“Itu mudah! Bagaimana kalau lawan aku saja?” Suara perempuan jernih menyela.
“Baiklah, sudah lama... eh kacamata kamu tidak bicara ya...” Pria kekar itu tiba-tiba terkejut.
Kacamata tidak menghiraukannya, berbalik sambil menundukkan kepala sedikit ke belakang.
“Kakak tertua. Kenapa kau datang sendiri?”
Di ujung pandangan, seorang wanita cantik berkaki panjang dengan T-shirt merah terbuka di pinggang muncul dari sudut jalan. Dia tak lain adalah Xia Lin yang dikenai jam malam oleh ketua Gereja Penyelamat Zhou Jian.
“Pria Rokok, sepertinya tadi kudengar kau membicaraiku?” Xia Lin memainkan pisau pendek sepanjang lengan bawah di tangannya. Bilah yang telah digosok hingga berkilau berputar-putar cepat.
“Sssst!” Pisau itu melesat seketika. Berubah menjadi kilau perak yang meluncur ke atap gedung di sebelah kiri Xia Lin. Ajaibnya, kilau perak itu terbelah menjadi tiga sinar lebih kecil saat melayang.
Percikan darah menyembur bersamaan suara bilah menembus daging. Tiga mayat berguling jatuh dari atap. Menyusul kemudian tiga senapan runduk berat berwarna hitam.
“Heh...hehe... mana berani, Kak. Kau kan umat pilihan level empat, penyandang kekuatan bawaan. Orang level tiga sepertiku bisa kau remuk hanya dengan jari kelingkingmu.” Pria Rokok tersenyum kecut sambil menginjak-injak puntung rokoknya. Wajahnya sempat mengkerut kesakitan. Sebatang rokok bisa ditukar dengan setengah kilogram beras. Meski cuma puntung, masih bisa dihisap dua kali tarikan.
“Aku ikut dalam urusan kali ini, sudah ketemu orang dengan kekuatan super level tiga yang mau ditangkap?” Xia Lin mengeluarkan sebilah pisau lagi dari tangannya. Bentuk dan panjangnya persis sama. Jika sebelumnya mereka tidak melihatnya melempar pisau pendek itu, mungkin akan mengira ini adalah pisau yang sama.
“Belum, tapi sudah dipastikan ada di dalam perkemahan ini. Dan mungkin bukan level tiga, menurut intel, dia menggunakan berbagai atribut kekuatan yang cukup kompleks, bisa jadi umat pilihan level dua puncak.” Kacamata menyesuaikan bingkai matanya dengan suara berat.
“Tidak masalah, masuk dulu saja.” Kilau perang di tangan Xia Lin menyambar.
“Dang!”
“Braak!”
Pria berasap di samping mengerang, tubuhnya sepanjang dua meter terlempar ke samping. Darah merah segar menggenangi tanah. Tubuh besar itu tertancap pisau pendek di dadanya, terhempas ke dalam toko pinggir jalan hingga kaca pecah berhamburan.
“Ayo.” Xia Lin menepuk-nepuk tangan, melangkah mantap masuk perkemahan. Kacamata melirik toko tempat pria berasap jatuh, mengangguk lalu berbalik mengikuti.
Belum sampai sepuluh detik mereka pergi. Dua pemuda berpenampilan preman muncul dari sudut jalan.
“Di sini kan?”
“Hm, Li Kaiming memang bukan orang biasa, bisa tunduk dan bangkit. Orang level tiga malah sembunyi di tempat begini.”
“Berani-beraninya mengambil barang aliansi kita, benar-benar nekat. Mau tunduk atau bangkit buat apa? Cuma sampah tak tahu diri.”
“Berapa kekuatan tempur musuh?”
“Dua orang, Li Kaiming level tiga, dan teman putrinya level dua. Yang perlu diperhatikan, level dua ini sepertinya termasuk umat pilihan.”
“Tak masalah. Kami berdua level empat sudah cukup. Misi kali ini harus cepat selesaikan, jangan bertele-tele.”
“Hmm!”
Keduanya bertukar pandangan, lalu melangkah cepat mengikuti rute sebelumnya yang ditempuh Xia Lin dan rombongan menuju perkemahan.
