Seluruh tubuh Yuan Yuan gemetar. Dengan panik ia mengangkat wajah memandang Zhao Bin. Pupil merah darah itu bagai batu mulia berkekuatan magis yang menyedot seluruh jiwanya.
"Kau memiliki potensi paling sempurna, datanglah! Buktikan kesempurnaanmu di hadapanku. Semua pria yang pernah membencimu akan tersungkur di bawah pesona wajahmu, kau akan mendapatkan semua yang kau inginkan, semua ini bukan khayalan, datanglah... serahkan segalanya padaku tanpa reservasi... ingatanmu, tubuhmu, jiwamu... seluruh totalitas ini."
"Aku... aku..." Yuan Yuan membelalakkan matanya, rasionalitas dan nafsu sama-sama bertarung dahsyat dalam dirinya.
Dahi Meriam telah dipenuhi keringat halus yang berkilauan.
Pergulatan jiwa kedua orang ini terus memancarkan aura putih tipis yang tak terlihat mata telanjang, berkumpul membentuk gumpalan di ujung tongkat sihir Zhao Bin.
Ini adalah materi psikis yang condong ke Terang dan positif yang diam-diam disedot Zhao Bin dari jiwa keduanya.
Bagi seorang Lich legendaris, modifikasi tubuh hanyalah hal sepele. Penampilan fisik sama sekali tak berarti di mata Lich, semuanya hanya bahan baku. Hanya komposisi dan sifat jiwa yang paling diperhatikan Lich. Jiwa yang dipenuhi kehendak negatif dan aura destruktiflah yang menjadi bahan terbaik untuk menciptakan pengawal kelas atas seperti Ksatria Kematian, Penyihir wanita abadi, atau Ksatria Kegelapan. Bagi makhluk abadi, kekuatan jiwa merupakan sumber daya fundamental.
Kesenjangan kekuatan yang besar memungkinkan Zhao Bin dengan mudah memberikan pengaruh halus pada jiwa kedua orang di hadapannya.
“Braak!” Tiba-tiba tongkat sihir diketukkan perlahan, kepala Ah Ping juga meledak seketika. Tanpa sempat bersuara, tubuhnya langsung terjatuh ke tanah.
Di langit terus bergemuruh suara ledakan yang sangat dahsyat, warna merah menyala dan hitam membelah malam menjadi dua zona. Hutan terbakar, bumi berguncang. Udara dipenuhi aroma api.
Di sekitar sesekali terdengar gemerisik beberapa langkah lari yang membuka cabang pohon. Zhao Bin berdiri diam, menatap meriam dan Yuan Yuan di hadapannya. Tim Li yang seluruh tubuhnya kaku berdiri di samping. Nasibnya tergantung pada sehelai nafas Zhao Bin dan meriam.
"Aku menolak!"
Bibir meriam bergerak lembut.
Setelah lama, Zhao Bin mengangguk perlahan. Tongkat sihirnya diketuk lagi.
"Braak!" Ledakan kembali menggema.
Wajah cantik meriam tiba-tiba meledak. Persis di depan mata Tim Li, darah, cairan otak putih dan serpihan tulang menghujani wajahnya.
"E...e..." Tim Li tak bisa bersuara. Air mata langsung membanjiri matanya. Ia berjuang mati-matian ingin membuka mulut, tapi sadar dirinya sepenuhnya tak bisa dikendalikan.
Yuan Yuan juga terpaku. Tadinya ia mengira perlakuan Zhao Bin pada meriam adalah persiapan untuk mengembangkannya sebagai kader penting. Perubahan sekejap ini membuatnya sepenuhnya membalik konsepsi sebelumnya.
"Waktuku sangat berharga, tak ada waktu untuk bermain-main dengan kalian." Ekspresi dingin Zhao Bin terlihat semakin kejam dalam kilatan api.
“Saya bersedia!!! Saya bersedia!! Mengorbankan segalanya!! Benarkah aku bisa mendapatkan yang kau janjikan... semua itu?” Yuan Yuan terjatuh ke tanah dengan panik sambil buru-buru merespons.
“Tentu.” Zhao Bin sedikit mengangkat sudut bibirnya. Cahaya merah terang di matanya berkedip, Tim Li langsung mendapatkan kembali tenaganya.
Pria paruh baya yang penakut ini kini telah basah oleh air mata. Dia terduduk lesu sambil berlutut di depan mayat meriam. Namun tak ada suara tangisan yang keluar.
