Hujan deras perlahan berhenti. Namun awan hitam belum sirna, semesta gelap gulita. Tak ada bulan, tak ada sinar bintang.
Di luar jendela bus juga tenggelam dalam kegelapan. Tanpa listrik, lampu pun padam, malam seketika kembali ke keadaan zaman purba. Dalam, misterius, berbahaya.
Bus besar berhenti di tanah kosong depan sebuah penginapan di tepi jalan.
Ini adalah motel biasa yang dibangun di pinggir benua, gedung dua lapisan berdinding putih sederhana memantulkan cahaya putih redup di bawah lampu bus.
Sekeliling gelap pekat, dengung mesin bus terdengar sangat monoton di malam sunyi ini.
Zhao Bin membanting pintu bus. Di dalam hanya tersisa belasan wanita dengan wajah kosong dan dua wanita lemah: Li Qianqian. Sebagai bagian dari rencananya, dia sama sekali tidak boleh membiarkan bahan eksperimen berharga ini mengalami kecelakaan. Apalagi Li Qianqian, dia bukan orang yang tidak tahu balas budi. Maka secara alami dia harus lebih melindungi bus ini. Karena itu, macan tutul hitam yang biasanya selalu menemaninya ditinggal di dalam bus.
Tapi untungnya masih ada Tanaman Pemakan Bangkai. Tanah di bawah kaki Zhao Bin retak halus, sebuah bola mata merah darah memantulkan cahaya merah redup dalam kegelapan.
Zhao Bin mengamati penginapan kecil di hadapannya.
Ini adalah tempat istirahat standar untuk sopir kendaraan yang melintas, menyediakan makan dan tidur singkat.
Di depan tepat di bawah sorotan lampu mobil, di pintu masuk penginapan, pintu kaca masih tercetak tulisan merah 'Selamat Datang' dan 'Terima Kasih atas Kunjungan Anda'. Mengikuti arah cahaya ke dalam, terlihat deretan meja bundar dan kursi berlengan tinggi yang terbalik di lantai, keadaan berantakan di lantai. Dua vas bunga di pintu masuk telah pecah menjadi beberapa bagian besar yang menghalangi pintu kaca.
Zhao Bin menambahkan Armor Penyihir pada dirinya. Kali ini dia memagikan lima benda ber-Armor Penyihir di tubuhnya: kunci, jam tangan, dan gelang. Kebetulan dia menemukan bahwa bahan giok memiliki kapasitas menampung kekuatan magis yang jauh lebih tinggi dibanding material lain. Jadi tanpa ragu, saat menggali terowongan, Zhao Bin menyempatkan diri ke toko perhiasan dan menyuruh Tanaman Pemakan Bangkai mengangkut semua produk giok ke ruang bawah tanah.
Gelang giok di saku celana Zhao Bin telah dipagikan tiga lapis Armor Penyihir. Cukup untuk menghadapi sebagian besar bahaya. Dalam tiga hari terakhir, dia juga menyuruh Tanaman Pemakan Bangkai membawa kembali sisa-sisa anjing mastiff dan kucing zombie yang terbakar di Jalan Taman ke ruang bawah tanah. Dengan bahan-bahan ini, dia melakukan eksperimen andalannya di kehidupan sebelumnya - Inti Jiwa Aria.
Eksperimen formasi Inti Jiwa Aria sangat populer di kalangan Lich, karena merupakan bagian dari formasi transformasi arwah tingkat tinggi. Konon formasi ini diciptakan dan disempurnakan oleh Lich pertama bernama Aria, sehingga dinamai menurut namanya. Formasi ini tidak memiliki persyaratan tinggi baik untuk bahan maupun pelaku, tapi memiliki kondisi yang cukup ketat.
“Satu: Pengguna mantra harus berasal dari kubu jahat. Karena energi yang dibutuhkan formasi ini adalah kekuatan alam yang jahat.”
“Dua: Pengguna mantra harus memahami secara mendalam struktur otak dan jiwa. Karena formasi ini sendiri tidak memiliki kemampuan untuk memodifikasi jiwa secara otomatis. Pengguna harus melakukan pemotongan manual terhadap sebagian besar jaringan otak dan bagian jiwa.”
“Tiga: Setiap kali mantra digunakan, makhluk yang dikonversi akan berubah menjadi status semi-arwah tak bersalah. Karena sebagian besar jiwanya telah dipotong, pengguna harus menyuntikkan kekuatan spiritualnya sendiri sebagai pelengkap.”
