Yang tak terduga oleh Zhao Bin, mungkin karena perbedaan hukum kosmik, pemanggilan macan tutul dari dimensi lain tingkat satu ternyata bersifat permanen. Artinya, makhluk ini akan tetap eksis di dimensi ini selamanya setelah dipanggil, tak lagi membutuhkan kekuatan magis untuk dipertahankan, juga tidak akan kembali ke dimensi asalnya setelah waktu tertentu. Namun konsekuensinya, Masa Pendinginan untuk Pemanggilan Dimensi Lain tingkat satu mencapai waktu yang sangat lama - satu bulan penuh.
Kehadiran macan tutul ini membuat Zhao Bin merasa jauh lebih tenang.
Dengan satu tangan memegang gulungan, mengikuti langkah gesit macan tutul hitam di depannya, Zhao Bin akhirnya merasakan keamanan yang nyata.
Satu manusia dan satu macan tutul mencapai lantai lima.
Kawanan lalat hijau yang sebelumnya terus berdengung sudah lenyap, noda darah di tangga juga tidak lagi mengeluarkan aroma busuk seperti beberapa hari lalu.
"Pertama-tama, bersihkan secara menyeluruh lantai lima dan enam." Ini adalah rencana Zhao Bin.
Sebuah proyektil cairan asam dengan nyanyian mantra singkat menggerogoti lubang sebesar kepalan tangan di pintu anti maling sebuah unit di lantai lima. Asap kebiruan pekat menyelimuti area.
"Wuuw..." Macan tutul hitam melengkungkan tubuhnya waspada, mengambil posisi bersiap menyerang yang mengintimidasi. Memberi sinyal bahaya kepada tuannya.
Zhao Bin membuka pintu anti maling dengan cepat, tangannya menunjuk ke dalam.
"Xiao Hei, serang!"
Dengan gesit, macan tutul hitam menyambar masuk ke ruangan bagai panah yang dilepaskan dari busur. Disusul raungan zombie dan suara barang-barang terjatuh berantakan. Saat Zhao Bin masuk sambil menutup hidung, semuanya telah reda. Sang macan melangkah keluar dari sebuah kamar tidur dengan gerakan anggun, seolah baru saja berputar-putar tanpa insiden. Hanya noda darah di kedua cakar depannya yang membuktikan pertarungan tadi bukan ilusi.
"Kerja bagus!" Zhao Bin menghampiri dan mengusap leher macan itu. Baru saja ia merasakan aliran kekuatan spiritual murni dari kamar tidur itu menyatu dengan sungai energi spiritualnya. Ia tahu ini kontribusi zombie yang dihabisi sang macan. Setelah memeriksa kondisinya, kekuatan spiritualnya naik dari 5 poin menjadi 6. Ini membuktikan perhitungannya beberapa hari lalu: Membunuh zombie dapat meningkatkan kekuatan spiritual.
"Selanjutnya adalah penghuni di sisi lain. Di sini sedikit lebih merepotkan, ada dua ekor zombie. Tapi semuanya zombie biasa. Hanya memakan waktu macan tutul hitam belasan detik. Macan tutul hitam yang keluar hanya memiliki lebih banyak warna merah darah di sudut bibirnya."
"Setelah kurang lebih memahami dasar kekuatan tempur macan tutul hitam, Zhao Bin memutuskan untuk pergi ke Supermarket Wanjiale hari ini dan mengambil generator bensin itu."
"Semoga orang-orang itu belum mengambilnya, benda seberat itu selain menghabiskan bensin juga tidak terlalu berguna untuk tim kendaraan yang bergerak."
※※※※
"Huu..." Seembusan angin sepoi-sepoi membawa bau amis darah yang samar melayang di atas persimpangan jalan yang sunyi. Langit dikelilingi awan gelap, berbagai jenis kendaraan yang sebelumnya memblokir persimpangan telah sepenuhnya dipindahkan ke trotoar di kedua sisi, bagian-bagian mobil yang berantakan ditumpuk menjadi tumpukan, hanya beberapa truk pengangkut yang masih utuh terparkir di pinggir jalan.
Zhao Bin mengikuti di belakang macan tutul hitam, waspada sambil berlari kecil menuju Supermarket Wanjiale. Beberapa hari terakhir ini dia sudah mulai memahami pola aktivitas zombie.
"Di siang hari, sebagian besar zombie tidak mau keluar. Mayat-mayat berjalan yang terus mengeluarkan bau busuk ini sepertinya hanya pernah keluar saat ledakan emosi di hari pertama, setelah itu tidak pernah sekali pun terlihat berkeliaran di jalanan pada siang hari."
"Tapi terkadang ada pengecualian."
