BAB TIGA KEKACAUAN INTERNAL

　　Di kedalaman dasar laut, Di Jian, Di Qing, dan Di Luan mengenakan jubah ungu, berjalan berdampingan. Air laut berpisah di mana pun mereka melintas, menciptakan gelombang-gelombang yang berirama. 　　"Lao Qi, kematian adik kedelapan sangat mencurigakan. Istana Darah Merah terletak di wilayah utara ekstrim, berdekatan dengan Benua Qianlong milik Orang Biasa. Jarak Istana Biru Air dan Istana Qinglong bahkan lebih jauh dari kita. Dengan jarak sejauh itu, si pembunuh seharusnya bukan dari Istana Qinglong atau Istana Biru Air." Di Qing merenung lama sebelum akhirnya berbicara. 　　“Alasan Di Qing mengatakan hal ini masuk akal, sebab perjalanan Di Tong ke Istana Darah Merah adalah rahasia. Bahkan di antara delapan saudara lainnya di Kuil Sembilan Bencana, tidak semua mengetahuinya. Bagaimana mungkin orang luar tahu? 　　Bahkan jika pada akhirnya pihak Istana Biru Air dan Istana Qinglong mengetahui keberadaan Di Tong di Istana Darah Merah, mungkin mereka tidak akan sempat membunuhnya. 　　Di Luan termasuk yang cukup ahli strategi di antara sembilan saudara. Setelah merenungkan beberapa saat, ia mengangguk: "Kakak kedua, masih ingatkah saat kita mengirim pesan ke Zha Hong, namun tidak mendapat respons sama sekali?" Di Luan telah mengirim pesan untuk memastikan keberadaan Zha Hong sebelum berangkat. 　　Namun pesan yang dikirim bagai hilang ditelan samudera, tanpa kabar balasan. 　　"Hanya ada dua kemungkinan: pertama, Zha Hong sudah mati. Kedua, Zha Hong menggunakan cara licik untuk membunuh adik kedelapan, lalu menyembunyikan diri. Melihat pesan kita, tentu dia tidak berani merespons." Di Qing menganalisis. 　　Namun saat ini, Di Qing dan yang lain tetap tidak bisa menentukan apakah Zha Hong masih hidup atau sudah mati. 　　Sebenarnya, delapan gua pertapaan yang disebut sebagai bawahan Kuil Sembilan Bencana tidak pernah dihargai oleh kuil itu sendiri. Delapan gua ini hanyalah representasi pengelola delapan zona wilayah, sekadar buah catur yang digunakan Kuil Sembilan Bencana untuk mengelola perairan seluas 90 juta li. Jade slip jiwa dari delapan Penguasa Gua pun tidak dikumpulkan oleh kuil tersebut. 　　"Cukup meminta konfirmasi saja, ngapain berasumsi sembarangan di sini?" 　　Lao Liu yang dingin, Di Jian, bersuara. 　　Mendengar perkataan Lao Liu, mata Di Luan berbinar, "Kedua, aku punya solusi. Ini tidak hanya bisa memeriksa apakah Zha Hong masih hidup atau sudah mati, tapi juga sangat membantu penyelidikan kita tentang siapa yang membunuh adik kedelapan." Sambil berkata demikian, Di Luan mengeluarkan sebuah token komando. 　　Di Jian dan Di Qing segera dipenuhi sukacita di hati, pandangan mereka tertuju ke arah Di Luan. 　　“Pertama kirim pesan ke Gua Jujia yang berbatasan langsung dengan Istana Darah Merah. Penguasa Gua Jujia pasti tahu informasi terkait Istana Darah Merah. Sedangkan metode kedua bisa kita gunakan setelah mendapat jawaban dari Gua Jujia.” Di Luan tersenyum menjelaskan. 　　Di Luan segera mengirim pesan ke Gua Jujia. Hanya beberapa saat, balasan dari Penguasa Gua Jujia pun tiba. 　　Di Luan membaca pesan tersebut, senyuman mengembang di wajahnya: “Tepat seperti dugaan! Penguasa Gua Jujia menginformasikan bahwa Zha Hong, Penguasa Gua sebelumnya di Istana Darah Merah telah mati. Kabar ini telah menyebar ke seluruh wilayah Istana Darah Merah, termasuk ke Gua Jujia.” 　　“Zha Hong mati!” Di Qing menangkap poin penting ini, pikirannya langsung bekerja menganalisis. “Siapa penguasa barunya?” 　　Di Qing sangat paham, jika ini kasus perebutan kekuasaan melalui pembunuhan, biasanya penguasa baru adalah si pembunuh. Jika mampu membunuh Zha Hong, berarti memiliki kemampuan untuk membunuh Di Tong. 　　“Kakak kedua, tunggu sebentar. Aku sedang menanyakan.” Di Luan menanti balasan dari Penguasa Gua Rangka Besar. Setelah beberapa saat, Di Luan mengerutkan alisnya, “Kakak kedua, Kakak keenam, menurut informasi dari Penguasa Gua Rangka Besar ini, penguasa gua baru adalah mantan Pelindung Meteor dari penjaga hukum. Tapi alasan kematian Zha Hong masih belum diketahui.” 　　“Pelindung Meteor?” Di Qing bergumam pada dirinya sendiri. 　　Di Jian, Di Qing, dan Di Luan sama-sama merenung. 　　“Kakak kedua, Kakak keenam, apakah kalian masih ingat kura-kura tua Qing Xuan dari Istana Darah Merah? Pertempuran ratusan tahun yang lalu itu masih ingat kan?” Di Luan tiba-tiba tersenyum pada Di Jian dan Di Qing, tampaknya sudah memiliki ide. 　　Di Jian tertegun: “Kura-kura tua Qing Xuan? Tidak kenal.” 　　“Kakak keenam memang tidak pernah mendengar urusan luar. Tidak tahu itu sangat normal. Kakak kedua, bagaimana denganmu?” Di Luan menatap kakak kedua Di Qing. 　　Di Qing mengangguk: "Qing Xuan Lao Gui itu aku tahu. Dulu saat kami memilih pengelola wilayah Istana Darah Merah, Zha Hong dan Qing Xuan Lao Gui berebut posisi itu. Akhirnya Zha Hong dan Qing Xuan Lao Gui bertempur besar. Meskipun Zha Hong menang tipis, pertahanan Qing Xuan Lao Gui sangat mengejutkan. Zha Hong pun tidak bisa membunuhnya." 　　Di Luan mengangguk sambil tersenyum: "Benar. Pertahanan Qing Xuan Lao Gui memang luar biasa. Sekarang dia sudah mencapai tahap awal Dongxu. Di antara delapan gua pertapaan di bawah Kuil Sembilan Bencana, kebanyakan tidak sepenuhnya menguasai seluruh wilayahnya. Istana Darah Merah adalah salah satunya." 　　Satu wilayah gua pertapaan dengan begitu banyak ahli, mungkinkah semuanya tunduk sepenuhnya? 　　Perairan seluas 8 juta li di Istana Darah Merah, meskipun secara nominal dikuasai, sebenarnya hanya wilayah Darah Merah yang sepenuhnya terkontrol. Daerah lembah dan jurang yang jauh lainnya tidak bisa sepenuhnya dikuasai. 　　"Wilayah Hijau Abadi tempat Kura-kura Hijau Abadi bermukim, sampai sekarang pun tidak tunduk di bawah kendali Istana Darah Merah. Meski kekuatannya kalah dari wilayah Darah Merah, namun setelah kematian Zha Hong, pastinya si kura-kura tua itu tidak akan patuh pada kontrol Penguasa Gua yang baru ini. Kita bisa..." Suara tawa licik Di Luan mengembang. 　　Mata Di Qing berbinar: "Haha, Lao Qi, kau memang pintar. Benar! Latar belakang Pelindung Meteor yang jadi Penguasa Gua baru itu masih misterius. Biarkan Kura-kura Hijau Abadi mengujinya. Jika Pelindung Meteor itu berhasil membunuh Kura-kura Hijau Abadi, maka... dia pasti punya kaitan dengan kasus ini!" 　　Di Luan mengangguk setuju. 　　Kematian Zha Hong membuat Penguasa Gua pengganti secara alami dicurigai. Jika Penguasa Gua misterius itu mampu membunuh Zha Hong, berarti dia juga punya kemampuan untuk membunuh Di Tong. 　　“Penguasa Gua Rangka Besar dan Qing Xuan Lao Gui memiliki sedikit ikatan, saling terhubung.” Di Luan tersenyum, “Kakak kedua, Kakak keenam, mengapa kita tidak langsung mendukung Qing Xuan Lao Gui? Beritahu dia bahwa Kuil Sembilan Bencana memutuskan untuk menjadikannya penguasa baru wilayah perairan 8 juta li Istana Darah Merah.” 　　Di Qing langsung menunjuk Di Luan sambil tertawa mengumpat: “Lao Qi, kau benar-benar jahat!” 　　Dulu saat Qing Xuan Lao Gui berebut posisi dengan Zha Hong dan akhirnya kalah, hal ini selalu dianggapnya sebagai aib seumur hidup. Jika dia tahu Zha Hong mati, sementara Kuil Sembilan Bencana menunjuknya sebagai penguasa baru wilayah Istana Darah Merah, bagaimana mungkin Qing Xuan Lao Gui bisa tetap diam? 　　"Ah, ketujuh, jika kita menunjuk Qing Xuan Lao Gui sebagai pengelola generasi itu di Istana Darah Merah, kalau meteor itu mengalahkan Qing Xuan Lao Gui. Si meteor itu hanya punya kecurigaan, kita juga akan kesulitan melakukan penyelidikan, lagipula kita sudah menunjuk Qing Xuan Lao Gui sebagai pengelola baru." Di Qing mengerutkan alis. 　　Di Luan tersenyum: "Apakah kita benar-benar menunjuk? Kami hanya meminta Penguasa Rangka Besar menyampaikan pesan. Jika Qing Xuan Lao Gui berhasil, baik. Jika gagal, bisa dialihkan ke Istana Rangka Besar. Yakinlah Penguasa Rangka Besar tidak akan berani bersuara meski jadi kambing hitam." 　　Benar! Kambing hitam yang ditanggungkan oleh pangeran Kuil Sembilan Bencana, beranikah dia mengeluh? 　　"Brilian! Brilian! Cepat suruh Penguasa Rangka Besar mengirim pesan ke Qing Xuan Lao Gui, perintahkan dia melakukan pemberontakan untuk merebut posisi penguasa. Si meteor itu, sebelumnya tidak pernah kudengar namanya, sekarang mari kita lihat seberapa kuat kekuatan orang misterius ini!" Kilatan dingin melintas di mata Di Qing. 　　Jika 'meteor' ini mampu membunuh Qing Xuan Lao Gui, tiga bersaudara Di Jian akan terpaksa menetapkan 'meteor' ini sebagai tersangka utama. 　　Taktik ini bertujuan mengukur seberapa besar kekuatan 'meteor yang lain' itu. Bila tak memiliki kekuatan hingga terbunuh, tiga saudara Di Jian tentu tak akan memedulikannya. 　　…… 　　Di wilayah Istana Darah Merah, terdapat pegunungan bawah laut yang beberapa kali lebih kecil dari wilayah Darah Merah. Tempat ini dihuni hampir 10.000 cultivator monster. Wilayah Qing Xuan bisa disebut negara dalam negara, meski secara nominal berada di bawah Istana Darah Merah, namun faktanya tak mematuhi perintah mereka. 　　Gua pertapaan Qing Xuan Lao Gui di wilayah Qing Xuan. 　　Dua pelayan perlahan mengipaskan kipas di sampingnya. Qing Xuan Lao Zu berbaring di kursi Taishi dengan senyum lebar. Rambut api kebiruan sepanjang hampir 1 meter berkibar pelahan, alis biru kehijauannya juga melambai-lambai. 　　"Tidak tahu kabar gembira apa yang didapat Leluhur, sampai begitu gembira?" Seorang pria tampan berbaju putih masuk sambil berkata dengan penuh hormat. 　　Leluhur Qingxuan tidak menjawab. Ekspresi wajahnya terus berubah, terkadang mengerikan seperti monster, terkadang bersemangat hendak membunuh: "Haha, Bai Yan, kau tahu Kuil Sembilan Bencana?" 　　"Tentu tahu. Kuil Sembilan Bencana adalah penguasa sejati wilayah 90 juta li, salah satu dari tiga kekuatan besar di dunia cultivator monster bawah laut. Bagaimana mungkin aku tidak tahu? Tapi mengapa Leluhur menyinggung ini?" Pria berbaju putih itu bertanya dengan curiga. 　　Qingxuan Laozu menjepit alis panjangnya dengan jari telunjuk dan jari tengah, merapikannya perlahan: "Kau tahu tidak, Kuil Sembilan Bencana telah memerintahkan Penguasa Gua Raksasa Berbaju Besi untuk menyampaikan titah padaku. Zha Hong sudah mati, sekarang aku diangkat menjadi Penguasa Gua yang baru. Haha! Langit berpihak padaku! Pelindung Meteor itu, si kecil yang kabur dari pegunungan sana, berani-beraninya mengincar jabatan Penguasa Gua. Tak sadar diri memenuhi syarat atau tidak." 　　"Sekarang aku punya penunjukan resmi dari Kuil Sembilan Bencana, semuanya sesuai aturan!" Qingxuan Laozu bangkit berdiri dengan gerakan keras. 　　Pria berbaju putih itu membungkuk menunggu perintah. 　　“Bai Yan, sampaikan perintahku. Sebarkan kabar bahwa Tuan adalah Penguasa Gua baru yang ditunjuk langsung oleh Kuil Sembilan Bencana. Sedangkan si Meteor itu tidak mendapat legitimasi resmi.” Mata hijau Bengapak Tua Qing Xuan memancarkan kilatan racun, “Biarkan mereka yang tidak mau tunduk memberontak! Aku ingin wilayah Darah Merah benar-benar kacau-balau, genangan darah memenuhi udara. Barulah nanti Tuan turun tangan untuk meredakan kekacauan ini dalam satu gerakan.” 　　Bai Yan segera membungkuk: “Tepat! Tuan Sungguh Bijaksana.” 　　Istana Darah Merah. 　　“Haha, Xiao Hei, kau datang dari Lembah Dalam tanpa memberitahuku terlebih dahulu. Memberi kejutan seperti ini...” Qin Yu tertawa terbahak. Saat ini di sebuah istana wilayah utara, tiga saudara Qin Yu, Hou Fei dan Hei Yu sedang minum bersama. 　　Sayap Hei Yu meregang, aliran energi Qi-nya menggulung gelas anggur lalu meneguknya habis. 　　“Hehe, Fei Fei, katanya kau Wakil Penguasa Gua, apa artinya ini? Dulu di Lembah Dalam, kita tidak pernah menentukan siapa yang lebih tinggi. Bagaimana kalau aku jadi Wakil Penguasa Gua, kau jadi Penguasa Gua ketiga?” Hei Yu mengirim suara telepati ke Hou Fei. 　　Hou Fei yang sedang asyik menyeruput arak langsung membelalak: “Bajingan, kau ngomong apa? Perintah Guru selalu kudengar! Dulu Guru menyuruhku mengakui Qin Yu sebagai kakak, aku nurut. Kau burung berbulu ini mau menginjak-injak kepalaku? Mimpi kali!” 　　Perkataan Paman Lan tak pernah berani dilanggar oleh Hou Fei. 　　“Kau burung berbulu ini, Guru tak pernah menyuruhku mengakui kau sebagai kakak kedua!” Hou Fei berkata dengan angkuh. 　　Hei Yu meledak marah: “Minggir sana kera! Arogan sekali kau. Memang Paman Lan tak bilang siapa kakak kedua atau ketiga, tapi juga tak bilang kau boleh menginjakku!” Hei Yu sangat tinggi hati, tak mau mengalah sedikitpun. 　　Qin Yu langsung merasa pusing tujuh keliling. 　　Hei Yu dan Hou Fei sejak di Lembah Dalam sudah sering bertarung, masing-masing ingin mengungguli yang lain. 　　Tapi Hou Fei yang sombong dan Hei Yu yang angkuh, keduanya tak mudah tunduk. Hei Yu yang tumbuh besar mengikuti Qin Yu, secara alami patuh padanya. Sedangkan Hou Fei hanya mematuhi Qin Yu karena perintah Paman Lan ditambah kecepatan peningkatan kekuatan Qin Yu yang drastis. 　　Tapi Hou Fei dan Hei Yu saling tidak mengakui keunggulan satu sama lain. 　　"Sudahlah, berhenti bertengkar. Terserah siapa yang lebih tinggi atau lebih rendah, kalian berdua setara saja. Soal gelar pemimpin gua kedua dan ketiga, itu cuma sebutan formal. Xiao Hei, ini karena dulu kau tidak hadir. Lupakan saja, jangan dipermasalahkan lagi." 　　Qin Yu pasrah berbicara. 　　"Hmph." Hei Yu mendengus dingin. 　　Hou Fei juga menatap tajam ke arah Hei Yu. 　　Meskipun Hei Yu dan Hou Fei bersaing dalam hal status, mereka tidak mempermasalahkan hal lain. Bertiga mereka minum dan mengobrol dengan riuh, mulai dari pengalaman pribadi hingga keunikan warisan ilmu masing-masing. Tiga saudara ini terus berbincang selama tiga hari tiga malam penuh, sangat memuaskan. 　　Waktu bagi kultivator tak terbatas, minum selama tiga hari bukanlah hal yang berarti. 　　Qin Yu melirik sekeliling. Enam pelayan cantik sedang menunggu di belakang. Ia melambaikan tangan: "Semua mundur. Jangan biarkan siapa pun masuk." 　　"Baik, Penguasa Gua." Enam pelayan itu membungkuk dan menjawab, lalu mundur dengan hormat. 　　Melihat para pelayan pergi, Qin Yu menggerakkan tangan untuk memasang segel larangan di sekitarnya. Kemudian ia berbisik misterius pada Xiao Hei: "Xiao Hei, Zha Hong itu telah mencapai Tahap awal Dongxu puncak. Sebagai ular air darah merah, energi Nascent Soul-nya sangat melimpah, cukup untukmu mencapai akhir tahap Yuanying. Saat ini karena alasan jiwa, kamu hanya bisa sampai periode tengah Nascent Soul. Nanti ketika jiwamu mengalami terobosan baru, kita bicarakan lagi." 　　Qin Yu melambaikan tangan, sebuah bayangan spiritual ungu muncul melayang. Ini adalah yuan infant milik Zha Hong. 　　Hei Yu tidak menolak, langsung menerimanya. 　　Sejak masih burung elang muda, Hei Yu sudah membuntuti Qin Yu. Hubungan mereka hampir tak terpisahkan - hartamu adalah hartaku, milikku adalah milikmu. Hei Yu juga tahu saat ini Qin Yu telah mencapai Tahap Meteor Akhir. 　　Tepat di saat itu—— 　　"Tiga Penguasa Gua, ada masalah besar!" Suara Zhuang Zhong terdengar dari luar. 　　Qin Yu yang mengenal karakter Zhuang Zhong ini tahu pasti ada masalah genting. Segera ia mencabut segel larangan. Zhuang Zhong bergegas masuk sambil membungkuk hormat: 　　"Yang Mulia, rumor mulai beredar di wilayah Darah Merah. Mereka bilang suksesi jabatan Penguasa Gua tidak sah, dan Kuil Sembilan Bencana telah mengangkat kura-kura tua Qing Xuan sebagai penguasa baru. Rumor ini memicu kepanikan massal. Wibawa Istana Darah Merah runtuh! Banyak cultivator monster level tinggi menolak perintah kami." 　　Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu - tiga saudara itu - wajah mereka langsung berubah pucat. 　　Namun Qin Yu tidak tahu bahwa ini adalah ujian dari ketiga orang bernama Di Jian untuknya. Buku 6: Kuil Sembilan Bencana | Bab 4: Leluhur Qing Xuan 　　"Qing Xuan si kura-kura tua? Zhuang Zhong, jelaskan asal-usul bajingan itu! Menurutku, rumor ini pasti ada hubungannya dengan si Qing Xuan brengsek itu!" teriak Hou Fei siap menghancurkan cangkirnya, mata berkilau seperti emas diliputi amarah. 　　Hou Fei tidak tahan dipermalukan. Dia tetap adalah Wakil Penguasa Istana Darah Merah, mungkinkah membiarkan orang lain merebut posisinya? 　　Qin Yu dan Hei Yu juga menatap Zhuang Zhong, menanti penjelasannya. Tentang Qing Xuan si kura-kura tua ini, Qin Yu benar-benar tidak tahu apa-apa. 　　Zhuang Zhong dengan hormat berkata: "Tiga Penguasa Gua, Qing Xuan Lao Gui ini sebenarnya juga seorang ahli yang luar biasa. Dulu tentang siapa yang akan menguasai wilayah perairan delapan juta li ini, Zha Hong dan Qing Xuan Lao Gui pernah bertempur habis-habisan. Akhirnya Zha Hong menang tipis, tapi karena wujud asli Qing Xuan Lao Gui adalah kura-kura tua dengan pertahanan sangat tinggi, Zha Hong tidak bisa membunuhnya. Sekarang Zha Hong sudah mati, Qing Xuan Lao Gui pasti akan kembali setelah kalah." 　　Qin Yu mengangguk halus. 　　Hou Fei mengedipkan mata dengan ekspresi aneh sambil tertawa sinis: "Krek, seekor kura-kura tua yang bahkan tidak bisa mengalahkan Zha Hong, masih ingin jadi penguasa gua? Gurauan! Aku langsung menghantam tempurungnya dengan tongkatku, hmm!" 　　Mata Qin Yu juga memancarkan hawa dingin: "Zhuang Zhong, sepengetahuanku, sejak aku menguasai posisi penguasa gua ini, banyak cultivator monster di wilayah Istana Darah Merah yang meremehkanku." Memang nama Qin Yu tidak terlalu terkenal di perairan delapan juta li ini, orang biasa tentu tidak akan terlalu menghormatinya. 　　Zhuang Zhong berkata dengan suara penuh hormat: "Orang-orang itu tidak tahu kehebatan Penguasa Gua. Jika mereka tahu, pasti tidak berani bersikap seperti itu." 　　"Tidak tahu?" Qin Yu tersenyum, "Qing Xuan si Kura-Kura Tua tidak bisa hidup tenang, malah ingin merebut posisi. Tidakkah dia tahu di dunia kultivasi, mereka yang lemah akan mati? Baiklah, ini kesempatanku untuk menunjukkan wibawa." 　　Qin Yu melambaikan tangan: "Cukup. Jangan laporkan keributan orang-orang picik itu padaku. Beri tahu aku saat Qing Xuan si Kura-Kura Tua muncul. Anda boleh Mundur." 　　"Baik, Penguasa Gua." 　　Zhuang Zhong segera membungkuk hormat lalu pergi. 　　Hei Yu tidak berbicara sepatah kata pun sejak awal karena setelah mendengar Qing Xuan si Kura-Kura Tua setara dengan Zha Hong, dia sudah tidak peduli. 　　Pada saat ini, dalam hati tiga saudara Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu, ancaman biasa sudah tidak berarti. Musuh terbesar mereka kini adalah delapan naga ungu-zirah Jiusha yang tersisa dari Kuil Sembilan Bencana. 　　"Hei Yu, kau pergilah bertapa mulai melebur yuan infant. Kehidupan kita di masa depan akan jauh lebih spektakuler. Dengan kekuatan rendah, tak ada syarat untuk ikut dalam perayaan besar itu." Qin Yu tersenyum tipis di sudut bibir, kilatan tajam melintas di dasar matanya. 　　Tiga bersaudara keluarga Qin - baik Jenderal Qin Feng, Kaisar Qin Zheng saat ini - saat menunjukkan kekejaman, tak akan memiliki secuil belas kasihan pun. 　　Qin Yu telah memperhitungkan skenario terburuk untuk masa depan. Dengan semua kemungkinan terburuk sudah dipertimbangkan, apa lagi yang perlu ditakutkan? Saat ini, dia bersama Hei Yu dan Hou Fei sama-sama bukan pihak lemah yang bisa dianggap remeh. 　　"Bagi yang ingin menguliti kami bertiga, bersiaplah tangan-tangan itu terputus!" Qin Yu menatap ke arah luar rumah. 　　Di sebelah batu karang tiruan zona utara Istana Darah Merah, Qin Yu berdiri melayang di udara. 　　Melihat Qin Yu melambaikan tangan, sebuah paviliun tiba-tiba muncul di udara—tak lain adalah ‘Lei Shan Ju’ yang dulu dibangun oleh Lei Wei. Qin Yu langsung berjalan di angkasa dan memasuki Lei Shan Ju. Begitu masuk, kolam air raksasa langsung terlihat di hadapannya. 　　Mengitari kolam, Qin Yu memasuki ruang tamu lantai satu. 　　"Ruang latihan." Senyum tipis mengembang di sudut bibir Qin Yu saat melihat ruangan itu. Ia teringat masa lalu—saat demi melindungi Ayah Raja, dirinya dan Wu Xing sempat berencana ikut hancur bersama, lalu terteleportasi ke sini dan baru sadar kembali di ruang latihan ini. 　　Tiba-tiba muncul bunga-bunga indah bermekaran di ruang tamu. Di tengah hamparan bunga itu terduduk seekor anak kucing. 　　"Selamat datang, Tuan." Xiao Xing mengibas-ngibaskan ekor kucingnya. 　　Qin Yu tersenyum: "Xiao Xing, apa kau merasa kesepian saat aku tidak ada?" Meskipun dari buku-buku penjelasan peradaban yang ditinggalkan Lei Wei, Qin Yu memahami bahwa Xiao Xing adalah kecerdasan buatan, namun ia tak bisa menahan diri untuk memperlakukan Xiao Xing seperti makhluk hidup. 　　Xiao Xing mengedipkan mata kucingnya dua kali: "Kesepian? Apa itu kesepian?" 　　Qin Yu tertegun sejenak, baru sekarang menyadari bahwa Xiao Xing bukan makhluk hidup dan tidak bisa merasakan emosi manusia. Ia tersenyum kecut, matanya menjelajahi ruangan dan tiba-tiba melihat pintu ruang penyimpanan. Pandangannya langsung berubah pasrah. 　　Luas ruang penyimpanan itu nyaris menyamai ruang latihan. Yang membuat Qin Yu frustasi, lebih dari separuh ruangan ini dipenuhi kristal kelas tertinggi. 　　Saat mendekati pintu ruang penyimpanan, Qin Yu menggerakkan hati. Pintu itu langsung terbuka. Sekilas terlihat tumpukan bijih mineral berwarna-warni memenuhi sebagian besar ruangan. Jumlahnya mencapai puluhan ribu unit, dan setiap potong adalah kristal kelas tertinggi. 　　Biru, merah darah, hijau, emas, perak, hitam... 　　Potongan-potongan kristal melayang dengan cahaya yang memikat, aura bergeloranya bahkan bisa dirasakan Qin Yu. Harta karun sebanyak ini adalah hasil pengumpulan Lei Wei selama menjelajahi berbagai tempat. 　　Kristal kelas tertinggi sebanyak ini, bahkan kekuatan super seperti Istana Biru Air dan Istana Qinglong pun tidak memilikinya. Bagaimanapun ini kristal kelas tertinggi, yang bisa ditempa menjadi artefak spiritual kelas atas. Namun Qin Yu tak bisa mengambilnya. 　　"Guru memaksakan segel larangan, mengatakan baru bisa dibuka setelah mencapai tahap Inti Bintang. Sekarang aku di tahap akhir meteor, harus melewati Bencana Langit Enam Sembilan dulu untuk mencapai tahap Inti Bintang." Senyum pasrah tak sengaja menguar di sudut bibir Qin Yu. 　　Keluar dari ruang penyimpanan, Qin Yu berjalan menuju area belakang. 　　Ruang Eliksir dan Ruang Merakit Senjata Spiritual muncul di hadapan. Dulu di Hutan Belantara Tak Bertepi, Qin Yu pernah menempa artefak spiritualnya sendiri di ruang merakit senjata ini. Namun saat membunuh Di Tong, Pedang Yan Chi-nya hancur dan satu Sarung Tinju Yan Chi juga ikut musnah. 　　"Kali ini aku akan menempa artefak spiritual kelas atas." 　　Qin Yu menggerakkan tangannya, muncul lima kristal kelas tertinggi. Dari mana kristal berharga ini berasal? Ternyata berasal dari cincin ruang milik Di Tong yang sudah mati. Biasanya harta benda para saudara Kuil Sembilan Bencana disimpan di 'Istana Harta Karun', tapi untuk kristal kelas tertinggi yang sangat langka ini, kesembilan bersaudara selalu menyimpannya di dekat mereka sendiri. 　　“Sarung Tinju Yan Chi hanya membutuhkan sedikit kristal kelas tertinggi, dua buah sudah cukup. Sedangkan untuk Pedang Yan Chi... cukup melebur kembali tombak panjang itu.” Qin Yu takkan menyia-nyiakan apa pun. Tombak panjang Di Tong juga merupakan artefak spiritual kelas atas, namun Qin Yu belum bisa menggunakannya secara terbuka agar tak mencurigakan orang bahwa dialah pembunuh Di Tong. 　　Dengan satu langkah, Qin Yu memasuki ruang merakit senjata spiritual. Pintu logam ruang perakit otomatis tertutup. 　　Duduk bersila di atas bantal meditasi, Qin Yu mengarahkan jarinya. Semburan api biru tua melesat menuju tungku bagua di tengah ruangan, membuat nyala api dalam tungku langsung berkobar dahsyat. Secara bersamaan, sebilah tombak panjang telah melayang di atas tungku bagua - tombak panjang artefak spiritual kelas atas itu. 　　“Pintu Langit, bagua, normal!” 　　Qin Yu mengeluarkan seruan pendek, jarinya memancarkan beberapa sinar emas yang menembus lubang-lkubang di tepi tungku bagua. Simbol-simbol fu zhuan yang terkait segera berpendar terang, bahkan cahaya di dalam tungku pun semakin menyilaukan. 　　**Api Bintang Sejati - Api Sejati Matahari!** 　　Pedang panjang mulai meleleh perlahan. Di bawah sengatan api sejati matahari, kotoran-kotoran pun turut terlebur, volumenya terus menyusut. 　　…… 　　Tujuh hari kemudian, Qin Yu akhirnya berhasil menyelesaikan proses penempaan artefak spiritualnya. Sebilah pedang panjang kelas artefak spiritual tertinggi berubah menjadi belati pendek yang tetap dinamai 'Pedang Yan Chi'. Metode penempaannya jelas jauh lebih bijaksana dibanding teknik Kuil Sembilan Bencana. 　　Volume senjata itu menyusut lebih dari separuh, semua kotoran telah terbasmi tuntas. Kini Pedang Yan Chi meski masih setingkat artefak spiritual tertinggi, namun menjadi lebih tajam. Pada permukaannya mengalir cairan emas ungu yang membentuk segel larangan fu zhuan menyatu dengan bilahnya. 　　Seluruh belati pendek berwarna hijau gelap, di permukaan bilah terdapat guratan emas ungu. Cairan emas ungu memang bahan terbaik untuk membagikan tulisan fu zhuan, kekuatan mematikan Pedang Yan Chi bahkan melebihi perkiraan Qin Yu. 　　Sepasang Sarung Tinju Yan Chi, bahannya berasal dari dua kristal kelas tertinggi. Sarung tinju ini sangat tipis seperti lapisan kulit yang menempel di sendi jari, namun kekuatan mematikannya jauh lebih besar dibanding sarung tinju kelas menengah sebelumnya. 　　Setelah berhasil menempa artefak spiritual, Qin Yu duduk tenang membaca di balkon perpustakaan sambil terus melatih ilmu bela diri di dalam tubuhnya. 　　…… 　　Di lantai dua Lei Shan Ju, di balkon perpustakaan, Qin Yu bersandar di kursi malas sambil mempelajari buku rahasia tentang rahasia dunia Xiu Zhen yang ditinggalkan Lei Wei. 　　Dari balkon ini, Qin Yu dapat menyaksikan Pasukan Pengawal sedang berpatroli di kejauhan. 　　“Beri laporan pada Penguasa Gua, di wilayah Darah Merah kini ada yang diam-diam menghasut. Banyak cultivator monster mulai membicarakan Penguasa Gua secara sembarangan. Jelas-jelas meremehkan Penguasa Gua, banyak yang mengira seharusnya Kura-kura Tua Qing Xuan yang menjadi penguasa.” Zhuang Zhong berdiri di luar Lei Shan Ju berkomunikasi melalui telepati. 　　Qin Yu menatap kitab kuno di tangannya, sama sekali tidak memandang Zhuang Zhong. Dengan tenang berkata: “Tak perlu ikut campur. Tunggu sampai Kura-kura Tua Qing Xuan turun tangan, baru kau beri tahu aku.” 　　Para penjaga besar kebingungan, tapi Qin Yu tetap teguh seperti Gunung Tai, tenang membaca kitab kuno di balkon. 　　Zhuang Zhong memandang 'Lei Shan Ju' di hadapannya, dalam hati takjub: “Dari mana Penguasa Gua mendapatkan paviliun ini? Tiba-tiba muncul. Meski pintu Lei Shan Ju terbuka, selain Penguasa Gua kedua dan ketiga, orang luar sama sekali tak bisa masuk. Sungguh sesuatu yang misterius.” 　　Lei Shan Ju secara alami bisa mengenali tamu yang datang. Selain tiga orang yaitu Qin Yu, orang luar takkan bisa memasuki pondasi dasarnya. 　　…… 　　Hari-hari berlalu, puluhan ribu cultivator monster di wilayah Darah Merah diam-diam membicarakan Penguasa Gua yang baru. Ditambah rumor yang sengaja disebarkan oleh Qing Xuan, membuat mayoritas cultivator monster memandang rendah Penguasa Gua baru ini. 　　Di depan pintu masuk Istana Darah Merah saat ini, seorang pria berbaju putih mendekat. 　　"Untuk Penguasa Gua kalian." Pria berbaju putih melemparkan jade slip ke penjaga pintu, lalu berkata dengan angkuh: "Leluhur kami berpesan, Kuil Sembilan Bencana telah memerintahkan bahwa Penguasa Gua seharusnya adalah Leluhur kami. Si 'Liu Xing' itu, jika punya akal, sebaiknya turun tahta sendiri. Jika tidak, akan terjadi pertumpahan darah dan nyawanya bisa melayang." 　　Setelah mengucapkan itu, pria berbaju putih langsung berputar haluan dan menghilang seperti kilatan cahaya. 　　Penjaga yang memegang jade slip masih termangu beberapa saat sebelum akhirnya tersadar. 　　Dalam hati penjaga itu bergolak: "Ini bahaya besar! Qing Xuan datang menyerang. Seperti kata saudaraku, Qing Xuan pasti ingin merebut posisi Penguasa Gua. Sekarang dia mulai bertindak. Entah apakah Penguasa kita bisa mengalahkannya." 　　Pengawal meskipun mendengar Qin Yu bisa mengalahkan Penjaga Teng Bi, tapi dia tidak melihat langsung. Apalagi Leluhur Qing Xuan lebih kuat dari Penjaga Teng Bi. 　　…… 　　Hanya sekejap, jade slip ini sampai di tangan Qin Yu. 　　Berbaring di kursi malas, Qin Yu memegang buku kuno di satu tangan dan jade slip di tangan lainnya. Begitu kesadarannya menyapu, Qin Yu langsung tersenyum tipis. 　　Surat tantangan! 　　Ini adalah surat tantangan dari Leluhur Qing Xuan. Leluhur itu menganggap dirinya seangkatan dengan Zha Hong. Dia yakin Qin Yu yang dulunya hanya penjaga bawahannya Zha Hong, pasti kekuatannya jauh di bawah Zha Hong. Dengan keyakinan itu, dia yakin bisa membunuh Qin Yu. 　　"Bocah Meteor. 　　Aku Leluhur Qing Xuan, dulu punya urusan dengan Penguasa Gua sebelumnya Zha Hong. Kau pasti sudah dengar. Waktu itu karena kecerobohan, aku sedikit kalah. Setelah berlatih keras ratusan tahun, awalnya bersiap untuk menantang Zha Hong lagi. Tapi ternyata dia sudah mati, bisa dibilang dia beruntung. 　　"Baiklah, langsung saja kau serahkan posisi Penguasa Gua padaku. Aku malas berurusan dengan anak kecil sepertimu. Jika menolak, kau akan kubakar dengan api sejati sampai jiwa-mu tercerai-berai!" 　　Silakan kau renungkan perlahan-lahan. 　　Jujur saja, Kuil Sembilan Bencana telah menunjukku sebagai Penguasa Gua. Aku tidak berbohong, lagipula malas mengada-ada pada anak kecil sepertimu. Tiga hari lagi, aku akan datang ke Istana Darah Merah. Hidupmu atau kematianmu tergantung pilihanmu nanti! 　　Pesan Leluhur Qingxuan." 　　Melihat jade slip ini, Qin Yu tak bisa menahan tawa. Sekumpulan api biru tua menyembur dari tangannya, langsung membakar jade slip itu menjadi abu. 　　"Tak tahu diri!" 　　Dengan santai memberikan penilaian, Qin Yu tidak marah. Ia terus membaca buku kuno di tangannya. 　　Tiga hari kemudian. 　　Dengan megah, ribuan cultivator monster berjalan dalam iring-iringan besar. Di bagian paling atas, empat orang mengusung tandu tempat tertidur seorang lelaki tua. Rambut panjangnya yang seperti api biru berkibar-kibar, sementara jari telunjuk dan jari tengah Leluhur Qing Xuan sesekali menjepit alis panjangnya untuk merapikannya. 　　Mata yang setengah tertutup itu sesekali memancarkan kilau dingin. 　　Cultivator monster di Wilayah Chi Xue menyaksikan dari kejauhan. Cultivator senior yang sudah berpengalaman tentu mengenal nama besar Leluhur Qing Xuan. Mereka semua tahu betapa berbahayanya leluhur ini. Dulu saat Qin Yu masih menjadi Penjaga Hufa di bawah komando Zha Hong, mungkinkah dia bisa menjadi rival setara bagi Leluhur Qing Xuan yang selevel dengan Zha Hong? 　　Sekelompok besar cultivator monster berdiri mengambang di depan Gua Chi Xue. Serentak mereka berbalik menghadap ke arah pasukan besar Leluhur Qing Xuan. Di barisan terdepan kelompok ini berdiri pria berjubah putih bernama Bai Yan. 　　"Hormat kepada Leluhur!" seru Bai Yan sambil berlutut satu kaki dengan penuh khidmat. 　　“Hormat pada Laozu!” Rombongan hampir seribu cultivator monster di belakang Bai Yan serentak berlutut satu kaki. Banyak dari mereka sebelumnya mengikuti Bai Yan ke wilayah Darah Merah untuk membujuk cultivator monster lain, sehingga kini banyak penghuni Chi Xue yang berpihak pada Qing Xuan Laozu. 　　Qing Xuan Laozu yang berbaring di kursi malas membuka matanya, menyapu seluruh Istana Darah Merah dengan pandangannya. 　　“Bocah meteor! Cepat sambut kedatangan Laozu-mu!” 　　Suara bergema Qing Xuan Laozu langsung menggema di seluruh Istana Darah Merah. Kekuatan dahsyat yang terkandung dalam suaranya membuat wajah para penjaga istana berubah pucat, sementara cultivator monster di bawah komandonya semakin menjadi-jadi kesombongannya. 　　Qin Yu yang sedang membaca buku dengan tenang di Lei Shan Ju tak bisa menahan senyum mendengar teriakan itu. 　　“Oh? Si kura-kura tua itu datang juga. Aku akan temani dia main-main.” Qin Yu meletakkan bukunya, postur tubuhnya bergetar lalu menghilang dari Lei Shan Ju. Jilid 6 Kuil Sembilan Bencana Bab 5 Satu Tusukan Menembus Tenggorokan 　　Dikelilingi pengawal di depan dan belakang, Qingxuan Laozu benar-benar menunjukkan kemegahannya. Bahkan ketika para penjaga hukum Istana Darah Merah keluar satu per satu, sesosok tua ini tetap berbaring di kursi malasnya tanpa memandang langsung para penjaga hukum tersebut, berlagak seolah berada di posisi superior. 　　"Qingxuan, kau berani berlaku arogan di Istana Darah Merahku. Ini sudah keterlaluan!" Teng Bi berkata dengan suara dingin menusuk. 　　Qingxuan Laozu melirik Teng Bi, tertawa jahat seperti burung hantu malam: "Kekekeke, ternyata si naga berkulit sisik ini. Teng Bi, jika kau mau bergabung dengan Laozu, nanti kuangkat kau sebagai Wakil Penguasa Gua istanaku. Bagaimana?" Qingxuan Laozu paham betul kekuatan Teng Bi, tentu harus merangkul sekutu sekuat ini. 　　"Waduh, Kura-kura Tua Qingxuan, baru sampai di gerbang Istana Darah Merah sudah mulai merayu Bos Teng. Apa kau tidak menganggap Penguasa Gua kami ada sama sekali? Ini benar-benar..." Yan Qing menyeringai, berakting seolah sangat meremehkan. 　　Leluhur Qingxuan wajah muram, sinar dingin berdenyut di matanya. 　　Yan Qing buru-buru memeluk lengan Teng Bi: "Bos Teng, kura-kura tua itu menakutiku, aku sangat ketakutan, kau harus melindungiku." Yan Qing berpura-pura panik dan muntah-muntah ketakutan, namun sebenarnya sorot matanya menyimpan cemooh. 　　Teng Bi melihat akting Yan Qing, tidak bisa menahan senyuman tipis. 　　"Pelacur! Aku akan mengurung Yuan infantmu, menguliti kulit ularmu, membuatmu menderita sampai mati!" Leluhur Qingxuan mengaum dengan kemarahan membara. 　　Leluhur Qingxuan paling benci dipanggil 'kura-kura tua Qingxuan' atau 'kura-kura tua'. Kesukaannya adalah gelar 'Leluhur'. Yan Qing yang berulang kali menghinanya ini membuat amarahnya meledak. 　　"Aduh, aku benar-benar takut~" Yan Qing kembali merayu dengan suara menggoda. 　　Leluhur Qingxuan gemetar hebat hingga alisnya bergetar liar. 　　＂Kura-kura tua, jangan buang waktu di sini. Dengan kemampuan cuma segitu berani merebut posisi Penguasa Gua? Jangan omong kosong dan ngukur kemampuan sendiri!＂ Wu Feng dan Wu Tong, dua bersaudara, menatap Qing Xuan Lao Zu dengan senyum sinis tanpa sedikit pun rasa takut. 　　Tiga bersaudara kura-kura Xuan tetap diam. 　　Secara wujud asli, trio kura-kura Xuan termasuk spesies langka dalam keluarga kura-kura. Sedangkan Qing Xuan Lao Zu cuma kura-kura biasa yang mencapai tingkat sekarang dengan latihan bertahun-tahun. Sebenarnya, trio kura-kura Xuan juga meremehkan Qing Xuan Lao Zu. 　　＂Kalian semua akan kubakar dengan api sejati sampai jiwa tercerai-berai!＂ 　　Qing Xuan Lao Zu menunjuk sembilan Penjaga Hukum sambil membentak. Saat ini amarahnya benar-benar memuncak. Awalnya ia membayangkan para Penjaga Hukum Istana Darah Merah akan gemetar ketakutan melihat kedatangannya yang megah. 　　Tapi dugaannya meleset. Para Penjaga Hukum itu sama sekali tidak menghormatinya. 　　