaya tak lama lagi akan ada hasil!”
“Di bawah penglihatan Tuhan kami, Segalanya dari lawan tidak bisa bersembunyi!”
Mata pendeta itu dipenuhi urat darah merah, wajahnya sesaat menampakkan kebengisan lalu cepat menghilang.
“Ah... Bahkan Dewa Pembunuhan pun tak bisa dipercaya lagi...”
Setelah pendeta pergi, Nyonya Tilun langsung mengeluh dengan wajah muram.
“Apakah Dewa kekuatan besar itu benar-benar akan jatuh ke Dimensi lapisan bawah seperti kabar angin... Sungguh zaman kekacauan...”
