Di padang rumput yang luas.
"Braak!"
Siluet kekar menghujam dari langit, membuat lubang besar dikelilingi retakan yang rapat.
"Raungan!!!" Monster berkepala dua mirip sapi di langit mendongak. Debu beterbangan saat siluet itu menerjang dan menghantam wajah monster dengan kepalan.
"Bang!" Gelombang kejut menyebar seperti riak air. Getaran dahsyat menggoncang segala sesuatu di sekitar. Lengan kanan monster tepat menahan pukulan itu.
"Ranu! Akan kubunuh kau!!!! Akan kuremukkan tubuhmu jadi serpihan, kunyah jantung berdarahmu dengan anggur!! Jadikan tengkorakmu gelas minum!!! Kau pasti mati!! Kau pasti mati!!" Pria kekar itu mengamuk, pukulannya bertubi-tubi menghantam lengan sang monster.
"Raungan!! Kekalahan lalu karena kecerobohan, Luo Xin. Bala bantuan Yang Mulia datang. Bertahan setengah jam saja, takkan ada yang bisa selamatkanmu!" teriak monster itu dalam Bahasa Mandarin fasih.
“Setengah jam!!？？Aku ingin kau mati segera!!!” Tubuh pria kekar itu tiba-tiba mengeluarkan aliran jiwa dahsyat bagai angin tornado. Aliran-aliran ini terus berputar mengelilinginya, raungan mengerikan yang menusuk telinga membuat semua suara lain di semesta tertutupi sepenuhnya. Dari bawah terlihat jelas angin tornado putih raksasa berdiameter puluhan meter menyambung langit dan bumi. Segala sesuatu di sekitarnya—pohon besar, lapangan rumput, serangga, makhluk mutan, tanah, batu—semua tersedot masuk ke dalam angin topan gila. Tornado putih perlahan berubah menjadi abu-abu. Pria di pusatnya yang seperti semut itu sama sekali tak terlihat.
Otot-otot Manusia Sapi mengembang secara gila. Seperti ribuan cacing tanah kecil yang terus bergerak di bawah kulit perunggunya. Kedua tanduk sapinya perlahan berubah dari kuning ke hitam, hingga menjadi hitam legam total. Medan gaya tak kasat mata berputar liar di antara tanduk-tanduk itu. Gesekan udara dahsyat bahkan memercikkan bara api, membuat ruang antara tanduk berubah menjadi bola api yang membara—api murni dari gesekan molekul udara. Udara yang terdistorsi mengeluarkan raungan melengking yang menusuk.
“Raaaawrrr!!! Ayo!! Akan kutunjukkan kemampuan sejatiku!!” Manusia Sapi itu menundukkan kepala, mengarahkan tanduk hitamnya ke tornado raksasa.
※※※※
Eropa London
Langit tertutup membran cahaya putih susu, di jalanan bergaya Eropa bernuansa abu-abu, seolah kembali ke era revolusi industri. Kereta-kereta kuda yang ditarik kuda hitam besar bergerigi melintas tak henti di jalanan. Para pejalan kaki mengenakan mantel tebal, kacamata hitam dan topi besar yang menutupi seluruh tubuh mereka. Hampir tidak mungkin melihat penampilan orang lain selain tinggi badan mereka. Tak ada suara terdengar, segalanya seperti pertunjukan pantomim.
"Tuuut!! Tuuut!!" Tiba-tiba suara alarm meraung-raung menggema di langit kota. Para pejalan kaki segera mulai berlari kecil, tak lama kemudian menghilang sepenuhnya ke dalam rumah-rumah besar-kecil dan gang-gang di jalanan.
Di luar membran cahaya putih, sekumpulan besar burung raksasa merah tua membawa makhluk-makhluk mutan berbentuk aneh menjerit-jerit terbang menuju kota ini. Titik-titik merah yang rapat seperti gelombang menutupi separuh langit.
Di dalam membran cahaya di permukaan tanah, muncul banyak manusia dengan aura sangat kuat. Mereka memandang langit dengan wajah muram.
……
Di jalan raya menghubungkan Kota Nanfeng dan Kota Minshan.
Sinar matahari yang menyengat membakar permukaan jalan aspal putih, menyilaukan mata. Pepohonan di perbukitan sepanjang jalan masih tetap hijau subur, seolah panas dan radiasi tak berpengaruh. Kehijauan yang terasa aneh. Angin berhembus, debu halus beterbangan di jalan raya.
“Gemuruh...” Getaran samar terdengar dari kejauhan. Sekelompok besar titik hitam muncul di ujung pandang jalan, bergerak dengan kecepatan tinggi menuju arah Kota Nanfeng. Suara derap kaki kuda yang bertumpuk, kawanan titik hitam semakin mendekat. Ini adalah kawanan sapi mutan bermata merah, kulit hijau keabu-abuan, tanduk spiral terdistorsi seperti pretzel, di tubuh mereka tampak guratan-guratan aneh seolah terukir. Kawanan sapi mutan itu melesat tanpa henti melewati zona ini, lalu perlahan menghilang di garis horizontal kejauhan.
“Ssss!” Suara kain terbelah terdengar. Di tepi jalan, sekelompok orang muncul tiba-tiba di atas rerumputan. Pria perkasa berambut putih salju dengan mata merah darah berdiri paling depan. Pria itu menyandang tongkat sihir yang lebih tinggi dari kepalanya, memandang tenang ke arah kawanan sapi yang baru saja berlalu.
"Ini sudah kelompok keempat. Makhluk-makhluk mutan ini rupanya benar-benar ingin memulai Pertempuran Total dengan manusia."