Teng Bi, Yan Qing, Xi Yan, Tiga Saudara Ba Ming, Dua Saudara Wu Feng, dan Sembilan Penjaga Hukum Zhuang Zhong sama sekali tidak gentar melihat Qing Xuan Laozu. Orang lain tak tahu kekuatan sejati Qin Yu, tapi para penjaga hukum ini mengetahuinya. 　　Belum lagi Qin Yu, kekuatan Pemimpin Gua Kedua Hou Fei dan Pemimpin Gua Ketiga Hei Yu saja sudah sangat mengerikan. 　　"Oh, berani membakar mati penjaga hukumku dengan api sejati tanpa bertanya pada Penguasa Gua ini? Qing Xuan Laozu terlalu ikut campur." Suara Qin Yu menggema ratusan li, 50-60.000 cultivator monster di wilayah Darah Merah berkumpul di sini untuk mengawasi. 　　Rapat dan padat, cultivator monster yang tak terhitung jumlahnya mendongakkan kepala ke arah Istana Darah Merah. 　　Qin Yu yang mengenakan jubah hitam melangkah dua kali hingga berada di depan Sembilan Penjaga Hukum, berhadapan langsung dengan Qing Xuan Laozu. Berbeda saat masih menjabat penjaga hukum dulu, kini senyum tipis selalu terpancar di wajahnya, menunjukkan ketenangan yang luar biasa. 　　Qin Yu berdiri tegak bagai tombak, jubah hitamnya berkibar tanpa angin, melambai-lambai dengan anggun. 　　Begitu melihat Qin Yu, alis Patriark Qing Xuan berkerut sedikit: "Anak muda ini sepertinya bukan lawan sembarangan. Mengalahkannya mungkin tidak mudah." Melihat Qin Yu, keyakinan Patriark Qing Xuan justru goyah. 　　Pikirannya berputar: "Hmph, dulu dia cuma penjaga di bawah komando Zha Hong. Pasti kekuatannya di bawah Zha Hong. Bahkan jika Zha Hong sendiri datang, tidak bisa mengalahkanku, apalagi si anak muda yang lebih lemah ini." 　　Memikirkan hal itu, Patriark Qing Xuan langsung merasa lebih santai. 　　"Anak muda, sudahkah kau terima jade slip yang kukirimkan? Pilihanmu: turun tahta dengan baik-baik dan serahkan Istana Darah Merah padaku, atau melawan sampai akhir hingga aku terpaksa menghukum matimu dan menghancurkan jiwamu." 　　Patriark Qing Xuan menunjukkan sikap sok kuasa. 　　Alis Qin Yu berkerut. 　　"Qing Xuan, kau benar-benar tidak tahu diri." ujar Qin Yu. Saat ini Qin Yu sudah merasakan bahwa Leluhur Qing Xuan di hadapannya terlalu memaksakan diri. 　　"Hmph!" 　　Qing Xuan Laozu tiba-tiba mendengus dingin, postur tubuhnya bergerak. Rambut panjang kehijauannya bagaikan anak panah tajam yang berkibar-kibar bebas. Sang Leluhur sendiri melesat keluar dari kursi malas, melayang di udara sambil memandang dingin ke Qin Yu. Kedua matanya memancarkan kilatan cahaya hijau mengerikan. 　　"Dasar anak muda, sudah berkali-kuli Laozu memberimu muka. Kau masih mengira diri sebagai Penguasa Gua dan berlaku arogan di hadapanku. Baik, jangan salahkan Laozu kalau kali ini tidak berbelas kasihan." Qing Xuan Laozu tertawa sinis, suaranya sarat dengan aura pembunuhan. 　　Qin Yu hanya tersenyum, tatapannya tetap tertuju pada Qing Xuan Laozu. 　　Qingxuan Laozu merasa geram dalam hati dipandangi Qin Yu: "Bocah, mungkinkah kau tidak tahu dunia bawah laut cultivator monster ini mengutamakan kekuatan? Para pengawal yang mengakui kau sebagai Penguasa Gua itu hanya pengakuan semu! Baik, akan kuperlihatkan padamu arti kekuatan sejati!" 　　Qin Yu mengangkat alisnya. 　　"Oh, Qing Xuan, akhirnya kau hendak menyerang?" Qin Yu menyapu penuh kesombongan ke arah cultivator monster yang mengiringi Qingxuan Laozu di bawahnya, lalu memandangi Qingxuan Laozu. 　　"Mungkinkah kau ketakutan?" Qingxuan Laozu merasa kepuasan yang tak terkira dalam hatinya. 　　Ia telah lama menanti-nanti sang Penguasa Gua yang dengan sukarela tunduk padanya. Ini jauh lebih membanggakan daripada merebut posisi Penguasa Gua dengan membunuh Qin Yu. 　　“Tidak, aku sudah lama menunggumu untuk menyerang, hanya saja kau terlalu banyak bicara.” Qin Yu mengepalkan kedua tinjunya, suara berderak-derak tak terduga menggema. Beberapa cultivator monster periode Nascent Soul seketika berubah wajah pucat, termasuk Sang Tuan Qingxuan. 　　Karena hanya para ahli ini yang paham, suara yang dihasilkan Qin Yu sama sekali bukan gemeretak tulang kepalan, melainkan ledakan udara di dalam kepalan akibat genggaman yang terlalu cepat. Betapa dahsyatnya kekuatan dan kecepatan tangan yang dibutuhkan. 　　Perlu diketahui, ketika orang normal mengepalkan tangan, bahkan ahli biasa sekalipun mustahil meledakkan udara dalam kepalan. Sebab aliran udara yang cepat hanya bisa dilampaui jika kecepatan mengepal melebihi aliran udara, barulah fenomena ini terjadi. (Prinsipnya mirip 'ledakan udara' dari pukulan cepat ahli, hanya lebih sulit) 　　"Bagus, kekuatanmu memang luar biasa. Sayangnya di hadapanku kau tetap takkan bertahan!" Leluhur Qingxuan mengibaskan alis panjangnya. Sebuah palu segi delapan muncul di tangannya—sebuah palu raksasa artefak spiritual kelas menengah. Baju zirah kura-kura menyelubungi tubuhnya. 　　Sorak-sorai riuh seketika bergemuruh dari bawah. 　　Para cultivator monster di bawah komando Leluhur Qingxuan seolah telah menyaksikan sang leluhur menghabisi Qin Yu. 　　"Kakak, selesaikan masalah kura-kura tua ini." Suara jahat terdengar dari Istana Darah Merah. Seekor kera menggendong tongkat hitam di bahu sambil menggeleng-gelengkan kepala keluar, memancarkan aura binatang buas zaman purba secara alami. 　　Wajah Leluhur Qing Xuan langsung berubah pucat. 　　"Qing Xuan, bukankah kau ingin membakar aku dengan api sejati?" Qin Yu tiba-tiba tersenyum. 　　Semua yang hadir menyaksikan Qin Yu berubah menjadi sinar emas seketika. Leluhur Qing Xuan membuka matanya lebar-lebar penuh ketakutan, mencoba menghantam dengan palu delapan sisinya secara panik. Namun gerakannya tiba-tiba terhenti. 　　Postur tubuh Qin Yu muncul kembali tepat di depan Leluhur Qing Xuan. Tangan kanannya yang memegang belati pendek hijau tua telah menusuk leher sang leluhur. 　　"Ketua, Ketua!" Bai Yan berteriak histeris. 　　Bai Yan tahu bahwa leluhurnya sudah mencapai tahap awal Dongxu, secara logika jiwa bisa menyatu dengan yuan infant untuk melarikan diri. Namun Bai Yan sama sekali tidak mengetahui, Qin Yu melalui Pedang Yan Chi, menyatukan seberkas Api Bintang Sejati ke dalam tubuh Leluhur Qing Xuan secara instan. 　　Saat yuan infant Leluhur Qing Xuan belum sempat melarikan diri, Api Bintang Sejati langsung menyelubunginya. 　　"Ampuni nyawa, ampuni nyawa!" 　　Yuan infant Leluhur Qing Xuan berteriak ketakutan. 　　"Bukannya kau ingin membakarku dengan api sejati? Aku akan membuatmu coba rasakan sensasinya," kata Qin Yu melalui telepati spiritual. Qin Yu menguasai api sejatinya dengan mahir, meski api itu berada dalam tubuh Leluhur Qing Xuan, tidak melukai tubuh fisiknya. 　　Disusul jerit kematian Leluhur Qing Xuan, jiwa leluhur itu akhirnya menghilang. Qin Yu langsung menarik yuan infant tersebut ke dalam cincin ruangnya. Senyuman tipis mengembang di wajahnya—dengan mudah ia mendapat yuan infant tahap awal Dongxu lagi. 　　“Brak!” 　　Qin Yu mencabik pedang, darah memancur dari leher Qingxuan Laozu. Namun dengan gerakan seperti lompatan ruang, Qin Yu tiba-tiba berada beberapa meter menjauh. 　　“Bang!” 　　Mayat Qingxuan Laozu jatuh lunglai, terbawa arus laut yang terus bergulung. 　　Terkejut dan tercengang! 　　Ribuan cultivator monster di bawah komando Qingxuan Laozu, 5.000 pengawal Istana Darah Merah, sembilan penjaga hukum, serta 50-60 ribu cultivator monster yang memadati wilayah Darah Merah - semua menyaksikan pemandangan ini dengan mulut menganga. 　　“Bagaimana mungkin?” Bai Yan bergumam dengan ekspresi tak percaya. 　　Cultivator monster lainnya hanya bisa terdiam membeku oleh kengerian. 　　Seorang ahli Tahap Awal Dongxu justru tak mampu bertahan satu jurus di tangan Qin Yu. Hanya dengan satu tusukan tepat di leher. Yang paling menggetarkan adalah kecepatan Qin Yu - di antara semua ahli yang hadir, selain Hou Fei, tak seorang pun bisa menangkap gerakannya. 　　“Dulu, para ahli berpikir kekuatan dan energi yang paling penting. Namun sekarang mereka menemukan, kecepatan yang mencapai tingkat mengerikan juga merupakan kekuatan serangan yang sangat menakutkan.” 　　“Semuanya.” 　　Qin Yu bersuara, para cultivator monster itu tak ada yang berani bersuara, semua menyimak dengan seksama apa yang akan dikatakan Qin Yu. Di dunia cultivator monster yang sangat menghormati penguasa kuat ini, siapapun akan menghormatinya setelah melihat kekuatannya yang luar biasa? 　　“Hari ini Qing Xuan ingin merebut posisi penguasa gua-ku, TAPI!” Suara Qin Yu tiba-tiba menjadi dingin, “Untuk merebut posisi penguasa gua, harus memiliki kekuatan yang memadai. Seperti Qing Xuan ini, tanpa kekuatan masih ingin merebut? Itu bunuh diri!” 　　Sorotan mata Qin Yu yang membekukan menyapu setiap orang di bawahnya. 　　“Di wilayah kekuasaan Istana Darah Merah, aku tak ingin melihat wilayah seperti Qing Xuan muncul lagi. Dalam radius 8 juta li, aku ingin semua orang memahami satu hal - di perairan seluas ini hanya ada satu penguasa, yaitu Istana Darah Merah-ku! Siapapun yang menentangku, hanya akan berakhir dengan jiwa tercerai-berai dan lenyap tanpa bekas!” 　　Berdarah dingin! 　　Tak boleh ada perlawanan apapun! 　　“Di wilayah Istana Darah Merah, jumlah ahli periode Nascent Soul hampir mencapai seratus. 40-50 di antaranya meski bukan penjaga resmi tetap bermukim di wilayah Darah Merah. Dalam situasi genting, mereka tetap akan mematuhi perintah Istana Darah Merah. Di wilayah Qingxuan, terdapat sekitar 20-30 ahli periode Nascent Soul.” 　　Qin Yu tiba-tiba menghampiri Bai Yan. 　　“Kutanyakan padamu: Apakah kalian ingin mengikuti jalan Qingxuan? Ketahuilah, akhir dari jalan itu akan sama seperti nasib Leluhur Qingxuan.” Setelah berkata demikian, Qin Yu langsung berbalik dan kembali ke Istana Darah Merah. 　　Bai Yan yang pintar tentu memahami makna ucapan Qin Yu. 　　Awalnya Qin Yu menyatakan tak ingin ada wilayah pembangkang seperti Qingxuan. Jika ada, akan dilenyapkan tanpa bekas. Kini ia secara khusus menyampaikan peringatan kepada pemimpin wilayah Qingxuan ini. Bai Yan tahu Qin Yu memberinya dua pilihan. 　　Yang tunduk, akan sejahtera! 　　Yang melawan, akan binasa! 　　Bai Yan mengatupkan giginya, dalam hati telah mengambil keputusan. 　　…… 　　Memasuki Istana Darah Merah, dalam perjalanan kembali ke Lei Shan Ju, Qin Yu dan Hou Fei berjalan berdampingan. 　　"Haha, Kakak, mantap, benar-benar mantap. Pedang menembus tenggorokan." Hou Fei sangat bersemangat, sifat haus darah dan kejamnya muncul. Melihat orang yang menyebalkan seperti itu, dia langsung ingin menghantam dengan tongkat sampai mati. Jika bukan karena perintah awal Qin Yu, nenek moyang Qing Xuan yang arogan itu pasti sudah dibunuh Hou Fei. 　　Qin Yu mendengar perkataan Hou Fei, hanya bisa menghela napas pasrah. 　　Sikap keras yang ditunjukkan Qin Yu kali ini sebenarnya bukan keinginan hatinya. Pada dasarnya Qin Yu hanya peduli pada sesama anggota, tidak ingin mengurus pengelolaan urusan orang lain. Tapi ini adalah dunia kultivator. Qin Yu memahami: Jika sikapnya lemah dan tidak mengancam, para cultivator monster itu justru akan meremehkan mereka. 　　Ini adalah hukum rimba, yang kuat dihormati. Kita harus menaklukkan segalanya dengan sikap perkasa, membuat mereka semua paham bahwa di perairan seluas 8 juta li ini, akulah penguasa mutlak. Tak ada yang berani memberontak. Para pemberontak akan binasa - jiwa tercerai-berai lenyap tanpa bekas. 　　Hanya dengan cara ini kita bisa sepenuhnya menguasai seluruh wilayah perairan 8 juta li. 　　Seiring berjalannya waktu, hasilnya membuktikan bahwa tindakan Qin Yu memang tepat. 　　Populasi wilayah Darah Merah melonjak drastis. Bukan hanya penduduk wilayah Qingxuan yang bermigrasi ke sini, bahkan beberapa cultivator monster periode Nascent Soul dari daerah lain juga ketakutan dan pindah ke sini. Bahkan ada cultivator Nascent Soul yang memohon menjadi penjaga. 　　Hanya dalam sebulan, seluruh wilayah Darah Merah menjadi sekuat batu keras, sepenuhnya mematuhi perintah Istana Darah Merah. Bisa dikatakan, pengaruh Istana Darah Merah sekarang jauh lebih besar dibanding era Zha Hong. Karena penguasa gua saat ini, Qin Yu, jauh lebih kuat! 　　Namun kabar ini menyebar dengan cepat. Istana Rangka Besar yang bertetangga dengan Istana Darah Merah juga akan segera menerima kabar ini. Jilid VI Kuil Sembilan Bencana Bab VI Ahli Sejati Paman Lan 　　Salah satu dari delapan gua pertapaan di bawah komando Kuil Sembilan Bencana, yaitu Istana Cakar Perak. 　　Saat ini, Istana Cakar Perak sedang bersiap dengan skala besar. Berbagai hidangan lezat, makanan enak, dan anggur berkualitas telah disiapkan. Penari-penari cantik juga sedang tampil di Auditorium Utama. Tiga bersaudara Di Jian, Di Qing, dan Di Luan duduk tegak di atas panggung sambil menikmati pertunjukan ini. 　　Perjalanan dari Kuil Sembilan Bencana ke Istana Darah Merah memang terlalu jauh. Tiga ahli sekalipun tidak mungkin terus-menerus melanjutkan perjalanan. Setelah satu atau dua bulan mencapai sebuah gua pertapaan, mereka harus beristirahat sekali. 　　"Tiga Pangeran, You Qian mengangkat gelas untuk menghormati Yang Mulia!" Ucap seorang wanita berbaju zirah tempur perak sambil mengangkat gelasnya. 　　Penguasa Gua Cakar Perak adalah seorang wanita dengan kekuatan mencapai tahap awal Dongxu. Yan Qian memberikan kesan gagah perkasa, berbeda dengan pesona menggoda Yan Qing dan Xi Yan dari Istana Darah Merah. Yan Qian memancarkan aura mengerikan dengan nuansa kejam yang khas. 　　Mungkin karena kegigihan inilah Yan Qian mampu menjadi penguasa wilayah perairan seluas 9 juta li di sekitar Gua Cakar Perak. 　　"Qian'er, jangan terlalu kaku dengan protokol." Di Qing tersenyum sambil berkata. Di Qing, Di Jian, dan Di Luan tetap mengangkat gelas mereka untuk bersulang dengan Yan Qian. Meski sikap Di Qing terlihat ramah sekarang, jika harus membunuh Yan Qian, tangannya takkan ragu sedikitpun. 　　Daya tarik nafsu seksual tidak terlalu kuat bagi para kultivator. 　　Setelah tiga putaran minuman, suasana hati Di Jian dan kedua saudaranya juga cukup baik. Sambil menyeruput arak, mereka menikmati tarian dan nyanyian. Tiba-tiba alis Di Qing mengerut. Tangan kanannya berputar, muncul sebuah token komando di genggamannya. Begitu kesadaran spiritual Di Qing menyapu token itu, raut wajaknya berubah drastis. 　　Di Jian dan Di Luan segera menatap Di Qing. 　　"Kakak kedua, apa yang terjadi?" Di Luan buru-buru bertanya. Dari perubahan wajah Di Qing, ia langsung tahu ada hal penting yang terjadi. 　　Di bawah, You Qian yang menyaksikan ekspresi tiga pangeran ini segera melambaikan tangan ke arah para penari. Para penari itu langsung berhenti bergerak dan minggir ke sisi Auditorium Utama. You Qian juga diam, tidak ingin mengganggu tiga pangeran. 　　Di Qing pertama-tama membuat gerakan tangan, memasang segel larangan di sekitar mereka bertiga. Ia tidak ingin You Qian dan yang lain mengetahui urusan internal mereka. Di Qing menghela nafas: "Benar dugaanmu, adik ketujuh. Kura-kura tua Qing Xuan itu benar-benar telah mati." 　　Wajah Di Luan dan Di Jian sama-sama berubah pucat. 　　“Kakak kedua, itu... Liu Xing yang disebut-sebut itu sangat mencurigakan. Bisa jadi dialah si pembunuh Adik Kedelapan.” Mata Di Luan memancarkan sinar dingin. Selama ini, mereka terus merenungkan siapa sebenarnya si pembunuh itu. 　　Di Jian dengan gerakan cepat bangkit berdiri: “Ayo, segera berangkat! Tangkap Liu Xing itu sekarang juga. Walaupun belum pasti bersalah, tangkap dulu!” 　　“Tunggu, aku belum selesai bicara.” Di Qing berkata dengan tenang. 　　Di Jian dan Di Luan kembali menatap Di Qing. 　　“Kakak kedua, masih ada hal lain?” Di Luan bertanya dengan raut curiga. 　　Di Qing mengangguk: “Penguasa Gua Raksasa mengirim pesan. Liu Xing itu membunuh Kura-kura Tua Qingxuan hanya dengan SATU JURUS. Membunuh ahli Tahap Awal Dongxu hanya dengan satu serangan – kekuatan seperti itu sungguh membuat bulu kuduk meremang!” 　　“Satu jurus?!” 　　Di Luan terkagum-kagum. 　　Di antara tiga orang yang datang kali ini, Di Jian berada di tahap akhir Dongxu, Di Qing di tahap pertengahan Dongxu, sedangkan Di Luan yang paling lemah hanya mencapai tahap awal Dongxu. Bahkan di antara sembilan pangeran Kuil Sembilan Bencana, kekuatan Di Luan termasuk yang terendah. 　　"Dia bisa membunuh praktisi tahap awal Dongxu dengan satu jurus, berarti kekuatannya..." Alis Di Luan berkerut, "Tampaknya dia cukup kuat untuk membunuh Saudara Kedelapan." 　　Di Jian tetap berwajah datar, namun matanya memancarkan aura yang mengerikan: "Tidak peduli seberapa dalam energinya, selama dia pembunuh Saudara Kedelapan, dia tidak akan luput dari tanganku." Seluruh tubuh Di Jian bagaikan dewa pembinasa. 　　Di Qing menggelengkan kepala perlahan: "Kematian Sesepuh Qingxu oleh 'Meteor' itu bukan karena energi yang kuat, melainkan... kecepatan yang mengejutkan!" 　　"Kecepatan?" Di Jian dan Di Luan sama-sama menunjukkan ekspresi curiga. 　　Di Qing mengangguk: "Benar, kecepatan. Menurut kabar yang beredar, kecepatan 'Meteor' itu sungguh mengerikan. Berdasarkan prediksi Raja Gua Rangka Besar, Meteor seharusnya bergerak seketika dengan kecepatan tinggi, membuat Leluhur Qingxuan tidak bisa menilai pola pergerakan Raja Gua Meteor, hingga akhirnya tenggorokannya tertusuk pedang." 　　"Bahkan ahli tahap awal Dongxu tidak bisa menahan satu jurus. Kecepatannya luar biasa, pantas disebut 'Meteor'," puji Di Jian. 　　Di Qing mengangguk: "Berdasarkan penilaian saat ini, Raja Gua Meteor itu sangat mungkin menjadi si pembunuh, yang paling mencurigakan." 　　Di Luan menggelengkan kepala pelan: "Kakak kedua, jangan terburu-buru menilai. Jika kau si pembunuh yang membunuh Adik Kedelapan dan Zha Hong, merampas salah satu Sembilan Pedang, apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan terang-terangan menjadi raja gua sambil memamerkan kekuatanmu?" 　　Di Qing tertegun. 　　Beberapa saat kemudian mengejek diri sendiri: "Lao Qi, otak Kakak kedua memang tidak sebaikmu. Kau benar, jika aku mendapatkan salah satu dari Sembilan Pedang yang begitu berharga, pasti akan kusembunyikan di tempat yang tidak diketahui orang lain untuk berlatih keras. Setelah kekuatanku setara dengan ahli-ahli dari Istana Qinglong, baru akan kukeluarkan pedang giok itu untuk bersama-sama membuka Vila Sembilan Pedang Dewa." 　　"Benar, dibandingkan dengan Vila Sembilan Pedang Dewa, apa artinya sebuah Istana Darah Merah?" Di Luan tertawa. 　　Di Qing mengangguk: "Aku memahami maksudmu. Si 'Meteor' itu justru sekarang malah menjadi Penguasa Istana Darah Merah. Bersikap begitu terbuka dan normal justru membuatnya kecil kemungkinan sebagai si pembunuh, Benar?" 　　"Tidak." Di Luan menggelengkan kepala. 　　Di Qing dan Di Jian sama-sama menatap Di Luan. 　　Di Luan berkata: "Aku tidak tahu karakter si 'Meteor' ini. Bagaimana jika dia sengaja membaca pikiran kita, lalu bukannya bersembunyi malah bertindak normal sambil menunjukkan dirinya? Jadi si 'Meteor' masih tetap punya kecurigaan." Perkataan Di Luan ini membuat Di Qing dan Di Jian tampak bingung. 　　“Kakak ketujuh, tadi kau membantu Meteor membersihkan tuduhan, sekarang malah bilang dia masih punya kecurigaan. Sebenarnya apa maksudmu?” Di Qing bertanya lebih lanjut. 　　Di Luan tertawa: “Kakak kedua, Kakak enam, maksud ucapanku adalah agar kalian paham. Meteor memang punya kecurigaan, tapi hanya sebatas kecurigaan. Jangan kalian anggap dia sepenuhnya sebagai si pembunuh, karena begitu kalian menganggapnya sebagai pelaku sejati, sangat mungkin kita akan melewatkan pembunuh yang sesungguhnya.” 　　“Haha, Kakak tujuh, aku mengerti. Meteor punya kecurigaan, kita tidak boleh hanya fokus padanya. Orang lain juga harus diselidiki, benar?” Di Qing langsung menangkap maksudnya. 　　Di Luan mengangguk: “Benar. Semua yang punya kecurigaan harus kita perhatikan. Jangan memusatkan perhatian pada satu orang saja. Mereka yang dicurigai mungkin saja yang membunuh Adik kedelapan. Jika kita tidak bisa menentukan siapa sebenarnya pembunuhnya, maka... semua yang dicurigai harus dibunuh!” 　　Sorot mata Di Luan menjadi dingin mengerikan. 　　Lebih baik membunuh seribu orang tak bersalah daripada melewatkan satu pelaku! 　　"Baik, kalau begitu kami segera berangkat. Kami harus melakukan penyelidikan secepat mungkin. Semakin lama waktu tertunda, investigasi akan semakin sulit." Di Luan segera berdiri dan berkata. 　　Di Jian dan Di Qing juga mengangguk, lalu mencabut segel larangan di sekeliling. 　　"Tiga Pangeran, ruangan sudah disiapkan. Apakah Yang Mulia ingin beristirahat?" You Qian tersenyum ramah. 　　Di Qing menggelengkan kepala: "Qian'er, kami harus melanjutkan perjalanan." Bersamaan dengan itu, Di Qing, Di Jian, dan Di Luan langsung melesat keluar dari Auditorium Utama menuju ke luar istana dengan kecepatan ekstrim, tak lama kemudian menghilang dari pandangan You Qian. 　　Baru sekarang You Qian menghela napas lega. 　　Kedatangan pangeran-pangeran dari Kuil Sembilan Bencana membuatnya harus sangat berhati-hati, benar-benar menegangkan. 　　"Qiao'er, Lan'er, kemarilah." 　　You Qian memanggil dua penari di kejauhan, kilatan cahaya menyala-nyala terpancar dari matanya... 　　Istana Darah Merah. 　　Saat ini jumlah penjaga Istana Darah Merah mencapai enam belas orang. Awalnya lebih banyak ahli periode Nascent Soul yang ingin menjadi penjaga, namun pertama karena terbatasnya jumlah halaman di zona timur, kedua karena pasukan pengawal yang tersedia tidak banyak. Jika terlalu banyak penjaga, jatah pengawal per orang akan berkurang. 　　Apalagi para ahli periode Nascent Soul yang tinggal di wilayah Darah Merah, meskipun tidak menjabat sebagai penjaga, tetap harus mematuhi perintah Istana Darah Merah pada momen-momen penting. 　　Di balkon luas lantai dua Lei Shan Ju yang memiliki panjang 6-7 meter dan lebar 3-4 meter, area yang cukup luas ini... 　　"Kakak, kau masih baca buku? Sungguh membosankan. Hari ini aku sudah memarahi semua penjaga itu di Auditorium Utama. Krek, rasanya benar-benar mantap! Tapi mereka memang pantas dimarahi, hanya tahu menikmati hidup tanpa mau berlatih!" 　　Hou Fei pun duduk di samping Qin Yu. 　　Qin Yu menutup buku kuno dan menatap Hou Fei sambil tersenyum: "Fei Fei, selama ini Istana Darah Merah selalu kau yang mengelola. Kulihat kau sangat bersemangat mengatur orang. Dulu kau selalu ingin menduduki puncak gunung jadi bos, bukankah kau suka mengatur orang? Mulai hari ini, kuserahkan pengelolaan Istana Darah Merah sepenuhnya padamu. Aku dan Xiao Hei tidak akan ikut campur lagi, kecuali ada rencana besar yang perlu dibahas. Bagaimana?" 　　Sejak kecil Qin Yu terbiasa hidup sendiri, sudah akrab dengan kesepian. Xiao Hei yang angkuh juga tidak menyukai pengelolaan pasukan besar. 　　Hou Fei justru sebaliknya, sangat menikmati dikelilingi anak buah berkerumun di sekelilingnya, menyukai sensasi menjadi pemimpin. 　　"Haha, baik sekali! Ini benar-benar bagus! Lagipula di auditorium utama ada tiga posisi, kalian bisa datang kapan saja. Tapi setiap ada rapat, aku pasti akan hadir!" Hou Fei berseru girang dengan suara Krek khasnya, tangannya tak henti menggaruk-garuk telinga. 　　Qin Yu tersenyum tipis. 　　Di dunia cultivator monster seperti ini, yang terpenting adalah kharisma individu. Peran Penguasa Gua lebih pada memberikan komando, bukan mengatur anak buah setiap hari. Tapi dengan adanya manajemen yang baik, tentu semuanya akan berjalan lebih lancar. 　　“Fei Fei, bahan tongkat hitammu ini sangat aneh, sebenarnya kelas apa ini?” Qin Yu bertanya pada Hou Fei. 　　Hou Fei tertegun, setelah beberapa saat menggelengkan kepala: “Aku sendiri tidak tahu, tapi aku merasa tongkatku ini setidaknya tidak kalah dengan artefak spiritual kelas tertinggi. Sejak kecil, Guru sudah memberikannya padaku. Aku selalu membawanya, dan tongkat ini tak pernah mengecewakanku.” 　　Qin Yu mengangguk. 　　Wajar saja Qin Yu bertanya. Artefak spiritual kelas rendah, kelas menengah, kelas atas, bahkan kelas tertinggi – semuanya pernah ia lihat. Tapi senjata seperti tongkat hitam Hou Fei ini benar-benar baru. Dari luar hanya terlihat seperti batang logam biasa. 　　Tapi batang hitam ini jelas tidak kalah dengan artefak spiritual kelas tertinggi. 　　“Kau bilang tongkat ini diberikan oleh Paman Lan?” Tiba-tiba Qin Yu teringat ucapan Hou Fei sebelumnya. 　　Hou Fei mengangguk: “Sejak kecil aku ikut Paman Lan. Barang-barang di tubuhku pasti darinya. Kalau bukan dia, siapa lagi yang akan memberikannya?” 　　"Omong-omong, kau tahu sebenarnya seberapa kuat Paman Lan? Dulu saat aku di Lembah Dalam, indra keenamku sudah merasakan kedalaman yang tak tertembus darinya. Sebagai muridnya, tentu kau tahu kan?" Dalam hati Qin Yu sebenarnya telah membuat keputusan, saat ini hanya ingin mengonfirmasi kembali. 　　Hou Fei melotot: "Kakak, jangan kau ragukan kekuatan Guru. Kekuatan Guru bukanlah sesuatu yang bisa kau bayangkan. Bahkan ketika aku masuk mode amuk waktu itu—aku merasa kondisi itu membuatku sangat perkasa—tapi...aku langsung pingsan ditampar satu kali oleh Guru!" 　　Qin Yu merasa jantungnya berdebar kencang. 　　Sekali tamparan langsung pingsan! 　　Kekuatan Hou Fei tentu jelas bagi Qin Yu. Bahkan tanpa masuk mode amuk, Hou Fei sebagai Dewa sudah sangat luar biasa. Begitu masuk mode amuk, itu benar-benar mengerikan. Qin Yu bahkan berpikir kondisi itu setara dengan Di Long dari Kuil Sembilan Bencana. 　　Tapi Hou Fei dalam kondisi itu justru dipukul pingsan oleh satu tamparan Paman Lan. 　　“Ngomong-ngomong, setelah dihantam pingsan, apa ada keluhan setelah kau siuman?” Qin Yu kembali bertanya. 　　Hou Fei menyeringai nakal: “Tidak ada. Guru jauh lebih hebat dariku, telapak tangannya pas menghantamku sampai pingsan tanpa melukai sedikitpun. Kekuatan sehebat itu benar-benar tak terbayangkan keunggulannya dibandingkanku.” Hou Fei tak bisa menahan kekaguman. 　　Inilah alasan Hou Fei tak berani bersungut-sungut saat Paman Lan memerintahkannya melakukan apapun. 　　“Kuat sekali.” Perasaan bahagia menggelora di dada Qin Yu. 　　Saat merenungkan skenario terburuk usai membunuh Di Tong, Qin Yu sudah memperhitungkan kemungkinan pengejaran oleh Kuil Sembilan Bencana. Sebelum bertindak, pikirannya telah mengarah pada Paman Lan - ahli sejati yang tak mampu ditembus penglihatannya. 　　Qin Yu merasakan dengan jelas bahwa Paman Lan sangat perkasa, kehebatannya melampaui batas logika. Setidaknya, Qin Yu sama sekali tak bisa meraba dasar kekuatannya. 　　Karena itulah Qin Yu berani membunuh Di Tong, dan berani menetap di gua pertapaan bersama dua saudaranya. 　　Jika akhirnya benar-benar diburu oleh Kuil Sembilan Bencana, ketiga saudara mereka akan bertempur habis-habisan. Dengan kemampuan masing-masing, secara alami mereka bisa mengguncang Kuil Sembilan Bencana. Bahkan jika kalah, mereka bisa kabur ke Paman Lan atau minta tolong padanya. 　　Dalam hal kecepatan, Qin Yu sangat percaya diri. 　　…… 　　Hari kedua. 　　Qin Yu sedang berpamitan dengan Hei Yu dan Hou Fei. Menurut perhitungannya, pasukan Kuil Sembilan Bencana baru akan datang beberapa bulan lagi. Namun Qin Yu tetap memutuskan untuk kembali lebih dulu ke Lembah Dalam. Ketiga saudara berpisah dengan perasaan haru. 　　"Xiao Hei, ini dua kristal kelas tertinggi. Kerucut tajammu itu cuma artefak spiritual kelas menengah. Jika kau mengeluh kristal kelas tertinggiku kurang, masih ada satu lagi di sini." Sebelum pergi, Qin Yu menyerahkan dua kristal itu kepada Hei Yu. 　　“Satu sudah cukup.” Hei Yu mengambil satu buah, satunya lagi tidak diambil. Qin Yu juga tidak banyak bicara, menyimpan sisa satu buah itu. Di antara mereka sudah tidak perlu basa-basi lagi. Hou Fei di samping tampak tidak puas. 　　“Kakak, kau kasih kristal kelas tertinggi ke si burung berbulu itu, kenapa tidak untukku?” Hou Fei protes. 　　“Tongkat hitammu itu tidak kalah dari artefak spiritual kelas atas, masih mau minta kristal kelas tertinggi? Kecuali kau berikan tongkat hitammu padaku.” Qin Yu tersenyum. Hou Fei langsung memeluk tongkat hitamnya, bahkan langsung menyatukannya dengan tubuh. 　　“Sudah, tidak usah panjang lebar. Aku berangkat sekarang. Kalian beri tahu para penjaga bahwa aku sedang bertapa. Paham?” Qin Yu memandang kedua saudara itu sambil tersenyum. 　　Hei Yu dan Hou Fei mengangguk. 　　Pedang Yan Chi berwarna hijau tua muncul di bawah kaki Qin Yu. Energi bintang emas menembus tubuhnya dan pedang itu. Seketika, tubuh Qin Yu berubah menjadi sinar emas yang melesat menghilang di kejauhan dengan kecepatan yang mengejutkan. BAGIAN 6 KUIL SEMBILAN BENCANA BAB VII RAMALAN GAIB 　　Lembah Dalam terletak kurang dari satu juta li dari wilayah Darah Merah. Kecepatan Qin Yu kini sepuluh kali lipat lebih cepat dari sebelumnya. Dengan penerbangan cepat, ia hanya membutuhkan satu hari untuk mencapai Lembah Dalam. Kecepatan seperti ini bahkan tak terbayangkan oleh naga ungu-zirah Jiusha dari Kuil Sembilan Bencana. 　　Ahli tahap akhir Meteor berani menyaingi cultivator dewa tahap akhir Dongxu, mengandalkan kecepatan dan konsentrasi serangan. Artinya, kecepatan ahli tahap akhir Meteor setidaknya melampaui cultivator dewa tahap akhir Dongxu. Dari sini bisa dibayangkan betapa cepatnya Qin Yu. 　　Qin Yu terbang hingga mulut Lembah Dalam. Melihat sekeliling, pegunungan membentang beruntun. Orang luar sama sekali tidak bisa mendeteksi adanya Lembah Dalam di sini. 　　"Kakak Meteor, eh, maksudku Kakak Qin Yu." 　　Gadis kecil berbaju ungu berusia belasan tahun muncul dari rumpun tanaman laut. Begitu melihat Qin Yu, ia langsung berteriak bersemangat. Qin Yu memutar badan dan tak bisa menahan senyum: "Xiao Yanzi, kenapa kamu keluar dari lembah?" 　　“Hidup di lembah terlalu membosankan, jadi aku keluar jalan-jalan.” Yan Zi mengembungkan mulut kecilnya sambil berkata, sisik ikan ungu di tengah dahinya berkilauan. Rambut ungunya yang panjang hingga pinggul terurai bebas. 　　Tiba-tiba mata Yan Zi berbinar: “Kakak Qin Yu, ayo ikut aku ke dalam lembah! Kalau Kakak Lier tahu kau kembali, pasti sangat senang. Cepat, jangan berlambat-lambat lagi!” Sambil berkata demikian, Yan Zi langsung menarik tangan Qin Yu dan menyusup ke dalam tebing batu. 　　Tubuh Qin Yu dan Yan Zi menyatu dengan tebing batu lalu menghilang. 　　Memasuki Lembah Dalam, pandangan Qin Yu tertumbuk pada tanaman dan pemandangan yang familiar. Tanpa disadari matanya berbinar. Dulu dia pernah menghabiskan tiga tahun penuh di sini. Kembali ke lembah ini, Qin Yu merasa seakan terlepas dari kekerasan berdarah di luar lembah, dan kembali menemukan kedamaian batin. 　　“Bzz～～” 　　"Mengikuti seutas suara senar guzheng, alunan kecapi yang familiar kembali terdengar. Qin Yu berdiri di luar rumah bambu, tanpa sadar menutup mata dan menyimak dengan khidmat, senyum tipis mengembang di sudut bibirnya. Waktu mengalir cepat dalam gemuruh melodi." 　　"Alunan musik berhenti, mata Qin Yu terbuka." 　　"Baru saat ini Qin Yu menyadari Yan Zi sudah lebih dulu masuk ke rumah bambu. Sekelompok cultivator monster mulai berkerumun - mereka para penghuni Lembah Dalam yang sudah akrab dengannya - saling menyapa dengan penuh kehangatan." 　　""Meteor, oh maaf, maksudku Kakak Qin Yu!" teriak si gemuk yang mengenakan baju tempur kura-kura, berlari mendekat dengan semangat." 　　"Qin Yu tersenyum: "Oh si gemuk! Ada juga si kurus dan Bai Jia. Akhir-akhir ini Fei Fei tidak ada, apakah kalian merasa nyaman tak terkira tanpa ada yang mengusik?" ujarnya sambil menatap para cultivator monster di hadapannya." 　　“Si gemuk yang membawa cangkang kura-kura menggelengkan kepala dengan sombong: "Tentu nyaman, aku bisa tidur tiga hari tiga malam tanpa gangguan. Kalau tidak tidur, main catur dengan si kurus. Permainan Go yang diajarkan Paman Lan memang sangat menarik." 　　"Hanya saja..." alis si gemuk berkerut, "kadang-kadang aku masih rindu bos Hou." 　　Bai Jia yang mengangkat dua pisau tajam juga terlihat penuh pertimbangan, sepertinya juga merindukan Hou Fei. 　　"Kau ini memang pantas dipukul," canda Qin Yu. "Sudah, kalian terus bermain saja. Aku perlu bicara dengan Paman Lan." Setelah memberi salam, Qin Yu langsung masuk ke rumah bambu. 　　Melangkah masuk, Qin Yu langsung melihat Paman Lan sedang menyesap teh dengan tenang di halaman. 　　"Qin Yu, kau datang," sapa Paman Lan sambil mengangkat kepala dengan senyum. 　　Qin Yu mengangguk dan berjalan ke hadapan Paman Lan. Seperti dulu di rumah bambu, Qin Yu duduk. Dengan gerakan tangan, Paman Lan memunculkan cangkir teh lalu menuangkannya untuk Qin Yu. Qin Yu menghirup dalam-dalam aroma teh itu. 　　"Paman, ini teh Baiyelan-mu, ya?" Tentang teh Baiyelan ini, Qin Yu pernah beberapa kali menyeruputnya di tempat ini. 　　"Rupanya kau masih ingat." Paman Lan tersenyum. "Baiklah, Qin Yu, katakanlah. Ada hal apa mencari Paman Lan? Jangan-jangan cuma minum teh. Kalau mau melihat Li'er, mungkin masih masuk akal." Paman Lan berseloroh. 　　Mendengar nama Li'er, Qin Yu menoleh. Tanpa sadar ia memusatkan energi di telinga. Suara percakapan Nona Li'er dan Yan Zi di dalam kamar langsung terdengar. 　　"Yan Zi, bunga apa ini? Dari mana asalnya? Indah sekali. Kenapa aku tak pernah melihatnya saat keluar?" Suara Nona Li'er terdengar. 　　“Hihi, di permukaan laut tak jauh ada sebuah pulau terisolasi. Aku memetiknya di sana, masih banyak bunga lainnya. Tapi jenis bunga ini tanaman darat, tidak cocok tumbuh di laut. Aku menyembunyikannya di gelang penyimpanan baru bisa dibawa ke dasar laut.” 　　“Nak, dengar-dengar apa?” Suara Paman Lan tiba-tiba menggema di telinga Qin Yu. 　　“Ah!” Qin Yu tersentak bangun, melihat senyum samar Paman Lan. “Ini... Ah iya, Paman Lan, tadi kan Anda tanya tujuan aku kembali? Sebenarnya ada hal sangat penting yang perlu bantuanmu.” 　　Paman Lan berkata dengan kesal: “Mengalihkan topik.” 　　Qin Yu hanya bisa berpura-pura bodoh sambil tertawa kaku. 　　“Aku sudah bisa menebak keperluanmu. Masalah di luar lepas kendali? Kekuatan musuh terlalu besar, kau tidak yakin bisa menyerang sendirian lalu minta bungkusanku. Benar kan?” Paman Lan menatap Qin Yu sambil tersenyum. 　　Qin Yu tiba-tiba merasakan tatapan Paman Lan saat ini ke arahnya seolah menembus batinnya sendiri. 　　"Ahli, memang ahli." Qin Yu berdecak kagum dalam hati. 　　Qin Yu tidak berbohong, jujur berkata: "Memang mencari masalah, sudah membunuh seekor naga ungu-zirah Jiusha, tapi saat ini belum berbahaya karena musuh belum tahu aku si pembunuh. Tapi berjaga-jaga selalu baik. Watak Fei Fei juga kau tahu, nanti saat pertempuran sungguhan pasti tak bisa menahan diri. Kau pasti tak rela melihat aku dan Fei Fei dipukul sampai mati oleh musuh." 　　"Membunuh naga Jiusha? Bukan, masalahmu bukan itu." Mata bijak Paman Lan menatap tajam Qin Yu, "Masalahmu adalah mengambil pedang giok itu. Tapi apakah ini berkah atau malapetaka, masih belum pasti." 　　Qin Yu tertegun. 　　"Paman Lan, kau..." 　　Qin Yu terkejut dan tercengang. Apakah Paman Lan ini bisa meramal masa depan? Dia mendapatkan pedang giok hanya memberitahu Xiao Hei dan Hou Fei. Dan Xiao Hei serta Hou Fei pun tidak pernah memberitahu Paman Lan. Bagaimana mungkin Paman Lan tahu? Ini benar-benar mengerikan. 　　"Apa kau pikir bisa menipuku dengan pikiranmu itu? Pedang giok itu memang membawa masalah, tapi kau memang memenuhi syarat untuk memilikinya." Paman Lan merenung sejenak lalu berkata. 　　