"Jangan putus asa, putriku……"
Pria paruh baya di dalam cermin juga menunjukkan ekspresi keras: "Dunia Materi begitu luas, pasti masih ada jalan keluar lain... Lagipula, di sini bukan hanya ada kubu orc dan Kota Bulan Perak..."
"Aku sudah menghubungi beberapa jalan rahasia, detail situasinya akan kubahas saat bertemu. 【Spell Mirror Image】 juga hampir habis masa berlakunya. Tugasmu satu-satunya... adalah menstabilkan situasi di sana. Ini menyangkut hidup dan MATI Perkumpulan Dagang dan keluarga kita..."
Semakin lama, gambar di dalam cermin semakin terdistorsi, bahkan suaranya mulai terputus-putus.
Sekadar komunikasi singkat sudah menghabiskan satu formasi sihir dan beberapa kristal berenergi tinggi bernilai fantastis, membuat Ainia hanya bisa menggelengkan kepala dengan senyum getir.
"Jalan lain... Apakah Tuan Ayah berencana bergabung dengan kekuatan lain? Tapi siapa yang mau menerima kita sekarang? Setan atau iblis?"
Ekspresi getir memenuhi wajah Ainia: "Sudahlah... Asalkan bisa bertahan hidup, bergabung dengan neraka dan jurang pun terpaksa..."
Urusan yang sedang diam-diam dilakukan Perkumpulan Dagang Nien dijaga kerahasiaannya ekstra ketat. Bahkan Ainia sendiri enggan membayangkan konsekuensi jika bocor.
Ia membersihkan wajahnya kembali, mengembalikan ekspresi tegangnya yang biasa, lalu berjalan keluar sambil menangkat ujung gaun.
Di dalam hati, ia tetap berdoa khidmat: "Dewa mana pun, lindungilah aku dan keluargaku dari krisis ini. Aku rela menyerahkan semua kepercayaan, Kehidupan, bahkan jiwaku..."
……
"Perkumpulan Dagang Nien? Meminta bantuan kita?"
Tifa menyesuaikan kacamata di hidungnya, membuatnya terlihat lebih beraura cendekiawan: "Moena, bagaimana pendapatmu?"
"Perkumpulan Dagang Nien adalah perkumpulan dagang menengah di Utara yang terutama mengelola bisnis kulit hewan dan ramuan herbal. Pemegang kekuasaan saat ini adalah Fix dari keluarga Bane... Setelah menerima permintaan investigasi mereka, saya menyelidiki keluarga ini secara mendalam. Menurut intelijen rahasia kami, mereka jauh lebih kompleks dari permukaan, memiliki jaringan koneksi rumit di Utara dan tampaknya juga terkait dengan Kekaisaran Orc..."
Seorang pendeta wanita berpakaian seragam pendeta tinggi di sampingnya berkata.
"Begitu ya..."
Tifa tiba-tiba tersenyum: "Artinya, mereka sekarang dalam bahaya ekstrem, terutama jika rahasia tertentu terbongkar... Harus menghadapi pembasmian dari Dewa Keadilan dan Gereja Dewi Jaring Sihir? Sedikit sekali kekuatan yang berani melindungi mereka sambil berhadapan dengan dua gereja sekaligus, dan kebetulan kita adalah salah satunya..."
"Jika bisa mendapatkan rasa terima kasih mereka, ini akan sangat membantu perluasan kepercayaan kita di Utara..."
Cahaya perenungan berkilat di mata Tifa: "Aku butuh lebih banyak intelijen yang lebih detail!"
Sampai sekarang, Tifa belum tergoda oleh godaan di depan mata. Dia membutuhkan lebih banyak informasi untuk menimbang untung-rugi dengan baik dan membuat pilihan tepat, alasan inilah yang membuat Reilin dulu memilihnya.
"Moena, kamu boleh pergi dulu!"
Tifa melambaikan tangan mengusir pendeta wanita itu, kemudian berjalan keluar.
Saat ini, seluruh kuil dipenuhi suasana sukacita. Banyak imam sibuk berlarian menyiapkan hidangan lezat dan minuman dalam jumlah besar.
“Persiapan hari perayaan kelahiran dewa... Semua harus terus berusaha...” Beberapa pendeta terus mendesak, sibuk sampai keringat dingin muncul di dahi.
Tifa memandang pemandangan ini dengan perasaan haru yang dalam.
