Kecepatan para entitas batas sungguh mengerikan. Saat ledakan terjadi, mereka telah menjauh dari pusat fluktuasi, menunggu dengan sabar hingga semua berakhir.
"Ini... apa?" Reilin menatap area konvergensi dua dunia besar, kilau keraguan samar terpantul di matanya.
Di bawah pengamatannya, proses saling melahap dan melebur antara dua dunia besar itu kini terhenti total. Dunia Para Dewa dan Dunia Penyihir tampak mencapai keseimbangan sempurna, bagaikan dua bola besi dumbell yang setengah melebur menjadi satu.
Bayangan Reilin tiba-tiba muncul di area konvergensi dunia. Segala sesuatu di sini awalnya telah menjadi kosong, namun kini telah lahir sebuah benua hitam.
"Ruang, waktu, dan berbagai aturan semuanya membeku dengan kaku..."
Reilin merasakan sifat dasar benua ini. Semua aturan di sini sangat stabil, bahkan tanahnya lebih keras dari paduan logam penyihir. Ruang pun demikian. Pada dasarnya, Penyihir Bintang Fajar yang datang ke sini mungkin akan kesulitan bahkan untuk sekadar terbang, apalagi menghancurkan ruang hampa.
"Jiwa dosa-dasar tiba-tiba menyapu seluruh benua, membuat Reilin mengetahui luas spesifiknya - sepersepuluh dari Dunia Materi, namun sama sekali tidak ada makhluk hidup. Di mana-mana hanya ada batu keras dan gurun pasir hitam."
"Yang paling krusial... Di mana Dewa Tertinggi dan kehendak para penyihir? Kemana mereka menghilang?"
Reilin menatap Ibu Inti Bumi di sampingnya.
"Pertemuan dua dunia, ditambah tabrakan para penyihir tingkat sembilan, menciptakan titik keseimbangan yang aneh di sini..."
Ibu Inti Bumi yang telah melewati Perang Penghabisan pertama membuktikan pengalaman dan pengetahuannya yang luas, langsung menangkap petunjuk tertentu.
"Meskipun Dewa Tertinggi, yaitu kehendak para dewa, pernah mengalami luka parah, pertarungan antar makhluk tingkat sembilan telah jauh melampaui batas pemahaman kita..."
Ibu Inti Bumi menjelaskan perlahan.
"Bahkan jika Dewa Tertinggi sedikit lebih lemah, menentukan pemenang mungkin tidak akan terjadi dalam waktu singkat. Sekarang mereka mungkin sedang terkunci dalam pergulatan di dimensi yang tak terdeteksi, meninggalkan tugas bagi penguasa aturan dari kedua belah pihak..."
"Maksudmu..." Reilin memandang ke arah benua ini. Meskipun tidak ideal sebagai tempat berkembang biak, tapi tampak sangat cocok sebagai medan perang raksasa bagi para penguasa aturan!
"Tepat... Sekarang peleburan kedua dunia, atau proses saling melahap, telah memasuki fase kritis dalam status deadlock... Selanjutnya tergantung pada kekuatan para penguasa aturan dari kedua belah pihak..."
Ibu Inti Bumi menunjuk ke arah benua.
“Ini adalah medan perang terakhir, Tanah Kepunahan, yang kalah akan kehilangan segalanya. Jika kita bisa meraih kemenangan krusial di sini, kita bisa membantu Dunia Penyihir langsung melahap Dunia Para Dewa!!! Sebaliknya juga berlaku!”
“Artinya……” Reilin bergumam pelan.
“Baik para penyihir maupun kehendak para dewa, kekuatan primordial mereka ditentukan oleh dunia masing-masing. Jika kita memenangkan perang ini, kehendak para dewa akan melemah dan dilahap oleh kehendak penyihir—pertarungan kita menentukan hasil akhir antara penguasa tertinggi kedua belah pihak!”
“Tepat! Berkat Rencana Dua Dunia dan keunggulan inisiatif kita, peluang kemenangan kita sangat besar… Pertahankan keunggulan ini!”