Qin Yu menyimak dengan seksama. 　　Semakin sering berinteraksi dengan Paman Lan, Qin Yu semakin menyadari betapa misterius dan sulit dipahami Paman Lan ini. Di dasar hatinya, dia juga merasakan bahwa Paman Lan memang sangat baik padanya. Dia percaya semua perkataan dan perbuatan Paman Lan pasti membawa manfaat baginya. 　　"Tuan Meteor, oh maksudku Tuan Qin Yu, kau sudah kembali?" Nona Li'er yang mengenakan baju hijau dengan rambut diikat menggunakan ikat rambut keluar dari rumah. Yan Zi juga ada di sampingnya. Nona Li'er terlihat sangat senang melihat Qin Yu. 　　Setelah sekian lama, saat kembali melihat Nona Li'er, mata Qin Yu pun berbinar. Segera ia berkata: "Nona Li'er, kembalinya aku kali ini adalah untuk membahas beberapa hal dengan Paman Lan." 　　Paman Lan memandang ekspresi Qin Yu saat ini. Ekspresi di wajahnya berubah beberapa kali, matanya juga agak memerah. Nona Li'er yang awalnya tenang kini panik melihat perubahan itu, buru-buru bertanya: "Paman Lan, ada apa denganmu?" 　　Orang luar tak tahu urusan Paman Lan, namun Li'er mengetahuinya. 　　Qin Yu juga terkejut memandang Paman Lan. Dulu selama tiga tahun di rumah bambu ini, pernah sekali saat mereka berdiskusi tentang urusan pribadi Qin Yu, Paman Lan juga menunjukkan ekspresi seperti ini - hanya satu kali dalam tiga tahun. 　　"Qin Yu, kuberikan kau sebuah nasihat." Paman Lan telah kembali tenang, memandang Qin Yu dengan tatapan dingin. 　　Qin Yu menatap Paman Lan. 　　Paman Lan menatap Qin Yu dengan tegas: "Apapun yang terjadi di kemudian hari, kau harus bertahan pada prinsipmu. Bertahan hidup di dunia ini seringkali membutuhkan kesabaran, tapi jika terlalu lama bersembunyi dan menahan diri, bisa terjadi hal-hal yang akan kau sesali seumur hidup. Ingat... terkadang, bahkan menghadapi kematian sekalipun, tetaplah berpegang pada keyakinanmu." 　　"Paman Lan!" Nona Li'er berseru kaget sambil memandangnya. 　　Paman Lan melambaikan tangan: "Li'er, temani Qin Yu mengobrol. Jangan pedulikan aku." Setelah berkata demikian, tangannya menggapai sebuah batu yang melayang ke genggamannya. Semburan cahaya ungu, biru, dan hijau mulai memancar dari batu itu. 　　Hanya sekejap, batu itu berubah menjadi sebuah token komando. 　　"Qin Yu, aku tahu tujuanmu datang kemari. Dalam situasi darurat, langsung mengirim informasi melalui kesadaran spiritual ke token komando ini. Aku akan segera mengetahuinya." Paman Lan melempar token komando yang baru saja ditempanya dalam sekejap mata itu kepada Qin Yu. 　　Qin Yu merasa sangat curiga dalam hati. 　　Jika ingin saling berkirim pesan, bukankah cukup menggunakan token komando milikku ke token Paman Lan? Mengapa Paman Lan harus memberikanku token khusus, bahkan menyuruhku memasukkan kesadaran spiritual ke dalamnya? Paman Lan pasti paham maksudnya. 　　Saat menerima token komando ini, Qin Yu langsung merasakan keunikannya. Berbeda dengan objek biasa, token ini sama sekali tidak memancarkan aura energi. 　　"Paman Lan..." Ketika Qin Yu mengangkat kepala, Paman Lan sudah meninggalkan halaman dan kembali ke rumah. 　　Nona Li'er menatap Qin Yu dengan serius: "Kalau Paman Lan sudah memberimu ini, ingatlah baik-baik nasihatnya tadi. Jangan sampai kau melupakannya." Setelah berkata demikian, dia menghela napas panjang, seolah teringat sesuatu. 　　Qin Yu masih diliputi kebingungan di dalam hati. 　　Namun ia tetap menanamkan erat-erat nasihat itu di dasar kalbunya. 　　“Nona Li'er, tadi kau memanggilku Qin Yu, ini sungguh langka. Sebelumnya sepertinya selalu memanggilku Tuan Meteor atau Tuan Qin Yu.” Qin Yu tersenyum. 　　Li'er menggelengkan kepala sambil tersenyum: “Qin Yu, sebenarnya aku selalu merasakan jarak dengan semua kultivator, seolah kita bukan dari dunia yang sama. Jadi biasanya aku menjaga jarak. Sudahlah, mulai sekarang jangan panggil aku Nona Li'er lagi, panggil saja Li'er.” 　　Qin Yu bergetar hebat dalam hatinya. 　　Apakah perkataan Li'er tadi berarti dia tidak merasa ada jarak dengannya? 　　“Li'er, apakah kau puas dengan panggilan ini?” Qin Yu sama sekali tidak menunjukkan pikiran sebenarnya. 　　Nona Li'er tersenyum, lalu menoleh ke kamar Paman Lan: “Qin Yu, tahukah kau? Di klan kami, Paman Lan adalah jenius yang luar biasa. Kekuatannya sudah mencapai... Ah, kenapa aku membicarakan ini. Omong-omong, setelah berdiskusi dengan Paman Lan, apakah kau akan segera pergi?” 　　“Tidak perlu buru-buru, aku masih berencana tinggal di sini selama beberapa bulan.” Dalam hati Qin Yu sudah menghitung: bahkan jika Di Tong mati, utusan Kuil Sembilan Bencana datang sekalipun, dengan kecepatan ahli tahap Dongxu, perkiraan butuh satu tahun untuk mencapai Istana Darah Merah. 　　Nona Li'er tersenyum senang. 　　“Qin Yu, aku pulang dulu, nanti kita lanjutkan bicara.” 　　Qin Yu juga mengangguk sambil tersenyum memperhatikan Nona Li'er kembali ke rumah. Qin Yu selalu merasa, perubahan sikap Paman Lan tadi membuat sikap Li'er padanya juga berubah. 　　“Li'er dan Paman Lan selalu menyebut-nyebut 'klan', sebenarnya klan apa?” Qin Yu merenungkan lama tapi tak kunjung dapat jawaban. Namun saat ini hatinya riang karena merasa hubungannya dengan Nona Li'er semakin dekat. 　　Di bawah Kuil Sembilan Bencana terdapat delapan gua pertapaan, yang berbatasan dengan Istana Darah Merah adalah Rangka Besar. 　　Penguasa Gua Rangka Besar bernama Fu Hao. 　　Saat ini, Fu Hao berbaring dengan perut buncitnya di atas kursi raksasa yang diukir dari bongkah giok halus. Dua pelayan memijat bahunya, sementara dua lainnya membantu memijat kakinya. Di kedua sisinya berdiri dua pelayan yang menyuapkan buah-buahan langka ke mulut Fu Hao. 　　Di antara delapan gua pertapaan, yang paling serakah dan gemuk adalah Fu Hao ini. Kekuatan Fu Hao sebenarnya tidak sebanding dengan Zha Hong. Dia hanya berada di akhir tahap Yuanying, namun kursi penguasa guanya kokoh bagai Gunung Tai. 　　"Baik, mundur semua." 　　Suara Fu Hao yang melengking seperti kasim terdengar. Enam pelayan segera membungkuk lalu berbaris meninggalkan tempat tinggalnya. Fu Hao sendiri mengelus-elus dagu putihnya yang halus sambil mengerutkan alisnya dalam perenungan. 　　Meski gemuk, kulit Fu Hao luar biasa putih dan lembut. Matanya berbinar lincah bagai bayi yang baru lahir. 　　“Berdasarkan kabar dari kedua pihak, Yang Mulia ke-8 seharusnya benar-benar sudah mati. Kini Yang Mulia Kedua, Keenam, dan Ketujuh bekerja sama menuju Istana Darah Merah. Kematian Yang Mulia ke-8 pasti terkait Istana Darah Merah. Dengan status Yang Mulia ke-8, mengapa harus datang ke Istana Darah Merah yang paling dekat dengan Benua Qianlong?” 　　Fu Hao berpikir beberapa saat. 　　“Apakah ada harta karun penting?” Meski Fu Hao pintar, dia sama sekali tidak mengetahui keberadaan Sembilan Pedang, tentu tak mungkin menebaknya. 　　Tiba-tiba—— 　　“Fu Hao.” Kilatan cahaya merah melintas, sosok manusia muncul di depan Fu Hao. 　　Sosok pendatang bertubuh ramping namun tegak bagai tonggak, mengenakan jubah merah darah. Wajahnya yang dingin dan berhidung bengkok tetap terkesan kejam meski sedang tersenyum. 　　Fu Hao langsung menatap orang itu. Matanya berbinar, wajahnya penuh sukacita sambil membungkuk hormat: "Fu Hao menghadap Yang Mulia Teng. Ada keperluan apa Yang Mulia mencari hamba? Segala yang Fu Hao ketahui, pasti akan hamba sampaikan tanpa rahasia." Senyuman Fu Hao yang manis, dipadu wajah gemuk putihnya yang masih segar, benar-benar tampak menggemaskan. 　　"Tiga pangeran dari Kuil Sembilan Bencana pasti pernah mengirim pesan padamu, benar kan tebakanku?" Tanya Yang Mulia Teng sambil tersenyum. 　　Senyum mengembang di wajahnya, namun sorot mata dingin bagai bintang malam. BAGIAN 6 KUIL SEMBILAN BENCANA BAB VIII QIN YU DAN LI'ER 　　Fu Hao terkejut dalam hati. 　　"Istana Qinglong memang luar biasa. Rupanya mereka menyusupkan banyak mata-mata di Kuil Sembilan Bencana. Bahkan bisa menebak tentang pesan Putra Ketiga padaku. Sungguh hebat Yang Mulia Teng." Pikirannya berputar cepat. Seketika, Fu Hao langsung berpura-pura terkejut luar biasa: "Yang Mulia, ini... Bagaimana Yang Mulia bisa tahu?" 　　Yang Mulia Teng tetap menunjukkan ekspresi dingin, melanjutkan, "Jangan tanya bagaimana aku tahu. Saat ini, aku akan bertanya satu per satu, dan kau harus menjawab satu per satu." 　　"Baik, Yang Mulia Teng silakan bertanya." Fu Hao menjawab dengan penuh hormat. 　　Suara dingin Yang Mulia Teng bergema, "Siapa tiga pangeran yang saat ini meninggalkan Kuil Sembilan Bencana?" 　　"Yang Mulia Kedua, Yang Mulia Keenam, dan Yang Mulia Ketujuh." Fu Hao menjawab tanpa keraguan, mengungkapkan semua yang dia tahu. 　　Yang Mulia Teng bertanya lagi, "Ke gua pertapaan mana ketiga pangeran ini akan pergi?" 　　"Istana Darah Merah!" 　　Fu Hao menjawab dengan kilat, sementara dalam hatinya mengumpat, "Naga berkulit sisik ini pasti sudah tahu identitas tiga pangeran dan tujuan gua mereka. Sekarang dia mengujiku untuk memastikan aku tidak berbohong." 　　"Lalu apakah kau tahu alasan ketiga pangeran pergi ke Istana Darah Merah?" Kali ini Yang Mulia Teng menatap tajam mata Fu Hao. 　　Mata Fu Hao yang lincah seperti bayi tak menunjukkan perubahan, langsung menjawab pasrah: "Yang Mulia Teng, ini hamba tidak tahu. Gua pertapaan Rangka Besar hamba terlalu kecil. Kalau bukan karena Yang Mulia Kedua beberapa kali mengirim pesan, hamba pun tidak akan tahu hal ini." 　　Yang Mulia Teng menganggukkan kepala. 　　Kematian Yang Mulia ke-8 ini masih menjadi informasi rahasia tingkat tinggi, bahkan Kuil Sembilan Bencana sendiri sangat menjaga kerahasiaannya. Dia baru bisa menyimpulkan kematian Yang Mulia ke-8 berdasarkan berbagai kabar. Wajar saja jika Fu Hao tidak mengetahuinya. 　　Meski dalam hati tidak mempedulikan, raut wajah Yang Mulia Teng tetap berubah muram. 　　Melihat wajah Yang Mulia Teng berubah muram, Fu Hao secara permukaan terlihat mulai panik. 　　"Kalau begitu aku tanya, apa isi pesan yang dikirim tiga pangeran padamu?" Yang Mulia Teng langsung bertanya. 　　Fu Hao segera menjawab dengan gelisah: "Banyak sekali hal yang dibahas. Yang Mulia Kedua memang beberapa kali mengirim pesan. Yang mana yang harus hamba sampaikan?" 　　Wajah Yang Mulia Teng berubah drastis, menghardik: "Pertanyaan apa saja yang dia sampaikan lewat pesan, kau harus jelaskan semuanya tanpa ada yang terlewat!" 　　“Siap.” Fu Hao segera berkata panik, “Awalnya Yang Mulia Kedua menanyakan tentang perubahan apa yang terjadi di Istana Darah Merah. Lalu aku memberitahu mereka bahwa Zha Hong tewas terbunuh, dan seorang Penjaga Hukum bernama Meteor diangkat sebagai Penguasa Gua yang baru.” 　　Yang Mulia Teng menganggukkan kepala dengan wajah datar. 　　Fu Hao melirik ekspresi Yang Mulia Teng, lalu buru-buru melanjutkan, “Kemudian Yang Mulia Kedua memerintahkanku untuk menyampaikan pesan kepada kura-kura tua Qing Xuan, menunjuknya sebagai Penguasa Gua baru Istana Darah Merah.” 　　Yang Mulia Teng tetap menyimak sambil menatap tajam Fu Hao. 　　“Kemudian Qing Xuan berusaha merebut posisi itu, tapi langsung dibunuh oleh Penguasa Gua baru Meteor dengan satu tusukan pedang. Hanya satu jurus! Meteor itu benar-benar mengerikan. Menurutku kekuatannya setara tahap pertengahan Dongxu. Aku masih bingung, ahli yang bisa membunuh Qing Xuan dalam satu jurus kok mau jadi Penjaga Hukum sebelumnya. Sungguh aneh.” Fu Hao mulai berbicara panjang lebar. 　　“Jangan bicara sembarangan, aku tidak bertanya hal lain. Kau hanya perlu menceritakan tentang Di Qing dan komunikasimu dengan dia.” Yang Mulia Teng tiba-tiba menghardik. 　　“Baik, baik.” Fu Hao segera menjawab, “Kemudian tiga pangeran mengetahui hal ini, sepertinya sangat memperhatikan Penguasa Gua Meteor itu. Mereka juga menyuruhku mengirim orang untuk menyusup ke Wilayah Darah Merah, menyelidiki semua hal terkait Meteor itu.” 　　Fu Hao tiba-tiba membeku, berhenti bicara. 　　“Hmm?” 　　Sorot dingin menyala di mata Yang Mulia Teng. 　　“Yang Mulia, tidak ada lagi.” kata Fu Hao dengan panik. 　　Sorotan tajam Yang Mulia Teng berhenti sejenak, lalu berkata: “Oh, hanya ini?” 　　“Ada dua tiga kali lagi, tapi pertanyaan itu semua tentang Penguasa Gua Meteor. Karena aku benar-benar tidak tahu informasi apapun, tentu tidak bisa menjelaskan dengan jelas. Hal-hal ini tidak layak diceritakan.” Fu Hao segera menambahkan penjelasannya. 　　Yang Mulia Teng mengangguk, merenung sejenak. 　　"Fu Hao." Senyuman muncul di wajah Tuan Teng, "Ingat, selama kau melayani kami, kami secara alami tidak akan memperlakukanmu buruk. Percayalah, tidak lama lagi tiga pangeran dari Kuil Sembilan Bencana pasti akan beristirahat di Gua Pertapaan Rangka Besar. Saat itu, mereka pasti akan menanyakan banyak hal padamu. Segala pertanyaan atau ucapan mereka, laporkan padaku melalui token komando." 　　"Siap, Tuan Teng." Fu Hao membungkuk hormat dengan senyuman. 　　Tiba-tiba mata Fu Hao berbinar, menatap tajam ke telapak tangan Tuan Teng tempat sebuah kristal mengambang. 　　"Kristal kelas tertinggi?" Napas Fu Hao tersengal-sengal. 　　Cincin ruang Yang Mulia ke-8 dari Kuil Sembilan Bencana hanya menyimpan lima kristal kelas tertinggi. Ini membuktikan betapa langka dan berharganya kristal semacam itu. Para Penguasa Gua tingkat jabatan di bawah Kuil Sembilan Bencana umumnya sangat sulit memperoleh kristal kelas tertinggi. 　　“Benar, selama dua tahun terakhir kinerjamu cukup memuaskan kami. Kristal kelas tertinggi ini adalah hadiah untukmu.” Yang Mulia Teng melambaikan tangan, kristal berharga itu langsung melayang di depan Fu Hao. 　　Fu Hao menerima kristal itu dengan sigap: “Yang Mulia Teng, tenang saja. Segala yang kuketahui pasti kusampaikan pada Tuan. Ketika tiga pangeran itu datang nanti, semua ucapan dan tingkah laku mereka akan kukirimkan melalui pesan spiritual.” 　　Mendengar kalimat terakhir Fu Hao, senyuman tipis muncul di wajah Yang Mulia Teng yang biasanya dingin. 　　“Bagus. Kau memang pintar. Melakukan tugas untuk kami jelas lebih menjanjikan masa depan daripada ikut bergabung dengan Jiu Sha Dian. Aku yakin kau memahamiku?” 　　Usai berkata, jubah merah darah Yang Mulia Teng berkibar. Dalam sekejap, tubuhnya melesat pergi dengan kecepatan luar biasa. Kepergiannya yang leluasa di Gua Raksasa membuktikan bahwa sistem pengamanan Fu Hao sama sekali tak berarti di hadapannya. 　　…… 　　Sebulan kemudian. 　　Sedang berguling-guling di ranjang bersama gadis cantik, Fu Hao tiba-tiba menghentikan gerakannya. 　　"Gadis, mundur dulu." 　　Dengan pasrah, Fu Hao memerintahkannya. Ia segera mengenakan pakaian. Saat ruangan sudah sepi, di kursi giok yang biasa didudukinya kini berbaring seorang pria bertubuh lebih gemuk dan lebih pendek darinya. 　　Pria pendek gemuk ini memiliki dua helai kumis kecil yang tajam bagai pisau. 　　"Yang Mulia Lou, baru setengah tahun, sudah datang lagi untuk mencuri harta karunku?" Sikap Fu Hao pada Lou Daren berbeda dengan pada Teng Daren. Meski terlihat santai, wajahnya pahit. 　　Pria pendek itu mengusap kumisnya sambil terkekeh: "Ini... 'Madu Darah Api'-mu memang sangat lezat. Tidak ada pilihan lain. Bagaimana kalau beri aku satu mangkuk lagi?" 　　"Mangkuk!" 　　Fu Hao menjerit histeris seolah baru ditusuk pisau. 　　"Kau berani bilang mangkuk! Aku cuma punya tiga botol kecil giok ini, ditotal belum sampai satu mangkuk!" Fu Hao membentak, namun wajahnya tiba-tiba memucat. 　　Perwira Lou menyeringai licik: "Hehe, ternyata masih ada tiga botol. Kemarin kau bohong bilang cuma satu! Hmm, kalau tak menyerahkan dua botol, bersiaplah menghadapi konsekuensi. Pilih mana: serahkan dengan hormat, atau aku rebut paksa ketiganya?" 　　Baik Fu Hao maupun Perwira Lou sama-sama punya kesukaan manis. Madu Xueyan yang mereka telan tidak hanya memberikan sensasi 'mantap' seperti minuman keras, tapi juga rasa manis yang membuat kedua pria gemuk ini terpesona. 　　"Dua botol? Lebih baik kau bunuh aku!" 　　Fu Hao bersikeras hingga mati tak mau menyerah. 　　Setelah proses tawar-menawar yang alot, Fu Hao yang pasrah akhirnya terpaksa menyerahkan satu setengah botol Madu Xueyan dengan perasaan terhina. Melihat wajah penuh kesombongan Perwira Lou, Fu Hao merasa sakit hati bukan main. 　　Tuan Lou membuka tutup botol, menghirup aroma madu Darah Api dengan lembut, menunjukkan ekspresi yang sangat menikmati. Namun mulutnya berkata: "Baik, sekarang kita bicara urusan resmi. Seharusnya aku tidak perlu banyak bicara lagi. Katakan semua yang kau tahu." 　　Dalam hati Fu Hao pasrah: "Sial, apa yang sebenarnya terjadi selama dua tahun ini? Kedua pihak dari Istana Qinglong dan Istana Biru Air terus mengirim orang mencariku. Apakah aku menjadi lebih diminati? Tapi hasil yang kudapat juga lumayan." 　　Sebenarnya Tuan Teng dan Tuan Lou baru menemui Fu Hao dalam dua tahun terakhir ini, memaksanya bekerja untuk mereka. Dibayangi kekuatan militer mereka yang luar biasa, Fu Hao yang malang terpaksa tunduk melayani kedua ahli tersebut. 　　Setiap kedatangan Tuan Teng dan Tuan Lou selalu dilakukan diam-diam, tanpa sepengetahuan orang lain. 　　Setelah percakapan, Tuan Lou berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya. Namun jelas terlihat dia lebih pelit daripada Tuan Teng, hanya memberi hadiah sebuah artefak spiritual kelas menengah sebagai imbalan, membuat Fu Hao mengumpat dalam hati. 　　Melihat Yang Mulia Lou pergi, Fu Hao baru menghela nafas lega dalam hati. 　　"Untung aku cepat berpikir, sementara mengubah sembilan botol Madu Darah Api menjadi 'tiga botol'." Fu Hao merasa puas diri. 　　Kini Fu Hao terjepit di antara tiga pihak kekuatan, hidupnya benar-benar penuh ketakutan. Tapi hasil yang didapat juga lumayan. 　　Fu Hao tidak tahu, kekuatan kecil level delapan gua pertapaan seperti ini biasanya tidak dipedulikan oleh Istana Biru Air, Istana Qinglong, dan Kuil Sembilan Bencana. Mereka juga tidak menempatkan mata-mata. Contohnya Istana Qinglong, paling-paling hanya menyusupkan mata-mata ke Kuil Sembilan Bencana dan Istana Biru Air. 　　Bahkan Kuil Sembilan Bencana sendiri juga tidak memperhatikan delapan gua pertapaan di bawah komandonya. 　　Dua tahun lalu, Istana Qinglong dan Istana Biru Air sudah mengetahui Yang Mulia ke-8 Kuil Sembilan Bencana meninggalkan kuil. Meski diklaim resmi sebagai bertapa, tapi mata-mata yang mereka tanam di Kuil Sembilan Bencana sudah ada bukan cuma setahun dua tahun. 　　Namun pergerakan Di Tong penuh keanehan, Istana Qinglong dan Istana Biru Air kesulitan menyelidiki apa yang direncanakan Di Tong. 　　Tapi Istana Qinglong dan Istana Biru Air juga tidak terlalu mempedulikan. Seorang pangeran dari Kuil Sembilan Bencana yang pergi diam-diam mengurus hal meskipun layak dilacak, namun tak sepadan untuk dihargai berlebihan. Namun kemudian mereka mendapatkan kabar internal dari Kuil Sembilan Bencana - 'Delapan pangeran Kuil Sembilan Bencana sedang marah luar biasa di luar tempat penyimpanan jade slip jiwa.' 　　Ditambah dengan tiga pangeran yang segera meninggalkan Kuil Sembilan Bencana dengan gesit, dua kabar ini membuat mereka menyimpulkan bahwa 'Yang Mulia ke-8' telah mati. 　　Pada saat inilah Istana Qinglong dan Istana Biru Air baru menyadari bahwa kepergian diam-diam Yang Mulia ke-8 dari Kuil Sembilan Bencana bukan hal sederhana. Mereka segera mulai menghargai situasi ini, bahkan mengirim dua ahli tingkat lanjut yakni Yang Mulia Teng dan Yang Mulia Lou untuk menangani hal ini. 　　Yang Mulia Teng dan Yang Mulia Lou secara serempak menemukan Fu Hao. 　　Di antara tiga kekuatan super terjadi persaingan sengit. Delapan gua pertapaan di bawah komando Kuil Sembilan Bencana juga saling bersaing secara terbuka maupun diam-diam. Gua Rangka Besar yang paling berdekatan dengan Istana Darah Merah telah menyusupkan banyak mata-mata ke Istana Darah Merah sejak 100 tahun silam. Jika ditanya siapa yang paling memahami situasi Istana Darah Merah, tak diragukan lagi itu adalah Penguasa Gua Rangka Besar. 　　Secara alami, Fu Hao kini langsung menjadi sorotan tiga kekuatan besar. Di Qing sering berkomunikasi dengannya melalui token komando. 　　Biasanya Tuan Teng dan Tuan Lou juga berkomunikasi via token komando. Namun kali ini mereka tahu tiga pangeran akan segera tiba di Gua Rangka Besar, yang juga berarti akan segera mencapai Istana Darah Merah. Tuan Teng dan Tuan Lou tentu harus menginvestasikan modal besar pada Fu Hao. 　　Istana Qinglong memang pantas menduduki peringkat pertama di antara tiga kekuatan super. Pemimpin Istana Qinglong pantas dijuluki ahli kultivasi terkuat di dunia bawah laut. Tindakannya jauh lebih royal dibanding Istana Biru Air. 　　“Qin Yu, sejujurnya, kau hampir tidak mengerti permainan Go. Catur ini pun masih kaulah yang mengajariku. Lihat, Jenderal.” 　　Li'er menggerakkan 'kuda'. 　　Qin Yu langsung membeku. Jenderal tua miliknya meski bisa bergerak lagi, tapi dia melihat kuda satunya Li'er sudah siap di posisi. Dia sama sekali tak bisa bergerak, bergerak berarti mati. 　　“Li'er, kau menang lagi.” 　　Qin Yu pasrah mengakui kekalahan. 　　Sebenarnya dia paham permainan Go. Menurut Kompi Kakek, levelnya masih tergolong menengah di Benua Qianlong. Tapi dibandingkan Li'er, dia selalu otomatis menyerah setelah seratus langkah. 　　Qin Yu dalam hati juga pasrah: “Salahku? Setiap seratus langkah naga besar-ku dibantai. Kesenjangan kekuatan terlalu besar. Perkiraanku, sampai seratus langkah itu pun masih memberi muka padaku.” 　　Qin Yu dan Li'er bermain permainan Go, Qin Yu menemukan bahwa terkadang sebuah buah catur Li'er baru bisa berfungsi setelah seratus langkah. Dalam hati Qin Yu muncul ketakutan, kemampuan komputasi Li'er ini sungguh luar biasa. Apakah mungkin semua variasi jalan itu sudah dia kalkulasi? 　　Terpaksa menyerah. 　　Namun sebagai pria dari Keluarga Qin, Qin Yu tidak suka mengaku kalah. Maka dia mengusulkan bermain 'catur'. Li'er sama sekali tidak paham catur, Qin Yu bahkan curang dengan tidak menjelaskan banyak aturan catur. Setiap Li'er melangkah, barulah Qin Yu memberi tahu aturannya. 　　Lalu... Qin Yu memenangkan game pertama. 　　Setelah satu game, Li'er baru sekadar paham aturan dasar permainan catur. 　　Di game kedua, Qin Yu jelas merasakan peningkatan pesat kemampuan Li'er. Mengandalkan pengalaman bertahun-tahun dan studi berbagai buku strategi catur di Villa Kabut, akhirnya dia berhasil memenangkan game kedua. Namun... 　　Mulai game ketiga, Qin Yu tidak pernah menang lagi. 　　"Martir seorang pria pun hilang," Qin Yu menganggap dirinya pintar. Bahkan jika Ayah Raja Qin De bermain catur dengannya, mustahil menang dengan mudah. Tapi Li'er sama sekali tak kesulitan, setiap kali permainan memasuki fase akhir barulah Qin Yu menyadari struktur waspada yang dibangun Li'er. 　　"Qin Yu, jangan terlalu kecewa. Sebenarnya kekuatanmu..." 　　Qin Yu langsung menatap Li'er. 　　"...cuma ya memang payah juga sih." 　　Dalam hati Qin Yu terasa pahit. Sebenarnya Li'er ingin mengatakan kemampuan caturnya sangat buruk, tapi masih memberi sedikit toleransi. Melihat ekspresi Qin Yu, Li'er langsung bersikap seperti mentor: "Kalau kekuatanmu masih lemah, belajarlah baik-baik. Nanti aku akan main dengan Paman Lan, kamu harus perhatikan baik-baik." 　　Setengah tahun lebih, Qin Yu sering bermain catur dengan Li'er dan tak jarang menyerah kalah. 　　"Baik." Qin Yu tersenyum. Sebenarnya dia tidak terlalu mempedulikan menang atau kalah dalam permainan catur. Yang disukainya adalah penampilan bijak Li'er saat bermain catur, karena hanya dengan begitu hatinya merasa tenang. Tiba-tiba ekspresinya menjadi serius: "Li'er, ada hal yang perlu kusampaikan." 　　"Hal apa?" Li'er tersenyum. 　　"Besok aku hendak pergi. Aku harus kembali ke Istana Darah Merah." Sebenarnya Qin Yu sudah lama harus berangkat, tapi terus menunda. Kini dia menyadari pasukan Kuil Sembilan Bencana mungkin datang kapan saja dalam satu dua bulan ini, sehingga harus segera repatriasi. 　　Li'er tertegun. Selama lebih dari setahun ini mereka bermain catur tiap hari. Mendadak harus berpisak, hatinya terasa berat. 　　"Kalau urusanmu sudah selesai, sering-seringlah mengunjungiku. Selama di markas, tekunlah mempelajari strategi catur!" Lanjut Li'er sambil tersenyum. 　　Qin Yu mengangguk. 　　"Pasti!" 　　Ucapannya penuh keyakinan. Jilid 6 Kuil Sembilan Bencana Bab Kesembilan Tiga Bencana Tiba di Pintu 　　Di mulut lembah Dalam, Paman Lan, Li'er, serta sekelompok cultivator monster termasuk Yan Zi dari Lembah Dalam sedang melepas kepergian Qin Yu. Selama setengah tahun lebih di Lembah Dalam ini, Qin Yu kembali merasakan output aliran panas 'Air Mata Meteor'-nya meningkat dua hingga tiga kali lipat. 　　Seperti inilah kondisi sebelumnya di Lembah Dalam. Begitu keluar, semuanya kembali normal. Selama setengah tahun ini, Qin Yu yang sering mendengar alunan kecapi Li'er mengalami peningkatan signifikan dalam pemahaman spiritualnya. Jiwa yang kini semakin terkondensasi telah mencapai puncak Tahap awal Dongxu, siap untuk terobosan baru kapan saja. 　　"Tak perlu mengantarku lebih jauh. Urusan di Istana Darah Merah tidak terlalu banyak. Begitu semuanya selesai, aku pasti akan kembali mengunjungi kalian. Lagipula jarak antara Lembah Dalam dan Istana Darah Merah relatif dekat," ujar Qin Yu sambil tersenyum pada semua orang. 　　Jarak hampir Juta Li, bagi yang telah mencapai tingkat seperti Qin Yu baru bisa disebut 'tidak terlalu jauh'. 　　“Tidak jauh, saat ada waktu aku juga akan mengunjungimu. Kemampuan bermain caturnya harus terus dipelajari ya, lain kali jangan sampai kalah mudah seperti itu.” Li’er tersenyum. Bagi Li’er, dengan teknik terbang ajaibnya, jutaan li memang bisa ditempuh dengan mudah. 　　Begitu mendengar kata ‘permainan catur’, Qin Yu langsung pusing, namun wajahnya tetap tersenyum: “Tentu, Li’er. Sebenarnya, bukan kemampuanku yang buruk, tapi kemampuanmu... terlalu luar biasa.” 　　Li’er langsung merajuk, namun hanya malu-malu. Beberapa waktu ini Qin Yu sering menggoda Li’er, tapi Li’er tidak benar-benar marah. Ekspresi malu dan kesalnya justru membuat Qin Yu semakin menyukainya. 　　“Xiao Yu.” 　　Paman Lan bersuara. 　　Sejak pertama kali kembali setengah tahun lebih yang lalu dan berbicara dengan Paman Lan, setelah mengalami perubahan psikologis misterius itu, sikap Paman Lan terhadap Qin Yu benar-benar berbeda. Alih-alih memanggilnya 'Qin Yu', dia langsung menyapanya 'Xiao Yu' layaknya seorang senior, hal yang tentu tidak Qin Yu persoalkan. 　　"Ingat token komando yang kuberikan padamu, dan nasihat itu." Ekspresi Paman Lan terlihat serius saat mengucapkan ini, lalu tersenyum, "Jangan terlalu dipikirkan. Berjuanglah di luar. Lembah Dalam memang damai, tapi tak cocok untuk pemuda hijau sepertimu." 　　Qin Yu menganggukkan kepala dengan tegas: "Aku mengerti, Paman Lan." 　　"Kak Qin Yu, lain kali datang jangan lupa bawa hadiah untuk Yan Zi dan Kak Jin, terutama untuk Kakak Lier!" Yan Zi menyeringai nakal di samping. 　　Qin Yu mengangguk, lalu menatap penghuni Lembah Dalam lainnya. Pandangannya tertahan sedikit lebih lama pada Li'er. 　　"Tak perlu mengantar. Sampai jumpa." 　　Qin Yu， langsung mengendalikan Pedang Yan Chi, mengubah diri menjadi kilatan cahaya ke arah Istana Darah Merah. Para cultivator monster itu satu per satu kembali ke Lembah Dalam. Li'er melihat kepergian Qin Yu, ekspresinya menunjukkan sedikit kekecewaan. 　　"Kakak Lier, apakah tidak tega berpisah?" Yan Zi bercanda di sampingnya, Xiao Jin juga ikut menggoda Li'er. 　　Li'er segera kembali seperti semula. 　　"Hmph, kalian berdua gadis kecil berani menggodaku. Setelah Qin Yu pergi, tidak ada yang menemani bermain catur. Baiklah, kalian berdua saja!" Li'er melambaikan tangan, Yan Zi dan Xiao Jin tiba-tiba tak bisa bergerak. Li'er langsung berjalan menuju Lembah Dalam sementara Yan Zi dan Xiao Jin terapung mengikuti di belakangnya. 　　Hanya dengan satu jurus ini, Qin Yu pasti akan terkesima jika melihatnya. 　　Masihkah ini kekuatan praktisi cinnabar? 　　“Kakak Lier, Yang Mulia, kami salah. Kami benar-benar tidak bisa main catur. Barang itu terlalu kompleks, bikin pusing.” Yan Zi yang tidak bisa menggerakkan anggota tubuhnya terus memohon. Xiao Jin yang mengalami nasib sama juga tak henti memohon ampun. 　　“Tidak bisa? Aku bisa mengajarimu. Catur ini diajarkan Qin Yu padaku. Saat ini aku bahkan belum melebihi gurunya.” 　　Lier tertawa hihi, sama sekali tidak menghiraukan permohonan Yan Zi dan Xiao Jin. 　　Mulut lembah. 　　Saat ini hanya Paman Lan yang berdiri di mulut lembah. Lier dan yang lain sudah kembali ke lembah. Mendengar percakapan mereka, senyuman tipis mengembang di wajah Paman Lan. 　　Paman Lan menatap arah menghilangnya Qin Yu, bergumam: "Apakah benar membiarkan Lier bersama Xiao Yu seperti ini? Seperti dulu, ketika aku tidak memilih mati bersamanya, malah bertahan hidup tanpa martabat - mana yang benar?" 　　“Jika diberi kesempatan lagi...” 　　Paman Lan menghela napas: “Mungkin akan kupilih jalan lain, meski itu jalan mematikan.” 　　“Jalan setiap orang adalah pilihan mereka sendiri. Aku tidak bisa memaksakan jalan mana yang harus ditempuh Xiao Yu.” Setelah mengucapkan itu, postur tubuh Paman Lan lenyap dalam kehampaan. Sekejap mata kemudian, dia sudah berada di dalam rumah bambu. Inilah yang disebut ‘lompatan ruang’ dalam legenda. 　　Di dalam Istana Darah Merah. 　　“Eh?” 　　Berdiri di depan pintu masuk gua yang mengarah ke Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah di bawah batu karang tiruan, wajah Qin Yu sedikit berubah. Segera dia memanggil regu patroli di kejauhan: “Kalian, kemarilah!” 　　Regu patroli pengawal itu langsung berlari mendekat setelah mendengar perintah Qin Yu. Seluruh pasukan itu serentak berlutut satu kaki: “Bersujud menghadap Penguasa Gua!” 　　“Jelaskan! Kapan Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah ini direnovasi? Kok bisa berubah menjadi wujud seperti ini?” bentak Qin Yu kepada Komandan regu pengawal patroli, bahkan dengan nada marah dalam suaranya. 　　Sang komandan regu pengawal langsung gemetar ketakutan: “Sekitar setengah tahun yang lalu, Penguasa Gua Kedua mengatakan kompleks ini berantakan akibat pertempuran besar sebelumnya. Maka beliau memerintahkan kami untuk melakukan renovasi total.” 　　Melihat wajah muram Qin Yu, Komandan regu pengawal ini menambahkan: "Penguasa Gua, Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah selalu berantakan seperti ini. Perkiraan kami, Penguasa Gua Kedua juga tidak tahan melihatnya sehingga memerintahkan kami para bawahan untuk merenovasi." 　　Dalam hati Qin Yu terasa pasrah. 　　Ini adalah medan perang antara Zha Hong dan Di Tong. Seorang ahli seharusnya bisa menyimpulkan beberapa masalah berdasarkan jejak-jejak yang tertinggal dari pertempuran. Awalnya Qin Yu ingin memanipulasi sedikit jejak pertempuran tersebut untuk menyesatkan penilaian Kuil Sembilan Bencana demi keuntungannya sendiri. 　　Namun saat ini, akibat renovasi, area bawah sudah dipadatkan kembali dan diratakan, dibangun ruang rahasia baru. Jejak masa lalu sudah sama sekali hilang. 　　"Lupakan saja. Kalian boleh pergi." 　　Dengan wajah pasrah, Qin Yu melambaikan tangan. 　　"Bawahan berpamitan." 　　Para pengawal itu segera pergi dengan hormat. Qin Yu merasa ada yang tidak beres - semua jejak pertempuran telah hilang. Jika utusan Kuil Sembilan Bencana datang memeriksa dan melihat medan perang sudah bersih, pasti akan marah. Menghadapinya akan lebih sulit. 　　Tidak ada jejak medan perang, pasti orang-orang Kuil Sembilan Bencana akan menginterogasi penjaga dan pengawal Istana Darah Merah, mungkin akan mengungkap hal-hal yang merugikan mereka sendiri. 　　"Para pengawal dan penjaga seharusnya tahu apa yang pantas diucapkan dan tidak." Qin Yu hanya bisa berharap demikian. Dia tidak berani memberi instruksi langsung tentang hal tabu kepada para pengawal, karena perintah langsung sama dengan meninggalkan senjata rahasia. 　　Qin Yu tiba-tiba tertawa. 　　"Untuk apa memusingkan itu? Semoga Kuil Sembilan Bencana tidak berlebihan. Jika benar mereka mencari masalah, kami tiga saudara akan mantap membunuh habis-habisan." Qin Yu berbalik meninggalkan batu karang tiruan, menuju Lei Shan Ju miliknya. 　　Mengisi waktu luang dengan membaca buku di Lei Shan Ju juga menyenangkan. 　　…… 　　Gua Rangka Besar. 　　Fu Hao yang putih, gemuk, dan montok tersenyum ramah sambil membungkuk: "Tiga Pangeran, Fu Hao telah menyiapkan tempat tinggal. Apakah Tuan-tuan ingin beristirahat semalam sebelum melanjutkan perjalanan? Tempat ini sangat dekat dengan Istana Darah Merah." 　　Di Luan mengerutkan alisnya. 　　Di Qing segera tersenyum pada Fu Hao: "Fu Hao, jawabanmu membuatku puas. Kami menghargai niat baikmu, tapi ada urusan penting yang harus kami selesaikan. Kami takkan beristirahat." 　　Setelah berkata demikian, Di Luan, Di Qing, dan Di Jian langsung meninggalkan Istana Rangka Besar. 　　Menyaksikan kepergian tiga pangeran, Fu Hao mengeluarkan token komando dari tangannya. Setelah memilah informasi dalam hati, ia memasukkan semua percakapan dengan tiga pangeran melalui kesadaran spiritual, lalu mengirimkannya dengan perbedaan kepada Yang Mulia Teng dan Yang Mulia Lou. 　　“Hei, satu orang menggarap dua target serangan, ini memang menguntungkan. Tapi... siapa sebenarnya meteor itu? Muncul begitu misterius, dan Yang Mulia ke-8 serta Zha Hong tewas. Jika kedua kematian ini terkait meteor itu, berarti dia figur berbahaya. Jangan sampai kita cari masalah.” 　　Fu Hao menghela napas dalam hati, lalu berjalan malas kembali ke tempat tinggalnya. 　　Dengan ketiadaan tiga pangeran di gua pertapaan, Fu Hao semakin tak terkekang menikmati kehidupan nyamannya. 　　Istana Darah Merah. 　　Tiga pria besar berjubah ungu muncul di depan pintu besar Istana Darah Merah. Mereka adalah Di Jian, Di Qing, dan Di Luan. Tanpa pemberitahuan apapun, mereka tiba-tiba muncul di gerbang utama. 　　Tatapan ketiganya tertancap pada pintu istana, senyum sinis tergores di sudut bibir dengan aura mengerikan yang memancar kuat. 　　“Kalian siapa?” 　　Pengawal penjaga gerbang Istana Darah Merah tak lagi menunjukkan sifat berdarah dingin seperti dulu. Aura mengerikan dari ketiga pria besar di hadapannya langsung membuatnya ketakutan, bahkan cara bertanyanya pun menunjukkan rasa takut terhadap trio tersebut. 　　"Suruh Penguasa Gua Liu Xing menghadap kami!" hardik Di Qing dengan nada dingin. 　　Wajah pengawal itu berubah pucat. "Tuan-tuan mungkin ahli bela diri, tapi Penguasa Gua kami bukan sembarang orang yang bisa ditemui. Apalagi meminta beliau datang sendiri, itu keterlaluan!" 　　Di Luan menatap pengawal itu. Seandainya ini masa lalu, ia pasti mengagumi loyalitas pengawal tersebut. Namun kini di Istana Darah Merah, rasa sakit dan kebencian di hati ketiga pangeran kian menjadi. Kematian saudara mereka terkait erat dengan tempat ini. 　　"Pergi!" 　　Di Luan menghardik sambil menyepak keras. 　　Pengawal itu berusaha menghindar, tapi sebelum matanya sempat berkedip, tubuhnya sudah terlempar jauh. 　　“Haha... Wilayah perairan seluas 8 juta li ini adalah daerah kekuasaan Istana Darah Merah-ku. Kalian bertiga berani bertindak arogan di depan pintu masuk Istana Darah Merah, sungguh keterlaluan.” Qin Yu yang mengenakan jubah hitam muncul di depan pintu besar Istana Darah Merah. 　　