“Para dewa menetapkan hari kenaikan status sebagai dewa sejati sebagai hari kelahiran, menandakan pelepasan diri dari masa lalu. Sudah genap satu tahun sejak Tuan kita menduduki takhta suci. Jika Persatuan Dagang Nien dipersembahkan sebagai hadiah, pastinya Tuan kita akan semakin puas...”
Tahun 37945 Kalender Dewa, Gereja Ular Raksasa mengadakan perayaan kelahiran dewa pertama mereka.
Pada saat ini, Reilin, bahkan jika dihitung dengan usia awalnya sebagai manusia biasa, baru berusia 300 tahun - termasuk kategori sangat muda.
Namun bagi para dewa, semua ini tidak memiliki makna apa pun.
Tapi demi pertimbangan kepercayaan, dia tetap turun langsung ke perayaan dan menunjukkan mukjizat ilahi, membuat banyak umat menangis terharu.
Setelah semua pekerjaan pencitraan ini selesai, Reilin menerima laporan dari Tifa.
Di kerajaan dewata, di atas Gunung Suci yang dibangun dari tumpukan giok putih, kuil raksasa memancarkan cahaya terang yang menyinari tiga lapisan neraka asli, mengusir penderitaan dan kejahatan, serta membawa harapan dan kebaikan.
Di pusat kuil, di balik lapisan pengawal dan perisai yang bertumpuk, tubuh asli Reilin duduk tegak di atas takhta dewa, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya emas keabadian yang tak lekang oleh waktu.
Doa-doa dari pendoa Kerajaan Dewata, Dunia Materi, bahkan setan dari Dimensi Lapisan Bawah Neraka, terus mengalir tanpa henti melalui sambungan di ruang kosong menuju ke tempat ini.
Doa dan informasi puluhan juta hingga ratusan juta, diserap sepenuhnya oleh Reilin saat ini dan direspon sesuai tingkat kepentingannya.
Bahkan kemampuan berpikir setara dewa sejati sekalipun akan merasa kewalahan menghadapi pekerjaan seberat ini, sehingga banyak dewa sejati seringkali mengangkat beberapa semi-dewa atau yang memiliki kekuatan rendah sebagai dewa bawahan untuk membantu menangani urusan yang rumit.
Namun bagi Reilin, kerajaan dewata-nya masih baru dibangun, sehingga sulit menemukan begitu banyak bawahan yang kompeten dan layak dipercaya dalam waktu singkat.
Untungnya dengan bantuan Chip, sebagian besar tugas yang semula kacau balau telah berhasil dibagi-bebankan.
Dalam hal kemampuan menangani urusan secara mekanis, setelah mengalami beberapa kali peningkatan, kemampuan Chip yang telah menyatu dengan jiwa Reilin bahkan melampaui Reilin sendiri saat ini.
【Ding! Deteksi doa dari Paus Tifa, mulai dialihkan!】
"Pada saat ini, Chip langsung meneruskan sebuah doa. Kepercayaan Tifa sangat saleh, ditambah lagi sebagai Paus, benang kepercayaannya tebal dan memancarkan cahaya gemilang. Posisinya dalam sistem penanganan Chip sangat tinggi, memiliki hak untuk langsung didengarkan oleh Reilin."
Di mata Reilin tiba-tiba mengalir deretan gambar dan aliran informasi - Perkumpulan Dagang Nien, Fix, Anya... Hampir sekejap mata, seluruh isi doa Tifa telah sepenuhnya dipahaminya.
"Perkumpulan Dagang Nien di Utara..."
Reilin mengusap dagunya. Saluran yang dikuasainya jauh lebih luas dan detail dibanding milik Tifa. Hanya dengan mengerahkan kehendaknya, berbagai intelijen tambahan langsung mengalir kembali.
“Bukannya pihak lawan tidak hanya melakukan transaksi senjata dengan Kekaisaran Orc, tapi objek utama perdagangan mereka justru Suku Darah Hitam dari Hutan Gelap?”
“Kali ini, ada kargo vital yang akan ditransaksikan terkunci di Kota Bulan Perak Baru. Jika terendus, tuduhan pengkhianatan dan penghinaan agama akan menghancurkan Perkumpulan Dagang Nien dan keluarga Bane...”
“Suku Darah Hitam... Mara!”
Reilin tersenyum.