Anehnya, prajurit yang sedang menjaga ketertiban dan orang bebas di dalam perkemahan sama sekali mengabaikan mereka, seolah keduanya hanyalah udara.
※※※※
Suara hiruk-pikuk memenuhi sekeliling. Di mana-mana terdengar interogasi dan tawa basa-basi. Orang bebas dan prajurit berseragam anti huru-hara bertebaran.
Zhao Bin menggenggam Xiao Yuan dengan satu tangan sambil memeluk Li Qianqian, berjongkok hati-hati di belakang tenda sambil mengamati prajurit yang tiba-tiba membanjiri area ini.
“Pernah lihat pria berotot berbaju biru di atas dan hitam di bawah, rambutnya berdiri? Dia ditemani perempuan bertubuh seksi meski seluruh badannya kotor,” tanya seorang prajurit kepada orang bebas.
“Barusan ada sepasang pria-wanita buru-buru masuk. Pria itu memang pakai kaos biru lengan pendek, rambutnya tegak, terlihat sangat berbahaya.”
“Tahu arah tujuannya?”
“Mereka menuju area terdalam dekat sungai.”
“Jika informasi ini terbukti berguna, pasokan bulananmu dari Gereja Penyelamat akan dapat prioritas. Namamu?”
Orang bebas itu dengan girang menyebut namanya, lalu menyaksikan prajurit tersebut menarik orang bebas berikutnya.
“Aku akan membunuhnya!! Wajahku!! Wajahku!!”
Dari kejauhan terdengar suara melengking seperti kasim yang menusuk telinga.
“Itu Waria.” Li Qianqian berbisik di telinga Zhao Bin.
Zhao Bin mengangguk.
“Sekarang juga kita harus cari cara kabur dari sini. Xixi, jangan bersuara nanti, tahan apapun yang terjadi, ngerti?”
Li Qianqian membeku sejenak, lalu mengangguk.
Zhao Bin mengusapkan tangan kanannya di udara, jejak perak menyembur dari telapak tangannya mengeluarkan serbuk perak. Serbuk keperakan ini berhamburan menempel di kepala Li Qianqian. Perlahan, tubuh Li Qianqian yang semula 170cm lebih mulai menyusut hingga tinggal separuh tinggi semula.
“Kenapa aku jadi kecil?” Li Qianqian memandang takjub ke tubuhnya yang semakin mengecil. Bahkan bajunya ikut mengecil. Xiao Yuan di sampingnya nyaris melotot, mulutnya menganga lebar tak bisa berkata-kata.
“Ini kekuatan penyusutan, waktunya cuma lima menit. Setelah itu kau akan kembali normal. Bawa anak ini sembunyi, dalam bentuk ini mereka takkan mengenalimu. Aku yang akan mengalihkan perhatian mereka.” Perintah Zhao Bin.
“Kekuatan penyusutan? Ada kekuatan seperti itu?” Li Qianqian meraba-raba tubuhnya, setelah memastikan cukup lama, menyadari tubuhnya memang menyusut dengan rasio tertentu.
“Benar bisa kembali normal?”
“Benar.”
“Luka Xiao Yuan?”
“Ta...tak apa, kondisiku masih baik-baik saja.” Xiao Yuan yang sudah sadar menepuk-nepuk dadanya.
“Sebelumnya hanya membohongimu, dia tidak terluka parah.” Zhao Bin berbohong kecil. Sebenarnya, dalam perjalanan ke sini dia sudah menggunakan kemampuan penyembuhan luka ringan beberapa kali pada remaja ini untuk menstabilkan lukanya. Dia tidak ingin membawa dua beban.
“Kalau... Xiao Yuan, lebih baik kau kembali ke ayahmu. Aku baik-baik saja. Jangan khawatir, lagipula ini tidak ada hubungannya denganmu, mereka tidak akan menangkapmu.” Li Qianqian berkata khawatir, “Bersama kami terlalu berbahaya.”
Remaja itu tampak menyadari ketidakbergunaannya. Diam sejenak, “Baiklah, aku akan pulang dulu. Aku tahu kehadiranku hanya akan menjadi beban.”