“Sekadar penguasa aturan mungkin belum cukup… Umpan peluru biasa juga harus dikerahkan dalam jumlah besar…”
Reilin merenung: “Jika ada resimen yang terdiri dari Penyihir Matahari Fajar, dipimpin oleh Penyihir Aturan, bahkan bisa mengungguli kekuatan ilahi lemah dan menengah!”
“Selain itu… Cadangan kita adalah semua penyihir di Astral. Jumlah kita jauh melampaui lawan…”
“Aku akan segera mengerahkan kekuatan di bawah panjiku untuk bertempur…”
Banyak Penyihir Aturan menjamin, sementara Reilin memandang benua hitam raksasa. Tempat ini adalah medan pamungkas, tanah akhir segalanya. Bisa dibayangkan, dalam waktu dekat tempat ini akan menjadi mesin pembantai daging yang mengerikan.
……
Braak!
Pada saat ini, di Benua Hitam, di ujung lain Tanah Kematian, ruang bergemetar. Banyak kerajaan dewata berbentuk tidak beraturan turun seperti sarang lebah aneh, membentuk benteng kokoh.
Pasukan besar terdiri dari pendoa, roh pahlawan, bahkan Roh Suci mulai menyebar di benua. Avatar Dewa dari berbagai kubu dan aliran moral kini bersatu berperang bahu-membahu.
Pasukan elemen dari Dimensi Empat Elemen juga memasuki medan perang. Bahkan iblis di bawah pimpinan dua Pangeran Iblis terakhir berdamai dengan para dewa. Banyak Pemilik Tanah Iblis membawa Legiun Iblis kekacauan ke garis depan.
"Kerajaan dewata turun, aliansi antar ras... Tampaknya para dewa juga akan mengerahkan seluruh kekuatan!"
Reilin menyunggingkan senyum dingin melihat persiapan musuh.
"Momen Perang Penghabisan... Skala ini bahkan melampaui puncak Perang Penghabisan sebelumnya!" tambah Ibu Inti Bumi di sampingnya.
"Benar! Mari kita mulai persiapan kita juga!"
Para Penyihir Aturan mengaum marah. Di wilayah ini, kekuatan aturan dari dua dunia menyatu, membuat tekanan terhadap mereka hilang. Bahkan tanpa baju zirah primordial pun mereka bisa menunjukkan kekuatan puncak!
Situasi serupa juga terjadi di pihak para dewa.
Sayangnya, lingkungan yang adil belum tentu mewakili keadilan sejati.
"Kami yang berjuang membuka jalan di Astral, semua yang diperoleh akan ditunjukkan hari ini! Kejayaan para Tuan Penyihir akhirnya akan menyelimuti segalanya!"
Braak! Braak! Braak!
Dalam pekikan para Penyihir, satu demi satu terowongan dunia terbuka.
Dunia Kegelapan, Dunia Api Penyiksaan, Dunia Es... Pasukan penyihir yang terus mengalir bagai banjir bandang menyembur keluar dari terowongan, membawa tekad kejam dan kerinduan yang membara.
Anggota terlemah di antara mereka adalah Penyihir Bintang Fajar dengan kekuatan level Legenda, namun di sini mereka hanya menjadi umpan peluru kelas rendah.
Namun demi Kebenaran, demi Promosi, demi lompatan jiwa, para Tuan Penyihir tanpa ragu kembali mengobarkan Perang Penghabisan.
Gemuruh genderang perang yang mengerikan bergema tak henti di seluruh wilayah Astral.
Di area yang dialokasikan untuk Reilin, sebuah benteng ular raksasa mengerikan menjulang dari tanah seperti makhluk hidup, meraung menggema langit, menginginkan daging dan nyawa musuh!
"Tuan Ayah!"
Di aula megah, Reilin memandangi dua ahli sihir muda di hadapannya dengan senyum hangat: "Dalam perang ini, aku hanya akan menggunakan akumulasi dari Gua 10.000 Ular dan kekuatan kerajaan dewata tubuh bayangan, tanpa mengeluarkan perintah wajib militer untuk Cincin Ouroboros. Tapi tak kusangka kalian bersikeras datang..."
Di depan Reilin berdiri dua putra sulungnya, Siry dan Daniel!
