Zhao Bin duduk bersandar di bawah jendela ruang tamu dengan pantatnya. Penghitungan tadi membuatnya senang sesaat. Dengan gulungan kulit domba, ini berarti dia bisa memiliki kemampuan tempur yang lebih berkelanjutan. Ini juga berarti dia dapat meningkatkan probabilitas bertahan hidupnya secara signifikan. Tapi kulit domba saja tidak cukup, masih diperlukan tinta darah khusus dan kuas simbol terpesona.
Tinta darah harus dibuat dari darah makhluk hidup berkekuatan magis, sedangkan kuas simbol terpesona memiliki persyaratan lebih rendah - cukup ambil kuas biasa dan gunakan sihir tingkat nol "simbol terpesona". Tentu satu penggunaan sihir hanya bertahan satu jam. Jadi hanya bisa digunakan sekali pakai. Masalah utama sebenarnya bukan di sini, melainkan tinta darah harus menemukan bahan pengganti.
Zhao Bin agak frustrasi. Duduk di tanah, dia mengambil segelas air dan mencelupkan jarinya untuk menggambar di lantai. Frekuensi pencelupan jarinya tinggi, jejak air tipis membentuk garis-garis basah di tanah yang kemudian - di bawah kekuatan Arcanum - hidup sendiri, menyusun kolom-kolom rumus perhitungan dengan tulisan yang hanya dia pahami di dunia ini, menghasilkan simbol-simbol misterius satu per satu.
Ini adalah trik kecil bantuan perhitungan yang diteliti Zhao Bin di kehidupan sebelumnya——Watermark Hidup. Dapat secara otomatis menarik perhitungan masalah yang menggantung di pikiran pengguna untuk menyimpulkan hasil. Hanya durasinya agak pendek, cuma dua menit per level. Jadi hanya berguna untuk penyihir level rendah. Penyihir tingkat tinggi sudah memiliki pengganti seperti Tower Spirit Menara penyihir yang setara dengan komputer super.
Dentang keras terdengar di pintu besar. Li Fei masuk dengan ekspresi cemas dan lesu. Tapi seluruh penampilannya terlihat lebih rapi. Sepertinya sudah membersihkan diri dengan teliti.
"Ke sini." Zhao Bin menepuk lantai di sampingnya. Jarinya berhenti, Watermark Hidup langsung menghilang. Bekas air di lantai musnah seketika seperti menguap tanpa meninggalkan jejak.
Zhao Bin mengangkat gelas dan menghabiskan airnya sekaligus. Beberapa kali menarik napas dalam-dalam. Matanya menyipit memandangi Li Fei yang perlahan mendekat dan duduk di sebelahnya.
"Sekarang masih ingin kembali?"
Li Fei diam seribu bahasa, hanya menggigit bibirnya.
Zhao Bin tersenyum santai dan melanjutkan, "Saat ini zombie sudah menyebar ke seluruh dunia. Virus zombie dinamai SG3, masa inkubasi 24 jam nonstop. Jalur penularan awalnya ditetapkan melalui cairan tubuh, tapi menurutku mustahil penyebarannya seluas ini hanya melalui cairan tubuh. Manusia yang terinfeksi mengalami peningkatan kekuatan hampir dua kali lipat, kecepatan melebihi orang dewasa normal, hm... mungkin tidak menyukai cahaya matahari. Kelemahannya ada di kepala." Zhao Bin menekuk satu lutut dan meletakkan tangan di atasnya. "Secara umum mirip Resident Evil, eh... kamu pernah lihat Resident Evil kan?"
Li Fei mengangguk.
"Seperti zombie versi upgrade di film itu, jauh lebih cepat dan kuat. Gigi berubah menjadi taring tajam. Juga lebih sensitif terhadap suara." Zhao Bin menarik napas, "Hanya itu yang kutahu, semoga membantumu. Dan ambil ini."
Dia menarik pisau buah bersarung dari pinggangnya dan menyerahkannya kepada Li Fei. Perempuan itu menerimanya.
"Saran pribadi, sebaiknya jangan takut kepanasan. Pakai lebih banyak pakaian kulit atau bahan berperlindungan tinggi. Tapi ini hanya saran pribadi." Dia menunjuk cahaya matahari yang menyilaukan di lantai sambil tersenyum lagi.
"Pintu besar ada di sebelah sana. Manfaatkan kesempatan selagi matahari masih terik." Maknanya jelas: mengakhiri pertemuan.
Li Fei memegang pisau itu sambil menggigit bibir, matanya berkaca-kaca. Dia menatap Zhao Bin yang menghindari pandangannya dengan memalingkan kepala.
Gadis itu pun bangkit, berjalan menuju pintu besar dengan langkah lambat namun tegas. Sesampainya di depan pintu, dia menoleh ke Zhao Bin yang masih duduk di lantai, dan mendapati pria itu sedang menatapnya.