“Kau sudah banyak membantuku. Segeralah pulang.” Suara lembut Li Qianqian terdengar.
Zhao Bin melihat kelambanan mereka dengan tidak sabar, “Waktu hanya lima menit. Aku akan mengalihkan perhatian mereka, kalian menghambur sendiri.” Usulnya untuk memancing musuk bukanlah tindakan heroik. Tanpa dua beban, sebagai ahli arkanum dia punya banyak cara lolos.
Misalnya menyamar sebagai zombie atau makhluk mutan di luar...
Pandangan Zhao Bin tertuju pada area terang benderang di luar kanopi. Dari kejauhan, kawanan zombie dan makhluk mutan berkeliaran di seberang sungai. Mereka berbataskan kanopi, bergerak tanpa tujuan seolah tak menyadari kehidupan di sini.
※※※※
“Sinyal kekuatan pada target menunjukkan lokasinya di sekitar sini.”
Pria berkacamata memegang bola logam kecil, merasakan perubahan di permukaannya.
“Berdasarkan tingkat resonansi kekuatan pelacakan yang menempel pada bola logam, jarak kita dengan orang itu tidak lebih dari 20 meter.” Pria berkacamata menyimpan bola logam sambil berbicara dengan suara berat.
“Dua puluh meter? Ini mudah.” Xia Lin mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. “Aku akan melancarkan serangan besar, kalian menjauhlah.”
Para prajurit di sekelilingnya segera berlarian mundur dengan panik.
Seorang komandan regu yang sedang berlari menoleh ke belakang, melihat puluhan pisau kecil berjejal tiba-tiba muncul di tangan Xia Lin seperti kartu remi. Ratusan pisau kecil itu membentuk lingkaran sempurna berpusat pada tangan terangkat Xia Lin, menyerupai kipas yang sedang terbuka.
“Itu Pisau Udara!! Cepat lari!! Jauhi area ini, jangan berhenti!! Semakin jauh semakin baik!! Cepat cepat cepat!!!”
Wajahnya berubah pucat sambil berteriak histeris penuh kecemasan.
Para prajurit di sekitarnya segera mengevakuasi diri. Namun beberapa masih belum sempat menjauh.
Pria berkacamata tetap berdiri di samping Xia Lin tanpa bergerak, hanya memandang dengan diam para prajurit yang berpencar dan warga sipil yang kebingungan.
“Terlambat.”
Xia Lin tertawa manja melepaskan kedua tangannya. Pisau-pisau pendek berbentuk kipas itu seketika berubah menjadi kilatan-kilatan perak yang beterbangan ke segala penjuru. Semua makhluk hidup dalam radius 20 meter menjadi target serangan pisau-pisau ini. Mereka berbelok otomatis menghindari penghalang layaknya dilengkapi sistem pemandu pelacak, lalu menghunjam keras ke setiap kehidupan yang masih bernafas.
Jejak puluhan pisau yang beterbangan memantulkan cahaya silau yang tak terhitung, mengubah zona 20 meter di sekitar Xia Lin dan pria berkacamata menjadi wilayah kematian mutlak.
Tak ada jeritan kesakitan, tak ada erangan, hanya raungan pisau terbang yang menyibak udara. Semua yang menjadi sasaran pisau itu langsung terpotong tenggorokannya, sama sekali tak sempat bersuara. Perkemahan dipenuhi darah segar. Mayat-mayat berserakan.
Semua orang terpaku. Warga sipil, prajurit anti huru-hara, atau bahkan para pemilik kekuatan super yang ikut menonton - semua memakai ekspresi serupa: horor yang tertahan sampai ke ubun-ubun.
Komandan regu prajurit dengan jiwa yang masih bergetar memeriksa anak buahnya. Sekitar dua belas prajurit tewas terkena imbas serangan pisau terbang.
“Ko...komandan regu, bukankah dia bagian dari kita? Kenapa...” Seorang prajurit bertanya dengan suara pelan, wajahnya penuh ketakutan.
“Aku juga tidak tahu...” Komandan regu itu menundukkan kepala, suaranya terdengar getir.