Tiga syarat ini kebetulan semuanya terpenuhi oleh Zhao Bin. Makhluk yang dikonversi menjadi semi-arwah tak bersalah ini hanya perlu menyerap energi negatif dari udara secara otomatis sebagai sumber tenaga. Ditambah dengan karakteristik kecerdasan warisan dari kehidupan sebelumnya, mereka benar-benar menjadi kehidupan boneka pembantu terbaik - tak kenal lelah, tanpa pemikiran, dan tidak membutuhkan makanan.
Karena itu dia mengumpulkan semua wanita ini sekaligus. Sambil mempelajari perbedaan struktur manusia di alam semesta ini dengan kehidupan sebelumnya, di mata Zhao Bin wanita-wanita yang telah mati rasa ini sudah ditetapkan sebagai calon boneka standar masa depannya.
Setelah eksperimen pada wanita-wanita ini selesai, jika hasilnya bagus mungkin menangkap manusia kuat untuk dikonversi juga merupakan ide yang baik.
Zhao Bin mengelus dagunya. Tiba-tiba, dia membeku sejenak.
"Kapan aku mulai menganggap nyawa manusia tidak berharga?" Kilas balik kehidupan lamanya muncul sekejap di pikirannya.
Zhao Bin dalam ingatan aslinya yang biasa-biasa saja, meskipun berwatak agak muram, masih jauh dari tingkat keterasingan dari sifat manusiawi seperti sekarang.
“Dang.” Zhao Bin tiba-tiba menginjak sesuatu di bawah kakinya. Dia membungkuk mengambil benda itu.
Ternyata sebuah kepala pipa tekanan tinggi.
"Tekanan tinggi ya. Dunia seperti ini, kehidupan seperti ini, tekanan eksistensi yang begitu kuat... manusia pasti akan berubah."
Diam sejenak.
"Apapun perubahan yang terjadi, aku... tidak punya hak memilih." Zhao Bin melemparkan pipa, wajahnya kembali tegas.
Dengan langkah mantap mendekati pintu kaca penginapan, sebuah pos sihir tingkat nol ditaburkannya di depan pintu. Sihir ini dapat menyambungkan pos-pos sihir lain membentuk garis magis sebagai garis peringatan. Semua makhluk hidup atau kehidupan abadi yang memasuki zona terkepung garis ini akan langsung terdeteksi Zhao Bin. Ini teknik kewaspadaan paling umum digunakan penyihir zaman sebelumnya. Hanya penyihir dan sihir tertentu yang bisa melihat pos-pos ini.
Satu sihir pos penjaga memungkinkan penempatan lima pos peringatan siluman magis. Setelah ditempatkan, semua pos otomatis tersambung membentuk zona kewaspadaan.
Zhao Bin menetapkan pintu penginapan sebagai titik pertama, lalu menempatkan empat pos siluman lainnya mengelilingi bus.
Begitu selesai, suara mendesis mirup balon mengempis terdengar. Di mata Zhao Bin, lima bola pos saling menyambung dengan garis kehijauan samar, membentuk lingkaran mengurung bus.
Kembali ke pintu penginapan, Zhao Bin perlahan mendorong pintu kaca.
"Cicit..."
Bayangan kecil melesat melewati hadapannya. Seekor tikus, tampaknya belum bermutasi.
Lampu mobil yang terang menerpa siluet Zhao Bin di dinding ruang makan penginapan.
Beberapa meja-kursi terhempas kocar-kacir, area konter di sekitarnya kosong melompong. Tempat yang semula menyimpan rokok dan minuman kini tandus, sepertinya sudah ada yang mendahului menggasak.
"Bersihkan area ini. Masih bisa dimanfaatkan dengan baik."
Zhao Bin menginjak serpihan vas bunga. Bunyi "krack" gesekan pecahan keramik terdengar dari bawah sepatunya. Dalam kesunyian penginapan ini, ia merasa seperti memainkan game horor visual first-person, menjelajahi peta tak dikenal ini dengan hati-hati.
Tak ada mayat maupun zombie di kedua lantai penginapan. Bersih sekali. Andai Zhao Bin tak melihat noda darah di dinding kamar tidur lantai dua, mungkin ia akan mengira ini masih penginapan sebelum wabah zombie.
Zhao Bin berjongkok di depan dinding yang bernoda darah. Mengamati satu-satunya jejak ini dengan saksama.