“Benarkah Anda tidak bisa membantu saya? Aku hanya ingin... menemukan orang tuaku.” Li Fei berkaca-kaca.
Zhao Bin mengerutkan alisnya, menatap gadis di depan pintu, lalu menunjuk ke kamar tidur tempat logistik disimpan.
“Pergi ke sana. Jika kau bisa memberi jawaban yang memuaskan, aku tidak keberatan mengantarmu.”
Wajah Li Fei memerah, air mata akhirnya menetes.
“Kalau... kalau... Anda setuju...”
Zhao Bin langsung paham arah pikiran gadis itu, bergumam kesal: “Di sana banyak sayur dan daging yang baru dipindahkan. Aku menyuruhmu membantu memikirkan cara penyimpanan, bukan tidur bersama!”
“Benarkah?” Li Fei langsung berhenti menangis, mendekat dengan ragu dan membuka pintu. Terlihat kamar itu penuh logistik berantakan: sayuran, buah, daging, beras, obat-obatan dan balut tanpa penataan.
“Maaf, aku salah paham.” Gadis itu menghela napas lega.
Zhao Bin berkasa: “Tidak apa. Hanya saja persediaan makanan ini merepotkan, benar-benar menyakitkan kepala.”
“Cuaca terlalu panas, sayuran segar, buah-buahan dan daging tidak bisa disimpan tanpa kulkas. Tapi kalau ada listrik, aku akan mengiris dan mengeringkan sayuran dengan oven, bisa tahan lama.” Li Fei berkata hati-hati.
"Hmm, itu ide bagus." Zhao Bin mengusap dagunya sambil berpikir, lalu menambahkan: "Kebetulan aku mau ke supermarket bawah, sekalian aku antar kamu sekarang."
Li Fei langsung berseri-seri, buru-buru mengusap air matanya. "Terima kasih Kak Zhao, aku tahu kamu orang baik."
Zhao Bin hanya terdiam.
Mengingat kehadiran Li Fei, Zhao Bin terpaksa menyiapkan banyak benda tajam semacam pulpen untuk dilempar. Saat ini dia hanya bisa melepas tiga sihir level nol, kemampuan tempurnya tidak meningkat banyak. Jadi dia juga membawa lima pisau dapur dan pisau buah dari rumah tetangga, ditambah pisau dapur miliknya sendiri total enam pisau. Semuanya diselipkan di pinggangnya mengelilingi sabuk.
Melihat ekspresi bingung Li Fei, Zhao Bin menjelaskan dulu pernah latihan lempar pisau terbang. Li Fei setengah percaya.
Zhao Bin mengenakan jaket kulit tebal dari rumah tetangga, ujung bajunya dimasukkan rapat ke celana. Di dalam jaketnya dia selipkan beberapa majalah tebal sebagai bantalan pelindung. Li Fei di sampingnya memerah wajah sambil satu tangan memegang ujung kaos, satu lagi memegang sabuk celana jeans ketatnya, bingung harus berbuat apa.
Setelah siap, Zhao Bin menoleh dan melihat Li Fei masih diam. Wajahnya langsung berubah masam.
"Kapan lagi masih malu-malu." Zhao Bin berjalan mendekat dan memberikan tamparan keras di pantat Li Fei yang tegang.
"Aduh." Wajah Li Fei memerah, kilasan malu dan marah sesaat terlihat, namun ia tak berani bersuara.
"Cari mantel tebal dan ikat bagian bawahnya ke dalam celana seperti ini." Wajah Zhao Bin tetap muram, tangan yang baru saja menampar Li Fei disembunyikan di belakang punggung, sementara hatinya masih merasakan sentuhan indah sesaat tadi.
Sebagai pria normal berusia 25 tahun yang penuh energi, berada sendirian dengan gadis muda berparas cantik dan bertubuh indah dalam situasi krisis dimana kelangsungan hidup pun sulit, nafsu fisiologis Zhao Bin memang semakin kuat. Namun dengan kontrol diri yang luar biasa, ia segera menekan keinginan itu begitu menyadari tindakannya mulai melampaui batas.
Setelah membalut Li Fei dengan jaket kulit merah, mereka melangkahi dua mayat menuju lantai lima. Li Fei terhenti sebentar di dekat jenazah, tapi segera menyusul Zhao Bin.
Tangga beton abu-abu dan dinding putih berpendar terik di bawah sengatan matahari. Dinding yang semula putih bersih kini penuh coretan darah hitam-merah, menyebarkan bau busuk dekomposisi. Semua cairan darah telah mengering total oleh panas, menyisakan gumpalan-gumpalan keras.
Ruang tangga sunyi senyap, dua rumah di lantai lima pintunya tertutup rapat, area depan pintu juga bersih. Tampaknya untuk sementara masih aman.
