Pria ini memiliki rahang persegi dengan alis tebal dan mata besar, tak gentar menghadapi menteri langsungnya yang cantik dan berwibawa.
“Kami di tim bahan menemukan buah pengganti tinta yang bisa dicampur dengan rasio tertentu untuk memenuhi standar tinta saat ini.”
Zhang Shaoyang segera menyodorkan dokumen yang sudah dipersiapkan. Lalu memberi hormat militer sempurna dengan tangan kanan di dada sebelum pergi.
Daphne menerima bahan, ekspresi wajahnya menunjukkan apresiasi. Ia tak pernah pelit mengakui talenta kompeten, persis seperti prinsipnya di keluarga dulu.
“Keluarga...” Wajah Daphne berkerut halus, matanya memancarkan kerinduan nan ambigu. Meski Perisai Mata Iblis memberinya ruang aktualisasi diri murni tanpa latar belakang keluarga, kerinduan pada orang tua terus membesar. Tapi ia tahu Zhao Bin sama sekali tak mungkin mengizinkannya pergi.
Pandangan jatuh pada atap logam besar di luar jendela ruang rapat. Kaca khusus transparan yang menjangkau seluruh markas besar dengan jernih memperlihatkan langit biru muda di luar, beberapa helai awan putih bergerak perlahan tertiup angin. Melalui kisi-kisi logam keperakan, wajah-wajah manusia yang lalu lalang di bawah sinar matahari tak lagi menyiratkan kesedihan dan keputusasaan, melainkan semacam kegairahan dan ketenangan misterius yang hanya bisa ditangkap melalui sorotan mata mereka.
Tak ada yang bodoh di sini. Semua tahu kehidupan stabil dan aman ini diberikan oleh siapa. Terhadap Zhao Bin sang penguasa tertinggi, para survivor yang telah tinggal beberapa hari di sini memendam kekaguman dan fanatisme yang mendalam.
"Braak!"
Tiba-tiba dentuman keras menggema dari luar ruang rapat.
"Apa ini!!! Saya desainer utamanya! Kau berani-beraninya!! Memberontak!!" Suara melengking penuh panik membahana.
Daphne buru-buru keluar ruangan. Lorong yang biasanya lancar kini dikepung personel berseragam putih dengan satu garis putih di bahu. Mereka berkerumun sambil berbisik-bisik penasaran. Melihat Daphne muncul, mereka spontan membuka jalan.
"Cepat minggir, Menteri datang."
"Geser, jangan halangi jalan."
"Desainer utama lagi? Lihat nanti Menteri datang dia berani lancang!"
Meski bisikan di sekitar terdengar pelan, Daphne tetap bisa menangkap beberapa kalimat. Ia mengerutkan alisnya, lalu masuk melalui pintu yang dibuka kerumunan. Di pusat kerumunan, desainer pria yang tadi di ruang rapat dengan wajah angkuh kini memiliki separuh wajah bengkak kehijauan-hitam. Dengan tubuh gemetar marah, ia menunjuk ke arah pria muda berwajah dingin di hadapannya—lebih mirip remaja berusia 18-19 tahun, hanya bertubuh tinggi.
Pandangan remaja itu pada desainer terdingin bagai es.
"Siapa pun yang tidak menghormati boss harus mati!" Suaranya tanpa sedikit pun kehangatan. Saat mengucap karakter 'kematian', aura darah samar terpancar dari seluruh tubuhnya. Jelas ini lawan berdarah dingin yang pernah membunuh.
Melihat kedatangan Menteri, desainer kepala di tanah seolah menemukan juruselamat. Ia berguling-guling mendekati kaki Daphne.
"Menteri, anak ini tiba-tiba memukuli atasan seenak jidat! Anda harus segera menangkapnya ke departemen militer untuk dihukum berat!! Saya desainer kepala!! Anak baru masuk beberapa hari ini berani seenak sekarang beraksi. Ini penghinaan bagi Anda dan melanggar semua regulasi departemen logistik!!"
“Sudahlah, bangun. Aku akan urus ini.” Daphne menghela napas. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi hal seperti ini. Di markas besar, siapapun yang menunjukkan sikap tidak hormat sedikit pun pada Zhao Bin, konsekuensinya mulai dari luka parah, cacat, bahkan sampai beberapa kasus dipukuli massa sampai tewas. Kali ini masih termasuk beruntung. Pernah suatu kali seorang lelaki kekar malah membunuh survivor yang tidak menghormati Zhao Bin di depan tim patroli, lalu berteriak histeris "boss sepuluh ribu tahun!" dengan muka penuh fanatisme.