"Tepi noda darah ada bekas gigitan." Jarinya mengusap jejak merah itu, menekan perlahan.
"Sruuut..." Debu halus berhamburan.
"Sepertinya sudah lama sekali." Ia memperkirakan ukuran makhluk penggigit dari pola jejak, lalu teringat tikus yang baru saja dihadapinya.
"Pasti kawanan tikus."
Bangkit berdiri, Zhao Bin kembali berputar di kamar ini, mulai menggeledah setiap laci.
Kamar tidur ini sempit: satu tempat tidur, dua meja samping, satu lemari pakaian. Tak sampai lima menit sudah selesai digrebek.
Sebuah kamera yang ditemukan dari laci tempat tidur, sekotak kondom yang masih tersegel.
Zhao Bin dengan ekspresi bingung antara ingin tertawa dan menangis melempar kondom ke tempat tidur, lalu mengambil kamera tersebut.
Ini adalah kamera rumahan model rekam-dan-mainkan-sekalian, pada cangkang perak keperakannya ditempel stiker kepala anak beruang. Zhao Bin mencoba menekan tombol daya.
"Dengung..." Suara start-up halus terdengar. Kamera ini ternyata masih berenergi.
Saat layar pemutaran terbuka, cahaya fluoresensi samar menerangi muka Zhao Bin.
Di dalam kamera tersimpan banyak file video, Zhao Bin mencari yang paling baru.
Salah satu dari tanggal 4 Mei 2012.
Ketika diputar, layar langsung menampilkan wajah besar seorang pria paruh baya.
"Ayah, sudah siap?" Suara gadis kecil yang masih lincah terdengar dari belakang pria itu.
"Sebentar lagi, dulu belum pernah pakai alat ini, harus pelan-pelan." Pria itu mengibaskan tangan ke arah lensa.
"Hari ini ulang tahun ke-7 Wenwen kami. Untuk merayakan putri yang manis, cantik, lembut, berbakat... ehm... dan..." Pria itu setengah berbicara sambil menggaruk kepalanya dengan malu-malu.
Tiba-tiba sebuah kepala kecil muncul dari balik punggung pria itu. Seorang wanita tidak terlalu cantik namun berwajah lembut menggendong seorang gadis kecil mendekat. Kepala kecil itu milik sang gadis.
"Dan juga sopan! Sopan!! Jahat sekali Ayah! Pura-pura lupa!" Suara manis gadis kecil itu bergema dari kamera.
“Hehe, iya iya. Semua salah Ayah, nanti aku belikan... Eh Wenwen, kenapa? Tubuh tidak enak? ... Ini... Ini apa?” Gambar tiba-tiba bergoyang.
“Pak!” Serangkaian pemandangan bergetar cepat, layar kamera kembali stabil menampilkan lantai beton putih dan hutan di kejauhan. Sepertinya jatuh ke tanah.
“Aaa!!!” Tiba-tiba terdengar teriakan melengking dari kamera, lalu berhenti secara tiba-tiba.
“Tak!” Sebuah telapak tangan berdarah menempel di tanah depan kamera, jari-jarinya masih mengerut perlahan.
Jelas keluarga tuan rumah kamera mengalami musibah. Tapi kamera yang tidak dimatikan tetap setia merekam semua ini di hadapannya.
“Pak!” Sepatu merah kecil menginjak telapak tangan di depan kamera, percikan darah merah segar mengenai lensa kamera hingga gambarnya buram.
Zhao Bin mengerutkan alisnya.
Dalam samar, siluet kecil bergaun putri putih dengan sanggul kecil di sebelah kanan kepala. Siluet membelakangi lensa, semakin menjauh dalam kabut genangan darah kotor.
Beberapa saat kemudian, tangan raksasa menggenggam lensa kamera.
“Apa ini? Kamera? Barang. Untukmu! A Dong.”
“Terima kasih Kakak Zhao, hehe. Pak!!!” Percikan merah kembali mengenai lensa kamera.
"Kemudian sebuah tangan kecil mengusap lensa dengan saputangan putih, karena lensa terus mengarah ke kejauhan, orang yang membersihkannya tidak terlihat. Hanya warna kulit tangan kecil itu yang aneh. Pucat, tidak berdarah, tapi sedikit kehijauan."
"Prak!" Layar mati.
Zhao Bin memegang kamera, berdiri di tengah kamar tidur. Tiba-tiba ia merasakan hawa dingin di punggungnya.
"Siapa!" Ia berbalik sambil meneriakkan dengan keras.