"Tuan Zhao Bin, apakah kita akan kembali? Berada sendirian di sini mungkin kemampuan kita terlalu terbatas." Seorang wanita dengan postur seksi dan wajah cantik di belakang pria itu bermain-main dengan bola api di tangannya sambil bertanya.
"Tak perlu. Kita punya rencana sendiri." Pria itu diam beberapa saat, seolah merenungkan sesuatu. "Sudahlah, lebih baik kita segera kembali."
"Kelompok ini adalah Zhao Bin dan rombongannya: Chen Fei, Xia Lin, Kacamata, Du Yue, An Lin, Yao Qing yang diikat, ditambah Yuan kecil dan Zhao Bin sendiri, total delapan orang. Jauh lebih sedikit beban dibanding awal perjalanan. Jadi perjalanan pun lebih cepat. Dari hari kemarin hingga hari ini sudah menempuh sebagian besar rute, meski sempat salah arah dan harus kembali sehingga membuang banyak waktu.
Bola Korosi di tongkat sihir tiba-tiba berputar perlahan. Wajah Zhao Bin berubah muram, sudut matanya dalam sekejap menangkap perubahan ekspresi halus di wajah An Lin.
Derap langkah tenang bergema tuk-tuk-tuk di belakang rombongan. Seolah rumput di lapangan bukan rumput hijau muda melainkan marmer.
"Zhao Bin ya? Terima kasih sudah merawat An Lin selama ini. Awalnya aku datang untuk menjemputnya pulang, tapi anakku merasa kamu mungkin bisa menyembuhkan penyakit anehnya." Suara pria jernih itu terdengar seperti orang tua biasa yang sedang bicara dengan guru sekolah anaknya.
Tangan Chen Fei yang memegang pedang gemetar halus. Bukan karena ketakutan, juga bukan gementar darinya sendiri, melainkan getaran yang berasal dari pedang itu sendiri. Pedang panjang Chen Fei bukanlah senjata biasa, melainkan senjata yang memiliki spiritualitas kuat dengan kepekaan luar biasa terhadap ancaman mematikan.
"Pupil mata Xia Lin menyempit tajam, kedua tangannya mengeluarkan dua cakram pisau pendek yang mekar seperti kipas merak. Namun Du Yue di bawahnya sama sekali tidak menyadari, meski nalar memberitahunya bahwa pendatang ini sangat berbahaya, intuisi tidak bereaksi sedikitpun. Yuan dan Yao Qing juga demikian, walau nalar jelas-jelas memberi tahu bahwa pendatang ini sangat mengancam, tapi intuisi malah merasa orang ini damai dan aman."
Zhao Bin berbalik badan.
"Pertama kali bertemu, saya Hekseksis, Rosa Hekseksis." Yang terlihat oleh Zhao Bin adalah tubuh pria kekar, namun kepalanya adalah kepala macan tutul penuh corak kuning keemasan. Ini adalah manusia berkepala macan tutul.
Manusia berkepala macan tutul itu menatap Zhao Bin.
Zhao Bin menatap manusia berkepala macan tutul itu.
"Huu..." Angin kencang berhembus, rumput hijau muda di tanah sedikit miring, gemerisik dedaunan bagaikan gemuruh pohon pinus.
Satu menit berlalu...
Dua menit berlalu...
Manusia berkepala macan tutul itu sepertinya menunggu tatapan terkejut dan ngeri dari Zhao Bin, namun tak kunjung melihat reaksi normal apapun dari orang ini.
"Ehh... Kau belum pernah dengar nama Hekseksis?"
Zhao Bin menggelengkan kepala dengan wajah kosong.
"Hekseksis!! Yang di sejarah itu... Buku Penyihir belum pernah kau baca?" manusia macan tutul itu terkejut. Seolah tidak pernah mendengar marga ini adalah hal yang sangat mengejutkan.
"Hekseksis..." Zhao Bin menunduk mulai merenung.
"Ah!! Kau... Itu..." Zhao Bin tiba-tiba menatap ke atas sambil menunjuk manusia macan tutul itu.
“Hm! Akulah yang... akhirnya kamu ingat.” Manusia berkepala macan tutul menunjukkan ekspresi puas diri yang sangat manusiawi.
“Itu... itu apa... pahlawan setengah dewa Yunani!!! Hanya beda satu karakter...” Wajah Zhao Bin berbinar penuh pencerahan.
“Eh...” Ekspresi puas diri manusia berkepala macan tutul itu membeku seketika, urat hijau muda di dahinya menonjol.
Angin dingin bertiup...
Beberapa helai daun melayang...
“Itu Herkules!!! Bukan Hercxies!! Bedanya dua karakter!!!” manusia berkepala macan tutul berkata dengan kesal.
“Ah!! Aku ingat... Hercxies!! Marga sang summoner terlarang terkuat dalam sejarah!!” Chen Fei di samping justru berteriak. Ekspresi dia dan Xia Lin tiba-tiba dipenuhi ketakutan.
“Summoner terlarang?” Pandangan Zhao Bin tertuju pada An Lin yang masih diam.
“Kau pasti sudah tahu sejarah summoner.” Hercxies kembali tenang.
“Alasan kemunduran para summoner.”
“Pengkhianatan makhluk panggilan?” Zhao Bin teringat tiga bersaudari Harpy sebelumnya. Suaranya berat.
“Ya, dikhianati oleh makhluk panggilan sendiri di momen genting, jatuh dari langit ke perut bumi dalam sekejap. Keagungan kami menjadi abu, segala kepercayaan hancur berantakan. Banyak summoner mati karena efek balik.” Manusia berkepala macan tutul itu menengadah memandang langit sambil memicingkan mata.
