Bruk!
Di bawah tatapan penuh kekecewaan para orang kuat, mata Adipati di dalam lapisan perisai dipenuhi keputusasaan sebelum seluruh tubuhnya meledak hebat.
Nanah korosif bercampur jaringan biologis menyebar di membran putih lapisan perisai, membuat Elminster hampir muntah.
"Berani-beraninya membunuh seorang Adipati di depan kami! Ini adalah tantangan serius bagi Kota Bulan Perak!"
Ekspresi Elminster berubah serius, namun dia kecewa melihat mata rekan sejawatnya tidak menunjukkan solidaritas, melainkan ketakutan tak terhingga.
Kemampuan membunuh Penyihir Legendaris dengan mudah seperti ini, apakah berarti semua orang di aula ini juga dalam status tidak aman?
"Laporan!"
Seorang penyihir tinggi terburu-bubu masuk dengan wajah panik jelas terlihat.
"Ada apa?" Elminster mengerutkan alisnya, langsung mengambil alih hak bertanya dari Elminster.
"Kabar terbaru menyatakan Pangeran Eric, Viscount Chekov, Viscount Argus, bahkan Dovich dan Nyonya Medita... semuanya... telah dikonfirmasi tewas..."
Seketika, aula besar menjadi sunyi senyap. Semua mata tertuju pada lokasi dimana jenazah Adipati Legendaris berserakan.
“Artinya… keturunan darah pihak lawan di Kota Bulan Perak sudah punah semua dalam sekejap?”
Elminster tiba-tiba merasakan hawa dingin yang ekstrem menyergap jiwanya...
“Kutukan darah dari Dunia Penyihir terlihat cukup efektif!”
Reilin menarik kembali pandangannya.
Murka seorang Dewa yang turun sebagai hukuman, bahkan ahli legenda biasa sekalipun takkan sanggup menahan!
Bahkan, satu kutukan saja bisa merebut nyawa hingga jiwa seorang Penyihir Legendaris di bawah pengawasan banyak orang kuat – inilah mengerikannya sihir!
Dengan memusnahkan seluruh keturunan darah dan keluarga Adipati Legendaris, Reilin dengan tegas menyatakan kedatangannya pada seluruh kekuatan Utara hingga para Dewa.
……
“Ini tantangan! Tantangan bagi seluruh kelompok Paladin kita!”
Rafiniya memandang kota yang kacau balau, sambil memegang laporan kematian yang terus berdatangan, wajahnya tenang bagai sebelum badai.
Banyak keturunan darah keluarga Pangeran Aerick yang tewas misterius, terutama pemandangan mengerikan sebelum kematian mereka, langsung menggemparkan seluruh Kota Bulan Perak.
Bagaimanapun, keluarga Adipati Legendaris dengan cabang lateral dan subjek utamanya memiliki ratusan anggota di Kota Bulan Perak baru – tak sedikit yang terkutuk mati di depan publik.
Kerusuhan yang timbul, ditambah ulah bajingan dan petualang oportunis yang memanfaatkan situasi, semakin memperparah kekacauan ini.
"Di mata Rafiniya yang dipercayakan dengan tanggung jawab penegakan hukum, ini adalah penghinaan terhadap pekerjaannya! Juga aib yang tak akan terhapus seumur hidup!"
"Paladin dikerahkan, bantu garnisun stabilkan situasi!"
Dengan cepat dia memberi perintah. Banyak paladin serius berhamburan keluar dari kuil, dengan kemampuan luar biasa langsung menghancurkan para pemburu ambisi.
Memandang kota yang perlahan pulih, disertai tangisan dan erangan kesakitan samar, ekspresi wajah Rafiniya justru semakin muram.
"Kasus pembunuhan massal dengan kutukan yang menewaskan ratusan orang ini, jika tak menangkap pelaku sebenarnya, sama sekali tak bisa dipertanggungjawabkan kepada Ratu yang mempercayaiku dan warga merdeka lainnya..."
Rafiniya segera menyusun hipotesis dalang di balik ini: "Musuh Adipati? Atau mungkin Lich yang ingin mengumpulkan jiwa, bahkan Dewa Iblis penyebar ketakutan?"