Kedua anak yang mewarisi energi darah Reilin ini jelas mendapat manfaat dari sumber darah leluhur - Mimpi Buruk Sembilan Kepala Ular. Aura mereka hampir menyentuh Ranah Aturan, setara dengan Reilin di masa setengah level 7 dulu.
Jalan kemajuan Ahli Sihir, asalkan sumber darah leluhur cukup kuat, pada tahap awal hampir lancar tanpa hambatan.
Dan adakah darah leluhur yang bisa melebihi kekuatan ular sembilan kepala mimpi buruk Reilin sekarang?
"Kalian tahu bahaya Perang Penghabisan? Bahkan Penyihir Matahari Fajar pun hanya menjadi umpan peluru takdir... Dan bagaimana perasaan ibu kalian, pernahkah kalian pertimbangkan?"
Reilin memandangi dua putra tertuanya.
Tentu saja, mereka sudah berusia ribuan tahun, keturunan mereka telah berkembang menjadi keluarga besar, sudah mencapai level leluhur.
"Catatan Perang Penghabisan era kuno di Perpustakaan keluarga sudah memiliki deskripsi lengkap..."
Siry dan Daniel saling pandang, akhirnya Daniel yang maju berkata: "Mengenai ibu dan bibi, kami sudah melapor sebelum berangkat..."
"Kalian ini..."
Reilin menghela nafas, dari mata kedua anak ini ia seolah melihat bayangan dirinya dulu, sama-sama memiliki dahaga paling membara akan kebenaran.
Selain itu, promosi dari Penyihir Matahari Fajar ke Ranah Aturan merupakan kriteria sangat penting dalam level penyihir, jurang pemisahnya mengerikan luar biasa. Bahkan Reilin sendiri harus merampas secara gila-gilaan di Dunia Para Dewa untuk bisa melampauinya.
Bagi Siry dan Daniel, meski energi darah mereka istimewa, tetap membutuhkan waktu panjang dan kesempatan khusus.
"Tapi, adakah jalan pintas yang lebih baik daripada Dunia Para Dewa? Cukup dengan membunuh satu dewa sejati, atau merebut sebagian inti ketuhanan dan sifat ketuhanan, pemahaman aturan bisa langsung didapat!"
"Seluruh penyihir di dimensi Astral tidak bisa menolak godaan ini. Itulah mengapa begitu banyak penyihir rendahan yang tetap nekat bergabung meski tahu tingkat kematiannya mengerikan sampai level yang mengejutkan."
"Aku menghormati pilihan kalian..."
Reilin memandangi anak-anaknya, mata yang penuh kelembutan: "Hanya... sejak kalian memilih jalan ini, kalian harus siap menanggung konsekuensinya, apapun hasilnya..."
"Perintah dijalankan!"
Suara Siry dan Daniel penuh kegembiraan, jelas tidak menyangka urusan akan berjalan lancar seperti ini.
Setelah kedua orang itu pergi, Reilin menepuk tangan.
Dua Pemilik Tanah Bencana yang tubuhnya dipenuhi kekuatan bencana muncul, lalu membungkuk memberi hormat kepada Reilin.
"Ikuti mereka dari belakang, lindungi mereka. Sebagai imbalan, aku akan meningkatkan kuota Derajat kekuatan primordial kalian untuk seratus tahun ini!"
Kilau sukacita muncul di mata kedua Pemilik Tanah Bencana itu sebelum mereka kembali membungkuk dan mundur.
"Perlindungan dari dua entitas level 8, cukup lah..."
Reilin menggelengkan kepala. Kekejaman Perang Penghabisan bukanlah hal yang bisa dipahami anak-anak itu. Bahkan dengan perlindungan Pemilik Tanah Bencana, mereka tetap bisa MATI dalam sekejap - misalnya jika nasib sial bertemu dengan dewa kekuatan besar atau semacamnya.
Tapi Reilin sama sekali tidak berniat mengurus lagi hal ini.
Peringatan sebelumnya ditambah pengiriman pengawal, itu sudah memenuhi kewajibannya.
Daniel dan Siry juga adalah penyihir dewasa yang memiliki penilaian sendiri, hidup mati dan keberuntungan mereka selanjutnya tidak ada hubungannya lagi dengan Reilin.