※※※※
Di perkemahan lain yang berjarak 50 kilometer.
Tenda pusat
Di sisi jendela plastik tenda, dua pria paruh baya dengan wajah khidmat duduk bersila berhadapan.
“Daerah Badai sedang bermasalah, wilayah tambang nomor satu kita ini selalu merepotkan. Waktu itu sekelompok makhluk mutan tingkat III hampir tak bisa kami tahan. Kelompok tentara bayaran lemah seperti ini berani-beraninya merebut begitu banyak terowongan tambang.”
“Selama Badai sendiri tidak apa-apa, status tiga pemimpin besar mereka takkan goyah. Perubahan lainnya tidak berarti apa-apa.” Pria lain menoleh ke jendela, sesekali terlihat tim patroli yang lewat dengan malas. Anggota tim tertawa terbahak-bahak dengan riuh.
“Chen Tao dari Badai di perkemahan kita sekarang bahkan tak menghargai saya sebagai wakil penanggung jawab, Bos juga tidak mau menegur.”
“Aku tidak bisa turun tangan. Beberapa hal ketika sudah mencapai level tertentu, dampaknya bukan lagi sekadar pertengkaran kecil.”
※※※※
Yao Lian memandangi puluhan bawahan mudanya yang wajahnya penuh corengan debu dan jelaga di hadapannya, hatinya tersentuh.
“Kakak Yao, apa langkah selanjutnya? Buatlah keputusan! Kami semua saudara seperjuangan memutuskan untuk mengikuti Kakak!”
“Ya! Kakak tertua, kalau perlu kita bisa membentuk kelompok tentara bayaran sendiri.”
“Kami semua adalah orang-orang yang sudah mengikuti Anda bertahun-tahun. Kami siap melaksanakan perintah Anda kapan saja.”
“Kapten Yao, berikan perintah! Kami semua akan patuh!”
Puluhan anak buah yang pontang-panting itu mulai ribut, setiap wajah dipenuhi semangat kesetiakawanan.
Postur Yao Lian sangat bagus, tapi wajah ovalnya yang cantik kini dipenuhi bekas luka mengerikan yang saling bersilangan, seperti lipan yang terus bergerak di wajahnya.
Tidak hanya wajah, tubuh Yao Lian yang terbungkus jaket kulit ketat juga penuh bekas luka. Semua ini sengaja dia torehkan sendiri di tubuhnya dahulu. Setelah berkali-kali dipaksa keluarga untuk menjual diri melunasi utang, dia dengan tekad bulat berdiri di depan ibunya sambil melepas pakaian sehelai demi sehelai, lalu menggoreskan pisau hingga wajahnya hancur lebur. Dia keluar rumah sendirian dan tak sengaja memasuki dunia tentara bayaran. Dalam kondisi terjepit, dia secara tak terduga bangkit kemampuan supernaturalnya, lalu diselamatkan anggota Badai. Akhirnya dia bergabung dengan Badai secara wajar.
Orang-orang di hadapannya ini awalnya adalah anak jalanan tak berumah yang dia kumpulkan saat merantau sendirian. Yao Lian mengajari mereka pengetahuan dasar keprajuritan satu per satu, lalu membawa mereka masuk ke dunia tentara bayaran.
Langit merah api di kejauhan masih berapi-api, gemuruh ledakan bahkan masih jelas terasa oleh mereka yang sudah lari beberapa kilometer.
“Tunggu dulu, A Fei akan segera kembali. Saat ini kita menghadapi musuh kuat super dengan tingkat bahaya ekstrem. Bahagi Tuan Linshan dan timnya saja tidak ada harapan, apalagi tim elit kecil seperti kita.”
A Fei adalah bawahan yang telah mengikutinya selama bertahun-tahun, sekaligus anak buah yang paling setia. Selama bertahun-tahun ia menempuh hidup dan mati untuknya tanpa keluhan.
“Kalian istirahat di tempat dulu di sini, aku akan periksa A Fei di depan. Bocah ini selalu lamban.” Jiejie Yao berbisik, sementara yang lain menurut dan mulai duduk beristirahat.
Menarik pedang tebang dari pinggangnya, Jiejie Yao membungkukkan badan dengan hati-hati lalu menyusup ke dalam hutan. Ranting-ranting menyapu telinganya, desisan angin tipis menderu memasuki liang telinga. Pemandangan hijau di sekelilingnya cepat-cepat bergerak mundur.
Tiba-tiba di batang pohon sebelah kiri, dua tanda pahatan berbentuk V bertumpuk muncul dalam pandangan Jiejie Yao.