Rafiniya sangat paham, sekali kasus ini terkait dengan dewa sejati mana pun, berarti masalah besar.
Tapi rasa keadilan dalam hatinya sama sekali tak mengizinkannya mundur.
"Rafiniya!"
Saat itu, seorang uskup lain mendekatinya, wajahnya muram bagai tetesan air yang hendak jatuh.
"Baru dapat kabar terbaru, dari Benteng Pedang Besi: satu keluarga di sana juga musnah bersamaan, waktu dan gejala persis sama dengan keluarga Adipati..."
"Jangan-jangan..." Alis Rafiniya berkedut.
“Benar! Pihak itu adalah cabang keluarga Adipati yang memisahkan diri dari keluarga utama seratus tahun lalu, dan sejak itu menetap di Benteng Pedang Besi. Tapi ketika keluarga Adipati dihancurkan, semua anggota keluarga itu MATI secara misterius. Dari ketua keluarga Pangeran hingga bayi dari cabang lateral, tak ada yang selamat. Bahkan mereka yang sedang berada di kuil pun tak bisa lolos...”
Mata uskup memancarkan ketakutan samar: "Kuil di wilayah tengah juga membawa kabar serupa. Sebuah cabang Adipati di Kerajaan Tengah juga telah binasa..."
"Menghadapi kutukan darah leluhur yang melanda seluruh Benua?"
Rafiniya bergumam pelan.
"Benar. Tak hanya itu, di Kota Bulan Perak yang baru, beberapa kasus serupa muncul di kalangan bangsawan lain. Bahkan termasuk beberapa kusir kereta dan tukang kebun. Ini menimbulkan kepanikan besar, tapi kita semua tahu penyebab sebenarnya..."
Uskup melanjutkan penjelasannya.
"Hah... Para babi bodoh yang bejat itu, menciptakan begitu banyak anak haram, sekarang menghadapi masalah..."
Hati Rafiniya dipenuhi kepuasan tersembunyi. Tentang kehidupan mewah dan cabul para bangsawan kelas atas, dia juga pernah mendengar kabar samar.
"Yang penting... Beberapa keturunan darah keluarga Adipati bahkan tak kita ketahui, tapi tetap tak bisa lolos dari kutukan darah..."
Wajah uskup menjadi sangat serius, "Ini kekuatan Dewa! Seorang dewa sejati yang jahat telah menyatakan kedatangannya..."
Rafiniya mengangguk setuju.
"Serangan kutukan yang mampu menyelimuti sebuah benua, di dalam hatinya selain dewa sejati, tidak ada entitas lain yang memiliki kekuatan seperti ini, bahkan Lich legenda tinggi pun tidak layak!"
Hanya dewa yang hampir mahakuasa yang memiliki kekuatan agung dan mengerikan seperti ini!
"Dewa-dewa jahat ini adalah ancaman terbesar bagi misi keadilan kita!" Rafiniya mengepalkan tangan, tapi tidak melihat senyum getir sang uskup.
'Membunuh semua keturunan darah di benua yang terpisah ribuan mil dalam seketika, kemampuan seperti ini bahkan di antara dewa iblis pun hanya dimiliki oleh segelintir entitas paling mengerikan...'
Uskup itu menghela nafas dalam hati.
Sebagai orang yang lebih memahami para dewa, dia tahu betapa mengerikannya dalang belakang layar kali ini.
"Paladin Kepala Rafiniya, tugas gereja untukmu adalah mendampingi Ratu Elminster, menjaga perdamaian dan stabilitas Kota Bulan Perak baru... Apakah kau ingin meninggalkan pos tugas?"
Wajah uskup berkerut sementara hatinya terus menghela nafas.
……
Setelah kepergiannya, wajah Rafiniya langsung menjadi gelap, pedang ksatria di tangannya berdengung menyeramkan.
Dari peringatan uskup tadi, dia jelas mendengar nada yang memintanya mengalah. Apakah gereja tidak berniat bertindak melawan dewa iblis kejam ini?
Meski Rafiniya mengerti perlunya kompromi dan pengorbanan demi menegakkan keadilan, hal ini tetap jauh melebihi batasan psikologisnya.