Para pengawal yang melihat kehadiran Qin Yu segera membungkuk hormat: "Bersujud menghadap Penguasa Gua." 　　Mata Di Luan bertiga berbinar-binar, pandangan mereka tertuju pada Qin Yu. 　　"Kau sang Penguasa Gua?" tanya Di Luan. 　　Qin Yu mengangguk: "Benar, akulah Penguasa Gua Istana Darah Merah. Walau kalian bertiga memiliki karisma yang luar biasa dan kekuatan yang mendalam, bersikap sombong di depan pintu gerbang kami sungguh keterlaluan. Seharusnya kalian tahu bahwa Istana Darah Merah berada di bawah Kuil Sembilan Bencana. Istana kami mungkin mudah diintimidasi, tapi sembilan Yang Mulia tidak akan tinggal diam." 　　Bahkan Di Jian yang dingin sekalipun, senyuman tipis mulai mengembang di wajahnya. 　　Tiga pangeran Kuil Sembilan Bencana berada tepat di hadapannya, namun Meteor ini tak mengenali mereka. Di Jian dan kedua saudaranya tak kuasa menahan tawa. 　　"Mana mungkin aku tak tahu kalian adalah tiga pangeran Kuil Sembilan Bencana? Jubah ungu ini sudah menjadi ciri khas kalian," batin Qin Yu. Dengan sengaja berpura-pura tak tahu, dia menghardik keras, "Katakan saja keperluan kalian! Aku tak punya waktu untuk bermain-main dengan kalian." 　　Di Luan mengeluarkan sebuah token dari balik jubahnya. 　　Token Hitam Jiu Sha! 　　Wajah Qin Yu berubah pucat, suaranya gemetar: "Kalian... kalian adalah..." 　　Dengan wajah dingin seperti es, Di Qing menyambar: "Benar! Kami bertiga adalah pangeran Kuil Sembilan Bencana. Bukankah kau ingin melaporkan kami ke markas?" Tatapan tajam Di Qing, Di Luan, dan Di Jian menancap ke tubuh Qin Yu, menanti reaksi memalukan darinya. 　　Qin Yu dengan wajah canggung berkata, "Tiga Yang Mulia, bawahan Qin Yu yang juga dipanggil Meteor, baru saja menjabat sebagai Penguasa Gua ini. Saya belum familiar dengan sembilan Yang Mulia, mohon pengertiannya." 　　Qin Yu saat ini belum ingin berkonfrontasi langsung dengan anggota Kuil Sembilan Bencana, sikapnya secara alami menunjukkan kesan hormat. 　　Melihat ekspresi canggung dan gelisah Qin Yu, Di Luan menyeringai dingin, "Sudah, jangan banyak bicara. Bawa semua penjaga gua pertapaanmu, komandan pengawal, serta Wakil Penguasa Gua ke Auditorium Utama. Ada hal penting yang harus kami tanyakan." 　　Hati Qin Yu bergetar hebat. 　　Kedatangan tiga pangeran Kuil Sembilan Bencana ini langsung memerintahkan pengumpulan semua orang, jelas niat mereka tidak baik. 　　“Tiga pangeran harap menunggu sebentar di Auditorium Utama. Semua penjaga, komandan pengawal, serta adik kedua dan ketigaku akan segera tiba.” Setelah berkata demikian, Qin Yu segera berseru kepada pengawal di sekelilingnya, “Dengarkan perintah! Beritahu semua penjaga, komandan pengawal, serta Penguasa Gua Kedua dan Ketiga. Segera berkumpul di auditorium utama!” 　　“Mematuhi perintah!” Ratusan pengawal di sekitar serentak berlutut satu kaki sambil menjawab penuh hormat. 　　Para pengawal itu segera berlari untuk menyampaikan perintah. 　　“Penguasa Gua Kedua dan Ketiga?” Di Luan mengerutkan alis. 　　Qin Yu tersenyum menjelaskan, “Yang Mulia, mereka adalah adik-adikku. Ikatan persaudaraan kami sangat erat sehingga tidak ada hierarki. Mengikuti jejak para pangeran Sembilan Bencana, kami tidak mengangkat wakil penguasa gua melainkan menetapkan Penguasa Gua Kedua dan Ketiga.” 　　Di Jian dan kedua saudaranya yang mendengar penjelasan ini secara diam-dik sedikit berubah persepsi mereka terhadap Qin Yu. 　　Hubungan Sembilan Saudara mereka sangat erat, sehingga sikap mereka sedikit membaik terhadap Qin Yu yang sangat menghargai ikatan persaudaraan. Namun begitu menyadari bahwa adik kedelapan mereka kemungkinan besar terkait dengan orang di hadapan ini, simpati awal tiga pangeran terhadap Qin Yu langsung menghilang. 　　Di Luan bertanya seolah tak sengaja: "Tuan Qin Yu, warisan ilmu apa yang kau latih? Mengapa tidak hanya tak bocor sedikit aura, malah melahap energi di sekeliling? Mengapa tak hentikan teknikmu agar kami bisa melihat tingkat apa yang telah dicapai Tuan Qin Yu?" 　　Qin Yu menjawab dengan pasrah: "Yang Mulia, begitu warisan ilmu ini kujalankan, ia akan berakar dalam di dantianku dan terus beroperasi tanpa henti. Kecuali... aku dibunuh, barulah ia akan berhenti." 　　Maksud Qin Yu jelas: "Ingin aku menghentikan 'Utara Laut' untuk menunjukkan kekuatanku? Jangan harap!" 　　Di Luan mengangguk dan berkata, "Oh, ya benar, Tuan Qin Yu. Kabarnya kau hanya perlu satu pedang untuk membunuh kura-kura tua Qing Xuan itu. Qing Xuan sudah mencapai tahap awal Dongxu, levelnya hampir setara dengan Zha Hong. Tampaknya kekuatanmu sudah jauh melampaui Zha Hong sejak lama. Lalu mengapa dulu kau mau menjadi penjaga Gua Darah Merah di bawah komando Zha Hong?" 　　Di Luan menatap tajam mata Qin Yu, menanti jawabannya. 　　Qin Yu tertegun. 　　Kilatan dingin muncul di mata Di Luan. Udara di antara tiga pangeran dan Qin Yu tiba-tiba seakan membeku. Buku 6: Kuil Sembilan Bencana - Bab 10: Interogasi Bisu 　　Kekuatan Qin Yu yang melampaui Zha Hong, tapi mau menjadi penjaga Istana Darah Merah sebagai bawahan Zha Hong. Fakta yang sulit dijelaskan ini membuat tiga pangeran curiga padanya. Bahkan mereka menduga apakah Qin Yu ini utusan dari Istana Qinglong atau Istana Biru Air! 　　Mereka mencurigai kehadiran Qin Yu di sini berkaitan dengan harta karun terbesar Sembilan Pedang. 　　“Mengapa Qin Yu sang Penguasa Gua menjadi bisukah kau?” Di Luan tersenyum sinis menatap Qin Yu, sementara Di Qing dan Di Jian juga mengawasinya dengan tatapan tajam. Tampak jelas jika jawaban Qin Yu salah, mereka akan segera menangkapnya. 　　Qin Yu menghela napas: "Tiga Pangeran, apakah pertanyaan semudah ini masih perlu ditanyakan? Dengan kebijaksanaan Yang Mulia bertiga, masih belum bisa melihat alasannya?" 　　Ucapan Qin Yu justru membuat ketiga pangeran itu tertegun sesaat. 　　"Tiga Pangeran, di wilayah perairan ini reputasiku tidaklah besar. Sebagai orang yang tak dikenal, jika langsung merebut jabatan menjadi Penguasa Gua, perkiraanku takkan banyak yang tunduk." Qin Yu berkata dengan pasrah kepada ketiga pangeran. 　　Di Luan membalas: "Penguasa kuat di atas segalanya, kau yang membunuh Zha Hong, siapa berani memberontak?" 　　Qin Yu segera berkata: "Yang Mulia, kau bilang membunuh Zha Hong. Apakah Zha Hong sendirian? Tentu tidak. Dia punya banyak Penjaga. Jika ingin membunuhnya, tentu harus membunuh banyak Penjaga ahli juga. Nanti saat aku jadi Penguasa Gua, bukankah lengan-lenganku sendiri telah kubunuh? Apalagi... saat itu aku belum memiliki kekuatan seperti sekarang ini." 　　"Oh?" Di Luan curiga menatap Qin Yu. 　　Qin Yu tersenyum: "Cukup Tiga Yang Mulia selidiki lebih detail, pasti akan tahu. Di Istana Darah Merah, aku pernah bertapa dan kekuatanku naik drastis. Sebelumnya aku tidak punya kekuatan untuk mengalahkan Zha Hong, baru setelah bertapa aku bisa mengalahkannya." 　　Sinar dingin menyala di mata Di Luan. 　　"Kau bertapa sebelum atau setelah kematian Zha Hong?" Suara Di Luan mendadak keras dan mengancam. 　　Di Luan, Di Jian, dan Di Qing kini menyadari kejanggalan dalam perkataan Qin Yu. Jika peningkatan kekuatan Qin Yu terjadi sebelum kematian Zha Hong, tidak masalah. Tapi jika peningkatannya setelah Zha Hong mati, berarti ada kemungkinan dialah pembunuhnya. 　　"Sebelum!" 　　Qin Yu berkata dengan yakin. 　　“Kau yakin?” Di Luan menyeringai dingin, “Bohong itu tidak baik. Nanti kami bisa bertanya pada siapa saja, semua orang bisa berjaga di markas.” 　　Qin Yu tersenyum: “Kau bisa bertanya pada siapa saja. Selama 100 tahun terakhir, Gua Zha Hong hampir selalu bertapa. Saat mayat Zha Hong ditemukan, kami langsung berdiskusi memilih Penguasa Gua baru, lalu aku mengalahkan Teng Bi dalam pertarungan.” 　　“Aku tahu Yang Mulia curiga aku membunuh Zha Hong dan melahap yuan infant-nya. Tapi jika benar aku membunuhnya, perlu beberapa hari untuk melahap yuan infant. Padahal pertarunganku dengan Teng Bi terjadi di hari yang sama dengan kematiannya. Sekalipun aku yang membunuh, tak mungkin sempat melahap yuan infant-nya.” 　　Qin Yu tersenyum memandang tiga pangeran: “Aku yakin Yang Mulia mengerti maksudku.” 　　Di Luan, Di Jian, dan Di Qing saling memandang, tak berkata apa-apa. 　　Yuan infant tahap awal Dongxu, memang butuh beberapa hari untuk dicerna. Tempat penyimpanan jade slip jiwa memang diperiksa setiap hari. Jadi saat mereka menemukan Zha Hong sudah mati, pasti terjadi dalam satu hari, bahkan mungkin tidak lama setelah kematiannya. 　　Dalam waktu sesingkat itu, meskipun Qin Yu terus-menerus mencerna, mustahil kekuatannya bertambah banyak. 　　Tiba-tiba, Di Qing bertanya, "Tadi kau bilang Zha Hong sering bertapa selama 100 tahun terakhir, benar?" 　　Dalam hati Qin Yu bersukacita. Menurutnya, meskipun kematia Yang Mulia ke-8 Jiu Sha penting, namun salah satu dari Sembilan Pedang juga menarik perhatian. Jika bisa mengalihkan perhatian tiga pangeran ini ke pedang giok itu, keadaan akan lebih mudah dikendalikan. 　　"Benar, banyak yang tahu di sini. Selain itu Zha Hong juga mengeluarkan perintah tegas bahwa siapapun dilarang mengganggunya." Qin Yu menjawab patuh. 　　Di Qing dan Di Luan saling memandang. 　　"Lao Qi, sepertinya Zha Hong berusaha memecahkan 'segel debu' dalam kotak giok hitam itu. Seekor ular air darah merah di tahap awal Dongxu memang butuh 100 tahun untuk memecahkan segel larangan dewa. Kasihan sekali Zha Hong, menghabiskan seabad hanya untuk memecahkan segel itu." Di Qing berkomunikasi melalui telepati spiritual. 　　Di Qing dan yang lain masih ingat jelas, dulu ketika sembilan saudara mereka mendapatkan kotak giok hitam itu, bahkan dengan kerja sama semua saudara, butuh beberapa bulan untuk berhasil. 　　"Kakak kedua, kakak keenam, sangat mungkin saat Zha Hong baru saja memecahkan segel itu, adik kedelapan langsung mencoba merebut. Kemungkinan besar mereka bertempur habis-habisan, dan kematian mereka mungkin melibatkan campur tangan pihak ketiga." Di Luan mengirim telepati ke Di Qing dan Di Jian. 　　Di Qing dan Di Jian sama-sama menyetujui analisis ini. 　　“Namun, saat ini tidak diketahui apakah Adik Kedelapan tewas di Istana Darah Merah, atau mengambil kotak giok hitam lalu meninggalkan istana dan dibunuh dalam perjalanan pulang.” Di Luan kini mulai curiga, dia yakin pasti ada orang ketiga yang bersembunyi. 　　Orang ketiga ini, kapan sebenarnya bertindak? 　　“Qin Yu, di mana Zha Hong tewas?” Di Luan menghardik Qin Yu. 　　Qin Yu menggelengkan kepala: “Yang Mulia, hamba benar-benar tidak tahu lokasi pasti kematian Zha Hong. Saat itu pertempuran terjadi di Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah, namun ketika para penjaga tiba, tidak ada mayat sama sekali di sana.” 　　“Tidak ada siapapun?” Di Luan mengerutkan alis. 　　“Benar, tidak ada seorang pun.” Qin Yu menegaskan. 　　Bagaimana mungkin ada mayat? Waktu itu Qin Yu sengaja menghancurkan mayat dan menghapus jejak dengan melemparkan jasad ke dalam cincin ruangnya, lalu membakarnya habis dengan api sejati. 　　Keraguan di hati ketiga bersaudara Di semakin bertambah. 　　"Saat ini bisa dipastikan, Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah adalah medan perang, tapi mengapa tidak ada satu pun mayat?" 　　"Menghancurkan mayat dan menghapus jejak!" 　　Tiga saudara hanya bisa memikirkan ini. 　　"Bawa kami ke Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah itu, biarkan kami melihat jejak pertempurannya." Di Jian tiba-tiba menghardik. Dengan kekuatan mereka, pasti bisa memperkirakan adegan pertempuran saat itu berdasarkan jejak-jekak tersebut. 　　Wajah Qin Yu berubah pucat: "Ini... Karena pertempuran itu sudah terjadi setahun lalu, seluruh kompleks ruang bawah tanah sudah dihancurkan hampir setengah. Jadi kompleks tersebut sudah direnovasi, jejak pertempurannya pun sudah hilang." 　　"Hilang?" 　　Di Jian, Di Qing, dan Di Luan saling memandang dengan curiga ke arah Qin Yu. 　　Mereka curiga Qin Yu telah menghancurkan bukti. 　　“Tiga Pangeran, saat ini semua komandan pengawal dan 16 penjaga hukum telah berkumpul di Auditorium Utama, kedua saudara saya juga sudah tiba. Jika Tiga Pangeran masih curiga, silakan tanyai mereka langsung.” Qin Yu berbicara langsung. 　　Qin Yu menatap ketiga pangeran itu, matanya memancarkan kegigihan yang mengerikan. 　　“Tiga Pangeran terus-menerus mempertanyakan bawahan, seolah sangat tidak percaya. Bawahan pun tak punya solusi. Tanya saja siapa pun. Emas murni tak takut api, izinkan bawahan memimpin jalan.” 　　Tanpa peduli reaksi ketiga pangeran, Qin Yu langsung berjalan menuju Auditorium Utama. 　　“Eh?” 　　Di wajah Di Luan terlihat keheranan, tak disangka Qin Yu masih menunjukkan kesombongan di saat seperti ini. 　　“Orang umum jika benar-benar si pembunuh, menghadapi kami pasti grogi. Biasanya mereka sangat hormat, kami tanya apa pun pasti dijawab, tidak berani menunjukkan temperamen. Qin Yu ini berani marah.” Di Luan berkomunikasi melalui telepati kepada Di Qing. 　　Di Qing juga mengangguk: "Benar, mari kita tanya orang lain dulu." 　　Si Di Luan ini terlalu pintar malah jadi konyol. Prinsip 'yang nyata tampak palsu, yang palsu tampak nyata' membuat banyak hal sulit dinilai. 　　Di Auditorium Utama Istana Darah Merah. 　　Tempat duduk yang semestinya ditempati Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu kini diduduki ketiga Di bersaudara. Tiga bersaudara Qin Yu memimpin 16 penjaga istana serta para kapten regu pengawal berdiri di bawah podium mendengarkan perintah tiga penguasa gua. 　　“Tuan Gua Qin Yu, kekuatan adik kedua dan ketigamu tidak begitu istimewa.” Di Qing yang duduk di tengah bertanya kepada Qin Yu. 　　Hou Fei menggaruk telinga, sama sekali tidak peduli pada tiga pangeran di atas. Di Qing tidak tahu bahwa Qin Yu sudah memerintahkan Hou Fei dan Hei Yu untuk menyembunyikan aura mereka sengaja memancarkan level kekuatan sebenarnya. Secara alami, Di Qing dan yang lain menemukan bahwa Hou Fei berada di tahap akhir Yuanying sedangkan Hei Yu di tahap tengah Yuanying. 　　"Yang Mulia, meskipun adik kedua saya baru mencapai tahap akhir Yuanying, dia termasuk ras langka dalam suku kera air yang memiliki bakat alamiah. Dia bisa menyaingi ahli tahap awal Dongxu biasa. Adik ketiga saya juga termasuk jenis elang yang sangat kuat, hanya kalah dari Elang Api Emas." Qin Yu menjelaskan kemampuan Hou Fei dan Hei Yu. 　　Mendengar penjelasan Qin Yu, mata ketiga pangeran memancarkan sedikit penghinaan. 　　Baik Kera Air Bermata Api maupun Xiao Hei, keduanya termasuk monster yang sangat langka. Seperti kata Paman Lan, di seluruh dunia cultivator monster bawah laut hanya ada satu Kera Air Bermata Api. Ditambah teknik penyamaran aura Hou Fei, mungkinkah ketiga pangeran bisa melihat keistimewaannya? 　　Menyembunyikan kekuatan sepenuhnya malah tidak sebaik membocorkan sedikit. Qin Yu cuma mengatakan Hou Fei setara dengan tahap awal Dongxu. 　　Kekuatan sekecil ini tak dianggap oleh tiga pangeran. 　　"Penjaga Hukum yang melihat jejak pertempuran saat memasuki Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah, maju ke depan!" hardik Di Qing. 　　Tiga bersaudara kura-kura Xuan, Wu Tong & Wu Feng, Yan Qing dan Xi Yan si saudari ular, ditambah Teng Bi dan Zhuang Zhong segera mendekat. Sembilan Penjaga Hukum ini tak ada kesombongan di hadapan tiga pangeran Jiu Sha, semuanya bersikap sangat hormat. 　　"Kita akan berkomunikasi via telepati spiritual. Jangan khawatir percakapan kalian ketahuan. Tapi... jangan berbohong! Karena aku akan tanya sembilan orang. Jika jawaban seseorang berbeda dengan lainnya - jika ada dua versi berbeda, keduanya harus mati!" 　　Suara Di Qing membekukan darah. 　　Hati sembilan Penjaga Hukum itu bergetar. 　　Qin Yu juga mengerutkan alis, segera melangkah maju: "Yang Mulia, jika ada di antara sembilan Penjaga ini yang berbohong sementara yang lain jujur, bukankah ini merugikan mereka yang mengatakan kebenaran?" Qin Yu setidaknya harus berusaha melindungi bawahannya. 　　"Penguasa Gua Qin Yu, mundur—atau MATI!" 　　Di Jian yang sedang menutup mata untuk beristirahat tiba-tiba membuka matanya, menghardik Qin Yu dengan aura pembunuhan membeku di sorot matanya. 　　"Kakak, bajingan ini terlalu kuat. Bahkan dalam mode amuk, aku tidak yakin bisa melawannya. Lebih baik kita bersembunyi dan menahan diri untuk sementara." Hou Fei yang biasanya beringas justru mengirim pesan untuk menenangkan Qin Yu. Qin Yu hanya bisa mengatupkan gigi dan mundur selangkah. 　　Di Jian melirik Qin Yu sejenak sebelum kembali menutup matanya untuk beristirahat. 　　Hal verifikasi ini ditangani oleh Di Luan dan Di Qing. Kehadiran Di Jian kali ini sebagai kekuatan terkuat bertujuan mencegah segala kemungkinan insiden. Menurut Kuil Sembilan Bencana, kecuali jika iblis bermata tiga dari Istana Biru Air dan Pemimpin Istana Qinglong datang sendiri, hampir mustahil untuk menandingi Di Jian. 　　Kesembilan Penjaga Hukum sama-sama diliputi kecemasan dalam hati. 　　Tak seorang pun berani berbohong, karena satu kebohongan saja bisa berakibat kematian bagi semua. 　　Kesadaran spiritual Di Qing menyelimuti Sembilan Penjaga Hukum. Jika ada komunikasi telepati rahasia di antara mereka, getaran spiritualnya pasti akan terdeteksi. 　　Waktu terus berlalu detik demi detik. 　　Namun suasana di Auditorium Utama senyap mencekam. 　　"Berikutnya!" suara dingin Di Qing menggema. Zhuang Zhong yang pertama diinterogasi kini bermandikan keringat di dahinya. Meski telah menjalani pemeriksaan, nasibnya masih menggantung. Jika jawaban lain berbeda dengan pernyataannya, semua orang termasuk dirinya akan dihukum mati! 　　Waktu terus berlalu detik demi detik. 　　Satu per satu Penjaga telah diinterogasi. Saat ini Qin Yu berada dalam situasi paling mencekam. 　　"Kakak, orang-orang dari Kuil Sembilan Bencana ini benar-benar brengsek! Mereka sengaja bikin kesal! Jika mereka terus memprovokasi, lebih baik kita hantam satu-satu dulu dengan tongkatku. Kakak bisa urusi yang di Tahap Awal Dongxu itu. Untuk yang terkuat, kita serang bersama!" 　　Hou Fei tampak gelisah menghadapi proses interogasi yang penuh ketegangan ini. 　　Sebab tak seorangpun tahu pertanyaan apa yang diajukan Di Qing dan Di Luan, juga informasi apa yang telah mereka dapatkan. 　　Ancaman awal dari Di Qing dan Di Luan terbukti efektif. Delapan Penjaga pertama telah diinterogasi tanpa masalah. Kini tiba giliran Penjaga kesembilan - Ba Jian dari tiga bersaudara kura-kura Xuan. 　　"Braak!" 　　Di Qing tiba-tiba mengayunkan tangannya. Semburan cahaya ungu menghantam Ba Jian yang sama sekali tak bisa melawan, menyisakan hanya debu. 　　"Hmph, berani sekali berbohong!" Di Qing dengan gerakan cepat bangkit berdiri, sorot matanya menyapu delapan Penjaga lainnya. 　　Delapan Penjaga Hukum itu wajahnya langsung pucat pasi. Di mata Teng Bi bahkan terkilat cahaya tajam: "Yang Mulia, kami benar-benar tidak berbohong. Jika karena satu orang berbohong, delapan orang yang tidak bersalah seperti kami harus dibunuh, sampai mati pun kami tidak akan menerima!" 　　"Bicara lagi!" 　　Di Jian yang sebelumnya memejamkan mata tiba-tiba membuka lebar matanya dan menghardik keras. 　　Sebuah gelombang suara dan aliran energi menyembur dari mulut Di Jian dengan kecepatan yang mengerikan. Teng Bi langsung berubah wajah, buru-buru menggerakkan tubuhnya untuk menghindar. Tapi gelombang itu terlalu cepat, tetap menghantam tubuh Teng Bi. Teng Bi terlempar ke belakang dan jatuh ke tanah sambil memuntahkan dua kali darah. 　　Teng Bi terluka parah! 　　Naga ungu-zirah Jiusha di tahap akhir Dongxu benar-benar setara dengan cultivator dewa tahap Kongming. Hanya dengan satu hardikan keras saja sudah melukai parah Teng Bi. Delapan Penjaga Hukum lainnya langsung berubah wajah hitam legam. Mereka paham, jika tiga pangeran ini ingin membunuh mereka, sama sekali tidak ada kekuatan untuk memberontak. 　　"Yang Mulia!" 　　Qin Yu juga bersuara, memandang dingin ke arah tiga pangeran di atas. 　　Di Luan menyunggingkan senyum sinis, mengangkat tangan menghentikan Di Jian yang hendak marah. "Baik, sejak Tuan Qin Yu sudah berbicara, kami asumsikan Penjaga Hukum terakhir tadi yang berbohong. Delapan Penjaga Hukum lainnya tidak akan kami hukum." 　　Yan Qing dan tujuh Penjaga Hukum lainnya menghela nafas lega. 　　Namun Yan Qing dkk sama sekali tidak tahu bahwa Penjaga Hukum Ba Jian sebenarnya tidak berbohong. Jawabannya konsisten dengan delapan Penjaga Hukum sebelumnya. Buku 6: Kuil Sembilan Bencana - Bab 11: Ikutlah Bersama Kami! 　　Di Auditorium Utama, jasad Penjaga Hukum Ba Jian telah menjadi remukan daging berceceran. Darah menggenangi lantai marmer. Seluruh Istana Darah Merah terasa membeku dan berbau anyir. Di podium, Di Jian, Di Luan, dan Di Qing berdiri bagai dewa-dewa kematian yang tak berperasaan. 　　"Sama seperti sebelumnya, sekarang kami akan menginterogasi 50 komandan pengawal dan 7 Penjaga Hukum yang tersisa. Kami harap Tuan-tuan tidak berbohong, jika tidak... jangan salahkan kami." Di Luan tersenyum, namun senyumannya justru membuat orang semakin gemetar ketakutan. 　　16 Penjaga Hukum, 9 Penjaga Hukum besar telah diinterogasi. 7 Penjaga Hukum dan 50 komandan pengawal yang tersisa tampak tegang, dengan ketakutan tersembunyi di dasar mata yang tak bisa disembunyikan. Terutama setelah melihat remukan daging dan genangan darah Ba Jian, mereka semakin ketakutan. 　　"Dari kiri ke kanan, depan ke belakang, kau, mulai duluan!" 　　Di Luan menunjuk seorang pria botak bertubuh besar dari Penjaga Hukum. Pria botak itu adalah salah satu rekrutan baru Istana Darah Merah yang biasanya terkenal sombong dan berwatak keras, benar-benar tipe pria kasar. Saat ini otot wajahnya berkedut halus. 　　Dengan senyuman dipaksakan yang tidak natural, pria botak itu melangkah maju. 　　Kemudian, Di Luan dan pria botak itu mulai melakukan telepati spiritual. Tak seorang pun tahu pertanyaan apa yang diajukan Di Luan, juga tak ada yang tahu bagaimana pria botak itu menjawab. Hal ini justru memperkuat ketakutan mereka yang akan diinterogasi berikutnya. 　　"Kau, naik ke sini." 　　Di Qing juga menunjuk seorang pengawal yang sebelumnya berada di sebelah pria botak itu, memulai interogasinya. 　　…… 　　Seiring berjalannya waktu dengan satu per satu interogasi, alis Qin Yu semakin berkerut dalam-dalam. 　　"Saat ini jelas terlihat, ketiga pangeran dari Kuil Sembilan Bencana ini tidak terburu-buru menanyai aku tentang kotak giok hitam. Mereka justru terus-menerus menginterogasi para komandan pengawal dan pengawal ini. Apa yang mereka ketahui paling-paling hanya tentang pertempuran di kompleks ruang rahasia bawah tanah dulu. Tampaknya ketiga pangeran ini menempatkan kematian Di Tong lebih penting daripada kotak giok hitam." 　　Menyaksikan Di Luan dan Di Qing tak kenal lelah melakukan interogasi satu per satu, Qin Yu akhirnya menyadari kesalahan dalam prediksinya. 　　“Mungkin rencana awalku sudah salah dari awal, karena aku salah menilai sembilan saudara mereka. Ikatan emosi di antara mereka sudah melampaui daya tarik kotak giok hitam.” Dalam hati, Qin Yu merenungkan dengan gesit. 　　Awalnya Qin Yu mengira utusan Kuil Sembilan Bencana datang terutama untuk menyelidiki masalah Sembilan Pedang. Dia bahkan sudah menyiapkan alasan. Tapi kini baru sadar, perhatian ketiga pangeran ini ternyata tidak tertuju pada kotak giok hitam. Tentu saja Qin Yu harus memikirkan cara menghadapi situasi ini. 　　Tiba-tiba raut wajah Qin Yu berubah drastis. 　　“Bahaya! Jika ikatan persaudaraan mereka lebih kuat daripada daya tarik Sembilan Pedang... Aku sebagai tersangka pembunuhan ini—meski mereka tidak punya bukti—dengan sifat mental mereka, pasti akan menganut prinsip 'lebih baik membunuh yang salah daripada melewatkan yang bersalah'!” 　　Qin Yu akhirnya menyadari titik krusial ini. 　　Kematian Di Tong, siapa sebenarnya pelakunya? Kini tak ada yang tahu. Tapi dirinya pasti tersangka nomor satu. Dengan watak keras para pangeran ini, mustahil mereka akan membiarkannya lolos. 　　Setelah berpikir sejenak, sudut bibir Qin Yu sedikit melengkung ke atas. 　　"Fei Fei, apapun yang terjadi nanti, sembunyikan kekuatanmu. Jangan bertindak. Biar aku yang menanganinya." 　　Hou Fei menerima telepati spiritual Qin Yu di benaknya, seketika merasa panik: "Kakak, kau rencanakan apa? Jangan nekat! Kalau bertarung, kita bertiga lawan mereka bertiga masih ada harapan!" 　　"Jangan khawatir. Lupa waktu aku kembali ke Lembah Dalam kemarin?" Qin Yu sama sekali tidak cemas. 　　Lembah Dalam? 　　Seketika wajah Hou Fei berseri: "Kakak, waktu ke Lembah Dalam kemarin, kau menemui Guru?" 　　"Fei Fei, Paman Lan sudah berjanji. Jika ada bahaya, langsung kirim pesan. Dia pasti akan menyelamatkan kita." Begitu Qin Yu selesai bicara, Hou Fei langsung bersorak: "Hore! Dengan jaminan Guru, ngapain takut omong kosong? Ayo kita bantai mereka!" 　　Qin Yu berkomunikasi melalui telepati: "Fei Fei, aku juga tak ingin merepotkan Paman Lan. Tanpa beban, kita bisa main-main habis-habisan dengan Jiu Sha Dian. Biarkan Paman Lan turun tangan hanya jika situasi sudah tak terkendali." 　　"Krek, ide bagus! Bagaimana kalau kita bertarung dulu dengan ketiganya?" ujar Hou Fei yang kini sudah tak ragu. 　　Tak seorang pun memahami kekuatan Paman Lan sebaik Hou Fei. Jika kekuatan Hou Fei diibaratkan batu, maka Paman Lan bagai gunung yang mencuat ke langit - keduanya berada di tingkat yang berbeda. 　　"Jangan terburu-buru. Istana Darah Merah adalah wilayah kekuasaan kita. Melawan tiga orang sekaliber mereka, kami tak punya keyakinan. Bisa-bisa istana kita hancur. Tunggu sampai kita meninggalkan istana, cari momentum tepat baru menyerang," Qin Yu segera mengingatkan. 　　"Baik, semua mengikuti perintah kakak," jawab Hou Fei yang kini tenang. 　　Ada guru di belakang, masih perlu takut apa? 　　Biarkan langit runtuh sekalipun, sang gurulah yang akan menahannya. 　　“Tapi, lebih baik tidak merepotkan Guru. Jika sampai harus meminta Guru turun tangan setiap ada masalah, sungguh terlalu mempermalukan diri.” Hou Fei tiba-tiba berkomunikasi melalui telepati. 　　Qin Yu tersenyum dalam hati. Tak disangka Hou Fei yang dikenal tidak takut langit maupun bumi juga punya niat seperti ini. Segera ia membalas telepati: “Tenang, dengan kemampuan kami, bahkan jika Jiu Sha Dian ingin menyerang, tidak akan semudah itu.” 　　Begitu penilaiannya mengarah pada kesimpulan bahwa Jiu Sha Dian kemungkinan besar ingin membunuh mereka, 　　solusi Qin Yu pun secara alami berubah. 　　Merendahkan diri dan berpura-pura jadi tokoh kecil justru membuat musuh leluasa menghabisi mereka. Jadi... sekarang ia harus mengubah statusnya di mata lawan, bahkan membuat mereka segan untuk membunuh—bagaimanapun juga, permainan hiburan ini harus tetap berjalan. 　　“Kalau mau main, ayo main besar. Aku penasaran apakah Jiu Sha Dian sanggup menanggung risikonya.” 　　Sorot mata dingin Qin Yu menatap tajam ke arah tiga pangeran di atas. 　　Tiba-tiba— 　　“Hmph, berani-beraninya berbohong, bunuh diri!” Di Qing tiba-tiba menghardik. Tangannya melambai melepaskan cahaya hijau. 　　Komandan pengawal yang diinterogasi itu wajahnya pucat ketakutan, bahkan tak bisa melakukan gerakan bertahan sedikitpun. Di Qing yang berada di tahap pertengahan Dongxu, meski hanya melakukan serangan biasa, mungkinkah komandan pengawal yang baru mencapai cinnabar tahap akhir ini mampu menahannya? 　　"Braak!" 　　Getaran mengguncang, cahaya hijau itu ternyata berhasil dipukul mundur. 　　Tampak Qin Yu perlahan menarik kembali tinjunya. Barusan dia menggunakan artefak spiritual kelas atas - Sarung Tinju Yan Chi untuk bertabrakan dengan pedang terbang lawan. Dalam hal kekuatan, Qin Yu dan Di Qing sebenarnya setara. Di Qing menyerang sembarangan, sementara Qin Yu sengaja menahan, hasilnya sudah bisa ditebak. 　　Sang komandan pengawal yang semula mengira dirinya pasti mati, mendapati diri masih hidup, seketika girang bukan main. Melihat sosok di depannya ternyata Qin Yu, dia langsung bersemangat. 　　"Penguasa Gua, terima kasih Penguasa Gua." Komandan pengawal itu terus mengucapkan rasa syukurnya dengan penuh emosi. 　　Qin Yu tersenyum dan berkata, "Kau minggir ke samping, biar aku yang urus di sini." Matanya menatap tiga Yang Mulia di atas tanpa secuil pun rasa takut. 　　"Qin Yu, kau mencari mati!" Di Jian yang sedang menutup mata untuk beristirahat tiba-tiba membuka matanya, menghardik. Saat Di Jian hendak menyerang, tiba-tiba—— 　　"Diam!" 　　Qin Yu membentak keras, pandangannya dingin menusuk Di Jian. Teriakan itu sempat menghentikan serangan Di Jian, membuatnya semakin murka. 　　"Kakak keenam, jangan buru-buru." Di Luan menyela Di Jian, lalu memandang Qin Yu dengan senyum tipis. "Penguasa Gua Qin Yu, kami dari Kuil Sembilan Bencana sedang menginterogasi mereka. Kau berani menghalangi... Menurutmu, hukuman apa yang pantas kau terima?" 　　Qin Yu sama sekali tidak menggubris. 　　"Yang Mulia bertiga, mereka adalah orang-orangku. Tindakan Yang Mulia membunuh semena-mena di wilayahku sungguh keterlaluan. Atas dasar apa Yang Mulia menghabisi mereka?" 　　“Bukti? Bukankah mereka berbohong, pantas dibunuh?” Di Luan menatap Qin Yu. 　　“Bohong, apakah mereka benar-benar berbohong? Kau berani memastikan?” Qin Yu menatap ketiga pangeran di atas tanpa mundur. 　　Para Penjaga Hukum di belakang terharu tanpa alasan jelas. Keberanian Qin Yu menghadapi tiga pangeran Kuil Sembilan Bencana demi membela bawahan mereka, sikap Penguasa Gua yang begitu memperhatikan anak buahnya hampir tak pernah terlihat. Terutama sang komandan pengawal yang nyawanya diselamatkan Qin Yu, ekspresinya penuh kegembiraan. 　　“Bohong! Jawabannya berbeda dengan yang lain, itu bukan bohong? Atau kau bilang sebagian besar berbohong, pantas membunuh mayoritas mereka?” Di Luan tertawa. “Jika Penguasa Gua Qin Yu berpikir demikian, kami takkan keberatan. Mari bunuh sebagian besar mereka.” 　　Sambil berkata demikian, Di Luan mengulurkan tangannya. 　　“Tiga Pangeran, ini terlalu gegabah,” ujar Qin Yu dengan tenang. 　　“Oh?” Di Luan memandang Qin Yu, matanya menyiratkan ejekan halus. Dia ingin melihat bagaimana Qin Yu akan menjawab. 　　“Misalnya jejak pertempuran di Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah, tidak semua penjaga hukum dan komandan pengawal pernah melihatnya. Sebagian besar dari mereka hanya mendengar kabar angin. Ada juga hal-hal lain, berapa orang yang benar-benar menyaksikan sendiri? Jika kau bertanya pada mereka, wajar saja jika jawaban mereka berbeda-beda.” 　　Qin Yu melanjutkan, “Apalagi, bahkan di medan pertempuran yang sama, pandangan orang yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan berbeda. Ini sangat normal. Sudut pandang tiap orang berbeda, kesimpulan pun berbeda. Jika ini dijadikan dasar untuk menuduh mereka berbohong, maka...” 　　Qin Yu tiba-tiba berhenti bicara dan menatap ketiga pangeran. 　　“Plak, plak...” 　　Di Luan tersenyum sambil bertepuk tangan: “Spektakuler, Tuan Qin Yu memang ahli dalam sofistikasi.” 　　"Perhatikan diksi, ini bukan berkelit melainkan fakta." Qin Yu menatap Di Luan sambal menjelaskan. Dia menyadari di antara tiga pangeran ini, sang pangeran yang sedang berbicara dengannya adalah kunci dari segala keputusan. 　　"Kakak kedua, segera sisir seluruh area Istana Darah Merah untuk mencari jejak yang bisa mengungkap kejadian hari itu," Di Luan berkomunikasi telepati kepada Di Qing. 　　Di Qing menganggukkan kepala, lalu langsung terbang keluar dari Auditorium Utama. 　　Melihat Di Qing meninggalkan aula, Qin Yu tersenyum: "Sampai detik ini aku belum tahu gelar masing-masing Tuan-tuan. Tidakkah para Yang Mulia berkenan memperkenalkan diri?" Ucapnya lancar seolah sedang berbincang dengan sahabat. 　　Di Luan mengangguk: "Kau cukup memanggilku Yang Mulia Ketujuh. Yang tadi pergi adalah Yang Mulia Kedua, sedangkan yang ini..." 　　"Yang Mulia Keenam, aku tahu. Tadi Yang Mulia Ketujuh memanggilnya Kakak keenam," sergah Qin Yu menyela. 　　Di Luan tiba-tiba berkata, "Tuan Gua Qin Yu, tadi kau bahkan bisa menahan serangan Kakak kedua ku. Meskipun dia tidak mengeluarkan kekuatan penuh, tapi kau bisa menahannya. Sepertinya kekuatanmu setara tahap pertengahan Dongxu." 　　"Pujian Yang Mulia Ketujuh terlalu berlebihan." 　　Qin Yu sedikit membungkuk sambil berkata, tanpa menambahkan penjelasan lain. 　　Perkataan Di Luan bukanlah sembarang ucapan. Naga Jiusha tahap pertengahan Dongxu bisa mengalahkan cultivator dewa tahap akhir Dongxu biasa. Serangan casual Di Qing pun sangat dahsyat. Fakta bahwa Qin Yu bisa memukul mundur pedang terbang itu dari depan memang membuktikan kekuatannya setara tahap pertengahan Dongxu. 　　"Tadi saat aku bertanya kepada para Penjaga Hukum, muncul satu hal yang perlu kujelaskan. Mohon Tuan Gua Qin Yu memberikan penjelasan," ujar Di Luan masih dengan senyuman. 　　"Silakan Yang Mulia Ketujuh bertanya." 　　Di Luan memancarkan aura tipis: "Saat itu, beberapa Penjaga Hukum lain menemukan Zha Hong tewas dan memutuskan memilih Penguasa Gua baru. Mereka mendatangi tempat tinggalmu, tapi kau sedang latihan. Mengapa kau membiarkan para Penjaga Hukum menunggu dua hingga tiga shichen (6 jam) baru bertindak?" 　　Mata Di Luan memancarkan sinar dingin. 　　Di Jian juga menatap tajam Qin Yu dengan mata membeku. 　　Qin Yu tersenyum lebar. 　　"Yang Mulia Ketujuh, takkah kau tahu pepatah... semakin tinggi ilmunya, semakin akhir penampilannya?" Qin Yu ber-sindiran halus. 　　Di Luan tertegun sejenak. 　　"Jika aku langsung bertarung saat ditantang, itu terlalu merendahkan martabatku. Dengan membuat mereka menunggu 2-3 shichen, barulah statusku terlihat. Bukankah biasanya ahli sejati bertindak demikian?" 　　Begitu kata Qin Yu selesai. 　　"Tuan Qin Yu, ini bukan candaan. Berikan penjelasan mengapa kau membuat orang menunggu 2-3 shichen!" Di Jian menghardik. 　　Saat itu, Qin Yu sebenarnya sedang menyerap energi yuan infant untuk meningkatkan levelnya dari tahap awal Meteor ke Meteor Pertengahan. Namun tentu saja fakta ini tidak bisa diungkapkan. 　　"Sudah kujelaskan tadi. Seperti yang kalian ketahui dari hasil interogasi, aku dengan mudah mengalahkan Penjaga Teng Bi. Bukankah dengan kekuatanku ini, aku berhak menunjukkan statusku?" Qin Yu berkata dengan ekspresi bingung. 　　Alis Di Luan berkerut. 　　"Huu!" 　　Dengan gerakan kilat, Di Qing sudah berada di atas podium Auditorium Utama. 　　"Lao Qi, setelah menyisir seluruh gua pertapaan ini, tidak ada yang mencurigakan. Jejak pertempuran hari itu juga sudah lenyap sama sekali," lapor Di Qing melalui telepati spiritual. 　　Beruntung Qin Yu sudah menarik Lei Shan Ju sebelum kedatangan ketiga pangeran. Keajaiban Lei Shan Ju pasti akan membuat mereka tak percaya, yang justru akan menambah masalah bagi Qin Yu. 　　"Tidak ada?" Kelopak mata Di Luan bergetar, lalu dengan gerakan cepat dia bangkit berdiri. 　　Di Istana Darah Merah tidak ada jejak sama sekali, satu-satunya yang agak berguna hanyalah Tuan Gua Qin Yu yang ada di hadapan ini. 　　