“Ketemu!”
“Apa yang kau cari? Ini?”
“Bang!” Suara tabrakan tubuh yang dilempar keras ke tanah disertai erangan rendah tiba-tiba datang dari belakang Jiejie Yao.
“Jiejie Yao!” Seorang pemuda tampan dengan tubuh kaku di rerumputan berteriak panik. Seorang pria beruban kekar dengan wajah tanpa ekspresi muncul dari hutan. Pria aneh bertelanjang dada ini memiliki pola perak terukir di dadanya, matanya seolah mengenakan lensa kontak merah dengan kemewahan.
“Kau!!” Pupil Yao Lian menyempit tajam. Sosok Zhao Bin yang tadi melayang di udara telah dilihat oleh sebagian besar orang yang melarikan diri dari perkemahan. Bagi Yao Lian, kesan terhadap sosok kuat dengan ciri khas mencolok seperti Zhao Bin tentu sangat mendalam.
“Jiejie Yao! Jangan pedulikan aku!! Larilah!! Larilah!” Pemuda di tanah itu berteriak keras.
Zhao Bin menghentakkan kakinya di tubuh pemuda itu, kekuatan tak kasatmata seketika membungkam teriakannya. Dari balik hutan di belakangnya, perlahan muncul dua sosok. Salah satunya adalah Yuan Yuan - wanita biasa ini tiba-tiba memiliki kulit yang halus dan putih pucat, postur dan wajahnya seolah tertutupi keindahan kulitnya, kini tampak penuh sukacita.
Sosok lainnya adalah Kapten Li. Pria paruh baya ini kini memiliki sorot mata yang dalam, sesekali tatapannya menyapu siluet Zhao Bin menyembulkan dendam membara. Tapi segera disembunyikannya.
“Maukah kau lari? Jangan lupa, anak buahmu paling setia ada di tanganku,” Zhao Bin memandang Yao Lian dengan penuh minat.
“Apa yang harus kulakukan untuk melepaskannya.” Yao Lian bertanya datar. “Pejuang sehebat Anda tentu takkan menggunakan sandera untuk mengancam gadis lemah sepertiku.”
"Tidak, tidak, tidak... Saat ini aku ingin menguasai sumber daya kelompok tentara bayaran Badai, tapi tidak menemukan orang yang familiar dengan situasi internal. Posisi orang ini tidak boleh terlalu rendah karena informasi yang diketahui akan sedikit dan tidak punya daya panggil, jadi benar-benar kekurangan personel. Tak kusangka tepat bertemu denganmu, bergabunglah denganku. Mungkin aku akan memberimu yang kau inginkan. Tentu juga akan kubebaskan dia." Zhao Bin tersenyum.
"Baik, lalu bagaimana caranya agar janjimu bisa diberikan langsung?" Yao Lian bertanya tanpa ragu-ragu.
"Pertama kau harus mendapatkan kepercayaanku." Zhao Bin berkata datar. "Gunakan reputasi dan kemampuanmu sebagai pengguna kekuatan level empat untuk mengumpulkan semua sisa anggota kelompok tentara bayaran Badai terlebih dahulu."
Tiba-tiba kristal hitam di saku celana Zhao Bin bergetar. Aliran informasi misterius dengan cepat menembus penghalang lautan mentalnya.
"Hill, sudah selesai. Ayo ambil reward dari Antu, barengan?" Suara Dist yang penuh aura terdengar dari kristal.
“Tentu saja.” Setelah menjawab singkat, Zhao Bin terdiam sejenak, “Sekarang yang kubutuhkan adalah waktu untuk memperbaiki sejumlah besar sihir level lima, sedangkan tambang logam yang terakumulasi Badai selama ini bisa terus memberikan pasokan bijih berlimpah asal dikendalikan dengan baik. Ini tepat untuk mempersiapkan pembangunan Menara penyihir di masa depan. Selanjutnya, mengumpulkan lebih banyak sumber daya dan bahan untuk merekayasa beberapa kekuatan tempur tingkat tinggi. Selain itu, begitu pembangunan sarang berhasil, melawan Jiuwu tak akan lagi membuat kita terusir kabur ke sana kemari seperti dulu. Maka memanfaatkan sumber daya personel Badai untuk terus beroperasi adalah jalan pintas yang cukup baik. Sekarang diriku juga sudah memiliki kemampuan untuk bertransformasi dari bidak catur menjadi pemain catur.”
