Area Terlarang
Dalam kabut putih yang pekat, pusaran hitam tiba-tiba terbuka. Energi hitam yang tak terhitung jumlahnya berputar-putar di dalamnya. Raja Zombie berbaju zirah tulang dan Kerangka Emas terbang keluar secara berurutan, masing-masing memegang batu mulia kuning yang jernih di tangan mereka.
“Kalian kembali. Tampaknya misi berjalan lancar.” Wajah Antu Weimen muncul di pilar batu raksasa.
Raja Zombie membuka telapak tangannya dengan lembut. Batu kuning berbentuk belah ketupat itu langsung menghilang dan muncul di atas pilar kristal raksasa. Batu mulia yang dipegang Raja Kerangka Emas juga melayang keluar dan sejajar dengan batu pertama.
“Tuan, meski operasi kali ini mudah, di akhir kami bertemu musuh yang sangat kuat.” Suara seram Raja Zombie bergema dari balik visor helm.
“Mereka sudah mulai mengincar kita. Jika bertemu lagi lain kali, mungkin kita tak bisa berbuat apa-apa.”
Di sisi lain, nyala api jiwa di mata Kerangka Emas juga terlihat redup.
“Oh? Orang kuat? Seperti apa level yang kalian sebut 'kuat' itu?” Antu Weimen bertanya penasaran.
“Kupikir mereka setara level delapan atau lebih. Tapi pikirannya kacau. Sangat neurotik.” Suara Raja Zombie terdengar ragu. “Aku hanya membuat alasan seadanya untuk mengelabui mereka.”
“Dan mereka seperti sedang dikejar ketakutan,” sambung Kerangka Emas.
“Perlihatkan padaku.” Antu Weimen mengangguk.
Raja Zombie mengulurkan tangan dan melemparkan kristal hitam. Kristal itu menyemburkan debu perak berkilauan yang membentuk gambar samar hingga jelas.
Tampak seorang pemuda biasa berjubah putih lusuh, mengenakan topeng emas bergambar iblis neraka yang mengerikan.
“Ternyata mereka. Siapa yang berani membangunkannya? Abaikan saja. Jika bertemu orang bertopeng emas lagi, segera pergi. Kita bagian dari dunia bawah, bukan kubu mereka.” Antu Weimen berkata datar.
※※※※
Markas besar Perisai Mata Iblis
“Tok-tok-tok-tok……” Bunyi ketukan jari yang ritmis terus menerus menghantam permukaan meja kayu solid.
Di dalam ruang rapat yang terang, aula luas hanya diisi oleh dua orang.
Zhao Bin duduk di ujung meja oval raksasa, satu tangan menopang dagu, tangan lainnya terus mengetuk-ngetuk permukaan meja. Seluruh ruangan hanya bergema suara jemari yang jelas.
Dua orang yang berdiri, salah satunya memiliki wajah lembut dan postur menggairahkan, namun ternyata seorang perempuan berusia tak lebih dari dua puluh tahun. Seragam hitam dengan pinggiran perak yang kaku membungkus tubuhnya, menyerupai pakaian armada luar angkasa dalam film fiksi ilmiah - terkesan futuristik namun sarat kesan megah dan anggun. Di dada kanan seragamnya terdapat lambang Perisai Mata Iblis berwarna perak. Di kedua bahunya terpasang satu garis emas horizontal di masing-masing sisi.
"Inikah seragam lengkap tentara yang dibuat Daphne? Tampak cukup baik." Mata Zhao Bin menyapu seluruh tubuh perempuan berseragam di hadapannya.
"Menteri telah melaksanakan instruksi boss dengan memasang tanda bahu khusus sesuai informasi level dari pusat komando pada seluruh seragam produksi pertama." Pria di samping perempuan itu juga mengenakan seragam serupa, namun dengan lima garis perak di bahunya.
Wajah pria itu biasa saja, namun memancarkan kesungguhan. Setelah selesai bicara, dia berhenti sejenak melihat Zhao Bin mengangguk halus sebagai isyarat untuk melanjutkan.