"Tuan Gua Qin Yu, ikutlah bersama kami kembali ke Kuil Sembilan Bencana untuk menemui kakak kami, membantu investigasi terkait peristiwa pertempuran besar di Kompleks Ruang Rahasia Bawah Tanah waktu itu," ujar Di Luan sambil tersenyum pada Qin Yu. Saat ini, Di Qing dan Di Jian juga telah bangkit, pandangan mereka menatap tajam ke arah Qin Yu. Buku 6 Kuil Sembilan Bencana Bab 12 Menara Ungu Bencana 　　Di Luan, Di Qing, dan Di Jian ketiganya menggunakan tatapan untuk menyampaikan pada Qin Yu bahwa hanya ada satu pilihan - harus ikut dengan mereka. Tidak mau berarti hanya ada satu kata: mati. 　　Qin Yu tersenyum, awalnya hanya senyum tipis, kemudian tiba-tiba tertawa terbahak-bahak seolah mendengar lelucon. 　　"Haha... Tiga Yang Mulia benar-benar lucu. Jika ingin menyelidiki pertempuran saat itu, bukankah bisa ditanyakan di sini saja? Masih perlu ikut ke Kuil Sembilan Bencana yang jauh itu?" Qin Yu sama sekali tidak menghiraukan tatapan dingin ketiga pangeran. 　　"Pergi, atau, mati!" 　　Di Jian menatap Qin Yu, berkata dengan dingin. 　　Di Qing dan Di Luan sama sekali tidak peduli. Di mata mereka, Qin Yu kemungkinan adalah si pembunuh. Lebih baik membunuh yang salah daripada melewatkan yang bersalah. Jika Qin Yu ini terlalu arogan, membunuhnya pun tak akan mereka hiraukan. 　　Wajah Qin Yu berubah drastis, matanya menatap tajam ke arah Di Jian: "Hukuman mati? Yang Mulia Keenam, dunia cultivator monster bawah laut ini luas tak terbatas, penuh dengan ahli-ahli hebat. Kau pikir dirimu tak tertandingi sampai bisa langsung menjatuhkan hukuman mati? Ingat, selalu ada yang lebih kuat di atas langit!" 　　"Lebih kuat darimu." Kalimat Di Jian singkat. 　　Ekspresi marah Qin Yu tiba-tiba menghilang, digantikan senyuman: "Memang lebih kuat. Tapi jika kalian tidak ingin tahu tentang kotak giok hitam dan pedang giok kedelapan... silahkan bunuh saja aku." Qin Yu menutup matanya. 　　Mata Di Jian, Di Luan, dan Di Qing langsung berbinar. 　　Meskipun balas dendam untuk Adik Kedelapan harus dilakukan, pedang giok kedelapan tetap membuat mereka ngiler. 　　Pada saat yang sama, ekspresi seorang komandan pengawal dan dua Penjaga Hukum di bawah sedikit berubah, namun tak ada yang menyadarinya. 　　"Yang tahu rahasia, mati." 　　Di Jian mengarahkan pandangan ke Penjaga Hukum dan komandan pengawal lainnya. Mereka akan segera menginterogasi Qin Yu, namun para pengawal ini sudah mengetahui rahasia. Tentu saja mereka tak boleh dibiarkan hidup. 　　"Berhenti!" 　　Qin Yu segera berteriak, "Mereka adalah anak buahku! Jangan sentuh mereka! Lagipula, apa yang ditakutkan Tiga Yang Mulia? Ucapan tadi hanya sepenggal kata, mana mungkin mereka paham." Bagaimanapun juga, Qin Yu harus melindungi mereka. 　　"Benarkah Tuan Qin Yu ingin melindungi mereka?" Di Luan menatap Qin Yu. 　　Qin Yu mengangguk: "Benar. Jika kalian membunuh mereka, Istana Darah Merah-ku akan jadi hanya tinggal nama. Bila Tiga Yang Mulia nekat membunuh, kalian akan menyesal seumur hidup!" Di permukaan, Qin Yu terlihat teguh membela kebenaran, namun di dasar hatinya ia tertawa geli. "Bagaimana situasi bisa dikacaukan jika para pengkhianat itu tidak menyebarkan kabar?" 　　Akan menyesal seumur hidup! 　　Mendengar ucapan Qin Yu, raut ketiga pangeran berubah drastis. Setelah berpikir lama, akhirnya mereka mengambil keputusan. 　　"Pergilah semua!" hardik Di Luan pada orang-orang di bawahnya. 　　Para komandan pengawal dan Penjaga Hukum itu langsung panik dan berlarian keluar, termasuk Hou Fei dan Hei Yu. Sebenarnya, Hou Fei dan Hei Yu baru pergi setelah menerima telepati spiritual dari Qin Yu. Mungkinkah mereka pergi tanpa itu? 　　"Penguasa Gua Qin Yu, katakan! Bagaimana kau tahu soal kotak giok hitam?" tanya Di Luan sambil menahan amarah. 　　Di Qing dan Di Jian juga tegang. Jika Qin Yu tahu soal kotak giok hitam, besar kemungkinan dia juga tahu penyebab kematian adik kedelapan mereka, Di Tong. Dibanding kematian sang adik, kotak giok bisa dinomorduakan. 　　"Rahasia." 　　Qin Yu tersenyum dengan wajah penuh keyakinan. 　　"Tidak bicara, mati." Mata Di Jian memancarkan sinar dingin. 　　“Jika kau bunuh aku, kalian takkan pernah tahu siapa pembunuh saudara kalian itu.” Qin Yu menoleh menghindari tatapan Di Jian. Perkataannya benar, jika Di Jian membunuhnya, mereka memang takkan tahu pelakunya. 　　Mendengar ucapan Qin Yu, mata ketiga bersaudara Di Luan langsung berbinar. 　　Perkataan Qin Yu jelas mengakui dirinya tahu identitas si pembunuh. Tapi melihat sikapnya yang tidak terpengaruh tekanan, ketiganya merasa pusing. 　　“Apa Tuan Gua Qin Yu benar-benar tidak mau bicara? Bahkan sampai mati?” Suara Di Luan meningkat penuh ancaman. 　　“Benar. Bahkan mati pun tidak akan kuberitahu.” 　　Qin Yu menatap Di Luan tanpa sedikitpun ragu. 　　"Lao Qi, jangan lupa di Kuil Sembilan Bencana ada penjaga berwujud asli ular Jing!" Suara Di Qing bergema dalam benak Di Luan, membuatnya tersenyum lega. Jing termasuk monster tingkat tinggi. 　　Serangannya punya dua cara: racun dan kemampuan melahap! 　　"Melahap seseorang sepenuhnya bahkan bisa mendapatkan memori yang dilahap. Teknik rahasia ini sama dengan metode penelanan ajaib yang diperoleh Xiao Hei setelah modifikasi teknik terlarang, keduanya bisa mendapatkan memori lawan." 　　"Dengan metode ini, untuk apa interogasi paksa? Bahkan terhadap Qin Yu sekalipun, belum tentu dia berkata jujur." 　　Di Luan dalam hati sudah mengambil keputusan. 　　"Tuan Qin Yu, benarkah tidak mau bicara?" Di Luan tidak berani memberitahu fakta sebenarnya, dia khawatir Qin Yu akan bersikeras hingga mati daripada ikut ke Kuil Sembilan Bencana. 　　Qin Yu sama sekali tidak merespons. 　　"Hmph, tidak mau menerima kebaikan, harus menerima hukuman. Kakak kedua, kakak keenam, bawa dia ke Kuil Sembilan Bencana. Anak ini tahu hal tentang Sembilan Pedang dan Adik Kedelapan. Ini masalah penting, lebih baik kita musyawarahkan bersama semua saudara sebelum membuat keputusan." Di Luan berkata kepada Di Qing dan Di Jian. 　　Di Qing yang paham akting Di Luan langsung bekerja sama: "Baik, kita bawa pulang dulu." Di Jian juga mengangguk. 　　“Tuan Gua Qin Yu, kau pasti tahu siapa yang lebih kuat? Kakak kedua, segel kekuatannya.” Di Luan berkata pada Di Jian yang berdiri di samping. 　　Dingin terpancar dari mata Qin Yu yang memandang Di Jian: "Boleh ikut kalian, tapi ingin menyegel kekuatanku? Mimpi!" 　　Saat ini Qin Yu bagaikan singa yang mengamuk, seolah-olah begitu Di Jian bertindak, Qin Yu akan melawan sekuat tenaga. 　　Melihat reaksi Qin Yu, alis Di Luan mengerut. Di Jian pun membeku. Mereka tahu tujuan sebenarnya: membawa Qin Yu untuk dilahap oleh Perwira Jing Zhe. Jika Qin Yu mati di sini, rahasia tentang Adik Kedelapan dan pedang giok kedelapan akan hilang. 　　"Sudahlah, Lao Qi. Biarpun tanpa disegel, mana mungkin dia lolos dari cengkeraman kita." Di Jian menyeringai angkuh. 　　Di mata Di Jian, membunuh Qin Yu adalah hal yang mudah bagaikan membalik telapak tangan. 　　“Cuma sudah benar, namun... kalian membawaku ke Kuil Sembilan Bencana kalian, kupikir di kemudian hari kalian pasti akan menyesal.” Qin Yu tersenyum. 　　“Menyesal?” 　　Di Luan sama sekali tidak menghiraukan, dalam hatinya ber-senyum sinis, "Nanti akan ketahuan siapa yang menyesal." 　　…… 　　“Xiao Hei, kau tetap berjaga di Istana Darah Merah. Aku akan pergi jalan-jalan ke Kuil Sembilan Bencana bersama ketiga bajingan ini.” Qin Yu berkomunikasi melalui telepati spiritual kepada Hei Yu. 　　“Kakak, aku ikut denganmu.” Suara dingin Xiao Hei bergema dalam benak Qin Yu. 　　“Levelku sudah mencapai Meteor Akhir. Kecepatanku bahkan melebihi Di Jian. Jangan khawatir. Kehadiranmu malah akan membebaniku, mengerti?” Qin Yu bicara blak-blakan. Xiao Hei yang memahami situasi akhirnya nurut. 　　“Hou Fei, kau berjalan memutar ke arah Kuil Sembilan Bencana. Akan sering kuberitahukan alamatku via token komando. Bertahanlah dalam jarak puluhan ribu li. Saat pertunjukan dimulai, akan kupanggil.” Qin Yu mulai membagikan tugas. 　　Suara telepati Hou Fei dipenuhi kegembiraan: "Krek, ini luar biasa, Kakak, aku akan berangkat duluan." 　　"Penguasa Gua bernama Qin Yu, dia tahu tentang kotak giok hitam, pedang giok kedelapan. Mungkinkah yang kedelapan ada di tangannya?" Pria berjubah merah darah itu menggenggam token komando sambil bergumam. Senyum dingin mengembang di wajahnya. 　　"Qin Yu, harus dapatkan dia!" 　　Yang Mulia Teng bergumam, kemudian segera memerintahkan kepada Pemimpin Istana Qinglong. 　　"Pemimpin sangat yakin padaku, tapi aku justru ragu." Senyum getir muncul di wajah Yang Mulia Teng, "Meskipun Di Jian dan aku sama-sama berada di tahap akhir Dongxu, dan kesadaran spiritualku bahkan melampauinya, tapi naga ungu-zirah Jiusha ini jauh lebih kuat dibanding naga berkulit sisik secara bawaan. Mengalahkannya akan sulit." 　　Ekspresi pasrah terpancar dari Yang Mulia Teng. 　　Tingkat kemampuan spiritualnya sudah mencapai puncak tahap akhir Dongxu, benar-benar melampaui Di Jian. Tapi dalam pertempuran sesungguhnya, Tuan Teng tahu dirinya bukan lawan Di Jian. 　　"Hanya bisa mengandalkan kecerdikan. Fu Hao, kristal kelas tertinggi yang kuberikan padamu waktu lalu, bukan hadiah gratis." Tuan Teng segera mengirim telepati spiritual untuk mengumpulkan beberapa penjaga gua di bawah komandonya. 　　…… 　　"Pedang Giok kedelapan, Penguasa Gua Qin Yu itu ternyata tahu!" Panjang tubuh Tuan Lou secara horizontal melebihi tinggi badannya. Berbaring di kursi, gelombang lemak tubuhnya bergulung-gulung. Tuan Lou mengelus kumis tipisnya, "Sepertinya saatnya bertindak." 　　Tuan Lou ini segera mengeluarkan sebuah token komando. 　　Setelah beberapa saat, Tuan Lou mengusap keringat dingin di dahinya: "Ah, Tuan tetap memiliki temperamen besar seperti dulu. Saat bersaing dengan Dewi Qinglong dari Istana Qinglong untuk Pedang Giok ketujuh waktu lalu, akhirnya kalah. Tuan masih menyimpan dendam tentang hal itu." 　　Yang Mulia Lou baru saja memerintahkan iblis bermata tiga dari Istana Biru Air, dimana sang iblis memberikan perintah tegas bahwa Yang Mulia Lou harus menangkap Qin Yu dan menemukan pedang giok kedelapan. 　　"Teng Shan si licik itu mungkin juga diam-diam meminta." 　　Pupil iris mata Yang Mulia Lou tiba-tiba berubah seluruhnya menjadi merah, terlihat sangat jahat. 　　Di dasar laut, Di Jian, Di Luan, Di Qing bersama Qin Yu melesat melewati kolom air. Di mana pun mereka melintas, air laut terbelah membentuk gelombang bergulung. 　　"Terbang lebih cepat!" 　　Di Luan menghardik Qin Yu. 　　"Yang Mulia Ketujuh, ini sudah kecepatan maksimumku," jawab Qin Yu dengan pasrah. 　　Sebelumnya ketiganya terbang mengikuti kecepatan Di Luan yang lambat, namun dalam perjalanan pulang kali ini kecepatan harus dikurangi separuh lagi karena kemampuan terbang Qin Yu yang terlalu payah. 　　“Seorang di akhir tahap Yuanying saja bisa menyaingi kecepatanmu!” Wajah Di Qing juga suram. 　　Qin Yu tampak polos: "Kecepatanku lambat, apa lagi yang bisa kulakukan?" 　　"Kau sengaja. Dari informasi kami, saat membunuh kura-kura tua Qing Xuan itu, kecepatanmu sangat tinggi." Di Luan menatap tajam Qin Yu dan memarahinya. Qin Yu hanya bisa pasrah, "Yang Mulia Ketujuh, itu teknik kelincahan gerak. Sekarang aku sedang mengendarai pedang. Kelincahanku memang cepat, tapi mengendarai pedang jadi lambat." 　　Sikap ngeles Qin Yu akhirnya membuat tiga pangeran marah. 　　"Naik ke pedang terbangku, akan kuantar kau terbang." Di Qing menghardik. 　　"Tidak takut kubunuh kau dengan serangan mendadak?" Qin Yu tersenyum menatap Di Qing. Seketika wajah Di Qing berubah pucat. Ia sudah tahu kekuatan Qin Yu setidaknya hampir menyamai dirinya. Jika mereka bersama-sama mengendalikan satu pedang, jarak yang begitu dekat... Begitu Qin Yu menyerang diam-diam... 　　"Aku yang akan mengantarmu." 　　Di Jian berbicara dengan nada dingin. 　　Qin Yu juga dengan santai langsung melompat ke pedang terbang Di Jian. Begitu Qin Yu menginjakkan kaki di pedang terbang Di Jian, tubuh Di Jian segera diselimuti energi monster perlindungan tubuh yang pekat, sementara Pelat Pelindung Ungu di badannya juga muncul. 　　"Tampaknya, kau juga khawatir aku menyergap ya." Qin Yu tersenyum. 　　Namun Qin Yu tidak menyerang. 　　Saat membunuh Di Tong sebelumnya, Qin Yu sudah tahu betapa mengerikannya daya tahan Pelat Pelindung Ungu. Apalagi kekuatan Di Jian jauh melebihi Di Tong. Dirinya sendiri tidak yakin bisa membunuh Di Jian dengan satu pukulan. Begitu gagal membunuh seketika, dia akan dipaksa menghadapi serangan balasan mengerikan dari Di Jian. 　　Dengan keberadaan Qin Yu di atas pedang terbang Di Jian, kecepatan pergerakan mereka segera meningkat dua kali lipat. 　　Setelah terbang selama lebih dari sebulan, keempatnya tiba di Gua Rangka Besar. 　　…… 　　“Haha, tiga pangeran, sejujurnya Penguasa Gua Fu Hao benar-benar memiliki agenda tertentu terhadap Tuan-tuan, bahkan secara khusus membangun Gedung Zi Sha untuk menyambut kedatangan Yang Mulia.” Qin Yu menikmati kemegahan Gedung Zi Sha di hadapannya, memuji dengan takjub. 　　Fu Hao memiliki kulit sehalus giok, bertubuh montok, tampak sangat menggemaskan. 　　Mata bulatnya yang seperti bayi-bayi yang baru lahir berkedip lincah, lalu dengan hormat berkata: "Terakhir kali Yang Mulia pergi terburu-buru, belum sempat melihat Gedung Zi Sha ini. Seluruh pelayan pengiring sudah berada di luar, Fu Hao tahu Yang Mulia tidak suka diganggu. Jika dibutuhkan, silakan langsung beri perintah." 　　Di Qing, Di Jian, dan Di Luan memandangi rumah dua lantai di depan mereka dengan ekspresi puas. 　　Meskipun bangunan dua lantai ini tidak bisa disebut mewah, namun desainnya sangat unik dengan konstruksi khas, jelas menghabiskan banyak pikiran. 　　“Tiga Pangeran, Purple Mist Tower ini khusus dibangun untuk para pangeran dari Jiu Sha Dian. Aku tidak akan merebut ruangan di sini, akan mencari tempat lain saja.” Qin Yu tersenyum sambil berbalik, “Penguasa Gua Fu Hao, tolong aturkan tempat untukku.” 　　Di Luan memandang dingin ke arah Qin Yu, “Tidak perlu. Kau tinggal bersamaku. Kakak kedua dan keenamku di sebelah.” 　　“Kau? Tidak takut kubunuh kau?” Qin Yu menatap Di Luan sambil tersenyum. 　　Mendengar ini, wajah Fu Hao berubah pucat. Ia segera membungkuk sambil tertawa, “Para pangeran, Fu Hao mohon diri dulu. Para Tuan bisa perintahkan pelayan-pelayan itu untuk segala kebutuhan.” 　　“Kakak keenam menyukai ketenangan. Biar aku yang tinggal bersamanya untuk mengawasinya.” Di Qing menyela. 　　Sebenarnya para ahli tidak suka tinggal bersama orang lain, tapi situasi saat ini berbeda. Di Qing pun terpaksa menahan diri. Dalam hati Qin Yu bergerak halus - membunuh Di Qing yang tidak waspada, dia yakin bisa. Tapi mungkinkah Di Qing tidak waspada? 　　Jika Qin Yu gagal membunuh Di Qing dengan satu jurus, Di Jian di ruangan sebelah pasti akan bertindak. 　　…… 　　Fu Hao kembali ke ruangannya, mengusap keringat dingin di dahinya: "Sialan, masalah kali ini besar sekali. Tuan Teng dari Istana Qinglong dan Tuan Lou dari Istana Biru Air pasti akan bertindak malam ini untuk merebut Tuan Gua Qin Yu. Belum lagi tiga pangeran itu." 　　Memikirkan ini, Fu Hao tak bisa menahan kerutan di dahinya: "Pusing, sungguh pusing. Semoga aku tidak terseret. Jika tidak, pasti mati. Ternyata barang dari Istana Qinglong dan Istana Biru Air tidak mudah didapat." 　　Seluruh Gua Rangka Besar, hanya Fu Hao yang memahami bahwa malam ini adalah malam yang tidak biasa. Buku 6: Kuil Sembilan Bencana | Bab Ketiga Belas: Setetes Darah 　　Struktur Paviliun Ungu memang unik. Dari pintu utama masuk, langsung terlihat aula heksagonal. Setiap sisi heksagon terhubung dengan koridor. Selain pintu keluar/masuk utama, lima koridor lainnya memiliki beberapa ruangan. 　　Lantai satu seperti ini. Berdiri di aula lantai satu, mengangkat kepala langsung terlihat aliran air tak berujung. Karena posisi yang sama di lantai dua dibuat berlubang. 　　"Tampak luar sudah bagus, bagian dalam malah lebih memukau." Qin Yu berdiri di aula, memandangi harmoni warna paviliun ini. Dia benar-benar ingin melacak siapa yang mendesain Paviliun Ungu ini. Selain strukturnya inovatif, kombinasi warna internalnya juga luar biasa. 　　Bahkan terhadap Di Jian dan kedua rekannya pun muncul senyuman jarang terlihat. 　　"Cukup, naik ke lantai atas. Koridor di utara tepat itu." Di Jian langsung memberikan perintah. 　　Di Qing dan Di Luan juga menganggukkan kepala, sedangkan Qin Yu... sama sekali tidak memiliki hak membantah. Tentu saja, Qin Yu juga malas membantah. Bahkan saat dibawa oleh ketiga pangeran ini, senyuman tipis tetap terpancar di wajah Qin Yu. 　　Tampaknya Qin Yu sama sekali tidak khawatir akan dirinya sendiri. 　　"Tertawalah, nanti di Kuil Sembilan Bencana kau akan tertawa." Di Luan dalam hati menyeringai sinis, dia sudah membayangkan hasil akhir Qin Yu dilahap oleh Penjaga Tribulasi Jing Zhe. 　　Naik ke lantai dua, langsung menyusuri koridor utara. Di kedua sisi koridor utara terdapat kamar-kamar. Di Luan mengamati dengan cermat, lalu berkata pada Di Jian dan Di Qing: "Kakak kedua, di kamar sebelah kiri ini. Kakak keenam di sebelah kanan. Kakak kedua dan Qin Yu di tengah." 　　"Baik." 　　Di Jian mengangguk, lalu memasuki kamar sebelah kanan. Sementara Di Qing menghardik Qin Yu: "Qin Yu, ikuti aku masuk!" 　　“Jangan terlalu bersikap seperti itu, kendurkan, kendurkan!” Qin Yu tersenyum berkata, kemudian dengan santai memasuki ruangan pusat. 　　Di Luan dari belakang mengingatkan: "Kakak kedua, hati-hati! Qin Yu ini bukan orang sembarangan, dia ahli setara tahap pertengahan Dongxu. Jangan sekali-kali mengendurkan kewaspadaan." Mendengar peringatan Di Luan, Di Qing hanya menganggukkan kepala, namun tatapannya pada Qin Yu semakin tajam. 　　Setiap saat tidak boleh mengendurkan kewaspadaan. 　　Tiga pangeran Kuil Sembilan Bencana paham betul: Untuk kembali ke Kuil Sembilan Bencana dengan selamat, meski mereka bersedia, kemungkinan besar Istana Qinglong dan Istana Biru Air tidak akan mengizinkan. Bahkan di dalam Gua Rangka Besar pun, mereka tidak berani lengah sedikitpun. 　　Bagaimanapun, di mata para ahli Istana Qinglong dan Istana Biru Air, pertahanan Gua Rangka Besar hampir bisa dianggap tidak ada. 　　…… 　　Di ruangan pusat, Di Qing duduk bersila dengan mata tertutup, namun kesadaran spiritualnya sepenuhnya mengunci setiap gerakan Qin Yu. Meski Qin Yu terus mematuhi peraturan dengan duduk bersila tenang sambil menutup mata, tak satu pun tingkah mencurigakan diperbolehkan. 　　Tiba-tiba, Qin Yu membuka matanya dan tersenyum menatap Di Qing. 　　“Hah, Yang Mulia Kedua?” Qin Yu berteriak, melihat Di Qing tidak bereaksi, suaranya langsung ditinggikan, “Di Qing!”, meskipun Qin Yu tidak bisa membedakan penampilan sembilan Yang Mulia dari Kuil Sembilan Bencana, tapi dia tahu nama-nama kesembilan pangeran tersebut. Mengetahui bahwa ini Yang Mulia kedua, tentu dia tahu namanya. 　　Alis Di Qing mengkerut, matanya yang baru terbuka menyapu sekilas ke arah Qin Yu: “Memilih diam!” 　　“Yang Mulia Kedua, bukankah ini membosankan? Bagaimana kalau kita mengobrol.” Qin Yu berdiri dan berjalan mendekati Di Qing seolah ingin berada di dekatnya. Wajah Di Qing langsung berubah drastis, energi monster pelindung tubuhnya berkobar lebih kuat. Pelat Pelindung Ungu sudah menyelubungi seluruh tubuhnya. 　　“Berhenti!” 　　Di Qing membentak Qin Yu. Meski yakin bisa mengalahkan Qin Yu, menurutnya kesenjangan kekuatan mereka tidak terlalu jauh. Jika jarak terlalu dekat dan terjadi serangan mendadak, dirinya bisa tewas atau setidaknya terluka parah. 　　“Mengapa panik begitu?” ujar Qin Yu sambil tetap tersenyum, namun melihat kewaspadaan Di Qing, dia mematuhi dan berhenti bergerak. 　　Suara dingin Di Qing menggema: “Kembali ke posisimu, kalau tidak...” 　　Sebelum Di Qing menyelesaikan ancamannya, Qin Yu segera menimpali: “Baik, jangan khawatir. Aku kembali. Takkan mengganggumu lagi.” Senyumnya masih mengembang tanpa sedikit pun amarah. Dia berbalik dan berjalan kembali ke tempat semula dengan tenang melalui pintu utama. 　　“Terlalu kaku.” 　　Qin Yu bergumam pada diri sendiri, lalu duduk bersila. Ia menutup mata dan mulai berlatih dengan tenang. 　　Melihat hal itu, Di Qing juga menutup matanya. Namun kesadarannya sama sekali tidak berani mengendur, menjaga Qin Yu jelas bukan tugas yang mudah. 　　Waktu berlawan detik demi detik. Sekilas dua hingga tiga jam telah lewat. 　　Qin Yu membuka matanya, melirik pintu kamar lalu menutupnya kembali. Dalam hati ia berpikir: "Dengan kekuatan Istana Biru Air dan Qinglong, pasti kabar yang kusampaikan di Auditorium Utama sudah tersebar. Malam ini mereka pasti datang." 　　Saat itu di Auditorium Utama, bahkan jika tiga pangeran Di melakukan pembungkaman di tempat, informasi itu tetap akan bocor. Karena Qin Yu sudah menyiapkan awak sebelum kedatangan tiga pangeran, untuk diam-diam menyebarkan kabar tersebut. 　　Dugaan Qin Yu tepat. Orang-orang dari Istana Qinglong dan Istana Biru Air benar-benar datang. 　　…… 　　Mendapatkan kabar dari Fu Hao, Yang Mulia Lou tahu tiga pangeran Jiu Sha tinggal di Zishalou bersama Qin Yu. Dari kejauhan, Yang Mulia Lou bersembunyi di balik batu karang tiruan dekat Zishalou, seluruh tubuhnya mengendalikan aura. Bahkan jika Yang Mulia Teng yang kekuatannya setara datang, mungkin tidak akan mendeteksinya. 　　Mata Yang Mulia Lou kembali memancarkan warna hijau normal. 　　Sambil mengelus janggutnya, raut santai terpancar di wajah Yang Mulia Lou. 　　"Kali ini bahkan Di Jian ikut datang. Jika benar-benar bertarung, aku belum tentu bisa mengalahkan naga ungu-zirah Jiusha ini. Meski berhasil menangkap Qin Yu, melarikan diri akan sulit. Lebih baik tetap bersembunyi di sini, biarkan Teng Shan yang bertindak. Barangkali aku bisa jadi penangkap ikan." 　　Sendirian, Yang Mulia Lou mengawasi Zishalou dengan fokus total, tidak boleh lalai sedikitpun. 　　…… 　　Berbeda dengan persiapan dini Yang Mulia Lou, Yang Mulia Teng dari Istana Qinglong justru mengambil strategi kebalikan. 　　“Baru saja menempati Purple Mist Mansion, pasti mereka dalam keadaan tegang. Akan kutunggu sampai mereka beristirahat tiga shichen dan benar-benar lalai, baru diam-diam menculik Qin Yu itu.” Teng Daren berdiri di puncak pegunungan bawah laut, memandang jauh ke arah Gua Rangka Besar. 　　Di belakang Teng Daren, berdiri lima penjaga. 　　Waktu terus berlalu, wajah Teng Daren kaku seperti patung batu karang, selalu terlihat serius. 　　“Waktunya hampir tiba.” 　　Mata Teng Daren tiba-tiba berkilat, sambil berkomunikasi melalui telepati ke lima penjaga di belakangnya: “Bersiaplah kalian semua. Saat aku berhasil membawa Qin Yu kembali, misi kalian adalah menghalangi Di Jian.” 　　“Mematuhi perintah!” 　　Enam penjaga membungkuk sambil mengirimkan konfirmasi melalui telepati spiritual. 　　Saat ini mereka tidak berani bersuara. Meski jarak mereka dari Gua Rangka Besar cukup jauh, tapi mengingat kemampuan penginderaan ahli tahap akhir Dongxu yang jauh melebihi manusia biasa, lebih baik berhati-hati. 　　Dengan gerakan mengibas jubah merah darah, Yang Mulia Teng langsung menyimpan jubahnya ke dalam cincin ruang. Karena warna merah darah terlalu mencolok di dasar laut, Yang Mulia Teng yang kini berbalut hitam sepenuhnya mengandalkan kekuatan fisiknya, mulai menuju Gua Rangka Besar. 　　Naga berkulit sisik yang terkenal akan kekuatan fisiknya yang luar biasa itu membuat Yang Mulia Teng bisa memasuki Gua Rangka Besar dengan mudah, langsung menghampiri Menara Ungu. 　　Gerakannya Yang Mulia Teng begitu samar hingga para penghuni Gua Rangka Besar tak bisa melihatnya. Hanya satu orang yang menyadari kedatangannya - Yang Mulia Lou yang sudah lama mengintai sekitar Menara Ungu dengan perasaan cemas menanti kemunculannya. 　　"Akhirnya Teng Shan muncul juga. Lama sekali baru datang." 　　Seluruh tubuh Yang Mulia Lou bergetar penuh antisipasi. Dari balik batu karang tiruan tempatnya bersembunyi, matanya tak lepas mengawasi Menara Ungu sambil membayangkan skenario setelah Yang Mulia Teng memasuki bangunan itu. 　　“Bertarung langsung, aku mungkin bukan lawan Di Jian, tapi soal kesadaran spiritual, Di Jian pasti kalah.” Teng Shan penuh keyakinan karena kesadarannya sudah mencapai puncak tahap akhir Dongxu, tepatnya menginjak ambang tahap awal Kongming. 　　Kesadaran spiritualnya lebih kuat dari Di Jian, ini bukan omong kosong. 　　Dengan postur tubuh yang luwes, Teng Shan menyusup ke Purple Flame Tower lewat pintu belakang sesuai petunjuk Fu Hao. Begitu kesadarannya menyebar ke seluruh bangunan, ia langsung menemukan targetnya—Qin Yu yang sedang bersama Di Qing di sebuah ruangan. 　　Di kamar sebelah kanan Qin Yu, Di Jian tiba-tiba membuka matanya. 　　Sejenak Di Jian merasakan kejanggalan di hati, namun perlahan hilang. Meski tak paham apa yang terjadi, Di Jian semakin berhati-hati, tak lagi mengendurkan kewaspadaan. 　　Seperti deru angin kencang. 　　Tuan Teng tiba di koridor utara lantai dua Istana Ungu, gerakannya sunyi tanpa menimbulkan suara angin sedikitpun, sama sekali tidak memancarkan energi. 　　Tiba-tiba tubuh Tuan Teng membeku di tempat. 　　"Ini dia ruangannya." Mata Tuan Teng berbinar melihat kamar Qin Yu dan Di Qing. 　　"Harus langsung mengenai sasaran dalam satu serangan, melukai parah Di Qing. Tapi... jangan sampai membunuhnya, kalau tidak sembilan saudara Kuil Sembilan Bencana pasti akan berkonflik dengan Istana Qinglong." Tuan Teng telah mengambil keputusan, kilatan kejam muncul di matanya. 　　"Huu!" 　　Braak! Pintu terbuka diterpa angin, kilatan hitam langsung menyusup masuk. 　　Mata Di Qing terbuka lebar, belum sempat berteriak, tinju lawan sudah menghunjam. Di Qing hanya bisa menghalau dengan tangannya. Dentuman "Braak!" rendah bergema, disusul suara retakan tulang - lengan kanan Di Qing remuk sementara dua tulang dadanya patah. 　　Satu pihak telah menyiapkan strategi, pihak lain tak waspada. 　　Satu di tahap akhir Dongxu, satu di tahap pertengahan Dongxu. 　　Sebuah serangan habis-habisan, pukulan mematikan yang langsung mengenai sasaran, membuat lawan terluka parah. Sedangkan yang satunya hanya melakukan perlindungan terburu-buru. 　　Mustahil Di Qing bisa lolos tanpa luka parah! 　　"Siapa?!" 　　Teriakan keras dari ruangan sebelah kanan segera bergema. Ledakan mengguncang, siluet samar menerobos dinding kedua ruangan. Saat ini Yang Mulia Teng telah sampai di sisi Qin Yu, tangannya langsung menyambar. 　　Sambil berkomunikasi melalui telepati spiritual: "Jangan melawan. Aku di sini untuk menyelamatkanmu." 　　Senyum tipis mengembang di sudut bibir Qin Yu. Dalam hati ia bergumam: "Akhirnya datang juga." 　　Tidak melawan? 　　Mungkinkah Qin Yu melakukannya? Tentu tidak. Inilah peluang yang ditunggunya. 　　Meski Yang Mulia Teng telah bertelepati demikian, ia tak menyangka Qin Yu akan menyerah begitu saja. Maka sambaran tangannya dikerahkan dengan kekuatan penuh. Terlihat kedua tangan Qin Yu tiba-tiba berpendar keemasan. 　　Qin Yu menggerakkan tangan membentuk lingkaran, energi bintang keemasan membentuk pola Tai Chi. 　　"Braak!" 　　Energi bintang dan cengkeraman Yang Mulia Teng saling bertabrakan, bentuk taichi emas itu hanya bertahan sekejap sebelum runtuh, namun—— 　　“Ah!” 　　Qin Yu langsung menjerit kesakitan, tubuhnya terlempar tak berdaya ke arah Di Qing. Pada saat yang sama, Di Jian yang sedang murka menghardik: “Teng Shan!!” Di Jian bagaikan harimau keluar sarang, langsung menyerbu ke arah Teng Shan. 　　Teng Shan segera tahu situasi memburuk, dirinya jelas bukan tandingan Di Jian. Tapi untuk mengejarnya pun, Di Jian akan kesulitan. 　　“Teng Shan!” 　　Dibandingkan Di Jian, Di Luan bereaksi lebih cepat. Dari arah lain dia sudah menyambar, langsung menghadang Teng Shan. Menatap Di Luan, raut wajah Teng Shan dipenuhi sikap meremeh. Dengan lambaian tangan, dia menghantam Di Luan hingga terjatuh ke lantai bawah Puri Ungu. 　　Teng Shan kemudian menerobos keluar jendela. 　　Di Qing dan Di Luan berturut-turut mengalami luka parah. 　　Pada saat ini, Di Jian sama sekali tidak sempat melacak kondisi cedera Di Qing dan Di Luan. Pilihan pertama Di Jian adalah langsung mengusir Teng Shan. 　　Qin Yu terlempar tak berdaya ke bawah. Melihat pola geraknya, titik jatuh Qin Yu seharusnya berada di samping Di Qing. 　　Namun tepat saat Qin Yu hendak mendarat, postur tubuhnya tiba-tiba berakselerasi secara aneh. Bergerak lurus seperti panah menuju Di Qing. Jarak antara Qin Yu dan Di Qing yang sudah sangat dekat, ditambah kecepatan Qin Yu yang mencapai kesempurnaan dalam sekejap. 　　Ditambah lagi, Di Qing dalam kondisi terluka parah. 　　"Matilah kau!" 　　Telepati spiritual Qin Yu menggema dalam benak Di Qing. Di Qing yang terluka itu langsung terkejut. Saat itu juga, sebuah belati pendek - Pedang Yan Chi - tiba-tiba muncul di telapak tangan Qin Yu. Senjata itu langsung menghujam tepat di titik yang sebelumnya diserang Teng Shan. 　　Di bagian ini, Pelat Pelindung Ungu sudah hancur akibat serangan Teng Shan. Pedang Yan Chi milik Qin Yu adalah artefak spiritual kelas atas, ditambah energi bintang emas Qin Yu yang menembus sepenuhnya. Titik serangan terfokus pada ujung pedang. Kekuatan serangan ini bahkan melampaui serangan Teng Shan sebelumnya. 　　"Brak!" 　　Suara sangat halus terdengar. Pedang Yan Chi langsung menembus dada Di Qing, menusuk paru-parunya. 　　Pedang Yan Chi sangat tipis, setipis sayap capung. Luka itu hampir tak terlihat. 　　Melihat tatapan dingin Qin Yu, Di Qing panik dan segera ingin mengendalikan yuan infant-nya untuk melarikan diri. Namun seberkas energi bintang emas tiba-tiba menyembul dari Pedang Yan Chi, membentuk tali emas yang langsung mengikat yuan infant Di Qing. 　　"Mohon ampun, Qin Yu! Ampuni saya! Kakak-kakakku pasti tidak akan membahayakanmu! Ampunilah aku!" Di tengah situasi hidup-mati, Di Qing berteriak panik melalui telepati spiritual. 　　"Terlambat!" 　　Sekejap, ujung tali emas yang setajam jarum langsung menembus yuan infant. Jiwa Di Qing langsung tercerai-berai. Postur tubuh Qin Yu seperti orang 'terluka parah', limbung terjatuh di samping mayat Di Qing. 　　Bahkan yuan infant Di Qing pun tidak diambil Qin Yu. 　　Karena Qin Yu hendak membebankan kesalahan pada Teng Shan, energi dalam tubuhnya bergolak. Darah segera mengalir dari mulutnya. Bagaimanapun juga, pura-pura terluka parah harus terlihat meyakinkan. Qin Yu terbaring lemah di tanah, seluruh wajahnya pucat sekali. 　　Tiba-tiba, sebuah bayangan melesat naik. Di Luan! Di tangannya kini tergenggam botol giok. 　　"Kakak kedua, kenapa kau tidak minum 'Yuxin Wan'?" 　　Saat ini, luka Di Luan sepertinya sudah pulih separuh, namun ketika Di Luan membantu mengangkat Di Qing, tiba-tiba dia membeku. Seluruh tubuhnya tertegun, sekejap, teriakan kesakitan yang menyayat hati menggema: "Kakak kedua!!!" 　　Hingga saat ini, setetes darah baru perlahan mengucur dari luka di tubuh Di Qing yang ditinggalkan oleh Pedang Yan Chi. Buku 6 Kuil Sembilan Bencana Bab Keempat Belas Kuil Sembilan Bencana 　　Di luar Menara Ungu Bencana. 　　"Si Di Jian ini benar-benar gila. Aku saja tidak berhasil menangkap Qin Yu, dia masih saja membuntutiku." Teng Shan dalam hati mengumpat, dia sama sekali tidak sempat menyembunyikan aura lagi, seluruh tubuhnya berubah menjadi kilat hitam yang melesat kabur, sementara Di Jian yang sedang murka itu bersikeras ingin memberikan pelajaran berat kepada Teng Shan. 　　Yang Mulia Lou yang bersembunyi di balik batu karang tiruan menyaksikan dua siluet manusia melesat bagai kilat. 　　"Benar-benar luar biasa!" 　　"Yang Mulia Lou yang rencananya berhasil, seketika tubuhnya secepat kilat langsung melesat ke arah Purple Demon Tower. Namun tepat pada saat itu, teriakan kesedihan dan penderitaan Di Luan bergema." 　　"Kakak kedua!!!" 　　Di Jian yang sedang mengejar Teng Shan mendengar teriakan itu, tubuhnya tiba-tiba berhenti, wajahnya seketika memucat. Seluruh energi di permukaan tubuhnya bergelora, Di Jian melesat ke Purple Demon Tower dengan kecepatan yang lebih cepat dari saat mengejar Teng Shan. 　　"Tidak mungkin, Teng Shan tidak akan..." 　　Di Jian masih mencoba menghibur diri dalam hati, namun ketika ia tiba di jendela lantai dua Purple Demon Tower, matanya langsung menangkap sosok Di Jian yang tergeletak di sudut ruangan. Sementara Qin Yu yang wajahnya pucat itu sedang digenggam oleh sosok manusia, seketika menghilang ke ruangan lain. 　　"Kakak keenam, cepat kejar!" 　　Di Luan yang terluka parah lagi segera membentak. 　　"Jika Di Qing mati, meski aku sedih juga tak berguna. Saat ini yang terpenting adalah merebut Qin Yu." 　　Rebut Qin Yu, bunuh Di Qing. 　　Saat ini Di Jian dipenuhi kebencian, melesat dengan gesit ke arah sosok itu. Di Jian langsung mengenali pria bertubuh pendek dan gemuk yang menangkap Qin Yu di depannya. Di seluruh dunia cultivator monster bawah laut, hanya ada satu orang bertubuh pendek dengan kekuatan setinggi itu—— 　　"Lou Ke, berhenti! Atas kau akan kubunuh!" 　　Teriakan Di Jian menggema. Kecepatannya jelas melebihi Lou Ke yang masih membawa seorang manusia, membuat jarak mereka semakin menyempit. Hanya dalam sekejap, Di Jian hampir menyusul Lou Ke. 　　"Kodok Darah, mari kita bekerja sama. Qin Yu akan kita bagi, bagaimana?" Suara telepati spiritual Teng Shan bergema di udara. 　　"Lou Ke dalam hati dipenuhi kemarahan membara, namun melihat kondisi Di Jian yang sedang mengamuk, dengan cepat ia mengirimkan telepati spiritual: 'Kau si naga berkulit sisik ini, baiklah! Aku setuju. Mari kita gabungkan kekuatan untuk mengalahkan Di Jian terlebih dahulu. Rahasia pedang giok yang diketahui Qin Yu akan kita bagi bersama.'" 　　Mata Di Jian memerah. 　　Di Qing telah mati. Kakak keduanya telah tiada. Selama ribuan tahun, Sembilan Saudara tak pernah kehilangan anggota. Siapa sangka, dalam waktu singkat ini, setelah Adik Kedelapan baru saja gugur, kini Kakak kedua pun tewas dibunuh. 　　"Di Jian, pergilah kembali! Atau bersiaplah memunguti jenazah saudaramu!" 　　Teng Shan muncul di samping Lou Ke dengan wajah dingin. Lou Ke kini tak lagi mencoba kabur, hanya memasang segel larangan pada tubuh Qin Yu sehingga tak bisa bergerak. Keduanya berdiri mengambang di lautan, berhadapan dengan Di Jian. 　　“Hei, Teng Shan, kau benar-benar berani melakukannya! Sampai membunuh Di Qing, salut, salut!” 　　Lou Ke berkata pada Teng Shan. 　　Teng Shan dengan wajah penuh keraguan: "Apa maksudmu? Meskipun aku memberikan pukulan berat, aku masih yakin paling parah hanya luka serius. Kau tahu sendiri, teknik pengobatan Kuil Sembilan Bencana termasyhur di dunia kultivasi seberang laut. Asal tidak mati, pemulihan pasti mudah." 　　"Kau tidak membunuh? Tadi aku melihat Di Qing sudah mati. Akui saja." Lou Ke tertawa. "Jangan khawatir, dengan dukungan Pemimpin Istana Qinglong di belakangmu, apa yang bisa dilakukan Kuil Sembilan Bencana meski kau bunuh Di Qing?" 　　"Diam!" 　　“Di Jian tiba-tiba menghardik, sementara Di Luan juga melesat keluar, memandang Teng Shan dengan kebencian: "Yang Mulia Teng, Wakil Pemimpin Istana, meskipun statusmu mulia, kakak keduaku juga adalah Jiu Sha Dian. Kau membunuhnya berarti memusuhi semua saudara kami di Sembilan Bencana."" 　　"Teng Shan, bersiaplah mati." 　　Suara Di Jian bahkan lebih kejam. 　　Saat ini tubuhnya diberi segel larangan, duduk di atas karang, Qin Yu mendongak menyaksikan adegan ini. 　　"Ributlah, ribut yang lebih spektakuler!" 　　