Kawasan Kota Terbengkalai Cuaca cerah Angin sepoi-sepoi
"Braak!" Debu putih raksasa meledak seketika, aliran udara tak terhitung menyebar ke segala penjuru. Sebuah bayangan manusia terlempar keluar dari hamparan putih, lalu menghantam tembok pembatas di tepi jalan dengan keras.
"Ini... ini bukan mainan...!!!" Bayangan itu hampir menempel di dinding, seluruh tubuhnya dipenuhi luka-luka, darah menggenangi separuh pakaiannya.
"Aku... yang terkuat!!! Bagaimana mungkin... jatuh di tempat seperti ini!!!" Bayangan itu bangkit dengan gigih, kedua tangan menekan perutnya.
Dari balik debu muncul sekelompok orang dengan seragam kemeja putih dan celana formal hitam, pakaian mereka bersih seolah sama sekali tidak melewati area berdebu.
"Prak!" Semburan api tiba-tiba menyala, di balik kabut debu yang buram, titik merah darah terus berkedip-kedip.
"Sss... Haa..." Asap putih mengalir perlahan dari mulutnya.
"Apa-apaan ini, lemah sekali! Cuma larva tak berdaya. Boss malah menyuruh kita khusus membersihkan larva? Ini liburan terselubung ya?" Suara pria paruh baya yang matang terdengar dari bayangan tinggi di sebelah kanan.
"Anggap saja hiburan, sekalian mengusir kebosanan." Suara wanita malas menjawab.
Bayangan yang bersandar di dinding perlahan muncul dari asap. Tampak pemuda dengan lengan kanan terpelintir ke belakang secara tak wajar—patah tulang. Lubang sebesar jari telunjuk di perut bawahnya tembus ke belakang. Darah terus mengucur deras dari luka itu.
"Kalian sampah... Akan kurobek... satu per satu!!"
"Oh?? Semangat sekali." Pria di depan menghembuskan lingkaran asap. Rokok yang terbakar separuh digoyang-goyangkannya di udara, abu abu-keputihan beterbangan tertiup angin.
"Bungkam dia!"
"Siap."
Pria berjanggut tebal dengan bekas luka berbentuk salib di wajah mengetukkan kepal tangan. Ajaibnya, benturan daging itu mengeluarkan denting logam.
Beberapa langkah menuju sudut dinding, pria berjanggut tebal menatap dengan sikap superior ke arah pria yang bahkan tidak bisa berdiri tegak saat bertempur di hadapannya.
"Zhou Xiangtian, anggota Tim Perak Jiuwu yang legendaris, sekarang jadi bagian tentara bayaran kelas tinggi, baru-baru ini berkhianat karena masalah pembagian barang rampasan. Benar-benar sebodoh kabar yang beredar." Ujar pria berjanggut dengan nada datar.
"Heh... hehe..." Zhou Xiangtian menundukkan kepala sambil menyeringai dingin.
Tiba-tiba tangan besar mencengkeram kerah baju belakangnya, mengangkatnya seperti mengangkat anak ayam.
"Setelah dilihat dekat, ternyata lebih lemah dari perkiraan... Hei... Komandan." Pria berjanggut tiba-tiba menoleh dan berteriak ke arah orang di sisi lain.
"Apakah perlu kita membuang-buang waktu untuk makhluk seperti ayam ini? Lebih baik segera menuju tujuan."
Pria berjanggut tebal mengibaskan Zhou Xiangtian yang ada di tangannya.
"Lihat, hanya perlu putaran kecil, pelanggar aturan bodoh ini akan mati mudah seperti kaleng minuman yang penyok."
"Terserah, pertemuan ini cuma kecelakaan. Kita punya urusan sendiri. Cepatlah!" Pria perokok itu wajahnya samar tertutup debu asap. "Masih banyak yang harus diverifikasi, jangan buang waktu."
Pria berjanggut mengangguk, satu tangan mengangkat Zhou Xiangtian, tangan lain mengepal dengan kilau logam samar di kepalan.
"Game over."
"Braak!" Zhou Xiangtian kembali terlempar, tubuhnya dengan mudah menerobos tembok beton belakang, debu beterbangan lagi.
Tapi seketika dari debu reruntuhan tembok pertahanan terdengar lagi suara tabrakan kepalan tangan yang bertubi-tubi menghantam fisik. Setiap pukulan memiliki ritme yang jelas.