“Apakah... Bahkan gereja Tuan kita pun mulai dipenuhi kegelapan dan kejatuhan dalam dosa?”
Meski tahu seharusnya tidak, secarik kegelapan mulai menyelimuti hati Rafiniya dan berkembang dengan mengerikan.
Dalam bayangan, ekspresi Rafiniya semakin aneh, sementara cahaya merah tua kehitaman justru semakin memancar terang...
……
“Tuhan... Ampunilah dosaku, jangan biarkan kutukan mengerikan ini menghampiriku...”
“Dewa mana pun itu, lindungilah aku, juga Kakao dan Rafi...”
“Ya Tuhan... Kuberdoa agar bencana segera menjauh dari kota ini...”
“Dewa Agung, siapapun Engkau, dari manapun asal-Mu, kuhaturkan terima kasih atas kehancuran Pangeran Eric yang telah membalaskan keluargaku...”
Benang kepercayaan emas di ruang kosong tiba-tiba bertambah berlipat ganda, membawa berbagai konten yang telah diprediksi Reilin.
Teror pembunuhan keluarga, terutama keluarga dengan proteksi ahli legenda, telah memicu kepanikan besar di Kota Bulan Perak Baru.
Satu-satunya yang bisa memberi perlindungan dan penghiburan spiritual bagi rakyat jelata hanyalah Tuhan!
Bisa dikatakan, setelah Reilin bertindak, jumlah umat di Kota Bulan Perak Baru meningkat drastis. Bahkan tingkat kesalehan kepercayaan pun melonjak, para bangsawan dan orang kaya mulai menyumbang ke gereja tanpa pelit, seolah bisa menghindarkan nasib buruk.
“Semua kuil menyambut gelombang panen baru, dan tidak bisa dihindari, sebagian besar kepercayaan yang terlepas juga dilahap oleh Reilin.”
“Menyebarkan ketakutan, memperoleh kepercayaan - inilah cara kerja dewa-dewa jahat yang sesungguhnya!”
“Pemujaan terhadap kekuatan dan rasa takut juga bisa mendapatkan penyembahan dari rakyat jelata!”
“Sebagai dalang utama bencana ini, adalah hal yang wajar jika orang-orang berdoa padanya karena ketakutan atau kecemasan, memohon perlindungan.”
“Dewi Wabah, Dewi Lautan, dan dewa-dewa lainnya juga menerapkan metode yang mirip dengan Reilin.”
“Meskipun benang kepercayaan tidak begitu kuat, ini tetap menjadi tambahan yang signifikan... Orang biasa...”
“Tidak hanya ketakutan, tetapi juga berbagai rasa syukur mengalir melalui benang kepercayaan masuk ke kelopak mata Reilin.”
“Setiap gerakan dewa sejati mempengaruhi seluruh Dunia Materi, dan apa yang ditunjukkan Reilin kali ini juga merupakan bentuk 'mukjizat ilahi' yang unik.”
“Kekuatan kepercayaan dalam jumlah besar diserap oleh jabatan ilahi, lalu melalui transformasi api ilahi, menjadi akumulasi pengetahuan Reilin sendiri.”
“Di mata Reilin terpancar sikap acuh tak acuh, sama sekali tidak terpengaruh oleh kegilaan duniawi ini.”
“Setelah membereskan Perkumpulan Dagang Bulan Hitam dan keluarga Adipati, hambatan dalam rencana telah tersingkirkan... Transaksi dengan Suku Darah Hitam juga harus segera dilaksanakan...”
“Mengenai kemungkinan permusuhan dan serangan dari dewa-dewa baik, Reilin sama sekali tidak peduli!”
Kali ini lawan yang memulai masalah, bagaimana mungkin wibawa seorang dewa sejati bisa mentolerir penghinaan? Apapun metode yang Reilin gunakan untuk menghukum mereka, sama sekali tidak berlebihan!
Apalagi, dia sendiri adalah Dewa Iblis!
Jika tidak menciptakan ketakutan dan meninggalkan reputasi yang mengerikan, pantaskah disebut Dewa Iblis?