Meski konsumsi Hua Mi jangka panjang memang memiliki efek samping ekstremisasi perilaku, Daphne sama sekali tidak menyangka akan berkembang menjadi situasi seperti ini. Mungkin, sang boss yang duduk di posisi tertinggi sudah mengantisipasi keadaan ini sejak awal.
※※※※
Langit cerah pagi hari di atas Samudera Pasifik
Di langit biru yang membentang, ribuan titik kecil berkerumun rapat hampir memenuhi seluruh cakrawala. Setiap titik kecil itu adalah kapal udara berwarna biru-putih yang menyerupai kapal layar abad pertengahan. Pada lambung kapal terukir gambar elang raksasa membentangkan sayap, di bawahnya terpampang pola indah pedang panjang dan perisai yang bersilangan.
Lokasi ini sudah berada di tengah lautan, tidak ada pulau di sekitarnya. Bahkan burung-burung dari spesies makhluk mutan pun tidak mungkin muncul di perairan ini. Mungkin ada beberapa spesies yang bermigrasi melintasi Samudera Pasifik, tapi pasti tidak akan muncul secara kebetulan seperti sekarang ini.
Suara terbang kapal udara yang awalnya lemah menjadi berdengung karena jumlahnya yang sangat banyak. Di permukaan laut, sesekali terlihat kepala atau punggung monster laut yang aneh dan mengerikan. Sepertinya semua terguncang oleh formasi di langit, pasangan mata merah darah mereka yang serakah atau gila menatap kawanan kapal udara melalui air laut.
Di geladak tengah salah satu kapal udara. Seorang pria pirang mengenakan setelan jas putih yang ramping sedang menggoyang-goyangkan segelas anggur merah dengan lembut.
"Alice, apakah informasimu benar-benar akurat? Benarkah ada garis darah keluarga yang bangkit di Huaxia?"
Di belakang pria tersebut, seorang wanita pirang berwajah cantik namun bermata sipit yang terlihat muram mengangguk, "Pasangan An sudah diam-diam berangkat. Informasinya juga telah dikonfirmasi."
"Sulit dibayangkan, sebagai keluarga darah murni peringkat kedua Aliansi Manusia, ternyata ada anggota suku yang melarikan diri dan menikah dengan orang Huaxia, bahkan keturunannya bisa bangkit. Luar biasa." Pria itu menghela napas kecil, menyesap anggurnya.
"Itu bukan urusan kita. Tugas kita hanya membawa mereka kembali sesuai perintah Dewan Tetua." Kata Alice dengan datar.
"Dua orang kuat tingkat tujuh, tiga belas petarung level enam. Jika formasi seperti ini masih tidak bisa menangkap satu anggota suku yang baru bangkit darahnya, kita tak perlu kembali ke keluarga. Bunuh diri saja semuanya." Pria itu menyeringai sinis.
※※※※
Pelabuhan Militer Basis Angkatan Laut Bekas di Garis Pantai Zona Pasang-Surut Huaxia
Kapal perang putih yang besar-besar berhenti diam di pelabuhan. Kapal penjelajah, kapal pengawal, kapal patroli, dan berbagai jenis kapal perang lainnya telah kehilangan kilau masa lalu. Di geladak, pagar, dan permukaan lambung kapal, noda darah kering terlihat di mana-mana. Putih dan merah bercampur, seluruh pelabuhan militer sunyi sepi kecuali suara pasang-surut air laut yang menghantam karang dan pantai.
Sunyi, lengang.
Tanpa pengeboran minyak bumi, armada kehilangan tenaga. Senjata perang raksasa ini pun tak lagi perkasa seperti dulu. Hanya bisa berkarat di pelabuhan militer hingga akhirnya tenggelam.
Cahaya matahari yang menyengat bahkan membuat angin laut terasa panas. Ombak putih maju-mundur tak henti, seolah takkan pernah berhenti.
Siluet kecil berlincah melompat dari satu karang ke karang lain dengan gesit, penuh kehati-hatian.
Di pantai banyak kepiting dan kerang yang terdampar oleh air laut. Virus tampaknya belum menginfeksi mereka. Makhluk laut alami ini masih memenuhi pantai seperti di era damai.