Tubuh Zhou Xiangtian terlempar ke sana kemari seperti boneka rusak.
"Kalian... ini..." Darah hampir habis mengalir, pandangan samar-samar, seluruh tubuhnya lemah tak berdaya, gelombang rasa sakit yang tak henti mengalir dari berbagai bagian tubuh. Terus menerus merangsang kesadaran Zhou Xiangtian. Di telinganya seolah bergema ribuan dengungan. Daging di dagu Zhou Xiangtian hampir seluruhnya terkelupas, memperlihatkan tulang dan gusi putih mengerikan.
Pria berjanggut tebal menginjak kepala Zhou Xiangtian yang sudah lemah total.
"Anak kecil yang cuma bisa omong besar, Sssst! Lemah seperti serangga."
"Tunggu, ikuti prosedur." Pria berasap yang tampaknya pemimpin tiba-tiba berbicara.
"Oh, merepotkan sekali. Bukankah lebih cepat langsung membunuh? Baiklah, baiklah, aku mengerti." Pria berjanggut itu menggerus kepala Zhou Xiangtian dengan sepatunya. Kini Zhou Xiangtian bahkan sudah kehilangan tenaga untuk bicara.
"Apa... aku akan mati?" Kedua matanya sudah tak bisa melihat jelas. Hanya kabur. Semua warna seolah melebur menjadi satu. Yang dominan tetap warna merah, merah darah yang menyala.
"Kematian... seperti apa rupanya... Ternyata... aku bukan protagonis sejati..."
Di pikiran Zhou Xiangtian berkilas adegan-adegan masa lalu.
“Xiao Tian, ingatlah. Sebagai petarung, tubuh adalah akar segalanya. Hanya dengan menggali potensi sejati diri sepenuhnya, kau bisa mencapai batas pemahaman legendaris itu.” Sebuah tangan hangat mengelus kepala Zhou Xiangtian dengan lembut, persis seperti kenangan masa kecilnya.
Pemandangan sekitar seketika berubah dari wilayah kota yang terbengkalai menjadi dojo sanggar bela diri yang pernah dikenalnya.
Di tengah sanggar bela diri yang lapang, lantai kayu dan cahaya terang. Di bagian tengah tertulis dua karakter raksasa: Jalan Pedang. Seorang pria paruh baya dengan wajah buram bersila di hadapan Zhou Xiangtian, posisi mereka tepat di antara dua karakter besar itu.
Pria di depannya mengenakan seragam bela diri putih. Wajahnya tak jelas terlihat, namun memancarkan cahaya menyilaukan bagai Matahari. Kehangatan pekat menyelimuti Zhou Xiangtian.
"Batas legendaris? Ayah, kau sedang syuting sinetron ya?" Zhou Xiangtian tertawa terbahak tanpa peduli.
"Apa yang terjadi? Tubuh tak bisa dikendalikan? Ini... ini diriku waktu kecil?" Dari sudut matanya, ia melihat tangan yang menunjuk sang ayah - begitu mungil dan lembut.
"BODOH!!!" Pria itu tiba-tiba mengamuk. Tangannya yang besar menghantam kepala Zhou Xiangtian hingga berbunyi Braak! Tapi tak terasa sakit. Tertawanya pun terhenti seketika.
“Kau kira aliran Lima Keahlian kami adalah sesuatu yang sederhana??!!! Jalan pedang tak pernah ada akhirnya!! Sebagai anakku Zhou Yuan sekaligus satu-satunya murid, kau harus siap mewarisi segala persiapan aliran Lima Keahlian ini!!!” Suara pria itu penuh raungan bak singa yang mengaum.
“Apaan sih!! Ayah!! Ayah sendiri juga begitu, aliran ini itu! Mana ada ahli bela diri di TV yang seperti Ayah!!” Zhou Xiangtian membalas dengan teriakan tak kalah keras, laksana anak singa yang tak kenal takut.
“Katanya Ayah hebat!! Orang hebat mana yang tiap hari dihina perguruan lain tapi diam saja!! Orang hebat mana yang harus kerja serabutan di proyek malam hari karena tak bisa bayar SPP!! Orang hebat mana yang murid pun tak bisa direkrut, buka perguruan malah rugi??!! Pikir disembunyikan aku tak tahu ya!!”