Dewa Perburuan ini pernah mengikuti panteon orc, namun menjadi lebih kalem setelah Pertempuran Pengepungan Avatar—kemungkinan besar dihajar habis-habisan oleh Tyr dan Mistra.
Sayangnya, sifat aslinya tak berubah sama sekali. Kini, Mara terlihat kembali bergandengan dengan para orc.
Dunia Materi.
Di luar gereja, suasana perayaan bagai lautan. Hidangan lezat dan minuman disuguhkan tanpa batas—bagi banyak umat, ini merupakan cara efektif untuk meraih kepercayaan dan simpati mereka.
Sebuah gereja yang mampu menyediakan kebutuhan materi secara cuma-cuma, serta mengarahkan pada energi positif dan penghiburan, selalu lebih populer dibanding dewa-dewa iblis.
Karena alasan inilah, bahkan sebagai Dewa Pembunuhan sejati, Reilin lebih memilih fokus pada pemujaan kekuatan fisik, ketimbang seperti Cyric yang hobi merancang konspirasi dan pembunuhan sebagai ritual.
Di inti kuil, Tifa sedang berdoa di hadapan patung dewa Reilin.
"Apa yang dia laporkan adalah tentang Perkumpulan Dagang Nien, hanya saja sebelum dia berhenti berdoa, Reilin sudah memahami seluruh alur peristiwa, bahkan lebih detail daripada informasi yang dia peroleh."
"Tifa..."
Seberkas cahaya emas turun, suara berwibawa Reilin bergema dari patung dewa.
"Tuan kita!" Tifa tidak terkejut sama sekali. Sebagai Paus, prioritas doanya sangat tinggi. Ditambah gereja masih dalam tahap awal, sangat wajar jika dewa menurunkan avatar - apalagi hanya sepenggal kehendak.
Tentu, meski hanya sepenggal kehendak, ini mewakili dewa sejati. Tifa pun tak berani ceroboh, melakukan penghormatan sesuai ritual gereja tanpa cela.
"Tuhan kami, Engkaulah bintang di langit, pemegang otoritas pembunuhan, penguasa para setan..."
"Perkembanganmu di Dunia Materi dan persiapan Perayaan Kelahiran Dewa sangat baik..."
Kehendak agung turun membawa wibawa khas para dewa.
"Kejayaan adalah milik-Ku, sementara pelaksanaan otoritas duniawi Ku-serahkan padamu..."
Sepenggal wahyu muncul, membuat mata Tifa berkilauan. Dia sama sekali tak berani lengah...
Bagi umat biasa Kukulkan - dewa pembunuhan, Perayaan Kelahiran Dewa ini meninggalkan kesan sangat mendalam.
Namun mereka hanya sibuk menikmati perlindungan dan kejayaan dewa, sama sekali tak menyadari bahwa tim pemburu setan tingkat tinggi telah diam-diam meninggalkan markas besar menuju Utara.
Mereka memikul tugas penting, bukan hanya untuk mendukung sebuah Perkumpulan Dagang dan keluarga, tetapi juga memiliki misi yang sangat rahasia.
……
Lü lü～～～
Di Utara, diiringi renikan kuda-kuda dalam jumlah besar, rombongan dagang yang seluruhnya terdiri dari kereta kuda tertutup Brak perlahan meninggalkan Kota Bulan Perak Baru.
"Akhirnya kita pergi..."
Baru setelah berjalan cukup lama di jalan dan tak lagi melihat siluet Kota Bulan Perak Baru yang samar-samar, Nona Anya sang kepala petugas utama rombongan dagang diam-diam menghela napas lega.
Namun di hatinya masih tersimpan kejengkelan yang nyaris membuatnya ingin muntah darah.
Untuk mendapatkan izin keluar, dia bukan hanya harus melepas seluruh keuntungan asli perkumpulan dagang, tapi juga terpaksa berdiplomasi dengan para Paladin berkepala granit itu, membuatnya gemetar ketakutan cukup lama.
"Tapi... selama barang-barang ini bisa diselamatkan, Segalanya pantas!"
Anya melirik iring-iringan di belakangnya, lalu mengangguk pada seorang petugas.
Petugas yang paham segera berteriak keras: "Semua harus bekerja keras! Jika kita sampai di Kota Doni sebelum gelap, Nona akan memberikan hadiah luar biasa besar. Di sana sudah kami siapkan daging panggang dan roti lezat, juga ranjang hangat serta air panas..."