Dibandingkan Benua Qianlong, dunia kultivasi laut memang penuh ahli. Praktisi Golden Core pondasi dasar tak berarti apa-apa, ahli Nascent Soul masih dianggap kuat di daerah terpencil, tapi di mata kekuatan besar seperti Sembilan Bencana, baru praktisi Hollow Void-lah yang memenuhi syarat berbicara. 　　Lima kekuatan utama dunia kultivasi laut: Wilayah Suci Penglai, Penjara Iblis Api Ungu, Istana Qinglong, Kuil Sembilan Bencana, dan Istana Biru Air. 　　Cultivator monster bawah laut telah menguasai tiga dari lima kekuatan besar ini. Selama bertahun-tahun, tiga kekuatan besar Istana Qinglong, Kuil Sembilan Bencana, dan Istana Biru Air tetap menjaga keseimbangan. Namun Qin Yu sekarang berencana memprovokasi ketiganya untuk saling bertarung. 　　Status Istana Darah Merah milik Qin Yu perlu ditingkatkan. Mengingat tekanan terbaru dari Kuil Sembilan Bencana, biarkan mereka bertarung dulu dengan Istana Qinglong dan Istana Biru Air. Sensasi menjadi nelayan yang memungut keuntungan dari pertikaian orang lain memang cukup menyenangkan. 　　Di bawah, Qin Yu menyaksikan pertempuran. Di atas, ketiga orang itu semakin memanas dalam perdebatan. 　　"Memang Istana Qinglong kuat. Pemimpin Istana Qinglong adalah ahli terkuat di lautan. Tapi... kau Teng Shan telah membunuh kakak keduaku. Maka, kau harus mati!" Di Jian telah menetapkan tekad untuk membunuh orang di hadapannya, aura keseluruhan tubuhnya mulai mengamuk. 　　Di Luan mundur cepat. Ia sadar kehadirannya hanya akan membebani kakak keenamnya. 　　"Apakah seranganku memang terlalu keras?" Teng Shan tampak ragu-ragu dengan apa yang baru dilakukannya. 　　"Meskipun pukulan itu menghancurkan tulang dada lawan, tapi Di Qing kan ahli tahap pertengahan Dongxu. Mungkinkah dia mati begitu mudah? Namun wujud asli Di Jian saat ini jelas bukan bohong." 　　"Kodok Darah, Di Jian ini benar-benar akan menyerang. Abaikan yang lain, serang bersama! Hmph! Membunuh seorang Jiu Sha Dian pun tak masalah! Masak seorang Wakil Pemimpin Istana Qinglong tidak boleh membunuh Jiu Sha Dian?!" 　　Aura tiba-tiba berubah sangat berdarah dingin. 　　"Baik! Aku akan bertempur bersama melawan naga ungu-zirah Jiusha ini!" Lou Ke juga memancarkan aura. 　　Di mata Istana Qinglong dan Istana Biru Air, Kuil Sembilan Bencana jelas merupakan yang terlemah di antara tiga kekuatan besar. Istana Qinglong dan Istana Biru Air sama-sama mengandalkan ahli-ahli terbaik sebagai penopang, sementara sembilan Kuil Sembilan Bencana tidak bisa menandingi Pemimpin Istana Qinglong maupun Iblis Bermata Tiga. Mereka hanya berada di tahap pertengahan Dongxu, dengan sedikit lebih banyak ahli tahap akhir Dongxu. Selain itu, mereka semua adalah naga ungu-zirah. 　　"Mengaum～～～" 　　Di Jian tiba-tiba menggeram rendah, berubah menjadi seekor naga raksasa berwarna ungu sepanjang hampir seratus meter. Deretan duri tajam keunguan di punggungnya memancarkan kilatan cahaya yang membeku. Kedua cakar naga itu langsung menyambar ke arah Teng Shan dan Lou Ke. 　　"Langsung berubah wujud asli di awal." 　　Teng Shan juga murka. Dengan mendongakkan kepala, dia mengaum keras dan berubah menjadi naga berkulit sisik sepanjang seratus meter. Tubuhnya lebih ramping dibanding naga biasa, namun masih sebesar tong, dengan corak hijau-putih yang saling berkelindan terlihat sangat mengerikan. 　　"Kwek kwek～～" 　　Lou Ke mengeluarkan suara kwek-kwek aneh, seluruh tubuhnya seketika berubah menjadi katak raksasa berwarna merah darah setinggi 7-8 meter. Mata katak itu membelalak lebar dengan kilatan cahaya merah darah berputar di dalamnya. 　　…… 　　Raungan Naga Ungu-Zirah menggema, serangan cakar naga, pedang terbang dari mulut, tanduk menyerang, ekor naga mencambuk. Bahkan naga ini melepaskan segel larangan serangan. Kekuatan Naga Ungu-Zirah tahap akhir Dongxu ini jauh melampaui Di Tong. 　　Menghadapi kegilaan Di Jian. 　　Mungkinkah Teng Shan dan Lou Ke, dua ahli ini, akan ragu bertindak? 　　Serangan cakar Naga Qiu tak kalah dari Naga Ungu-Zirah, kecepatan manuver tubuh naga bahkan lebih cepat. Namun dalam hal kekuatan fisik, masih kalah dari Naga Ungu-Zirah. Sedangkan Katak Darah itu sungguh mengerikan, seluruh tubuhnya diselimuti kabut merah darah. 　　Racun, racun mematikan. 　　"Kwek kwek." 　　Kodok Darah menggeram dua kali, kantung pipinya menggembung lebih besar dari kepalanya, lalu membuka mulut mengeluarkan pedang terbang merah darah. Pedang terbang Kodok Darah ini berbeda dari yang lain, seharusnya disebut 'pedang racun'. 　　Naga Ungu-Zirah Jiusha melawan dua musuh sekaligus - Naga Berkepala Dua dengan serangan jarak dekat, sementara Kodok Darah menggunakan serangan kabut racun dan pedang racun. 　　Pertarungan itu begitu sengit hingga menggelapkan langit dan bumi. 　　Seluruh Gua Rangka Besar gempar, tapi tak ada yang berani mendekat. Anehnya, di tengah pertempuran sengit, Kodok Darah masih sempat membuat perisai pelindung di sekitar Qin Yu. Jika figur penting ini tewas karena gelombang kejut pertarungan tiga ahli, itu akan jadi bencana. 　　"Roaaar～～" 　　Dengan suara raungan yang menggema sepanjang hari, semburan energi ungu yang ganas seperti badai menghujam ke arah Qiu Long dan Xue Hamo. Keduanya tak kuasa menahan diri dan langsung mundur cepat. Seketika, Qiu Long dan Xue Hamo berubah wujud menjadi manusia. 　　Teng Shan terlihat agak kewalahan, geram berkata: "Tak kusangka Di Jian sekuat ini. Xue Hamo, sepertinya kita salah hitung kali ini. Pergi!" 　　Teng Shan tak peduli lagi, langsung kabur menyelamatkan diri. 　　Xue Hamo bahkan lebih ekstrim, langsung meninggalkan Qin Yu begitu saja dan melarikan diri. 　　"Kakak keenam." Di Luan kini mendekat. Di Jian yang sudah kembali ke wujud manusia juga terlihat agak compang-camping. Seluruh tubuhnya masih bergetar oleh energi monster, wajahnya pucat keunguan. Butuh beberapa saat baru pulih. 　　"Aku baik-baik saja." Di Jian menghela nafas panjang. 　　Dengan gerakan tangan, dia menghancurkan segel larangan pada tubuh Qin Yu. 　　Di Luan menatap Qin Yu dengan mata penuh kebencian: "Karena kau! Jika bukan karenamu, bagaimana mungkin kakak keduaku mati?" Di Luan mengayunkan tamparan, Qin Yu yang pura-pura terluka parah hanya bisa mengelak dengan susah payah. 　　"Plak!" 　　Tamparan yang awalnya ditujukan ke wajah Qin Yu, akhirnya mendarat di kepalanya. 　　"Di Luan, jangan keterlaluan! Aku lebih baik mati daripada ikut ke Kuil Sembilan Bencana bersamamu!" Qin Yu menatap tajam Di Luan. 　　"Lao Qi, beri dia Pil Hijau Giok agar lukanya cepat pulih." 　　Menyadari batas, Di Luan melemparkan pil ke Qin Yu. Dengan senyum, Qin Yu menelannya. Pil itu seketika berubah menjadi aliran energi jernih yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Luka yang sengaja dibuatnya pun pulih, bahkan kekuatan internalnya sedikit meningkat. 　　"Legenda mengatakan obat-obatan Kuil Sembilan Bencana termasyhur di Dunia Xiuzhen seberang lautan. Ternyata benar adanya." puji Qin Yu. 　　Di Luan sama sekali tidak memandang Qin Yu. Jika bukan karena Qin Yu mengetahui informasi pedang giok kedelapan, perkiraan Di Luan akan langsung menghabisi Qin Yu dengan cara paling kejam. 　　Di Jian menatap Gua Rangka Besar dengan wajah dingin: "Hmph, Di Luan, kami baru tinggal di Gua Rangka Besar semalam saja, orang-orang dari Istana Qinglong dan Istana Biru Air sudah datang. Pasti ada pengkhianat di sini. Karena pengkhianat ini, Kakak kedua tewas." 　　Di Luan menunjukkan sorot mata gila-gilaan sambil menatap Gua Rangka Besar: "Kakak keenam, maksudmu?" 　　"Bantai habis! Dari Penguasa Gua hingga pengawal dan pelayan, jangan tinggalkan satu pun!" Suara Di Jian terdengar sangat kejam. 　　Qin Yu tertegun dalam hati. 　　Pembantaian? 　　"Di Qing dan yang lainnya di Istana Darah Merah milik mereka sendiri, membunuh seenaknya. Qin Yu sudah lama menyimpan kebencian terhadap mereka. Kali ini, membunuh Di Qing sekaligus membebankan kesalahan pada orang lain, Qin Yu bertindak begitu tegas. Tapi orang-orang Kuil Sembilan Bencana ini benar-benar kejam." 　　Gua Rangka Besar, seluruh penghuni gua. 　　"Di Luan, Di Jian, ini seluruh penghuni gua, ribuan orang. Mata-mata cuma segelintir saja, kalian..." Meski Qin Yu kejam, ia agak tak tega melihatnya. 　　"Diam!" 　　Di Jian melirik Ding Yu dengan dingin. 　　…… 　　Malam Berdarah. 　　Seluruh Gua Rangka Besar terendam genangan darah. Di Jian dan Di Luan membunuh dengan cara yang mengerikan. Mereka berubah jadi dua ekor naga ungu-zirah Jiusha, bergerak membabi buta. Sama sekali tak ada yang bisa menghentikan mereka di seluruh gua. 　　Qin Yu masih ingat jeritan Fu Hao sebelum mati. 　　"Pergi! Mulai hari ini, tidak akan memasuki gua pertapaan apapun, langsung kembali ke Kuil Sembilan Bencana." Di Luan juga mengambil keputusan. 　　Qin Yu dan Di Luan sama-sama berada di pedang terbang raksasa Di Jian. Bertiga menumpang satu pedang terbang. Kecepatan mereka bahkan jauh lebih cepat dibanding saat rombongan meninggalkan Istana Darah Merah. Demikianlah, mereka bergerak dengan gesit menuju Kuil Sembilan Bencana. 　　…… 　　Setelah pertempuran ini, Istana Qinglong dan Istana Biru Air muncul dari balik layar ke depan panggung. Sekaligus hubungan persahabatan antara Istana Qinglong, Istana Biru Air dengan Kuil Sembilan Bencana mulai retak. Pedang giok kedelapan menjadi pemicu keretakan hubungan ini. 　　Pembantaian Di Jian dan Di Luan di Gua Rangka Besar membuat gua-gua pertapaan lain panik. 　　Untunglah Di Jian dan Di Luan tidak berhenti sama sekali dalam perjalanan kembali ke Kuil Sembilan Bencana, tidak singgah ke gua pertapaan manapun. Seandainya sampai di sana, diperkirakan para penguasa gua itu pasti akan gemetar ketakutan. 　　Kematian Di Qing. 　　Kuil Sembilan Bencana secara langsung menegur Istana Qinglong, mempertanyakan mengapa Wakil Pemimpin Teng Shan membunuh Di Qing? 　　Teng Shan membantah tuduhan tersebut. Ia hanya mengakui telah melukai parah Di Qing dengan serangannya. 　　Namun saat itu, setelah tinjunya menghantam Di Qing hingga terluka parah, Teng Shan tidak melakukan pemeriksaan mendalam dan langsung mengejar Qin Yu. Oleh karena itu, Teng Shan sendiri tidak 100% yakin apakah Di Qing mati karena serangannya. Mungkin energi monster-nya menghancurkan dada Di Qing dan melukai yuan infant-nya, atau getaran energi itu menghancurkan jiwa Di Qing. 　　Selama hampir satu tahun ini, seluruh dunia cultivator monster bawah laut mengalami gejolak. Nama Qin Yu pun terkait dengan Pedang Giok Kedelapan, menyebar ke seluruh komunitas cultivator monster bawah laut. 　　…… 　　Di depan gerbang Kuil Sembilan Bencana. 　　Di Long, Di Xu, Di Yang, Di Feng, Di Nai—lima bersaudara berdiri berdampingan. Mereka sudah mengetahui melalui token komando bahwa Di Jian dan Di Luan akan segera kembali. Beberapa saat kemudian, kelima bersaudara ini melihat Di Jian, Di Luan, serta Qin Yu yang sedang meluncur dengan pedang terbang dari kejauhan. 　　Saat mendarat di depan lima bersaudara itu, wajah Di Jian dan Di Luan hanya memancarkan kesedihan. 　　"Lao Liu, Lao Qi." 　　Di Long dan empat saudaranya lainnya menatap Di Jian dan Di Luan. 　　"Kakak kedua sudah mati." 　　Di Long berbicara perlahan. Mata semua saudara memerah. Kematian Di Qing jelas menjadi pukulan berat bagi tujuh saudara tersisa Jiu Sha. Butuh waktu lama sebelum mereka pulih dari kesedihan mendalam. Di Luan menatap Qin Yu dengan kilau dingin di matanya: "Saudara-saudara, inilah Qin Yu." 　　Di Long dan keempat orang lainnya juga menatap Qin Yu. 　　Di mata para saudara, baik kematian Di Tong maupun Di Qing, semuanya terkait dengan Qin Yu ini. Setiap saudara ingin membunuh Qin Yu untuk meluapkan kebencian dalam hati, hanya Di Long yang masih bisa menjaga ketenangan. Buku 6 Kuil Sembilan Bencana Bab 15 Hukuman Mati 　　Kompleks Kuil Sembilan Bencana berbentuk "Dua Belas Gerbang", dengan dua belas istana yang dibangun di posisi formasi strategis. Di antara istana-istana tersebut terdapat taman, halaman pribadi, dan paviliun. Sembilan dari dua belas istana ini menjadi milik Sembilan Yang Mulia. 　　Tiga sisanya adalah Istana Qiankun, Istana Harta Karun, dan Auditorium Utama. 　　Saat ini, tujuh Yang Mulia yang selamat dari Kuil Sembilan Bencana bersama Qin Yu berkumpul di auditorium utama. Tujuh Yang Mulia duduk berjajar, sementara Di Long menduduki tempat tertinggi. Hanya Qin Yu yang berdiri. 　　Jubah hitam berkibar, Qin Yu membungkuk hormat: "Penguasa Gua Istana Darah Merah, Qin Yu, menghadap Yang Mulia Pertama dan para pangeran." 　　Qin Yu saat ini tetap tenang, tak angkuh namun santun, tersenyum menghadap semua orang. 　　Sejak kecil sebagai putra mahkota kerajaan, ia terbiasa dengan situasi besar. Tujuh pangeran Kuil Sembilan Bencana ini meski berkekuatan tinggi, namun dari segi kemegahan tak sebanding dengan kemewahan keluarga kaisar orang biasa. Bagaimanapun jumlah cultivator monster takkan menyamai populasi manusia biasa. 　　"Qin Yu, kukatakan padamu—mengapa adik kedelapanku sampai tewas?" Di Long dari atas podium bertanya dengan nada menghakimi. 　　Qin Yu tersenyum: "Yang Mulia Pertama, sebelum membahas kematian sang adik kedelapan, izinkan aku menceritakan secara singkat peristiwa yang kualami. Setelah mendengar kisahku, semua akan menjadi jelas." Ia berbicara dengan lancar. 　　Para pangeran di bawah mulai menunjukkan ketidaksabaran. 　　Para pangeran ini sangat paham, jika langsung menangkap Qin Yu lalu membiarkan Penjaga Jing Zhe melahapnya, bukankah semua informasi bisa langsung diketahui? Namun tindakan ini memiliki satu kelemahan... tidak bisa memastikan kebenaran perkataan Penjaga Jing Zhe. 　　"Baik, kau boleh bicara." Di Long juga tak terburu-buru. 　　Qin Yu menganggukkan kepala, kemudian berkata: "Dulu, setelah ilmu beladiriku mencapai tingkat tertentu, aku dan saudaraku Hou Fei meninggalkan perguruan kami. Kemudian kami mengembara hingga tiba di wilayah Darah Merah tempat para cultivator monster berkumpul." 　　"Perguruan?" 　　Ketujuh pangeran, termasuk Di Long, mengerutkan alis mendengar kata ini. Sebagian besar cultivator monster berlatih secara mandiri dengan warisan ilmu dari suku mereka, sangat jarang yang memiliki perguruan. Wajar mereka terkejut mendengar Qin Yu menyebut-nyebut perguruan. 　　Qin Yu melanjutkan: "Kemudian di wilayah Chi Xue, setelah bertarung dengan Zha Ge, kami justru menjadi akrab dan akhirnya diangkat sebagai penjaga di Istana Gua Darah Merah. Aku meminta petunjuk Guru, beliau berpendapat aku perlu ditempa-ditempa di istana gua ini untuk meningkatkan kemampuan mengelola hubungan interpersonal." 　　"Tapi kemudian..." Tatapan Qin Yu tiba-tiba berkabut, seolah sedang mengarungi ingatan akan hari itu. 　　Di Long dan para pangeran lainnya segera memusatkan perhatian. Mereka tahu Qin Yu akan menyentuh inti persoalan. 　　"Saat itu, Yang Mulia ke-8 dan Penguasa Gua Zha Hong bertempur habis-habisan di kompleks ruang rahasia bawah tanah. Dalam pertempuran itu, Zha Hong gugur. Yang Mulia ke-8 memperoleh kotak giok hitam yang butuh 100 tahun untuk dibuka oleh Zha Hong, sehingga secara alami mendapatkan pedang giok kedelapan." 　　"Seharusnya ada jade slip di dalamnya juga," Di Long tiba-tiba menyela. 　　“Tidak tahu, Guru tidak memberitahuku apakah ada di dalamnya.” Qin Yu menjawab secara alami, “Tapi kemudian ada orang misterius yang tiba-tiba muncul, langsung menyergap Yang Mulia ke-8. Kekuatan si penyerang itu sendiri sudah melampaui Yang Mulia ke-8, ditambah lagi serangan mendadak, Yang Mulia ke-8 langsung dibunuh di tempat.” 　　“Pantas mati!” 　　“Brengsek!” 　　Para pangeran di Auditorium Utama segera mulai mengutuk. 　　Di Long justru menunjukkan wajah tenang, melanjutkan pertanyaan: “Qin Yu, ujianmu seolah kau melihat langsung. Bagaimana kau tahu?” 　　“Guru yang memberitahu.” Qin Yu tersenyum menjawab. 　　Di Long terus bertanya: “Lalu bagaimana Guru-mu mengetahuinya? Jika kesadaran spiritual Guru-mu begitu hebat sampai bisa menemukan proses kejadian, mengapa tidak membunuh si orang misterius itu dan merebut pedang giok kedelapan?” 　　“Guru dengan kesaktian luar biasa, mana mungkin menginginkan pedang giok kedelapan itu? Legenda Sembilan Pedang ini sudah lama diketahui Guru. Saat kesadaran spiritualnya menemukan kotak giok hitam, Beliau sudah menebak semuanya. Guru mendalami Jalan Langit, sangat angkuh. Jika orang misterius itu merebutnya, itu sudah menjadi takdirnya.” Qin Yu tiba-tiba menghela napas. 　　“Aduh, saat pertempuran besar aku juga tidak tahu. Seandainya aku tahu sebelumnya dan meminta bantuan Guru, mungkin Yang Mulia ke-8 bisa diselamatkan. Meskipun Guru penyendiri, Beliau sangat memperhatikan aku sebagai satu-satunya muridnya.” 　　Di Long menganggukkan kepala. 　　Tiba-tiba— 　　“Lao Liu, kau sendiri yang mengawal Qin Yu masuk ke Istana Qiankun, sementara kurung di Ruangan ‘Kan 1’.” Di Long tiba-tiba memerintahkan Di Jian untuk mengurung Qin Yu di sebuah ruangan istana. 　　Qin Yu tidak memberontak. 　　“Yang Mulia Keenam, tak perlu menggunakan kekerasan. Aku akan ikut denganmu. Dengan kekuatanmu, masih khawatir aku melarikan diri?” Melihat Di Jian mengulurkan tangan untuk menangkap kedua lengannya, Qin Yu segera berkata. 　　“Baik.” 　　Di Jian memang sangat yakin pada kemampuannya sendiri. Langsung membawa Qin Yu meninggalkan Auditorium Utama menuju Kuil Sembilan Bencana. 　　Qin Yu tidak tahu bahwa Kuil Sembilan Bencana sebenarnya adalah penjara khusus untuk narapidana penting. Para pengawal yang menjaga setiap ruangan di sini adalah pasukan paling setia dari Jiu Sha Dian. Sangat sulit melarikan diri dari tempat ini! 　　Qin Yu dan Di Jian berjalan berdampingan menyusuri jalan batu pualam yang tertanam di daratan, bergerak lurus ke depan. 　　“Yang Mulia Keenam, kalian menahanku karena khawatir aku kabur. Tapi sebenarnya apa tujuan penangkapan ini? Semua yang perlu kukatakan sudah kuutarakan tadi. Tolong beri tahu sebelumnya jika nanti akan melepaskanku.” 　　Qin Yu menyapa Di Jian dengan ramah. 　　Di Jian memandang dengan ekspresi dingin. 　　Di dalam hati Di Jian, Qin Yu sudah dianggap orang mati. Melepaskannya? Begitu Penjaga Jingzhe melahap Qin Yu, bahkan tubuh fisiknya pun tak akan tersisa. 　　"Eh, istana ini bernama 'Istana Harta Karun'? Apakah ada banyak harta karun?" Qin Yu mengamati istana itu yang justru dijaga sedikit pengawal. Jika benar tempat penyimpanan harta karun seberat itu, mengapa penjaganya sedikit? 　　Di Jian yang jarang bicara membuka mulut: "Istana Harta Karun ini merupakan tempat penyimpanan harta terpenting dari 12 istana Kuil Sembilan Bencana kami. Namun kami tidak takut dicuri orang." 　　"Oh, mengapa begitu?" tanya Qin Yu penasaran. 　　Ucapan Di Jian dipenuhi kesombongan: "Tahukah kau apa kehebatan terbesar Kuil Sembilan Bencana kami?" 　　"Obat-obatan." Qin Yu segera menjawab. 　　Di Jian menunjukkan senyuman tipis di wajah: "Harus diketahui, dalam hal meracik pil dan merakit senjata spiritual, cultivator monster memang tidak bisa menandingi manusia. Namun seni meracik pil di Kuil Sembilan Bencana kami bisa disejajarkan dengan sekte kultivator pembuat senjata terhebat. Rahasianya terletak di Paviliun Harta ini." 　　Qin Yu menyimak dengan saksama. 　　"Di Paviliun Harta, kristal berkualitas tinggi untuk membuat artefak spiritual memang berharga. Bagi pejabat setingkat kami, hanya artefak spiritual kelas atas yang menarik. Tapi kristal kelas tertinggi sangat langka. Untuk menyimpannya, gelang penyimpanan atau cincin ruang sudah cukup. Tak perlu menggunakan Istana Harta Karun." 　　Ketika membahas pencapaian paling membanggakan Kuil Sembilan Bencana, Di Jian tak bisa menyembunyikan cahaya kegembiraan di wajahnya. 　　“Istana Harta Karun menggunakan segel larangan, formasi pengumpulan energi spiritual, formasi pengumpulan Yuan tingkat tinggi, atau berbagai formasi misterius untuk menyerap energi Langit-Bumi dan sinar matahari yang sesuai. Di delapan lahan kosong raksasa Istana Harta Karun, berbagai macam tumbuhan obat spiritual ditanam. Bahan paling sulit dalam menempa pil spiritual adalah materialnya. Satu butir pil mungkin membutuhkan puluhan jenis bahan. Lautan luas tak bertepi, mungkinkah mudah mengumpulkan semuanya? Saudaraku berusaha keras mengumpulkan berbagai tumbuhan obat spiritual, lalu melakukan penanaman.” 　　Qin Yu dalam hati juga tak bisa menahan kekaguman. 　　Penanaman? 　　Lingkungan pertumbuhan tumbuhan obat spiritual sangat penting. Ada yang harus tumbuh di tempat yang terik, ada yang di tempat dingin, ada di tempat kering, ada pula di tempat teduh. Menanam tumbuhan obat spiritual dalam skala besar bukanlah pekerjaan yang mudah. 　　Masih ada satu lagi: kesabaran. 　　“Masa tumbuh tumbuhan suci lingzhi umumnya cukup lama. Tentu ada yang singkat, mungkin hanya beberapa bulan. Namun yang panjang bisa mencapai 100 tahun atau ribuan tahun. Legenda menyebutkan beberapa harta spiritual langit dan bumi bahkan membutuhkan waktu ribuan hingga puluhan ribu tahun.” 　　“Setelah ditanam, harus menunggu dengan sabar. Membuat orang biasa menanti puluhan hingga ratusan tahun—kesabaran seperti itu memang layak dipuji.” 　　“Pil Yuxin yang kau cicipi tadi adalah ramuan eksklusif Kuil Sembilan Bencana, dibuat dari bahan-bahan di Istana Harta Karun.” Tiba-tiba wajah Di Jian berubah dingin, menghardik Qin Yu, “Jangan banyak tanya! Ikut aku!” 　　Di Jian mempercepat langkahnya menuju istana lain. 　　Qin Yu dalam hati tertawa geli: “Aku yang nanya? Tadi kau sendiri yang semangat bercerita panjang lebar. Tapi… Istana Harta Karun ini memang menyimpan barang bagus.” 　　“Yang Mulia Keenam, jika tumbuhan spiritual di Istana Harta Karun begitu berharga, mengapa jumlah pengawalnya sedikit?” Qin Yu mengulangi pertanyaan curiganya sejak tadi. 　　Di Jian tersenyum sinis, “Siapa yang berani mencuri? Delapan lahan kosong yang ditanami, pinggirannya dilindungi segel larangan. Begitu ada yang menyentuh segel itu, semua saudara kami akan tahu. Lagipula, untuk apa pengawal biasa sebanyak itu? Cukup beberapa penjaga saja.” 　　Qin Yu paham dalam hati dan tak bertanya lagi. 　　Beberapa saat kemudian, Qin Yu dan Di Jian tiba di depan istana raksasa yang normalnya disebut Aula Qian Kun. 　　Dua belas istana Kuil Sembilan Bencana berukuran sama, masing-masing panjangnya 1-2 kilometer. Istana sebesar ini jika dibangun Orang Biasa, tak terhitung berapa lama dan berapa banyak tenaga dibutuhkan. Tapi para cultivator monster bisa membangunnya dengan mudah. 　　“Yang Mulia Keenam.” 　　Pengawal di pintu masuk Aula Qian Kun berlutut satu kaki dan berkata. 　　Di Jian menganggukkan kepala, lalu membawa Qin Yu langsung masuk ke dalam Istana Qiankun. Begitu memasuki Qiankun Dian, Qin Yu langsung merasa seperti tersesat, kehilangan orientasi. Hanya ada delapan arah, masing-masing adalah "Kan, Li, Dui, Zhen, Xun, Qian, Kun, Gen". 　　Di Jian memasuki arah posisi Kan, berjalan langsung ke depan sel berlabel 'Kan1'. Sel itu terlihat sangat meredakan, seluruhnya terbuat dari batu hitam. Selain pintu, hanya ada satu jendela yang membuat cahaya sedikit masuk ke dalam sel. 　　"Buka." 　　Di Jian menghardik penjaga sel 'Kan1'. 　　Penjaga itu kaget, sibuk mengaktifkan metode untuk membuka sel. Di Jian lalu menatap Qin Yu yang tersenyum masuk ke dalam sel. Sang penjaga segera mengaktifkan metode lagi untuk mematikan sel tersebut. 　　“Bajingan, seluruh Istana Qiankun ternyata adalah sebuah formasi raksasa. Setiap sel penjara dikelilingi segel larangan, bahkan jika bisa menghancurkan batu hitam ini, tetap takkan bisa memecahkan segelnya.” Kesadaran spiritual Qin Yu merasakan daya tahan segel larangan itu, menyadari dirinya tak sanggup menghancurkannya. 　　Adapun jendela itu, meskipun terlihat kosong, saat meraba akan ditemukan lapisan segel transparan di sana. 　　“Qin Yu, kau bisa tinggal diam di sini.” 　　Setelah berkata demikian, Di Jian langsung memutar balik dan pergi. 　　Sel penjara di arah Kan () total ada delapan, dibagi menjadi ‘Kan1’ ‘Kan2’... ‘Kan8’. Narapidana di ‘Kan1’ tentu yang paling berbahaya. Dari delapan arah ‘Kan, Li, Dui, Zhen, Xun, Qian, Kun, Gen’, posisi ‘Kan’ merupakan yang utama. 　　‘Kan1’ merepresentasikan sel penjara paling penting dalam Kantung Qiankun. 　　“Siapa orang ini sampai ditahan di ‘Kan1’?” 　　“Siapa yang tahu, pasti seorang ahli tingkat tinggi. Yang penting bukan urusan kami.” 　　…… 　　Para pengawal penjaga sel ini pun mulai mengobrol, melakukan spekulasi identitas orang yang bisa dimasukkan ke sel paling penting. 　　Di Auditorium Utama, Di Jian baru saja kembali. 　　“Panggil Penjaga Tribulasi Jing Zhe.” 　　Di Long memerintahkan, begitu perintah keluar, semua orang langsung memahami maksudnya. 　　Langsung suruh Penjaga Tribulasi Jing Zhe melahap Qin Yu saja. 　　“Kakak, menurut pengakuan Qin Yu ini, gurunya sepertinya sangat hebat. Jika benar ada orang sekuat itu, begitu kita membunuh Qin Yu, bagaimana jika gurunya marah dan menyerang Kuil Sembilan Bencana kita...” Lao San Di Yang menyatakan kekhawatiran. 　　Di Long tersenyum: “Lao San, kau tertipu oleh si nak itu. Jika seperti katanya, guru macam apa yang bisa menyaingi kekuatan Iblis Bermata Tiga dan Pemimpin Istana Qinglong di dunia kultivasi seberang lautan?” 　　“Belum tentu, Kakak. Tidakkah kau tahu legenda tentang formasi teleportasi kuno di wilayah selatan yang berdekatan dengan Zona Lautan Bintang Kerusuhan?” Di Yang mengingatkan. 　　Di Long tertawa, “Kau maksud gurunya berasal dari sana?” 　　Di Yang mengangguk. Wajah para Yang Mulia lainnya menjadi serius. Jika benar berasal dari tempat itu, situasi ini menjadi semakin kompleks. 　　“Kalian ini terlalu penakut! Hanya karena seseorang membual tentang kesaktian gurunya, langsung percaya. Lantas bagaimana Kuil Sembilan Bencana kita bisa menjalankan eksekusi? Lagipula, bukankah kalian tidak menganalisis ucapan Qin Yu tadi dengan cermat?” 　　Para Yang Mulia memandang Di Long. 　　Di Long segera berkata: "Qin Yu bilang, gurunya punya kesaktian luar biasa, bahkan terhadap Sembilan Pedang pun sangat meremehkan. Hmph, Vila Sembilan Pedang Dewa adalah warisan dewa. Bahkan orang dari tempat itu pasti akan gila-gilaan mengejar vila ini. Tapi sang guru malah meremehkannya? Ini terlalu berlebihan. Dan lagi..." 　　Mendengar poin pertama, para pangeran ini mulai percaya pada Di Long. Benar, adakah di DUNIA XIUZHEN yang meremehkan Immortal Manor? 　　"Qin Yu menutup dengan kalimat 'Guru meskipun penyendiri, tetap sangat memperhatikan aku sebagai satu-satunya murid'. Ini sengaja dia ucapkan agar kita takut pada guru super fiktifnya. Tepat! Lao San langsung ketakutan." 　　Wajah Di Long berubah drastis: "Jika gurunya benar-benar ahli tingkat lanjut, mungkinkah dia membiarkan kami menangkap muridnya? Masih meragukan keahlian DUNIA XIUZHEN yang meremehkan Vila Sembilan Pedang Dewa. Lao San, Perintahkan untuk memanggil Penjaga Jing Zhe!" 　　Di Yang segera menjawab: "Tenang Kakak. Tadi aku benar-benar terkecoh oleh si nak ini. Tapi kali ini dia takkan bisa kabur. Penjaga Jing Zhe akan melahapnya sampai jiwa tercerai-berai, bahkan dagingnya tak akan tersisa." 　　Setelah itu, Di Yang pergi menjemput Penjaga Jing Zhe. BUKU 6 KUIL SEMBILAN BENCANA BAB 16 PEMUSNAHAN TOTAL 　　Kediaman Penjaga Jing Zhe. 　　Di Yang mendekati tempat tinggal Penjaga Jing Zhe lalu berkomunikasi melalui telepati spiritual: "Penjaga Jing Zhe, aku Putra Ketiga. Segera keluar dan ikut aku ke Auditorium Utama. Kakakku punya misi penting untukmu." 　　Hanya sejenak, seorang pria tinggi kurus muncul. 　　Pria ahli ini tak lain adalah Penjaga Tribulasi Jing, di wajahnya terdapat garis-garis berwarna hijau dan kuning. Penjaga Jing segera memberi hormat saat melihat Di Yang, "Putra Ketiga." 　　"Ikut aku." 　　Di Yang dan Penjaga Tribulasi Jing segera berjalan menuju Auditorium Utama. Di sebelah tempat tinggal Penjaga Jing, seorang penjaga tiba-tiba mengeluarkan token komando dan mengirim pesan melalui alat itu. 　　…… 　　Di permukaan laut nan luas, terhampar pulau berukuran ribuan li. Seluruh pulau dipenuhi batu hitam, dengan vegetasi yang sangat langka. Tak ada sekte kultivator dewa di tempat ini. 　　Di tepi pulau, Teng Shan dan Lou Ke berdiri berdampingan. 　　Tiba-tiba Lou Ke mengeluarkan token komando, menyapu dengan kesadaran spiritual, lalu tersenyum pada Teng Shan, "Teng Shan, tepat seperti yang kuduga. Kuil Sembilan Bencana akan mengerahkan Jing untuk melahap Qin Yu dan mengambil memorinya." 　　Teng Shan mengangguk: "Aku tahu, anak buahku sudah mengirim informasi bahwa Qin Yu dikurung di sel 'Kan1'." 　　"'Kan1'? Sel sepenting itu, anak buahku tidak ada yang bertugas sebagai penjaga di sana." Lou Ke menggelengkan kepala. Teng Shan tersenyum: "Anakmu tidak, anakku juga tidak. Tapi... anak buahku adalah penjaga 'Kan2'." 　　Teng Shan langsung mengeluarkan token komando dan mengirimkan pesan. 　　…… 　　Di luar sel 'Kan1', Istana Qiankun. 　　"Saudara Wang." 　　Penjaga 'Kan2' menyapa penjaga 'Kan1' ini. 　　"Setiap hari berjaga di sini benar-benar membosankan, Saudara Yan. Apa yang kau pegang di tangan?" Wang Huai matanya berbinar melihat kristal di tangan Yan Ze. Dari penglihatannya, ia langsung mengenali kristal itu sebagai kristal kelas atas. 　　Yan Ze penuh kesombongan: "Bagaimana, Saudara Wang. Kristal kakak laki-laki ini bagus, bukan? Nanti pulang akan kuminta orang menempa artefak spiritual kelas menengah." 　　"Kristal kelas atas, perlengkapanku saat ini hanyalah perlengkapan spiritual kelas menengah. Entah kapan aku..." Wang Huai berkata dengan kagum. 　　"Jangan bersuara, atau kau akan kehilangan nyawa." 　　Belati pendek Yan Ze telah menusuk otot dada Wang Huai. Teknik tusukannya sangat presisi - tepat menembus otot tanpa melukai jantung atau titik vital. Namun dengan sedikit gerakan lebih dalam, Wang Huai yang baru mencapai tahap akhir cinnabar itu pasti akan mati seketika. 　　"Saudara Wang, apa yang kau rencanakan?" teriak Wang Huai melalui telepati spiritual dengan panik. 　　Belati Yan Ze kini telah tertancap dalam daging. Wang Huai sama sekali tidak bisa menghalangi, karena energi monster pelindung tubuh umumnya terbentuk di luar tubuh. Menghadang serangan dari dalam tubuh jauh lebih sulit. Apalagi Wang Huai juga tahu kekuatan Yan Ze tidak kalah darinya. 　　"Bukan apa-apa. Membuka pintu besar selmu." 　　Di bawah pilihan hidup-mati, Wang Huai akhirnya menggunakan metode, membuka pintu sel. Pintu sel ini merupakan jenis pintu geser. Saat metode Wang Huai diaktifkan, pintu itu langsung menyatu dengan dinding. 　　…… 　　Di dalam sel, Qin Yu yang sedang duduk bersila melihat dua penjaga di luar jendela berdekatan entah merencanakan apa. Tiba-tiba penjaga Wang Huai menggerakkan tangan-tangannya membentuk metode, membuka pintu sel. 　　"Yang Mulia Qin Yu, majikan saya adalah Wakil Pemimpin Istana Qinglong Teng Shan. Beliau memerintahkan saya menyelamatkanmu. Setelah keluar dari Istana Qiankun, terbanglah langsung ke permukaan laut lalu menuju barat daya sejauh lebih dari 200.000 li. Di sana ada pulau batu hitam tempat majikan saya dan Perwira Lou dari Istana Biru Air menunggu. Para anggota Kuil Sembilan Bencana takkan bisa melukaimu sedikitpun." 　　Telepati spiritual Yan Ze langsung bergema dalam benak Qin Yu seketika pintu terbuka. 　　"200.000 li lebih? Istana Qinglong, Istana Biru Air?" 　　Wajah Qin Yu tersenyum, postur tubuhnya langsung berubah menjadi cahaya emas keluar dari sel. Seketika ia menghilang dari Qiankun Dian. Kecepatannya begitu tinggi hingga seluruh tubuhnya tak bisa dilihat jelas oleh Yan Ze dan Wang Huai. Yan Ze seketika menusuk jantung Wang Huai. 　　Wang Huai membelalakkan mata, mati dalam keadaan tak percaya. 　　Posisi Kan memiliki delapan sel tahanan. Penjaga sebenarnya hanya tiga orang, masing-masing bertanggung jawab atas 'Kan1', 'Kan2', dan 'Kan3'. Memang tidak efisien menempatkan penjaga untuk setiap sel, hanya tiga sel penting yang dijaga. 　　Metode membuka lima sel lainnya diketahui oleh ketiga penjaga. 　　Penjaga 'Kan3' yang melihat pintu 'Kan1' terbuka, Yan Ze memandangnya dingin. Penjaga 'Kan3' itu dengan patuh berkata: "Kakak Yan, aku bukan lawanmu. Aku cuma takkan melapor. Ampunilah aku." 　　Saat berkata demikian, tangan penjaga itu di belakang punggung secara diam-diam mengeluarkan token komando. 　　Yan Ze tersenyum sambil mengangguk, namun tiba-tiba mengibaskan lengan bajunya. Seberkas cahaya hijau seperti jaring ikan menyelimuti penjaga itu seketika. Saat jaring cahaya hijau itu menyentuh penjaga, tubuhnya langsung berubah menjadi nanah lalu berubah menjadi kabut. 　　"Aku harus segera pergi. Jika tidak, beberapa Yang Mulia yang sedang murka pasti akan membunuhku." 　　Qin Yu tidak langsung kabur. Dengan kekuatannya, hanya para pangeran yang bisa mendeteksinya. Terutama kecepatannya, Qin Yu yakin sepenuhnya bahkan jika harus dibandingkan dengan Di Jian dan Di Long. 　　"Terburu-buru apa? Bukankah Istana Harta Karun mereka sangat berharga?" 　　Qin Yu diam-diam mendekati Istana Harta Karun. Di Lei Shan Ju terdapat ruang merakit senjata spiritual dan ruang eliksir. Namun ruang eliksir belum pernah digunakan karena kurangnya bahan pembuatan ramuan yang sangat banyak dibutuhkan. 　　Beberapa saat kemudian, Qin Yu telah tiba di sudut Istana Harta Karun. 　　Melihat Istana Harta Karun raksasa dengan panjang dan lebar satu dua kilometer ini, Qin Yu sangat yakin. Karena dia memiliki 'cincin Mimpi' warisan Lei Wei - cincin ruang yang jauh melampaui apa yang disebut sebagai cincin ruang nomor satu di dunia kultivasi ini. 　　Dulu setelah membunuh Di Tong, cincin ruang yang didapat hanya berukuran seratus dua ratus meter saja. Cincin ruang yang bisa menampung Istana Harta Karun sebesar ini, setidaknya masih mustahil ditemukan di dunia kultivasi seberang lautan. 　　"Kalian Yang Mulia bisa melanjutkan obrolan di auditorium, sementara aku akan membawa pergi Istana Harta Karun ini dulu." 　　Qin Yu mencengkeram dinding istana dengan satu tangan, seketika menggerakkan hati. Namun— 　　Tiba-tiba kilatan cahaya menyala mengelilingi Istana Harta Karun. 　　Wajah Qin Yu berubah drastis: "Sial! Istana ini ternyata ditopang formasi bagua! Dengan formasi penekan begini, mana mungkin aku bisa menyimpannya?" Dia segera memancarkan energi bintang emas yang menyelubungi seluruh bangunan. 　　Istana Harta Karun itu sendiri berbentuk bagua, pondasi dasarnya juga merupakan formasi bagua. 　　…… 　　Di Auditorium Utama, tujuh baru saja mengumpulkan Penjaga Tribulasi Jing Zhe. 　　"Penjaga Tribulasi Jing Zhe, kau tak perlu khawatir. Kami akan langsung membelenggu Qin Yu itu. Kau cukup melahapnya saja, tapi kau harus menyita seluruh memorinya." Yang Mulia Pertama Di Long berpesan kepada Penjaga Tribulasi Jing Zhe. 　　Penjaga Tribulasi Jing Zhe segera menjawab: "Bawahan..." 　　"Sial! Ada yang merusak pondasi Kuil Sembilan Bencana!" Wajah Di Long berubah drastis. Ia segera menyapu area dengan kesadaran spiritual lalu berteriak, "Di lokasi Istana Harta Karun! Seseorang sedang merusak formasi bagua! Saudara-saudaraku, segera ikuti aku!" Begitu berkata, Di Long sudah melesat keluar auditorium. 　　Di Yang, Di Xu, Di Feng, Di Jian, Di Luan, dan Di Nai - keenam lainnya juga segera menyusul ke arah Istana Harta Karun. 　　