Sepanjang jalan utama perumahan, dengan tenang sampai di depan pintu besar Supermarket Wanjiale. Papan reklame merah supermarket itu miring tergeletak di pintu masuk, penuh darah yang mengering. Wajah selebriti cantik di papan reklame itu hampir seluruhnya tertutup noda darah, memancarkan aura keindahan yang aneh.
Zhao Bin mengintip ke dalam dari pintu. Di dalam supermarket terdapat tambahan 4-5 jendela, membuat cahaya di dalamnya cukup terang. Deretan rak makanan tampak kosong melompong. Gesekan sepatu olahraga Zhao Bin dengan marmer putih licin di bawahnya menimbulkan suara injakan halus. Sedangkan macan tutul hitam itu bergerak bak hantu tanpa suara, setia mengikuti di samping Zhao Bin.
"Braak!" Ruang penyimpanan hitam legam tiba-tiba ditendang terbuka. Cahaya dari luar langsung menyorot masuk.
"Hukh-hukh..." Seorang pria berambut pendek dengan celana jeans biru muda dan kaos lengan panjang hitam muncul di ambang pintu gudang. Ujung kaosnya yang diselipkan ke dalam celana jeans terlihat agak tidak pantas.
"Ternyata belum dipindahkan juga." Senyum tipis mengembang di wajah pria yang tidak terlalu tampan itu. Dari ujung celananya muncul kepala macan tutul hitam sebesar baskom, dengan tenang menyapu pandang ke seluruh isi gudang.
"Wu... Wang wang!!" Tiba-tiba gonggongan anjing tergesa-gesa terdengar dari luar.
"Braak!" Disusul tembakan.
"Sialan! Dari mana Patroli Harian ini muncul? Anjing-anjing mati tadi tidak ada di sini!" Teriakan seorang pria bersuara besar.
"Tembak lehernya! Bidik lehernya! A Dong!"
"Bos, jangan bergerak! Aku tidak bisa membidik dengan tepat!" Suara laki-laki lain berteriak panik.
"Biar aku yang urus!" Kali ini suara laki-laki yang terdengar muram.
"Bang!" Setelah tembakan itu, gonggongan anjing tiba-tiba berhenti. Sepertinya masalah sudah teratasi.
Tiba-tiba Zhao Bin seolah mendengar sesuatu di telinganya. Ia menyipitkan mata mencoba mengenali suara itu, tiba-tiba wajahnya berubah pucat. Generator pun ditinggalkan begitu saja saat ia buru-buru menuju pintu supermarket ditemani Hei Bao. Persis berhadapan dengan orang yang datang.
Zhao Bin terpaksa berhenti mengamati lawannya. Pemimpin kelompok itu adalah pria berperawakan kekar dengan potongan penengah, mengenakan rompi hitam yang memperlihatkan otot-otot berisi di lengan kanannya yang dihiasi tato kepala harimau mencolok.
Dua pengikut di belakangnya: seorang pemuda berambut panjang dengan wajah muram yang sedang mengganti magazen, dan seorang remaja berpenampilan culun yang tampak belum genap delapan belas tahun.
Si jagoan bertato harimau itu terus menggerutu sambil menggosok-gosok bahu kanannya. Melihat Zhao Bin muncul dari dalam supermarket, wajahnya langsung merekah.
"Wah! Ketemu satu lagi, hari ini nasib lagi bagus nih." Pria itu terkekeh sambil melirik Hei Bao di kaki Zhao Bin. Matanya menyipit perlahan.
"Kalian kabur dari pusat kota?" tanya Zhao Bin sambil membelai lembut leher Hei Bao.
"Eh sob, lu tinggal sekitar sini?" Si jagoan menjawab dengan pertanyaan lain.
"Aku butuh informasi tentang situasi sekitar. Sepertinya kaulah bosnya. Mau tukeran informasi?"
“Menukar？Hehe……” pria kekar itu tertawa.
“Apa yang lucu?” Zhao Bin bertanya dengan suara rendah.
Pemuda berambut panjang di seberang yang memegang pistol melengkungkan sudut bibirnya, memasang magazen pistol dengan santai.
“Saudara, zaman sudah berubah, tidak lihat berita TV kah? Seluruh dunia……” dia mengangkat kedua tangannya secara berlebihan seperti memeluk sesuatu. “Sudah terinfeksi, pemerintah, militer, semua kacau-balau. Tahu Wilayah Militer Ketiga dekat Kota Minshan? Keadaannya mengerikan... decikan lidah...”
“Tidak mungkin, beberapa hari lalu aku masih melihat panser militer membawa konvoi ke pinggiran kota.” Zhao Bin berhenti mengusap Harimau Hitam, menyipitkan matanya.