"Sesuai petunjuk Yang Mulia, sistem tingkat dibagi menjadi garis horizontal emas, perak, dan putih. Setiap warna memiliki level 1 hingga 5 yang ditandai jumlah garis. Putih untuk perwira biasa, perak untuk kepala departemen, emas untuk tingkat komando. Warna seragam terbagi menjadi hitam-putih: hitam untuk organisasi militer, putih untuk organisasi sipil."
Zhao Bin mengangguk, tidak terlihat sedikit pun ekspresi di wajahnya. Matanya menatap ke arah jalur lalu lintas manusia di luar jendela samping. Tidak jelas apakah dia benar-benar mendengarkan laporan pria itu.
"boss, jika tidak ada urusan lain, saya permisi mundur dulu." Suara wanita itu dingin, wajahnya berkerut kaku.
Zhao Bin mengibaskan tangannya, menjawab dengan santai.
Keduanya berbalik meninggalkan ruang rapat, satu di depan satu di belakang.
Perwira pria berjalan di belakang, saat pergi melirik Zhao Bin yang masih duduk di meja rapat dengan sudut matanya.
"Pak." Pintu besar menutup secara otomatis.
Perwira pria diam-diam mengikuti wanita itu menyusuri koridor yang diterangi cahaya alami. Di sekitar mereka sesekali lewat pria-wanita berbaju hitam seragam sama, wajah khidmat membawa aura pembunuhan. Sepanjang jalan mereka beberapa kali bertemu rekan satu departemen, hanya saling mengangguk sebagai salam. Semua orang terburu-buru seolah punya pekerjaan tak habis-habis.
Perwira pria mengikuti wanita itu keluar dari gedung rapat, melepaskan napas halus yang nyaris tak terdengar.
"Menteri, apakah Bapak merasa boss akhir-akhir ini semakin..."
Wanita itu tiba-tiba berbalik, kilatan kelembutan muncul di wajah dinginnya.
"Maksudmu penampilan boss? Memang akhir-akhir ini semakin cantik. Kudengar orang kuat tingkat ketujuh mengalami mutasi genetik luar biasa. Meski level ketujuh tak berarti apa bagi Perisai Mata Iblis kita, mungkin boss sedang mengalami perubahan kualitas baru?" Wanita itu menatap langsung perwira pria, meremas kepala lawan bicaranya dengan nada bicara sesepuh ke junior.
"Bekerja baik-baik. Mungkin terlalu dini memindahkanmu dari departemen logistik ke Mata Kematian. Kamu masih terlalu muda."
Ekspresi tegas perwira pria itu langsung mengempis. Ia memalingkan muka, namun sudut matanya masih mencuri-curi pandang ke arah sang wanita.
"Jiejie Yao, aku bukan anak kecil lagi." Matanya memancarkan kekaguman yang sangat kuat.
※※※※
"Material ini adalah serat khusus yang diperoleh dari benih eksperimen yang disediakan boss melalui proses pematangan cepat. Tanaman pewarna spesifik juga telah berhasil dipasangkan. Saat ini semua departemen memberikan respons positif terhadap material ini. Apakah ada saran tambahan dari kalian?"
Berdiri di ruang rapat luas departemen logistik, Daphne dengan wajah tegas berdiri di depan meja rapat, memandang ke bawah para kepala departemen yang duduk melingkar. Di antara mereka ada yang beruban putih, mantan penjahit senior, yang berkerut penuh garis hidup, mantan pekerja teknis pabrik tekstil, juga desainer dengan raut wajah yang menyiratkan kebanggaan. Sebagian besar adalah tenaga ahli yang dipilih Daphne dari para survivor yang terus berdatangan belakangan ini.
Menghadapi pertanyaan Daphne, tak satu pun kepala departemen yang hadir bersuara.
"Jika tidak ada masalah, rapat hari ini kita tutup." Daphne mengangguk, seluruh personel yang terlibat dalam setelan ini memang sangat puas. Baik dari segi kenyamanan maupun penampilan, semuanya memuaskan. Tidak adanya keberatan sudah diperkirakan sejak awal.
Para hadirin pun beranjak pergi satu persatu.
Daphne merapikan beberapa dokumen penting di atas meja. Ia menoleh hendak meninggalkan ruangan.
“Menteri.” Suara pria tenang terdengar di belakangnya.
Daphne berbalik.
“Ada keperluan apa? Ketua Kelompok Zhang Shaoyang.”