Istana Harta Karun merupakan bangunan terpenting dari 12 istana Kuil Sembilan Bencana. Istana lain bisa dibangun kembali jika rusak, tetapi yang berharga dari Istana Harta Karun bukanlah strukturnya, melainkan ramuan obat-obatan di dalamnya. Ramuan-ramuan itu diperoleh melalui perampasan licik Kuil Sembilan Bencana, ditambah pencarian selama ribuan tahun di wilayah seluas 90 juta li, sehingga terkumpul dalam jumlah besar. 　　…… 　　"Hancur!" 　　Dengan menggenggam erat Pedang Yan Chi, Qin Yu menghujamkan pedangnya ke dasar formasi posisi 'Kan'. Cahaya hijau berkilauan saat ia merobek segel larangan, lalu langsung menghancurkan pilar batu di dasar formasi. Posisi 'Kan' telah ditaklukkan. 　　Postur tubuh Qin Yu bagai sinar emas melesat cepat menuju posisi 'Li'. 　　Energi bintang emas dialirkan sepenuhnya ke Pedang Yan Chi. Senjata artefak spiritual kelas atas ini merobek segel perlindungan dan memecahkan pilar batu yang tertanam dalam. Tubuh Qin Yu kembali bergerak gesit menuju posisi 'Dui' berikutnya. 　　“Gangguan di Istana Harta Karun pasti telah menarik perhatian para Yang Mulia, kita harus mempercepat kecepatan.” 　　Saat ini kecepatan Qin Yu mencapai batas maksimal. Meskipun cepat, namun ketujuh Yang Mulia yang khawatir akan keamanan Istana Harta Karun juga bergerak cepat. Ketika Qin Yu telah menghancurkan empat dasar formasi, ketujuh Yang Mulia tiba di lokasi Istana Harta Karun. 　　“Hentikan dia!” 　　Di Long tidak mengerti mengapa musuh merusak formasi bagua penstabil ini. Menurutnya, mustahil memasukkan istana sebesar Istana Harta Karun ke dalam cincin ruang sekaligus. Tapi pasti ada alasan musuh melakukan ini. 　　Tugas Di Long hanyalah menghalangi lawan. 　　Seketika Di Yang, Di Xu, Di Feng, Di Jian, Di Luan, dan Di Nai berubah menjadi enam kilatan cahara mengejar kilatan emas itu. Enam orang mengepung satu target, tapi Qin Yu mengelak dengan gesit melewati Di Yang, lalu menghancurkan posisi 'Xun' dengan satu tusukan pedang. 　　"Qin Yu, kau!" 　　Di Long langsung mengenali penampilan Qin Yu, amarahnya meledak. Ia tak paham bagaimana tahanan sel Kan-1 ini bisa muncul di sini dan merusak formasi bagua. Tanpa pikir panjang, Di Long langsung menyerang. 　　"Hmph, halangi aku? Kekuatanmu memang di atasku, tapi soal kecepatan..." 　　Senyum tipis mengembang di sudut bibir Qin Yu. Dengan lincah ia menghindar dari sergapan Di Long yang terpana. Pedangnya menghancurkan posisi 'Qian'. Total enam dasar formasi telah ia hancurkan. 　　"Secepat itu gerakannya?!" 　　Barulah Di Long paham kabar tentang Qin Yu yang membunuh kura-kura tua Qing Xuan dalam sekali tebas. Dari tadi, kecepatan pemuda ini jelas melebihi dirinya. 　　"Haha, coba halangi aku, mimpi!" 　　“Qin Yu sekali lagi menghancurkan posisi 'Kun' dengan pedangnya. Kelincahan gerak yang aneh dan kecepatan mengerikannya membuat beberapa pangeran yang mengepungnya meledak amarah, tiba-tiba——” 　　“Yang Mulia ke-9 Di Nai berdiri di posisi 'Gen' terakhir, tertawa terbahak sambil berkata: 'Kakak, selama kita berdiri di dasar formasi, seaneh apapun kelincahan geraknya, secepat apapun dia, pasti harus bertabrakan langsung dengan kita!'” 　　“Para pangeran lainnya menunjukkan wajah berseri-seri, sementara Qin Yu menghentikan gerakannya.” 　　“Yang Mulia ke-9 memang pintar, namun——” 　　“Dari keadaan diam, Qin Yu tiba-tiba mencapai kecepatan maksimum yang mengerikan hingga menimbulkan ledakan suara. Dengan Pedang Yan Chi di tangan, ia menyelinap melewati seorang pangeran lalu menebas tanpa ragu ke arah Di Nai.” 　　“Di Nai yang berkekuatan tahap pertengahan Dongxu sebenarnya setara dengan Qin Yu, namun saat ini ia berwujud manusia, bukan bentuk aslinya.” 　　“Braak!” 　　"Pedang perang Di Nai bertabrakan frontal dengan belati pendek Qin Yu. Pedang Yan Chi Qin Yu tiba-tiba terlepas dari genggaman dan jatuh ke bawah. Sementara itu, Qin Yu sendiri menghantamkan tinjunya ke arah Di Nai. Kedua tinju Qin Yu yang mengenakan Sarung Tinju Yan Chi dipenuhi energi bintang emas yang menyala sempurna." 　　"Bandingkan tinju?" 　　"Di Nai, monster dengan tubuh kuat secara fisik, tentu menyukai ini." 　　"Hah!" 　　"Di Nai membentak keras, meninju balik dengan tangan kanannya. Namun seketika ia merasakan sakit menusuk di tangan kanannya. Di Nai buru-buru mundur, terkejut dengan kekuatan tinju Qin Yu. Sementara itu, Pedang Yan Chi dikendalikan oleh kehendak Qin Yu untuk menikam ke tanah." 　　"Braak!" 　　"Sebilah pedang terbang tak terduga berhasil memblokir Pedang Yan Chi Qin Yu." 　　Terlihat Di Long datang dari kejauhan, enam pangeran lainnya juga menyusul. Qin Yu tak sempat berpikir panjang, mengendalikan Pedang Yan Chi untuk menghalangi pedang terbang Di Long. Lalu ia menghantamkan tinju ke tiang batu di bawahnya. 　　Di Nai yang berada paling dekat langsung mengarahkan tinjunya ke kepala Qin Yu. 　　Jika Qin Yu menghancurkan tiang batu, kepalanya sendiri akan remuk oleh serangan Di Nai. 　　"Hah!" 　　Qin Yu mengatupkan gigi, menjatuhkan diri ke tanah sambil memutar badan. Tinju Di Nai menghantam keras bahu Qin Yu hingga tulang remuk dan darah mengucur. Tangan satunya Qin Yu telah menghancurkan tiang batu. 　　Delapan dasar formasi - Kan, Li, Dui, Zhen, Xun, Qian, Kun, Gen - semuanya hancur. 　　Tulang bahu Qin Yu sepenuhnya terlihat, rasa sakit yang datang bergelombang hingga ke benaknya. Dengan menahan nyeri tajam, tubuhnya bergerak gesit menghindari tiga Yang Mulia lalu menyentuh Istana Harta Karun. 　　"Tarik!" 　　Qin Yu tiba-tiba meneriakkan teriakan keras. 　　Seolah memiliki kekuatan untuk mengangkat gunung, atau melepaskan rasa sakit tajam di bahunya melalui teriakan itu, suara Qin Yu menggema di seluruh Kuil Sembilan Bencana. Udara bergetar hebat disertai lenyapnya Istana Harta Karun raksasa itu seketika. 　　Di Long dan yang lain yang masih menyimpan sedikit harapan terakhir kini menatap tanah yang kosong. Tempat yang beberapa saat lalu masih berdiri bangunan paling berharga mereka di Kuil Sembilan Bencana ini membuat mereka akhirnya yakin: Qin Yu benar-benar memiliki cincin ruang yang mampu menyimpan istana harta. 　　"Haha, tujuh cacing kecil! Coba kejar aku jika kalian mumpuni!" 　　Tawa besar Qin Yu menggema di Kuil Sembilan Bencana, sementara dirinya sendiri menginjak Pedang Yan Chi, melesat dengan kecepatan maksimal menuju pulau batu hitam yang ditunjukkan Istana Qinglong dan Istana Biru Air. 　　"Kejar, kejar, kejar!!!" 　　Di Long yang murka mengaum penuh amarah, enam pangeran lain dari Kuil Sembilan Bencana juga mendongak menggeram. Tujuh pangeran ini seketika berubah menjadi tujuh naga ungu-zirah Jiusha sepanjang seratus meter. Tujuh ekor naga ini menyapu ekor mereka, melesat bagai kilat mengejar Qin Yu. BAGIAN KETUJUH KEDATANGAN DELAPAN PENJURU Bab Pertama Bermusuhan 　　Qin Yu menginjak pedang terbangnya, bagai sinar emas yang menembus aliran air, langsung meluncur ke arah barat daya. 　　“Istana Qinglong, Istana Biru Air. Rencana kalian memang sangat cerdik, tapi...” Qin Yu yang menginjak pedang terbang itu, matinya memancarkan kilatan kebijaksanaan, “Aku bukanlah orang yang terburu-buru mencari keamanan seperti yang kalian kira. Kalau begitu, biarlah situasinya menjadi lebih dahsyat.” 　　Pada dasarnya, saat Qin Yu mengendarai pedang terbang dengan teknik penyatuan manusia dan artifak, kecepatannya mencapai kesempurnaan. Bahkan Di Long—yang tercepat di antara tujuh saudara Jiu Sha yang bertahan—jauh ketinggalan, setidaknya selisih 30-40%. 　　Namun saat ini, kecepatan Qin Yu hanya sedikit lebih cepat daripada Di Long. 　　Tentu saja, itu sengaja dilakukan Qin Yu. 　　Tujuh naga ungu-zirah yang diliputi amarah itu melesat di dasar laut dengan kecepatan yang mengejutkan. Di Long dan Di Jian tak lagi menunggu saudara-saudara mereka. Dua kakak beradik terkuat itu memimpin pengejaran, mengikuti erat di belakang Qin Yu. 　　Di belakang adalah tiga bersaudara Di Yang, Di Xu, dan Di Nai. Ketiganya berada di tahap pertengahan Dongxu dengan kecepatan mereka setara. Dua naga ungu-zirah di posisi paling belakang adalah Di Luan dan Di Feng, keduanya berada di tahap awal Dongxu dengan kekuatan terlemah. 　　"Tujuh cacing kecil, benar-benar pantang menyerah. Aku penasaran ekspresi wajah Teng Shan dan Lou Ke di Pulau Batu Hitam ketika melihat tujuh cacing kecil di belakangku ini!" Senyum tipis mengembang di sudut mata Qin Yu yang melesat gesit di dasar laut. 　　Dari belakang, dentuman raungan bergemuruh beruntun. 　　Kematian Di Tong dan misteri pedang giok kedelapan yang terkait dengan Qin Yu membuat ketujuh bersaudara ini mustahil membiarkannya lolos. Yang paling membakar amarah mereka adalah Qin Yu yang berani menyapu bersih 'Istana Harta Karun' - aset terpenting Kuil Sembilan Bencana. 　　Mata naga yang memancarkan kilatan cahaya mengerikan menembus aliran air, sisik-sisik membeku tak terhalang sedikit pun. Cakar tajam nan ampuh membuat arus laut semakin menderu. 　　"Haha, tujuh cacing kecil, kalian mumpuni ikuti aku!" 　　Teriakan Qin Yu bergema ratusan li, membuat tujuh saudara Kuil Sembilan Bencana makin berang. Dengan tawa terbahak, Qin Yu tiba-tiba melesat ke atas dan dalam sekejap menerobos permukaan laut ke angkasa. 　　Menatap langit biru dengan awan putih berarak, rasa lega menyelimuti hati Qin Yu. Sudah lama ia tak melihat pemandangan laut dari atas. 　　"Qin Yu, jangan harap kabur!" 　　Dentuman gemuruh menggelegar. 　　"Eh, Zisha Jiaolong ini bisa bicara bahasa manusia meski dalam wujud asli?" Qin Yu mengernyit. Sepengetahuannya, tenggorokan binatang tak cocok untuk bicara. Bagaimana mungkin naga ini melakukannya? 　　Qin Yu tidak tahu bahwa di dunia cultivator monster bawah laut ada teknik rahasia 'bahasa perut'. Teknik ini mengandalkan energi monster, tidak terkait dengan kekuatan energi monster, namun membutuhkan skill tingkat tinggi. Hanya sedikit cultivator monster yang menguasainya. 　　Gemericik~~ 　　Ombak tiba-tiba menggulung setinggi belasan meter. Dua naga ungu-zirah Jiusha sebesar tong air raksasa dengan panjang lebih dari seratus meter nyaris bersamaan menerobos permukaan air. Mata naga yang melotot memancarkan amarah dan aura pembunuhan tak berkesudahan. 　　Sisik ungu naga itu masih meneteskan air. Di bawah sinar matahari, sisik-sisik ungu itu memancarkan kilauan berkilauan. 　　Naga muncul dari laut, pemandangannya benar-benar megah. 　　Qin Yu bagai meteor emas melesat ke arah barat. Tujuh naga ungu-zirah Jiusha itu terus membuntuti dari belakang, suara auman kemarahan mereka bergema silih berganti. 　　Saat terbang lepas dari laut, kecepatan naga ungu-zirah Jiusha memang sedikit melambat. Bagi Qin Yu, udara lebih cocok untuknya terbang. Namun karena Qin Yu ingin memancing enam naga Jiusha ini ke Pulau Batu Hitam, dia sama sekali tidak terburu-buru. 　　…… 　　Pulau Jinshan adalah pulau suci yang relatif biasa di DUNIA XIUZHEN seberang lautan. Pulau ini tidak terlalu besar, hanya seluas seribu li. Di pulau ini terdapat sebuah sekte bernama 'Sekte Jinshan'. Pulau ini disebut Pulau Jinshan karena keberadaan sekte tersebut. 　　Saat ini puluhan murid Sekte Jinshan sedang mengendarai pedang terbang di sekitar pulau. 　　"Adik seperguruan, ini pertama kalinya kau mengendarai pedang terbang. Hati-hati, jangan terbang terlalu tinggi," kata seorang pria berbadan kekar kepada pemuda berbaju hijau di sebelahnya. Pemuda ini memiliki paras yang tampan dan halus seperti gadis. 　　"Baik, Saudara seperguruan," jawab pemuda berbaju hijau itu sambil berusaha menenangkan kegembiraannya, lalu mengendalikan pedang terbang dan melompat ke atasnya. 　　Terlihat pemuda berbaju hijau itu terhuyung-huyung, sama sekali tidak berani terbang cepat apalagi tinggi. Sang saudara seperguruan juga mengawasi dari samping, terus-menerus mengingatkan kunci teknik terbang. Setelah beberapa saat, pria paruh baya berbaju hijau itu akhirnya bisa terbang lebih stabil. 　　Tiba-tiba— 　　"Syuut!" 　　Sebuah meteor emas membelah langit, melesat tepat di atas Pulau Jinshan. Tiupan angin dahsyatnya membuat pepohonan di pulau itu ditiup hingga membungkuk di pinggang. 　　"Aah!" 　　Tertiup angin kencang, pemuda berbaju hijau itu langsung berteriak kaget. Badannya oleng hampir terjatuh, tapi dengan refleks cepat ia segera menguasai kembali pedang terbangnya dan berhasil berdiri tegak. Namun saat itu juga— 　　"Houw houw~~~" 　　Raungan naga yang membuat seluruh kultivator di Pulau Jinshan berubah wajah terus bergema di angkasa. Dua ekor naga ungu-zirah Jiusha sepanjang lebih dari seratus meter melintas lancang di langit, langsung mengejar meteor emas itu. Beberapa saat kemudian, tiga ekor naga Jiusha lainnya menyusul, diikuti dua ekor lagi. 　　Tujuh naga Jiusha berturut-turut melayang di udara. Wajah para kultivator Pulau Jinshan memucat ketakutan. Pemimpin Sekte Jinshan yang telah keluar sejak tadi memandang meteor emas dan tujuh naga itu dengan mata penuh kengerian. 　　"Saudara seperguruan, bukankah ini...?" Lanjut tua di sampingnya juga tertegun. 　　Sang pemimpin menjawab dengan wajah serius: "Benar. Itu Naga Jiusha. Di dunia kultivator monster bawah laut, hanya Sembilan Ahli dari Kuil Sembilan Bencana yang memiliki wujud ini. Setiap dari mereka telah mencapai Tahap Dongxu. Kekuatan mereka begitu dahsyat, bahkan ahli tahap Kongming pun belum tentu sanggup mengalahkan." 　　"Kuil Sembilan Bencana langsung mengerahkan tujuh anggota, mengejar meteor emas itu. Lalu bagaimana dengan rekan dao itu?" Sang Ketua Sekte bergumam sendiri. 　　Bagaimanapun Kuil Sembilan Bencana adalah kekuatan setara dengan Wilayah Suci Penglai. Ahli terkuat Sekte Jinshan hanyalah tahap akhir Yuanying, sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan seperti ini. Di Jian dan Di Long yang berada di tahap akhir Dongxu, pasti setara dengan cultivator dewa tahap Kongming. 　　"Berhenti mengawasi! Ahli tingkat lanjut seperti itu jauh melampaui imajinasimu. Tenangkan hati dan fokuslah berlatih!" 　　Ketua Sekte Jinshan menghardik murid-muridnya. 　　Dibandingkan dengan ahli-ahli selevel itu, sekte biasa seperti Jinshan sama sekali tak berarti. 　　…… 　　Qin Yu dalam proses terbang terus-menerus menahan rasa sakit tajam di bahu. Pukulan Di Nai telah membuat daging dan darah di bahunya terpisah, tulang putihnya pecah berkeping-keping. Luka berat seperti ini bagaimana mungkin tidak terasa menyiksa? Namun di wajah Qin Yu tetap terpancar senyuman tipis, hanya sudut matanya sesekali bergetar halus. 　　Setelah terbang hampir setengah hari, Qin Yu akhirnya melihat Pulau Hitam Batu dari kejauhan. Saat ini, di bahunya hanya tersisa bekas luka samar-samar. 　　Jubah merah darah berkibar tertiup angin. Teng Shan yang berkesan dingin berdiri di atas karang, memandang sosok Qin Yu yang mendekat bagai meteor emas. Senyuman mengembang di wajahnya, sementara di sampingnya Lou Ke berdiri sejajar, sama-sama menyambut kedatangan Qin Yu. 　　"Saudara Qin Yu." 　　Teng Shan berseru lantang. 　　"Yang Mulia Teng, Perwira Lou, aku terluka oleh tujuh cacing kecil ini. Tolong selamatkan nyawaku!" teriak Qin Yu sambil memegang bahunya. Dia langsung terbang masuk ke Pulau Batu Hitam dan berdiri di belakang Teng Shan dan Lou Ke. 　　Qin Yu mengeluarkan token komando: "Fei Fei, aku berada di pulau dengan batu hitam sekitar 200.000 li laut barat daya Kuil Sembilan Bencana. Segera ke sini!" 　　"Krek, segera sampai!" 　　Setelah mengirim pesan ke Hou Fei, Qin Yu dengan santai mengamati reaksi Teng Shan dan Lou Ke menghadapi tujuh pangeran Kuil Sembilan Bencana yang sedang meledak amarahnya. 　　Teng Shan dan Lou Ke menyeringai getir melihat tujuh naga ungu-zirah Jiusha terbang mendekat beruntun. 　　"Berhenti!" serentak terdengar suara Teng Shan dan Lou Ke. 　　Teng Shan mewakili Istana Qinglong, Lou Ke merepresentasikan Istana Biru Air. Suara kedua orang ini, bahkan Di Long pun tidak berani berpura-pura tidak mendengar. Bagaimanapun, dalam hal kekuatan sebenarnya, Kuil Sembilan Bencana sedikit lebih lemah dibandingkan Istana Qinglong dan Istana Biru Air. 　　Kilatan cahaya menyilaukan, tujuh naga ular itu seketika berubah menjadi tujuh pria besar berjubah ungu. Orang yang paling depan tak lain adalah Di Long. 　　"Teng Shan, Lou Ke, apa maksud kalian ini?" Di Long langsung menghardik marah kepada Teng Shan dan Lou Ke. Enam saudara di belakang Di Long juga wajahnya dipenuhi kemarahan. Pada saat seperti ini, bagaimanapun mereka harus menangkap Qin Yu, tapi Teng Shan dan Lou Ke malah berani menghalangi. 　　Teng Shan membersihkan tenggorokannya: "Di Long, tak perlu marah. Sepertinya Qin Yu ini tidak memiliki permusuhan besar dengan Kuil Sembilan Bencana kalian. Kematian Di Tong pun belum tentu berkaitan dengan Qin Yu. Jika demikian, mohon Yang Mulia Di Long berikan muka untuk Istana Qinglong kami, lepaskan Qin Yu kali ini." 　　Lou Ke juga berkata: "Di Long, Istana Biru Airku..." 　　"Diam!" 　　Di Long tiba-tiba membentak keras, otot di wajahnya berdenyut-denyut, kilau dingin di matanya jelas menunjukkan kemarahan yang meluap: "Tidak ada permusuhan? Apa yang kalian tahu? Qin Yu itu bahkan langsung merampas Istana Harta Karun Kuil Sembilan Bencana kami!" 　　"Hanya Istana Harta Karun? Istana Harta Karun, apa yang kau katakan?!!!" Wajah Lou Ke juga berubah pucat. 　　Jika berbicara tentang Kuil Sembilan Bencana, satu-satunya hal yang membuat iri empat kekuatan besar lainnya di dunia xiuzhen laut adalah Istana Harta Karun ini. 　　"Bercanda, Yang Mulia Di Long sedang bercanda. Volume Istana Harta Karun yang begitu besar, semua orang tahu. Menggunakan cincin ruang, sepengetahuanku, di dunia xiuzhen laut sepertinya belum ada cincin ruang yang bisa menampung Istana Harta Karun. Jika berbicara tentang memindahkannya dengan tangan kosong, selain membutuhkan kekuatan yang mengerikan, lihat saja Qin Yu terbang dengan tangan kosong - jelas dia tidak merampas Istana Harta Karunmu," kata Teng Shan. 　　Di Jian berkata dengan dingin: "Jika tidak percaya, kalian bisa bertanya langsung pada Qin Yu sendiri. Apakah Istana Harta Karun Kuil Sembilan Bencana kami telah direbutnya?" 　　"Mustahil." 　　Lou Ke mengucapkan kata 'mustahil', namun tetap menoleh ke arah Qin Yu di belakangnya, "Saudara Qin Yu, silakan jelaskan. Jangan takut difitnah Kuil Sembilan Bencana mereka. Istana Biru Air dan Istana Qinglong akan menopangmu." Suara Lou Ke penuh semangat heroik membumbung tinggi. 　　Senyuman canggung mengembang di wajah Qin Yu. 　　Teng Shan berkata dengan nada tak percaya: "Tidak mungkin... Kau tidak mungkin memiliki cincin ruang yang cukup besar untuk menyimpan 'Istana Harta Karun', bukan?" 　　Di Long, Di Jian, dan lima saudara lainnya memandang Qin Yu dengan tatapan dingin. 　　"Ini... Memang benar, aku telah mengambil Istana Harta Karun mereka." Akhirnya Qin Yu mengakui. 　　Teng Shan dan Lou Ke membelalakkan mata mereka ke arah Qin Yu. Para Penjaga Hukum Istana Qinglong di belakang Teng Shan, serta para Penjaga Hukum Istana Biru Air di belakang Lou Ke, semuanya memandang Qin Yu dengan ekspresi terkejut. 　　Merampas Istana Harta Karun milik Kuil Sembilan Bencana. 　　Pencapaian yang luar biasa ini saja sudah cukup membuat nama Qin Yu menggema di seluruh DUNIA XIUZHEN seberang lautan. 　　"Di Long!" 　　Tiba-tiba wajah Qin Yu dipenuhi kemarahan saat menatap Di Long, "Kau bilang aku merampas Istana Hartamu? Aku mengakuinya! Sekarang jawab - bukankah kau berniat memerintahkan Penjaga Jing Zhe untuk MELAHAPKU dan mencuri memoriku? Beranikah kau jujur!" 　　Alis Di Long berkerut, namun ia tetap tegas: "Benar, aku mengakuinya." 　　Wajah Qin Yu membeku bagai es: "Hmph! Kau ingin membunuhku, bahkan mencuri memoriku. Andai bukan karena metode pelarian rahasiaku, nyawaku pasti sudah melayang. Selama satu tahun penuh aku mengiringi Tiga Pangeran dari Istana Darah Merah ke Kuil Sembilan Bencana tanpa sekalipun mencoba kabur. Setia seperti ini balasanmu? Kau justru ingin mencabut nyawaku! Jika nyawaku kau incar, apa artinya perampasan Istana Harta Karun ini bagiku?" 　　Qin Yu dengan amarah terpendam: "Meskipun Istana Harta Karun berharga, itu hanyalah benda duniawi. Dibandingkan nyawa, apa artinya? Kau ingin membunuhku, bukankah pantas aku merampas Istana Harta Karunmu?" 　　"Kau ini siapa?" Di Long memandang Qin Yu dengan kesombongan. "Kau cuma Penguasa Gua Istana Darah Merah. Kehormatan besar sudah kuberikan dengan membunuhmu. Alih-alih bersyukur, malah mencuri Istana Harta Karunku. Kau sedang mencari kematian!" 　　Qin Yu menggelengkan kepala sambil menatap Di Long: "Yang Mulia Di Long, dulu kukira kau seorang pahlawan. Kini kau tak lebih dari beruang tolol. Karena kau merendahkanku, mengapa harus kuhormati?" 　　Mata Qin Yu berkilat dingin bagai bintang malam, menatap tajam Di Long: "Di Long, sebenarnya dengan status Guruku, perampasanku atas Istana Harta Karunmu sudah merupakan kehormatan terbesarmu. Alih-alih berterima kasih, malah memburuku. Kau yang sedang mencari mati!" 　　"Tadi Di Long berkata membunuh Qin Yu adalah kehormatan bagi Qin Yu. Sekarang Qin Yu membalas dengan serangan balik tanpa sedikit pun mundur, membuat ketujuh pangeran gemetar seluruh tubuh, wajah mereka memerah karena marah." 　　"Kau dengarkan baik-baik! Mulai hari ini, Istana Darah Merah takkan lagi mematuhi perintah Kuil Sembilan Bencana. Kuilmu adalah kuilmu, Istana Darah Merah adalah istanaku! Tak ada hubungan sama sekali! Jika kau berani ikut campur, akan kupotong tangan-kakimu!" 　　Qin Yu tersenyum sinis. 　　Kemudian Qin Yu menatap Teng Shan dan Lou Ke: "Yang Mulia Teng Shan, Yang Mulia Lou Ke. Jika kalian berdua bisa mengusir ketujuh cacing kecil ini, bukan hanya kabar tentang pedang giok kedelapan akan kusampaikan, Istana Harta Karun pun akan kuserahkan dengan tangan-tangan ini!" 　　Mata Teng Shan dan Lou Ke langsung berbinar. Dibandingkan pedang giok kedelapan, daya tarik Istana Harta Karun bahkan lebih kuat. 　　Qin Yu kemudian menatap ketujuh Di Long, suaranya penuh amarah: "Manusia memperjuangkan harga diri! Aku Qin Yu lebih rela kehilangan Istana Harta Karun daripada menelan penghinaan ini. Di Long, ketujuh kalian dengarkan baik-baik - mulai hari ini, aku Qin Yu benar-benar akan melawan kalian sampai titik darah penghabisan!" 　　Di Long menggigil menahan amarah yang menyala-nyala akibat rentetan ucapan Qin Yu. Ketujuh pangeran itu nyaris tak kuasa menahan keinginan untuk mencabik-cabik Qin Yu. 　　"Qin Yu, bersiaplah mati!" Di Long segera bersiap menyerang. 　　Teng Shan dan Lou Ke saling bertukar pandang, mencapai kesepakatan. Teng Shan segera berseru: "Yang Mulia Di Long, hentikan!" Mendengar suara Teng Shan, senyuman tipis mengembang di wajah Qin Yu. Buku 7: Kedatangan Para Utusan dari Segala Penjuru | Bab 2: Formasi Gerbang Langit Enam Kesatuan Besar 　　Mata Di Long memancarkan kilatan aura pembunuh yang mengerikan, tatapannya menusuk seperti pedang ke arah Teng Shan dan Lou Ke. 　　“Teng Shan, Lou Ke, apa kalian berdua berani menghalangi kami tujuh saudara membunuh bajingan kecil ini?” Enam saudara di belakang Di Long juga melototi Teng Shan dan Lou Ke, sikap mereka menunjukkan siap menyerang begitu ada ketidaksepahatan. 　　Lou Ke mengulurkan tangan seraya berkata: “Yang Mulia Di Long, saat leluhur kami berebut pedang giok ketujuh dengan Pemimpin Istana Qinglong dulu, akhirnya kalah dan pedang itu direbut oleh Pemimpin Istana Qinglong. Jika Istana Qinglong sudah memiliki dua pedang giok, Istana Biru Air kami cuma punya satu saja.” 　　“Satu masih mengeluh kurang?” 　　Ucapan ini tentu hanya dipikirkan dalam hati oleh Di Long dan kawan-kawan. Bagaimanapun juga, menghadapi langsung iblis bermata tiga, mereka tidak punya cukup keyakinan. 　　“Leluhur kami terus membara dalam hatinya. Setelah mengetahui informasi pedang giok kedelapan kali ini, beliau memberi perintah mati: apapun yang terjadi, informasi tentang pedang giok kedelapan harus direbut. Leluhur kami benar-benar bertekad harus mendapatkan pedang giok kedelapan ini. Sedangkan Qin Yu ini tahu informasi pedang giok kedelapan...” 　　Lou Ke sampai di sini, ketujuh saudara Di Long tentu mengerti maksudnya. 　　Di Long tersenyum sinis: "Kau ingin tahu informasi pedang giok kedelapan, langsung suruh Qin Yu mengatakannya sekarang, bukan?" 　　"Di Long." Qin Yu menatapnya, "Kau suruh aku bicara sekarang, lalu aku harus menurut? Menurutmu kau siapa sampai segitu hebatnya? Hmph!" Qin Yu mendengus dingin, melanjutkan, "Sudah kukatakan, usir mereka bertujuh, barulah kubocorkan info pedang giok kedelapan. Jika tidak, lebih baik mati!" 　　"Yang Mulia Di Long tentu sudah dengar, Qin Yu ini keras kepala. Leluhur kami juga mengeluarkan perintah tegas..." Lou Ke menatap Di Long. 　　Di Long hanya memancarkan sinar dingin dari matanya, tetap bungkam. 　　"Jika aku nekat membunuh Qin Yu, apa yang akan kau lakukan?" Tatapan Di Long ke Lou Ke penuh kegeraman, seolah tak peduli konsekuensi. 　　"Lakukan?" 　　Lou Ke tersenyum tipis, "Aku Lou Ke bukanlah tandingan Yang Mulia Di Long, tentu tak bisa berbuat apa-apa. Hanya saja, Leluhur kami akan menjadi tidak senang. Begitu Beliau murka, maka..." 　　Nuansa ancaman itu jelas tertangkap oleh tujuh bersaudara Di Long. Enam saudara di belakang Di Long memandang Lou Ke dengan mata berapi, namun Lou Ke tetap tenang dengan senyuman di wajahnya. 　　"Kau mengancamku!" Di Long menatap Lou Ke. 　　Lou Ke menyilangkan tangan di dada, memberi perintah kepada para Penjaga Hukum di belakangnya: "Para Penjaga Hukum, kini Tujuh Pangeran telah tiba di sini. Kekuatan kita tak sebanding dengan Tujuh Pangeran. Apapun yang hendak dilakukan Tuan-tuan, kami takkan mampu menghalangi sama sekali." 　　Para Penjaga Hukum Lou Ke pun mengangguk. 　　"Tujuh Pangeran, silakan eksekusi Qin Yu. Namun jika kelak Leluhur kami murka, aku Lou Ke takkan bisa membantu lagi." 　　Setelah berkata demikian, Lou Ke menghardik anak buahnya: "Kita minggir, jangan halangi Tujuh Pangeran!" 　　"Mematuhi perintah!" 　　Setelah berkata demikian, Lou Ke bersama para Penjaga Hukumnya langsung terbang ke ketinggian ratusan meter di atas Pulau Batu Hitam. 　　"Yang Mulia Di Long, pemimpin istana kami juga telah mengeluarkan perintah. Pedang Giok kedelapan ini harus kita dapatkan. Jika Yang Mulia ingin membunuh Qin Yu, tentu hamba tidak mampu menghalangi." Teng Shan tetap menunjukkan kesopanan. "Keputusan ada di tangan Yang Mulia. Namun perlu diingat, begitu Dewi Qinglong murka... Langit dan bumi pun bisa hancur lebur." 　　"Para Penjaga Hukum, mari kita menyingkir. Jangan halangi Tujuh." 　　"Mematuhi perintah!" 　　Para Penjaga Hukum itu serentak membungkuk hormat. Teng Shan lalu memimpin mereka terbang ke sisi Lou Ke. Kedua cultivator ini melayang di udara dengan sekelompok Penjaga Hukum di belakangnya, memandangi Tujuh dari kejauhan. 　　…… 　　Saat ini, di Pulau Batu Hitam hanya tersisa Tujuh dari Kuil Sembilan Bencana serta Qin Yu. 　　Di Long otot di wajahnya bergetar, sinar dingin berkilauan di matanya, jelas dalam hatinya sedang terjadi pergulatan keras. 　　Teng Shan dan Lou Ke memiliki status sangat tinggi di Istana Qinglong dan Istana Biru Air. Perkataan mereka bahkan bisa merepresentasikan Pemimpin Istana Qinglong dan iblis bermata tiga. Menghadapi ancaman dari kedua pihak, Di Long ragu! 　　"Kakak, buat apa pusing-pusing, langsung bunuh Qin Yu itu!" Suara dingin Di Jian bergema. 　　Mata Di Long berbinar, lalu dengan amarah ia berteriak: "Qin Yu merampas Istana Harta Karun kami, dendam sebesar ini bahkan jika Pemimpin Istana Qinglong dan Tuan Qing Xuan datang pun takkan kubiarkan! Saudara-saudara, jangan pedulikan yang lain, bunuh Qin Yu sekarang!" 　　"Ya!" 　　Di Xu, Di Yang, Di Jian, Di Feng, Di Luan, Di Nai—keenam saudara—serentak mematuhi perintah, suara mereka menggema di langit. 　　Awalnya masih ingin menyelidiki informasi pedang giok kedelapan dan penyebab kematian Di Tong dari Qin Yu, namun Di Long yang sedang marah langsung mengeluarkan perintah eksekusi. 　　…… 　　Teng Shan dan Lou Ke sama-sama mengerutkan alis, mengambil token komando dari penyimpanan mereka. 　　"Yang Mulia Pemimpin, Qin Yu ternyata merampas Istana Harta Karun Kuil Sembilan Bencana. Sekarang mereka bersumpah akan membunuhnya." Teng Shan hanya melaporkan garis besar kejadian pada Pemimpin Istana Qinglong, tentang reaksi sang pemimpin itu urusannya sendiri. 　　Lou Ke melakukan hal serupa, mengeluarkan token komando untuk menghubungi Iblis Bermata Tiga. 　　"Lou Ke, mari kita tonton pertunjukan ini. Qin Yu ternyata memiliki cincin ruang yang bisa memuat seluruh Istana Harta Karun. Menurutku dia pasti bukan orang biasa." Teng Shan melayang tenang di udara, mengamati Tujuh Pangerang dari Pulau Batu Hitam dan Qin Yu dari kejauhan. 　　Lou Ke juga dengan tenang melanjutkan pengamatan. 　　“Teng Shan, menurutku tujuh Yang Mulia sekaligus bertindak belum tentu bisa dengan mudah menangkap Qin Yu.” Lou Ke masih ingat adegan Qin Yu dikejar tapi ketujuh Yang Mulia tak kunjung berhasil mengejarnya, jelas kecepatan Qin Yu juga luar biasa. 　　“Mulai menyerang.” 　　Mata Teng Shan berbinar, seluruh perhatiannya tertuju ke medan pertempuran. 　　…… 　　“Bunuh!” 　　Di Long meneriakkan teriakan keras, seketika tujuh saudara berubah menjadi tujuh bayangan samar, serempak menyerbu ke arah Qin Yu. 　　“Kecepatannya sangat lambat!” 　　Qin Yu kini tak lagi berpura-pura cedera. Menghadapi serangan dahsyat tujuh saudara, kakinya bergerak lincah – bukannya mundur malah maju, seluruh tubuhnya bagai hantu menyergap penguasa terkuat Di Long yang jaraknya memang sudah sangat dekat. 　　Sekejap mata, Qin Yu dan Di Long sudah berhadapan muka. 　　“Brak!” 　　Di Long menyerang dengan tinjunya yang cepat, langsung menembus dada Qin Yu. Di Long tak bisa menahan kegembiraannya, namun seketika ia menyadari "Qin Yu" di hadapannya sama sekali tidak mengeluarkan setetes darah, sementara "Qin Yu" itu baru perlahan menghilang. 　　Itu adalah bayangan samar Qin Yu. 　　“Kakak ketiga, jangan adu tinju dengannya.” Telepati spiritual Di Nai bergema dalam benak Di Yang. 　　Dan hampir bersamaan— 　　“Braak!” 　　Qin Yu dan Di Yang beradu tinju secara frontal. Tubuh Qin Yu yang sekuat Dewa, ditambah Sarung Tinju Yan Chi, membuat Di Yang tak bisa menahan. Hanya terdengar suara 'krak' nyaring, Di Yang segera mundur cepat. Tangan kanannya sudah cedera. 　　“Kau tidak memberitahu lebih awal.” Di Yang berkomunikasi melalui telepati kepada Di Nai. 　　“Ini juga bukan salahku.” Di Nai juga terlihat pasrah. 　　Qin Yu berubah menjadi sinar emas, bahkan saat ini Qin Yu hanya menggunakan delapan puluh persen kecepatannya. Kecepatan ini saja sudah lebih tinggi dibandingkan Di Long, mengingat ketujuh saudara Di Long belum berubah ke wujud asli mereka. 　　"Serangan kelompok? Aku paling tidak takut dengan serangan kelompok." 　　Qin Yu sama sekali tidak khawatir. Ahli dalam kecepatan, dia tidak peduli dikepung. Sebanyak apapun musuh, mereka tidak bisa mengepungnya. Setiap kali hanya satu musuh yang berhadapan langsung dengannya. Apa yang perlu ditakutkan? 　　"Dua pra-Dongxu juga berani datang? Aku akan membuat kalian menyesal." 　　Qin Yu bergerak lincah bagai hantu, terus menghindar di antara tujuh saudara. Mereka sama sekali tidak bisa menghalanginya. Waktu telah berlalu cukup lama, namun ketujuh saudara itu belum berhasil melukainya sedikitpun. 　　"Haha, dengan kecepatan kalian yang payah ini, jika aku ingin kabur, kalian takkan bisa menangkapku!" Tertawa Qin Yu bergema. 　　Tujuh Saudara wajah mereka agak suram, namun mereka terpaksa mengakui bahwa kecepatan Qin Yu ini benar-benar luar biasa. Jika Qin Yu benar-benar ingin melarikan diri, mustahil bagi mereka untuk menghalanginya. 　　"Kakak, kecepatan bajingan ini terlalu tinggi, ini agak mengkhawatirkan." Di Yang berkomunikasi melalui telepati. 　　Di Xu juga mengirim pesan telepati: "Kakak, kecepatan bukan masalah utama. Tapi jika dia berhasil kabur dan kita gagal menangkapnya... Kabar bahwa Kuil Sembilan Bencana mengerahkan semua pasukan namun gagal menangkap musuh, bahkan sampai Istana Harta Karun direbut—" 　　"Kakak, saatnya mengambil keputusan. Apa yang harus kami lakukan?" Di Nai juga menyampaikan pesan telepatinya. 　　Saat ini yang berhak memutuskan adalah sang kakak Di Long. 　　"Siapkan Formasi Gerbang Langit Enam Besar untuk menjebak Qin Yu, lalu kita habisi seperti menangkap kura-kura dalam tempayan. Karena Lao Er sudah mati, Di Feng dan Di Luan—kalian berdua bekerja sama menyiapkan dasar formasi 'Air' yang paling sederhana." Di Long langsung mengirim instruksi melalui telepati spiritual ke semua saudara. 　　"Aku menguasai Gerbang Kehidupan (Sheng), Di Jian, kau menguasai Gerbang Kematian (Si)." 　　"Baik." Di Jian mematuhi perintah. 　　Gerbang Kematian memiliki kekuatan mematikan terbesar dan penyusunannya membutuhkan kekuatan yang sangat tinggi, sehingga Gerbang Kehidupan dan Kematian masing-masing diatur oleh Di Long dan Di Jian. 　　"Di Xu, kau menguasai Gerbang Qian. Di Yang, kau menguasai Gerbang Kun. Di Nai, kau menguasai Gerbang Api." 　　Di Yang, Di Xu, dan Di Nai bertiga segera merespons melalui telepati spiritual. 　　"Di Luan dan Di Feng, kalian berdua tahu metode penyusunan Gerbang Air kan? Sayangnya Lao Er sudah mati, kami harus mengandalkan kalian berdua." Di Long kali ini benar-benar tidak punya pilihan lain. 　　Awalnya di Kuil Sembilan Bencana, dari sembilan saudara hanya Di Long dan Di Jian yang berada di tahap akhir Dongxu, lima di tahap pertengahan Dongxu, dan dua di tahap awal. Kini setelah Di Tong dan Di Qing tewas, penyusunan formasi hanya bisa mengandalkan Di Luan dan Di Feng. 　　"Kakak tenang, kami tidak akan mengecewakan... Ah!" 　　Baru saja Di Luan mengirimkan konfirmasi melalui telepati spiritual, semburan cahaya emas tiba-tiba menyambar - ternyata Qin Yu. 　　“Tahap awal Dongxu berani memburuku.” Telepati spiritual Qin Yu bergema dalam benak Di Luan, bersamaan dengan tinjunya yang menghantam ke arah Di Luan dengan kecepatan yang mustahil dihindari. Di Luan hanya bisa mengangkat kedua lengannya untuk melawan langsung. 　　Disertai suara retakan tulang, Di Luan memanfaatkan momentum untuk mundur. 　　“Matilah.” 　　Postur tubuh Qin Yu kembali mendekat, tinjunya kali ini mengarah ke kepala Di Luan dalam upaya membunuhnya secara langsung. 　　“Syuut!” Sebilah pedang terbang menusuk datang. 　　Pedang terbang yang mampu mengubah arah secara bebas ini memaksa Qin Yu menghindar. Dengan gerakan cekatan, tangannya menyambar menangkap bilah pedang itu. Namun energi dahsyat yang tiba-tiba meledak dari pedang tersebut berhasil melepaskan diri dari cengkeramannya. 　　Qin Yu sama sekali tidak menghiraukan, menatap Di Long yang menyergapnya: "Di Long, dua cacing kecil di tahap awal Dongxu berani menangkapku, benar-benar mengeluh umur panjang." 　　Di Long saat ini juga mengerutkan alis, dia jelas menyadari bahwa Di Luan dan Di Feng menghadapi Qin Yu hampir tidak memiliki kekuatan melawan, di sini nyaris tidak berguna, mungkin saja karena kecepatan Qin Yu, mereka bisa dibunuh olehnya. 　　"Lao Qi, kau dan Lao Wu minggirlah dulu." 　　Di Long meneriakkan perintah sambil melakukan telepati spiritual: "Lao Qi, Lao Wu, pergilah ke posisi ratusan li utara Pulau Batu Hitam, bersiaplah untuk mulai menyusun formasi." 　　