"Siluet kecil yang kurus kering, di bawah rambut acak-acakan terlihat wajah ayu yang pucat. Ini adalah seorang remaja berusia sekitar lima belas enam belas tahun, sulit dibedakan laki-laki atau perempuan. Kedua telinganya sudah hilang, dari leher sampai dagu terdapat bekas luka berkeropeng besar yang terlihat mengerikan. Mata berkilau remaja itu menatap mati-matian kerang-kerang besar yang berserakan di pantai, tenggorokannya secara refleks menelan ludah."
"Splak..." Air laut kembali menyapu pantai lalu surut. Jejak gelap yang tertinggal di pasir cepat memudar dan menghilang.
Remaja itu tiba-tiba terbangun cepat, berlari ke tepi pantai dengan gila-gilaan membentangkan selembar kain abu-abu yang sudah disiapkan, memunguti kerang-kerang besar dan meletakkannya di atas kain.
Dari balik ombak tidak jauh, puluhan mata merah darah menatap tajam ke arah siluet kurus di pantai, dipenuhi hasrat menggebu akan daging segar.
Akhirnya salah satu dari mereka tak tahan lagi. Tubuh raksasanya perlahan muncul dari permukaan laut.
"Sssst!" Suara gesekan cepat. Air laut tiba-tiba menyembur membentuk ribuan ombak kecil, raungan rendah bergema bersamaan dengan derap merangkak yang mendesak.
"Aaa--!" Teriakan kesakitan itu terputus tiba-tiba.
"Splak..." Air bah kembali menyapu pantai. Sisa-sisa merah segar dan bau amis darah ikterbawa arus. Hanya selembar kain abu-abu penuh kerang besar yang tertinggal terhimpit di pasir.
"Sssss..." Desisan menusuk telinga tiba-tiba bergema entah dari mana.
Tiba-tiba di atas lautan, sebuah titik kecil merah tua muncul seketika, membesar dengan cepat dan dalam beberapa detik berubah menjadi bola cahaya seukuran bola basket.
"Braak!" Bola cahaya itu meledak seketika, aura-aura hitam-merah menyapu segala sesuatu di sekitarnya seperti gelombang.
"Pengkhianat... hukuman... kembali seperti semula... agung... sssst..." Nyanyian rendah terputus-putus terus bergema di dimensi ruang. Seperti ribuan suara manusia sedang memuji dan menyanyikan pujian. Bergema berlapis-lapis, samar-samar.
Bahkan gemuruh ombak yang terus berulang pun tak mampu menenggelamkan suara aneh ini.
Di perairan dangkal, ribuan makhluk laut berbentuk aneh perlahan merayap ke permukaan. Mata merah darah mereka menunjukkan mereka adalah spesies kuat yang telah bermutasi. Sepanjang garis pantai dipenuhi kerumunan hitam yang nyaris tak berujung. Pasir pantai tertutupi, karang-karang diduduki. Angin membawa bau anyir yang menyengat.
Di suatu hutan di daerah pedalaman yang jauh.
Di tepi sungai kecil yang gemericik, seorang gadis kecil cantik berbaju gaun putri gotik hitam bersenandung dengan irama aneh, kedua kaki mungilnya dengan riang menciprat-ciprat di air.
"Kugigit kau sampai mati, gigitan pertama, separuh badan, gigitan kedua, tinggalkan kepala, gigitan ketiga habis ditelan, habis ditelan habis ditelan..." Suara polos gadis kecil itu dengan lirik aneh menciptakan suasana yang sungguh mistis.
Tiba-tiba gadis kecil itu berteriak "Aduh!", menarik kaki mungilnya yang basah dari air sungai.
Di ujung jari kaki yang mulus dan berkilau, seekor ikan sungai bermutasi bergigi tajam menggigit dengan erat tanpa tanda-tanda melepaskan.
"Aduh, Dister tergigit." Jari kaki sang gadis kecil yang tergigit menggeliat tak karuan. Seketika semua gigi tajam ikan sungai bermutasi itu berjatuhan dari mulutnya dengan suara berdentang. Gigi-gigi itu copot langsung dari akarnya, ikan yang tak bergigi itu terpaksa melepaskan gigitan sambil memuntahkan darah, lalu melompat kembali ke sungai dengan suara 'plung' seolah sedang melarikan diri.
Dister tak bisa menahan tawaran indahnya, namun tiba-tiba aura hitam-merah membubung dari selatan. Tawanya tercekat di tengah jalan.
"Sial! Siapa yang melepaskan mereka?! Ini akan jadi masalah." Untuk pertama kalinya wajah Dister berubah mendung.