“Haha, kau tidak tahu ya. Virus zombie tidak hanya menular lewat darah, tapi juga udara. Hanya manusia tingkat tinggi seperti kami yang bisa selamat. Kau pikir penularan lewat darah saja bisa menjangkau seluruh dunia? Panser-panser itu isinya bukan tentara.”
“Penularan udara?” Zhao Bin terkejut.
“Baiklah, sekarang kuberi kesempatan. Bergabung dengan kami, atau tetap sendirian di sini, di kota zombie yang akan sepi ini. Bagaimana?” Pria bertato kepala harimau itu menyalakan rokok.
“Kalian juga mau ke pinggiran kota?” Zhao Bin menekan leher Harimau Hitam perlahan. Makhluk yang semula berjongkok itu langsung berdiri, menjulurkan lidah merah menyala sambil memperlihatkan taring putih mengkilat. Sepasang mata kucing kuning pucat menatap dingin tiga orang di depannya.
“Tentu saja, meski di pinggiran kota mungkin akan bertemu hewan mutan, tapi kepadatannya jauh lebih kecil dibanding di kota. Bagaimana? Bergabunglah dengan kami.” Lelaki bertubuh besar menghembuskan cincin asap.
“Maaf, aku lebih suka beraktivitas sendiri. Sepertinya harus mengecewakanmu.” Zhao Bin menepuk Macan Tutul Hitam, seorang diri dan macan itu melintas di sebelah kanan trio dengan kecepatan biasa.
“Hei, aktivitas sendiri? Sudahlah, Bos, anak ini sengaja mencari maut, bukan salah kita.” Pemuda berambut panjang bergumam muram. “Nanti setelah dua hari… hehe…”
“Sudahlah Tikus, setiap orang punya pilihannya sendiri, kita tak bisa memaksa.”
Percakapan selanjutnya tidak terdengar jelas oleh Zhao Bin karena sudah menjauh.
Setelah melewati trio tersebut, ia langsung berlari kecil menuju arah tempat tinggalnya. Di tengah perjalanan, Macan Tutul Hitam sempat menghabisi seorang zombie wanita yang tiba-tiba menerjang keluar dari truk besar yang parkir di pinggir jalan.
Begitu tiba di rumah, Zhao Bin mengunci pintu keamanan dengan keras, lalu cepat-cepat menuang segelas air. Dengan jari yang dibasahi air, ia mulai mencoret-coret simbol dan angka formula misterius di lantai dekat pintu. Formula rumit dan simbol magis terus berubah dengan cepat, menunjukkan kecepatan perhitungan yang luar biasa dalam pikirannya. Seringkali hasil satu formula belum selesai satu detik, hasil formula berikutnya sudah muncul.
“Bzzz bzzz…” Tiba-tiba suara dengungan mengerikan mulai menggema di luar jendela. Awalnya suara itu sangat jauh, tapi dalam waktu kurang dari satu menit, suaranya sudah seolah berada di samping telinga. Seluruh hamparan bumi seakan hanya diisi oleh satu suara ini.
Wajah Zhao Bin mulai memutih, jarinya tak henti menggambar jejak air aktif dalam jumlah besar. Kemudian jejak-jecek air ini secara otomatis menghitung hasil, yang kemudian berperan sebagai variabel perhitungan baru. Lapisan demi lapisan bertumpuk, formula-formula yang semakin rumit bermunculan lalu menghilang satu per satu.
"Tidak bisa, sudah terlambat. Harus ada cara untuk mengalihkan perhatian mereka sementara." Zhao Bin menutup matanya sebentar, lalu ketika membuka kembali, pandangannya langsung tertuju ke kamar tidur tempat Li Fei berada. Dia bangkit mendadak dan menyelusup masuk ke kamar itu.
Sejak diikat oleh Zhao Bin, Li Fei belum pernah dilepaskan. Mulutnya masih tertutup plester sehingga tak bisa bicara. Ditambah pengeluaran darah terus-menerus dan kekurangan gizi, tubuhnya sudah menyusut drastis. Wajah cantiknya pun menjadi kurus. Saat ini Li Fei tampak baru terbangun dari tidur. Melihat Zhao Bin yang buru-buru masuk, dia sepertinya menebak ada masalah besar. Dari sorot mata Zhao Bin yang dingin, Li Fei seperti merasakan nasibnya mencapai titik balik kritis. Matanya langsung berkaca-kaca penuh permohonan yang menyayat hati.
"Maafkan aku, demi keamananku, kamu harus dikorbankan sebentar." Gumam Zhao Bin pelan sambil cepat-cepat menggendong Li Fei...
Di luar jendela, langit yang awalnya berawan kelabu mulai diselimuti mendung hitam pekat dari pinggiran kota yang bergerak cepat ke kompleks tempat Zhao Bin berada. Dengungan semakin keras mendekat...