"Di Yang, kau bersiap ke..." 　　Seiring perintah bertubi-tubi dari Di Long, semua Yang Mulia telah membuat persiapan. 　　“Kuil Sembilan Bencana yang disebut sebagai salah satu dari tiga kekuatan besar di dasar laut, menurutku biasa saja.” Qin Yu tertawa terbahak-bahak sambil meningkatkan kecepatannya sedikit, tubuhnya bagikan garis emas yang melesat ke segala penjuru, dengan tangan-tangannya sebagai senjata. 　　Dengan mengenakan Sarung Tinju Yan Chi, tangan-tangan Qin Yu bisa bertabrakan langsung dengan artefak spiritual kelas atas. 　　Tangan Qin Yu dapat berubah menjadi berbagai senjata - tusukan jari pedang, tebasan telapak pisau, atau pukulan tinju besi... 　　"Hah!" 　　Tiba-tiba Qin Yu muncul di depan Di Xu, tangan kanannya menghujam dari langit menuju kepala Di Xu. Dengan kekuatan telapak tangan yang mampu menghancurkan artefak spiritual kelas menengah, apalagi tengkorak Di Xu. 　　Di Xu mengeluarkan tongkat pendek dengan kedua tangannya. 　　"Braak!" 　　Qin Yu turun dari langit, dengan satu tepukan yang membawa kekuatan dahsyat menghantam tongkat pendek itu. Tongkat pendek sama sekali tidak terpengaruh, namun kekuatan mengerikan Qin Yu merambat melalui tongkat tersebut ke tangan-tangan Di Xu. Tangan Di Xu sama sekali tak mampu menahan kekuatan barbar Qin Yu yang menakutkan itu. 　　Tubuhnya bagaikan meteor, ditampar Qin Yu hingga terjatuh ke daratan. 　　"Haha, ayo lagi!" 　　Suara tawa Qin Yu bergema di medan perang, namun tubuhnya telah berpindah ke lokasi lain dalam sekejap. Qin Yu sama sekali tidak berkonfrontasi langsung dengan Di Jian maupun Di Long. Dia hanya bertarung frontal melawan Di Yang, Di Xu, dan Di Nai. 　　…… 　　Saat Qin Yu dengan gesit tiba di depan Di Nai, tiba-tiba Di Nai sama sekali mengabaikan Qin Yu. Seluruh perhatiannya terpusat sepenuhnya pada tangannya, bahkan matanya pun menatap tangan sendiri. Energi kehidupan, vitalitas, dan semangatnya dalam seketika terkonsentrasi penuh di telapak tangan. 　　Penyatuan Jing (esensi), Qi (energi), dan Shen (semangat) merupakan tiga keselarasan internal. 　　Kesatuan tangan, mata, dan tubuh merupakan Tiga Kesatuan Eksternal. 　　Tiga Kesatuan Internal dan Eksternal secara kolektif disebut "Enam Kesatuan". 　　"Api!" 　　Di Nai tiba-tiba mengaum keras, memusatkan energi kehidupan hingga puncak kesempurnaan. Postur tubuh dan gerakan tangannya sempurna. Seketika, semburan api berbentuk naga muncul dari tubuhnya. Hampir bersamaan— 　　"Sheng!" 　　"Mati!" 　　"Qian!" 　　"Kun!" 　　"Air!" 　　Lima teriakan lain menggema nyaris berbarengan. Lima aliran energi Qi berbentuk naga melesat ke langit. Enam aliran energi naga ini memiliki warna berbeda. Qin Yu yang mencoba meninju Di Nai justru terpental oleh semburan energi tersebut. 　　Dengan tegaknya enam pintu: Qian, Kun, Sheng, Mati, Air, dan Api—Formasi Pintu Langit Enam Kesatuan Agung pun terbentuk! 　　Seketika, wilayah ratusan li terisolasi sepenuhnya dari pihak luar. BAGIAN KETUJUH: KEDATANGAN PARA PENGUASA DARI SEGALA PENJURU | BAB TIGA: KEMUNCULAN HOU FEI 　　Semburan aliran energi Qi berbagai warna saling melilit, menutupi wilayah ratusan li. Luas formasi ini sangat besar bagi Orang Biasa, namun bagi ahli level Qin Yu dan Di Long, ini sama seperti lapangan latihan kecil bagi orang biasa. 　　"Formasi?" 　　Qin Yu memandang Formasi Gerbang Langit Heksagonal di hadapannya, dalam benaknya langsung muncul bab tentang formasi magis yang pernah dibaca di buku-buku kultivasi. 　　"Ini Formasi Gerbang Langit Heksagonal, masalah mulai muncul." Qin Yu bergumam pada diri sendiri, sementara seluruh tubuhnya melesat vertikal ke langit seperti garis lurus. Pedang Yan Chi tiba-tiba muncul di tangannya, langsung menusuk ke arah tirai cahaya. 　　Seperti menusuk kain licin yang sangat elastis, tenaga tusukan pedang Qin Yu sepenuhnya dinetralkan dengan mudah oleh tirai cahaya itu. 　　"Tepat! Ini benar-benar Formasi Gerbang Langit Heksagonal." Qin Yu yakin dalam hatinya. 　　"Formasi Gerbang Langit Enam Penjuru hanyalah formasi pengepungan, bukan formasi ilusi atau jenis formasi lainnya. Tapi Formasi Gerbang Langit Enam Penjuru ini mengunci semua arah - tak bisa naik ke langit, tak ada pintu masuk ke bumi. Qin Yu hanya bisa bergerak dalam jangkauan formasi ini." 　　"Qin Yu, bukankah kecepatanmu kan hebat?" Suara Di Long menggema di seluruh formasi besar. Saat ini Di Long melayang di udara, berdiri di dalam formasi sambil memandang Qin Yu bagaikan kucing bermain dengan tikus. Beberapa lainnya juga berdiri di belakang Di Long. 　　Tujuh saudara itu memandang sinis ke arah Qin Yu, seolah segalanya telah berada dalam genggaman mereka. 　　"Hahahaha~~~" Wajah Di Long menjadi mengerikan saat tertawa terbahak-bahak, lalu melotot ke Qin Yu, "Qin Yu! Sekarang kau tak bisa naik ke langit, tak ada pintu masuk ke bumi! Lihatlah kemana kau bisa lari?!" 　　"Saudara-saudara, serang!" 　　Teriakan Di Long mengguntur. Para mulai menukik tajam ke bawah, menghujam ke arah Qin Yu. Hanya Di Luan yang lengannya terluka parah yang keluar dari Formasi Gerbang Langit Enam Penjuru. 　　“Serangan pisauku ini kupercayakan pada kalian semua, Saudara.” 　　Di Luan menggerutu dalam hati, betapa ia ingin menyiksa Qin Yu habis-habisan. Namun kedua lengannya remuk oleh pukulan berat Qin Yu, kekuatan serangannya telah jauh berkurang. Menyadari keterbatasan kemampuannya, ia memilih mundur dari Formasi Pintu Langit Enam Kesatuan. 　　Formasi Pintu Langit Enam Kesatuan memang misterius. Para penata formasi bisa dengan mudah berpindah masuk atau keluar, sementara pihak lain tidak boleh keluar maupun masuk dari luar. 　　“Tenanglah, Luan. Serangan pisaumu akan kuwakili.” 　　Hampir semua serentak menjawab, masing-masing melesat penuh aura pembunuh ke arah Qin Yu. Formasi ini hanya mencakup wilayah ratusan li, namun keenam bergerak gesit sambil terus melancarkan serangan bertubi-tubi. 　　Qin Yu kini sepenuhnya mengandalkan kelincahan geraknya. Terhadap Di Jian dan Di Long, ia tak berani lawan langsung, hanya sesekali menyelipkan serangan licik. Namun terhadap lainnya, ia berani bertarung frontal. 　　“Hahaha...” 　　Qin Yu tiba-tiba muncul di depan Di Feng, membuatnya terkejut. 　　Tinju Qin Yu melesat disertai ledakan udara di sekitarnya. Sarung Tinju Yan Chi menyatu sempurna dengan buku-buku jari tinjunya yang menusuk udara, langsung menghujam wajah Di Feng dengan aura mengerikan. 　　Satu pukulan menggetarkan langit-bumi! 　　Meskipun panik, Di Feng sadar: menghindar saat ini sama sekali tak memberi harapan selamat. 　　Serbu! 　　Mata Di Feng memerah. Kedua lengannya membentang membentuk pertahanan sementara Pelat Pelindung Ungu bersinar di permukaan kulit. Energi monster perlindungannya berkobar-kobar ketika tinju Qin Yu yang seakan meretakkan langit menghantam lengannya. 　　Suara retakan tulang menggema. Kedua lengan Di Feng hancur berkeping-keping, daging dan darah berceceran. 　　"Adik Kelima!" 　　Teriakan mengaum Di Long menggema, namun kecepatan Qin Yu terlalu tinggi. Saudara-saudara lain pondasi dasar tidak sempat menyelamatkan. Di Feng yang terluka tiba-tiba matanya menyala kegilaan. Saat kedua lengannya remuk, ia memanfaatkan tenaga tinju Qin Yu untuk melesat mundur. 　　Dia mundur cepat, tapi tinju Qin Yu lebih cepat lagi. 　　"Braak!" Tinju Qin Yu menghancurkan kedua lengan Di Feng, lalu menghantam dada Di Feng sekali lagi. 　　Di Feng melesat mundur lebih cepat dari sebelumnya. Hanya sekejap, Di Jian, Di Long, Di Yang, Di Xu, Di Nai - kelima bersaudara sekaligus menyerbu ke arah Qin Yu. Menghadapi lima bersaudara yang meledak amarahnya, Qin Yu terpaksa mundur cepat. 　　"Adik Kelima." 　　Di Long membantu bangkitkan Di Feng, wajahnya dipenuhi panik. 　　Di Feng mengatupkan gigi, "Kakak, aku tidak apa-apa, hanya lengan patah. Serangan selanjutnya harus mengandalkan kaki dan artefak spiritual. Meskipun tinju Qin Yu kuat, tapi sebagian kekuatannya sudah kuneutralkan dengan lengan, ditambah mundur cepat dan Pelat Pelindung Ungu, cederaku tidak parah." 　　Kedua lengan patah, tapi Di Feng sama sekali tidak peduli. 　　"Kakak, kau harus membalas dendam untuk Adik Kedelapan. Dendam lengan patahku juga kuserahkan padamu. Pastikan Qin Yu dibunuh. Aku akan keluar dulu dari Formasi Pintu Langit ini." Tanpa ragu, Di Feng langsung melesat keluar dari Formasi Besar Liùhé Tiānmén. 　　Lengan patah, hati Di Feng dipenuhi kebencian membara pada Qin Yu. 　　Di Long kini semakin membenci Qin Yu. 　　Lima bersaudara mengepung Qin Yu, tapi ia terus menghindar dengan acuh tak acuh. 　　"Di Long!" 　　Qin Yu sambil menghindar bicara, "Kau juga tahu dua serangga di tahap awal Dongxuaku lawan, Di Luan itupintar, langsung keluar dari awal. Di Feng tidak mau keluar, itu bunuh diri! Kau sebagai kakak juga bodoh." 　　Di Long semakin amarahnya memuncak. 　　Awalnya ketika para saudara menyusun Formasi Pintu Langit Besar, mereka semua mengira Qin Yu adalah kura-kura dalam tempurung, ingin segera membunuhnya. Di Luan juga terpaksa mundur karena sebelumnya terluka parah oleh Qin Yu. 　　Para pangeran yang sedang emosional ini sama sekali lupa bahwa meski terperangkap dalam Formasi Pintu Langit Besar, Qin Yu tetap bukan target mudah untuk dibunuh. 　　"Bunuh!" 　　Dengan mata merah menyala, Di Long menggeramkan kata ini dari celah giginya, lalu memimpin serangan ke arah Qin Yu. Keempat pangeran lainnya masing-masing menggunakan taktik - artefak spiritual beterbangan, serangan jarak jauh, serangan jarak dekat menyelimuti segala penjuru. 　　Di luar Pulau Batu Hitam, Teng Shan dan Lou Ke berdiri berdampingan, di belakang mereka para penjaga berdiri diam di udara. 　　Di dalam Formasi Heksagonal Pintu Langit, Qin Yu bertarung sendirian melawan Lima Pangeran. Tubuhnya bagai sinar emas, sementara kelima pangeran yang kini lebih pintar - tiga pangeran di tahap pertengahan Dongxu - bergerak dalam formasi trio. 　　Di Long memimpin satu unit, Di Jian unit lain, sedangkan Di Xu, Di Yang, dan Di Nai membentuk unit ketiga. Qin Yu tak mampu menahan serangan tiga arah ini. 　　"Lou Ke, katanya otakmu lincah. Menurutmu berapa lama Qin Yu bisa bertahan?" tanya Teng Shan sambil tertawa. Saat ini, harapannya untuk melihat Qin Yu keluar hidup-hidup sudah sirna. 　　Meski kecepatannya luar biasa, penerbangan cepat terus-menerus seperti ini mengkonsumsi energi bintang dalam jumlah besar. 　　“Berapa lama? Jika kelima Pangeran Kuil Sembilan Bencana ini terus mengejar secara membabi buta seperti ini, saya perkirakan mereka tidak akan bisa menangkap apalagi membunuh Qin Yu.” Lou Ke menunjukkan wujud asli yang penuh keyakinan. 　　Teng Shan sama sekali tidak setuju dengan pendapat ini. 　　“Lou Ke, bukankah kau tahu tentang Formasi Pintu Langit Satu hingga Enam? Formasi ini sepenuhnya menghalangi interaksi antara pihak luar dan internal. Bahkan energi alam pun tidak bisa menembus masuk. Meskipun kecepatan Qin Yu tinggi, konsumsi energi dalam pertempuran sengit seperti ini pasti besar. Seiring waktu, energi alam di dalam Formasi Pintu Langit Satu hingga Enam akan terserap habis. Mereka hanya bisa mengandalkan energi yang tersimpan dalam tubuh.” 　　Teng Shan berkata dengan penuh keyakinan, "Dengan mengonsumsi energi internal, dalam tiga hari, Qin Yu mungkin sudah tidak bisa bertahan. Lalu bagaimana dengan kelima pangeran? Pertama, mereka memiliki pil yang bisa dimakan untuk mengisi ulang energi monster. Kedua, sebagai penata formasi, mereka bisa pulih di luar formasi. Sedangkan Qin Yu tidak bisa memulihkan diri. Bahkan jika mereka terus gagal menangkap Qin Yu, akhirnya dia akan tertangkap karena kehabisan energi." 　　"Salah." 　　Lou Ke tersenyum. 　　Alis Teng Shan berkerut: "Salah bagaimana? Aku tidak bisa membayangkan cara Qin Yu meloloskan diri dari maut?" 　　Lou Ke tertawa terbahak: "Teng Shan, otakmu sudah membatu. Benar, dalam kondisi normal Qin Yu pasti mati. Tapi jangan lupa, leluhur kami dan pemimpin istanamu sekarang sedang dalam perjalanan. Tiga hari? Dengan persiapan matang, leluhurku mungkin bisa tiba dalam satu hari..." 　　"Haha, aku mengerti." 　　Teng Shan tersadar, "Pemimpin Istana Qinglong kami dan leluhur bermata tiga milikmu, begitu mereka tiba. Jika Qin Yu masih hidup, urusan hidup-matinya bukan lagi wewenang Kuil Sembilan Bencana. Meski formasi Gerbang Langit Heksagonal ini pertahanannya hebat—kecuali satu orang bisa melampaui total kekuatan enam penyusun formasi—bagi Pemimpin kami, menghancurkannya pasti hal sepele yang mudah dilakukan." 　　Qin Yu merepresentasikan pedang giok kedelapan, sekaligus Istana Harta Karun. 　　Begitu Pemimpin Istana Qinglong dan Iblis Bermata Tiga tiba, mana mungkin mereka membiarkan kelima pangeran membunuh Qin Yu? Pasti akan bertindak menghancurkan formasi, lalu langsung menangkap Qin Yu. 　　Meski kecepatan Qin Yu melebihi Di Long dan Di Jian, namun dibandingkan dengan Dewa Qinglong di tahap awal Kongming serta 'Katak Mata Hijau Tiga' di tahap akhir Dongxu, masih ada kesenjangan yang cukup besar. 　　San Yan Bi Jing Chan (Katak Mata Hijau Tiga), meskipun hanya berada di tahap akhir Dongxu, tapi karena statusnya sebagai dewa. Jika benar-benar mengamuk dan tidak peduli luka parah, dia sendiri bisa mengalahkan semua saudara dari Kuil Sembilan Bencana. Bukan sekedar setara, tapi benar-benar mengalahkan. San Yan Bi Jing Chan bukanlah dewa biasa. 　　Mata ketiganya memiliki kekuatan serangan yang mengerikan. Bahkan terhadap Qinglong yang telah mencapai tahap awal Kongming, tidak berani langsung menahan serangan mata ketiga San Yan Bi Jing Chan. Inilah alasan mengapa Pemimpin Istana Qinglong dan Iblis Bermata Tiga dianggap berada di level yang sama oleh orang-orang. 　　Qinglong sendiri sebagai dewa, ditambah mencapai tahap awal Kongming. Kekuatannya benar-benar setara dengan cultivator dewa di periode Bencana. 　　Di dunia kultivasi seberang lautan yang sama sekali tidak memiliki cultivator dewa periode Bencana, wajar jika Qinglong dijuluki sebagai ahli kultivasi terkuat di dunia kultivasi seberang lautan. 　　“Qin Yu, meski kekuatannya lumayan, tapi... belum memenuhi syarat untuk dibandingkan dengan tiga kekuatan besar. Tanpa kekuatan yang memadai, malah mendapatkan Istana Harta Karun, plus mengetahui urusan pedang giok kedelapan. Oh, belum lagi cincin ruang yang bisa menyimpan Istana Harta Karun. Ini cukup untuk memastikan Qin Yu hancur total.” Teng Shan menghela napas. 　　Lou Ke juga mengangguk. 　　Memiliki harta karun harus disertai kekuatan yang cukup untuk menjadi faktor gentar lawan. Kalau tidak, harta itu hanya akan menarik minat penguasa kuat lain untuk merebutnya. 　　Kekuatan Qin Yu di dunia kultivasi seberang laut memang tergolong ahli, tapi bahkan takkan menyamai Di Long dan Di Jian dari Kuil Sembilan Bencana. Hanya sedikit lebih kuat dari Di Yang, Di Xu, dan Di Nai. Apalagi dibanding Pemimpin Istana Qinglong atau Iblis Bermata Tiga. Dengan kemampuan segitu, wajar jika dia diintimidasi berbagai kekuatan. 　　Contohnya Qin Yu yang dulu menegur Di Long karena hendak membunuhnya. 　　Jawaban Di Long: "Dibunuh olehku adalah kehormatan bagimu. Kau harus bersyukur!" 　　"Inilah DUNIA XIUZHEN yang mengutamakan kekuatan penguasa. Meskipun jawaban Di Long terkesan ekstrem dan arogan, hal itu tetap mencerminkan beberapa aturan di dunia kultivasi." 　　"Contohnya Teng Shan. Meski tidak tergolong ahli kelas atas, di mata para Saudara Kuil Sembilan Bencana—walau Teng Shan telah membunuh Di Qing, mereka hanya berani menegur Istana Qinglong. Tanpa izin Pemimpin Istana Qinglong, mereka tak berani menghukum mati Teng Shan." 　　"Karena di belakang Teng Shan berdiri 'Pemimpin Istana Qinglong', ahli kultivasi terkuat se-dunia bawah laut!" 　　"Begitu mereka membunuh Teng Shan, bukan tak mungkin Pemimpin Istana Qinglong yang meledak amarahnya akan menghancurkan Kuil Sembilan Bencana sampai ke akar-akarnya." 　　"Tepat saat Lou Ke dan Teng Shan sedang berdiskusi, tiba-tiba—" 　　"Yan Huan Jian Jue——Sinar Fajar Bersinar!" 　　Teriakan Qin Yu bergema tak henti. Saat ini, bayangan pedang yang menyilaukan bagai matahari telah membelah angkasa, melesat tajam ke arah Di Yang. 　　Di Yang panik mengendarai pedang untuk bertahan, sementara Di Xu dan Di Nai di sampingnya juga membantu menahan serangan. 　　Namun saat teknik Cahaya Fajar Muncul ini digunakan, Di Yang dan kawan-kawan hanya melihat cahaya menyilaukan bagai matahari di depan mata. Bayangan pedang itu samar dan tidak pasti, membuat mereka sama sekali tidak bisa menentukan posisi serangan yang tepat. 　　Ketiganya mulai panik. 　　"Lindungi titik vital!" 　　Suara Di Long langsung terdengar dalam benak Di Yang bertiga. 　　Di Yang, Di Xu, dan Di Nai segera tersadar: Bagaimanapun rumitnya jurus pedang Qin Yu, untuk melukai pasti harus menyasar tubuh. Cukup jaga bagian vital saja! 　　Cahaya menyilaukan berkilauan. Bayangan pedang yang meluncur dengan gesit itu kadang terlihat lebih tinggi beberapa senti, kadang lebih rendah, terkadang miring ke kiri atau ke kanan. 　　Satu pedang seolah berubah menjadi beberapa pedang. 　　"Bang!" 　　Tusukan pedang Qin Yu menembus tongkat panjang Di Xu, membuat Di Yang dan lainnya merasakan ketakutan belakangan sejenak. 　　"Hati-hati semuanya, jangan lengah. Qin Yu ini ahli dalam teknik pedang terbang cultivator dewa," Di Long segera mengingatkan saudara-saudaranya. 　　Qin Yu kembali terus-menerus menghindar. Ia tak lagi sembarangan menyerang. Tusukan sebelumnya merupakan jurus 'Yan Huan Jian Jue' yang cukup mematikan, namun menguras banyak energi. Ia segera menyerap energi alam semesta untuk mengisi ulang tenaga. 　　"Fei Fei, berapa lama lagi kau sampai?" tanya Qin Yu sambil memegang token komando. 　　"Sebentar lagi, Kakak. Tunggu sebentar," jawab Hou Fei yang sedang menuju ke lokasi. 　　Saat menyerap energi alam, Qin Yu tiba-tiba menyadari... kepadatannya luar biasa tipis sampai mengerikan. 　　"Apa yang terjadi?" Qin Yu menyebarkan kesadaran spiritualnya dan terkejut menemukan bahwa energi alam dalam Formasi Pintu Langit Enam Gabungan terisolasi dari energi luar akibat penghalang formasi. Selain itu, lima pangeran juga sedang menyerap energi alam sekuat tenaga, jelas ingin menghabiskan persediaan energi dalam formasi secepatnya. 　　Qin Yu segera merasa situasi memburuk. 　　Dari kemudahan Di Feng dan Di Luan keluar formasi, bisa disimpulkan bahwa penata formasi bisa keluar. Artinya, musuh bisa mengisi ulang kekuatan mereka, sementara dirinya tidak bisa. Meski di cincin ruangnya terdapat yuan infant mantan penjaga Istana Darah Merah, melebur yuan infant tidak semudah menyerap energi alam. 　　"Kakak, aku sampai!" 　　Hou Fei tiba-tiba mengirim pesan ke Qin Yu. Hanya dalam beberapa saat—— 　　Braak! Seekor kera tiba-tiba muncul di depan Di Feng. Tongkat hitam yang membawa kekuatan setara 10.000 jun menyambar udara. Kecepatannya begitu dahsyat hingga udara tak sempat menciptakan ledakan sonik. 　　Mata Di Feng membelalak melihat tongkat hitam yang tiba-tiba sudah di depan matanya. Pondasi dasar tak sempat merespons. 　　"Braak!" 　　Menghunjam ke kepala, tengkorak Di Feng langsung remuk tak berbentuk. Bahkan kekuatan mengerikan tongkat hitam itu menghancurkan seluruh tubuhnya - tulang remuk, daging dan darah beterbangan di angkasa. Di Luan yang berada tak jauh darinya membeku ketakutan. 　　Lima pangeran di dalam Formasi Pintu Langit Enam Kesatuan Besar memandang kaku ke arah pemandangan ini. 　　Teng Shan, Lou Ke, dan para penjaga di belakang mereka semua terkejut. Pikiran mereka sesaat tak bisa mencerna. Termasuk Qin Yu di dalam formasi yang juga tertegun melihat penampilan mengejutkan Hou Fei. Jilid Ketujuh: Kedatangan dari Segala Penjuru Bab 4 Pemimpin Istana Qinglong 　　Semua yang hadir di lokasi, baik para pangeran Kuil Sembilan Bencana maupun Teng Shan, Lou Ke dan lainnya, sama sekali tidak menyangka akan muncul seseorang tiba-tiba yang tanpa ampun langsung menghantam seorang pangeran Kuil Sembilan Bencana dengan tongkatnya hingga tewas. 　　"Masih mau kabur!" 　　Hou Fei mengulurkan tangan mencengkeram, sebuah yuan infant langsung terjepit di telapak tangannya. Yuan infant itu segera menjerit kesakitan: "Kakak, cepat selamatkan aku!" 　　Yuan infant ini milik Di Feng. Meski awalnya kepalanya remuk dihantam tongkat, Di Feng segera menyatukan jiwanya dengan yuan infant saat tubuhnya hancur, berusaha diam-diam melarikan diri. Begitu sampai di dekat saudara-saudaranya, nyawanya akan selamat. 　　Bagaimanapun, bahkan menjadi sanxian masih lebih baik daripada kehilangan nyawa. Di Feng tak rela mati. 　　"Berhenti!" Di Long menggelegar sambil bersiap menerjang. 　　Hou Fei menggenggam yuan infant Di Feng, langsung menghardik: "Berhenti, kau berhenti! Jika kau bergerak satu langkah lagi, aku akan membuat jiwanya tercerai-berai. Yang lain juga jangan bergerak! Begitu bergerak, hmm..." Semburan energi monster mulai berpendar di telapak tangan Hou Fei. 　　Melihat energi monster di tangan Hou Fei dan yuan infant kecil yang terbungkus olehnya, Di Long bersama empat pangeran lainnya meskipun cemas luar biasa, tak ada yang berani bergerak. Bahkan satu langkah pun tak berani diambil, mengingat nyawa Di Feng berada di tangan Hou Fei. 　　Adapun Di Luan yang berada tak jauh, semakin tak berani bertindak. Kekuatannya hampir setara dengan Di Feng. Jika Hou Fei bisa membunuh Di Feng dengan mudah, tentu membunuhnya pun bukan hal sulit. 　　"Jangan impulsif! Kau sadar baru saja membunuh pangeran dari Kuil Sembilan Bencana kami? Saudara Kera, lepaskan adik kelimaku, dan kami akan menganggap hal ini tak pernah terjadi. Setuju?" Di Long buru-buru mengajukan negosiasi. 　　"Di saat seperti ini siapa yang masih sempat membalas dendam untuk Di Feng? Mampu menyelamatkan yuan infant Di Feng saja sudah beruntung." 　　"Hou Fei. Dia adalah Pemimpin Gua Kedua Istana Darah Merah, Hou Fei!" 　　Di Luan segera bersuara. Dulu dia bersama Di Jian dan Di Qing pergi ke Istana Darah Merah, pernah melihat Hou Fei. Hanya saja saat itu Qin Yu memberikan informasi palsu tentang kekuatan Hou Fei, membuat Di Luan tidak terlalu memperhatikannya. Siapa sangka Hou Fei ini begitu hebat. 　　"Pemimpin Gua Kedua Istana Darah Merah?" 　　Di Long, Di Jian dan tiga lainnya terkejut. Dalam hati mereka mulai merasakan situasi buruk. Barusan mereka memburu Qin Yu, sekarang nyawa saudara mereka ada di tangan saudara lawan. Ini benar-benar sial. 　　"Tak disangka Qin Yu begitu hebat. Bukan hanya dirinya sendiri kuat, saudaranya pun sama kuatnya." 　　Lou Ke tersenyum sambil memuji. 　　Teng Shan yang juga menyaksikan pertunjukan itu mengangguk setuju. 　　“Awalnya kukira ini permainan satu arah, tapi sekarang semakin seru. Namun begitu Pemimpin mereka tiba, permainan ini tak akan ada kejutan lagi.” Teng Shan tertawa, “Sekarang mari nikmati pertunjukan spektakuler Saudara Qin Yu dan para saudara Kuil Sembilan Bencana.” 　　Urusan tidak terkait dengan diri sendiri, mengabaikan saja. Kelompok Lou Ke dan Teng Shan ini sejatinya hanya penonton. 　　Di dalam formasi besar, Qin Yu memberikan jempol pada Hou Fei. 　　“Fei Fei, kerja bagus.” Qin Yu langsung tersenyum. 　　Hou Fei langsung pamer, tangan berbulunya masih mencengkeram Yuan infant Di Feng. Mata apinya menyapu Di Long dan kawan-kawan: “Dengarkan baik-baik! Sekarang bubarkan formasi itu dan bebaskan kakakku. Kalau tidak, jangan salahkan aku...” 　　"Sambil berkata, energi monster di telapak tangan Hou Fei semakin menguat. Namun Hou Fei memiliki pertimbangan, energinya yang padat itu hanya menyelubungi bagian luar yuan infant, tidak melukai jiwa Di Feng." 　　"Berhenti, jangan terburu-buru!" 　　Di Long berseru keras, prioritasnya saat ini adalah menenangkan Hou Fei. Kekhawatiran terbesarnya adalah Hou Fei akan membunuh saudaranya dalam kemarahan. 　　"Kakak, apakah benar-benar harus melepas Qin Yu ini?" Di Yang dan yang lain memandangi Di Long dengan penuh ketidakrelaan. 　　Di Long juga dilanda amarah. Kematian adik kedelapan Di Tong masih belum jelas siapa pembunuhnya, namun mereka yakin pasti ada hubungannya dengan Qin Yu ini. Terlebih Qin Yu telah merebut Istana Harta Karun mereka. 　　"Tidak melepaskannya? Lalu bagaimana dengan adik kelima kita?" 　　Di Long mendengus dingin, namun nada suaranya penuh kepasrahan. 　　“Orang yang hidup selalu lebih penting daripada yang mati. Adik Kedelapan sudah mati, kami tidak bisa membiarkan Adik Kelima mengalami nasib sama.” Di Long menghela napas. Di Jian dan ketiga saudara lainnya juga menghela pasrah, bagaimanapun mustahil bagi mereka membiarkan Di Feng tewas. 　　Di Long melirik Qin Yu, namun Qin Yu justru santai tersenyum menatapnya dengan sikap tenang seolah tak tersentuh kekhawatiran. 　　"Hou Fei, melepaskan kakakmu tidak sulit. Tapi kami punya satu syarat tambahan - kakakmu Qin Yu telah merampas Istana Harta Karun Kuil Sembilan Bencana kami. Asal dia mengembalikannya, kami akan segera bebaskan dia!" 　　Ini adalah upaya terakhir Di Long dalam situasi paling pasrah untuk meraih sedikit keuntungan. 　　Melepas Qin Yu begitu saja membuatnya tidak rela. Setidaknya Istana Harta Karun harus direbut kembali dulu. 　　Qin Yu belum sempat bicara, Hou Fei sudah mengaum: "Sial, masih berani nawarin syarat, omong kosong! Kakak, aku benar-benar mengagumi kamu, tak disangka kau berhasil merebut Istana Harta Karun itu. Hehe, namanya saja 'Istana Harta Karun', pastinya isinya penuh harta karun kelas satu ya?" 　　Menyaksikan tingkah Hou Fei yang demikian, Qin Yu tak bisa menahan terseyum. 　　Hou Fei kembali memandangi Di Long dan yang lain sambil menghardik: "Satu kalimat, lepaskan atau tidak? Jika tidak, aku akan langsung bunuh bocah ini! Jangan bernegosiasi denganku. Jika berani ajukan syarat, jawabannya tetap satu—Bunuh!" 　　Wajah Di Long dan para saudaranya berubah kaku, lalu pasrah. 　　Mencapai level ini, mereka hanya bisa memilih melepaskan sandera. Namun tepat di saat itu— 　　"Kakak, kalian jaga diri!" 　　Sebuah suara menembus benak Di Long dan saudara-saudaranya. Itu adalah telepati spiritual Di Feng. Wajah Di Long dan saudara-saudaranya seketika berubah pucat. Mendengar telepati spiritual Di Feng, mereka sudah tahu pilihan Di Feng. 　　"Bunuh diri!" 　　"Cahaya merah di mata Hou Fei berkedip, energi monster langsung menusuk ke dalam yuan infant dan menghancurkan jiwa." 　　"Orang luar tidak tahu, Qin Yu tahu. Meski Hou Fei terlihat sembarangan, sebenarnya sangat teliti. Saat menggenggam yuan infant Di Feng, dia terus waspada terhadap kemungkinan Di Feng meledak sendiri, dengan energi monster yang siap menusuk yuan infant untuk menghancurkan jiwanya kapan saja." 　　"Harus diketahui bahwa untuk meledak sendiri pun perlu mengguncang kekuatan yuan infant, ada prosesnya." 　　"Begitu Hou Fei merasakan energi yuan infant mulai mengguncang, tanpa ragu langsung menghilangkan jiwa Di Feng. Setelah jiwa hancur, yuan infant sepenuhnya menjadi kristal energi. Kemudian yuan infant berkedip dan menghilang, jelas telah ditarik oleh Hou Fei." 　　"Adik Kelima!" 　　Di Long dan saudara-saudaranya menjerit kesakitan, sementara anggota Kuil Sembilan Bencana yang sedang murka langsung menerobos Formasi Da Liu He, bertekad membunuh Hou Fei untuk membalas dendam atas kematian adik kelima Di Feng. 　　"Berani mempermainkanku!" 　　Setelah menghancurkan jiwa Di Feng, Hou Fei mengaum keras. Postur tubuhnya bergerak seperti lompatan ruang, dalam sekejap sudah berada di depan Di Luan. Dentuman tongkat hitam bagai jatuh dari langit menghantam dengan dahsyat. 　　Terlalu cepat! 　　Di Luan akhirnya memahami perasaan Di Feng sebelumnya. Kecepatan ini hanya memberi waktu untuk terlintas niat di pikiran, tangan dan kaki sama sekali tidak sempat menghalangi. 　　"Berhenti!" 　　Di Long, Di Jian, Di Yang, Di Xu, dan Di Nai yang baru keluar dari Formasi Pintu Langit Da Liu He panik. Kemarahan Hou Fei yang dipicu upaya Di Feng untuk meledak sendiri memang sesuai dengan sifat karakter ini - Qin Yu sangat tahu betapa sulitnya mengendalikan emosi Hou Fei. 　　Hou Fei yang temperamental, itu mengerikan. 　　"Gah!" 　　Suara lengkingan tajam, wajah Hou Fei menjadi mengerikan, kesombongannya terpampang jelas. Disusul suara "Braak!" ledakan, tubuh Di Luan hancur berkeping-keping, daging dan darah terpisah. Dan kali ini—— 　　Hou Fei yang meledak amarahnya sama sekali tidak memberi Di Luan sedikit pun kesempatan. 　　Tongkat hitam langsung menghantam yuan infant Di Luan yang berusaha kabur. Serangan tongkat hitam itu terlalu kuat, membuat yuan infant runtuh seketika. Hanya terdengar "Braak!", tongkat hitam Hou Fei benar-benar meledakkan yuan infant Di Luan. 　　Di Long dan lainnya yang awalnya mengira masih ada peluang berunding, menyaksikan langsung tongkat hitam itu menghantam yuan infant. 　　Ledakan itu membuat mereka semua terpaku. 　　Di Luan tewas! 　　Tak lama setelah Lao Wu mati, adik ketujuh mereka juga menyusul mati. 　　“Berani mempermainkanku, bunuh diri.” Kilatan cahaya di mata Hou Fei menyala-nyala, bulu kuduk berdiri semua. Sebuah aura mengerikan bak binatang buas legendaris memancar dari tubuhnya, menyelimuti segala penjuru. Aura berdarah dingin yang absolut itu membuat orang gemetar. 　　Satu pukulan tongkat menghancurkan yuan infant hingga meledak sendiri, namun tubuh Hou Fei sama sekali tidak ada bekas lukanya. 　　“Kau, kau...” 　　Di Long dan empat saudaranya menatap Hou Fei, marah sampai tak bisa bicara. Mata mereka memerah sebelum akhirnya meneriakkan pekikan kemarahan, dengan gila-gilaan menyerang Hou Fei. Dalam sekejap, dua saudara mereka tewas beruntun, membuat kelimanya menjadi tak waras. 　　Di Luan, Di Feng. 　　Satu-satunya di antara Sembilan Saudara yang berada di tahap awal Dongxu, sekaligus yang terlemah. Untuk hal-hal berbahaya umumnya, Di Long dan yang lain jarang mengikutsertakan mereka. Saudara-saudara lainnya sangat memperhatikan keduanya. Namun kini, kedua saudara itu telah tiada. 　　Di Long mengayunkan pedangnya dengan amarah! 　　Di Jian memegang cahaya hijau yang berkilauan! 　　Di Xu juga menyambitkan sebatang tongkat panjang dengan keras! 　　…… 　　Lima bersaudara menyerang dengan ganas, semua ingin membunuh Hou Fei dalam satu jurus. 　　"Fei Fei, jangan lawan langsung. Kecepatanmu setara Di Long, dan kau lebih lincah. Hindari sebanyak mungkin." Qin Yu segera berkomunikasi melalui telepati spiritual. Meski kecepatan Hou Fei tidak sebanding dengannya, tapi dibanding Di Long hampir sama. 　　Bagaimanapun juga ini adalah Dewa kelas tinggi. 　　Kera Air Bermata Api yang disebut satu-satunya di seluruh dunia kultivasi, mana mungkin biasa-biasa saja? 　　"Tenang, Kakak. Krek, haha, mantap! Nak, kau juga pakai tongkat? Rasakan tongkatku ini!" Suara Hou Fei bergema di atas Pulau Batu Hitam, sementara tubuhnya terus melakukan gerakan menghindar. 　　Tidak heran sebagai kera apalagi Dewa, kelincahan tubuh Hou Fei luar biasa. Gerakan menghindarnya anggun tanpa pola tertentu. Meski kecepatannya setara Di Long, Di Long dan Di Jian kesulitan menyerangnya. 　　"Braak!" 　　Tongkat hitam Hou Fei bertabrakan dengan tongkat panjang Di Xu. Di Xu terlempar puluhan meter, sementara Hou Fei mundur beberapa langkah. Tapi Di Long sudah berada di belakang Hou Fei, menghujamkan pedang ke punggungnya. 　　Dengan lincah tongkat hitam Hou Fei berbalik menangkis, bertabrakan dengan pedang terbang. Tubuh Hou Fei terhuyung ke depan. 　　"Krek, mantap, ayo lagi!" 　　Hou Fei malah menyerang Di Long kembali. 　　"Bunuh diri!" sorak Di Long bersemangat. Kekuatan terkonsentrasi penuh. Ia berharap bisa membunuh Hou Fei sekaligus. Tiba-tiba ia melihat kilatan aneh di mata Hou Fei - aura kekuatannya semakin kuat. 　　Rupanya menyembunyikan kekuatan! 　　Di Long dalam hati tertegun, namun tetap mengayunkan pedangnya untuk tubrukan terkuat dengan tongkat hitam Hou Fei. 　　Satu sisi menusuk ruang dengan kecepatan tak tertandingi, bagai kilat gesit yang menyambar! 　　Satu sisi menghantam bumi dengan kekuatan langit runtuh, bagai pilar raksasa menyangga langit yang menjatuhkan diri! 　　"Braak!" 　　Ruang bergetar, kedua pihak justru mundur bersamaan. 　　Tak ada yang menang atau kalah! 　　"Tak berubah ke wujud asli, ingin mengalahkanku? Bagaimana mungkin?" Dalam hati Hou Fei sangat meremehkan. Saat memberitahu Qin Yu bahwa mode amuk-nya bisa seimbang dengan Di Long, itu dalam kondisi Di Long sudah berubah wujud. Jika Di Long tak berubah, tentu Hou Fei juga tak perlu masuk mode amuk. 　　Tepat saat kedua pihak bertubrukan sengit dan sama-sama mundur itu— 　　"Hati-hati!" Telepati spiritual Qin Yu tiba-tiba menggema dalam benak Hou Fei. 　　"Brak!" 　　Hou Fei segera menghindar, namun tetap tertusuk pedang di punggungnya, meninggalkan luka besar sepanjang hampir 30-40 cm. Daging dan darah terbelah keluar, darah terus mengalir dari luka raksasa itu. 　　"Hou Fei, bersiaplah mati." 　　Di Jian menghardik marah sambil menyerang Hou Fei. Meski kemampuan regenerasi tubuh Hou Fei cukup baik, tak bisa menandingi Qin Yu yang memiliki 'AIR MATA METEOR'. Luka sebesar itu tetap mengucurkan darah meski dihambat energi monster. 　　Braak! Braak! Braak! Braak!... Rentetan suara bentukan terus bergema dalam Formasi Pintu Langit Enam Besar, berasal dari serangan panik Qin Yu yang tak henti menghujam formasi itu. 　　Setiap kali serangan habis-habisan. 　　Formasi yang dipasang Tujuh Pangeran Kuil Sembilan Bencana ini mustahil dihancurkan Qin Yu yang kekuatannya bahkan di bawah Di Long. 　　"Apa yang harus kami lakukan, sebenarnya apa yang harus kami lakukan?" Qin Yu tampak sedikit cemas. Meski kemampuan Hou Fei cukup baik, menghadapi kepungan lima pangeran Di Long dan Di Jian, nasib Hou Fei pasti suram. Qin Yu mengatupkan gigi, mengeluarkan token komando dari tangannya. 　　Itu adalah token komando yang dulu diberikan Paman Lan kepada Qin Yu, tapi sebelum sempat mengirim pesan, 　　"Haha, tempat ini sungguh spektakuler! Kalian anak buah Kuil Sembilan Bencana, sebagai figur terhormat malah mengepung satu lawan beramai-ramai. Wuih, keterlaluan!" Suara bergemuruh menggelegar di pulau batu hitam, disertai deru ombak yang mengamuk di sekeliling. 　　Tiba-tiba bayangan samar muncul di udara. 　　Begitu melihat sosok ini, Qin Yu langsung terkejut. Sosok itu memiliki tubuh manusia dengan kepala naga, tampak sangat aneh. Mengenakan jubah naga hijau, aura yang dipancarkannya bagai Gunung Tai menindih, membuat semua yang hadir di lokasi merasakan tekanan jiwa tanpa daya melawan! 　　"Hormat pada Pemimpin!" 　　Teng Shan dan rombongan dari Istana Qinglong segera membungkuk, menunjukkan sikap yang sangat hormat. 　　Lou Ke dan kelompoknya di samping juga membungkuk memberikan penghormatan: "Lou Ke dari Istana Biru Air bersama para penjaga menghadap Pemimpin Istana Qinglong." Rombongan Lou Ke pun bersikap sangat sopan. 　　"Pemimpin Istana Qinglong?" Qin Yu terkejut luar biasa. Sosok berkepala naga ini ternyata adalah yang dijuluki 'Ahli Kultivasi Terkuat di Dunia Xiuzhen Seberang Laut'. "Bukankah Pemimpin Istana Qinglong adalah Dewa? Tanpa melewati Tribulasi Sembilan Sembilan Langit, bagaimana mungkin ia bisa berubah wujud manusia?" Kini keraguan muncul dalam hatinya.