"Yan Mo, apa artinya perbuatanmu ini!"
San Yan Lao Yao yang awalnya duduk bersila tiba-tiba berdiri, aura-nya meledak. Rambut hijaunya berkibar-kibar, celah di tengah dahinya terbuka menampakkan mata ketiga yang memancarkan cahaya hijau. Saat ini, amarahnya membara, kedua matanya melotot ke arah Yan Mo.
Yanxu Zhenren dari Penglai dan rombongannya, tiga saudara Pavilion Bintang Qin Yu juga bangkit dengan gerakan cepat. Pandangan penuh sinar dingin mereka menatap tajam ke Yan Mo. Qinglong hanya mengerutkan alisnya, sesekali kilatan dingin terlihat di matanya saat memandang Yan Mo.
Yi Da yang wajahnya pucat langsung menunjuk Yan Mo: "Yan Mo, enam pihak kami setuju kau bergabung, jadi tujuh pihak ini adalah sekutu. Sebagai sekutu, kenapa kau seenaknya membunuh anggota sekutu?"
Suara Yi Da semakin dingin: "Mau bunuh ya bunuh saja, ini namanya apa? Hari ini bunuh tiga saudara Di Long, besok mungkin giliran kami?"
Begitu kata Yi Da keluar, aura dari yang lain langsung meledak, memandang Yan Mo dengan amarah. Jelas bahwa jika terjadi ketidaksepakatan, Yanxu Zhenren dan yang lain mungkin takkan ragu untuk memburu Yan Mo sampai mati.
Kekuatan Yan Mo terlalu hebat. Untuk menyerangnya sendiri, dibutuhkan kerja sama Qinglong, San Yan, Yanxu Zhenren, dan Yi Da baru bisa sedikit meredakan. Jika kali ini melepaskan Yan Mo, suatu saat bila Yan Mo membunuh salah satu dari empat orang tersebut, upaya untuk meredakan pun takkan mungkin.
Faktor pengacau seperti ini, takkan diizinkan untuk terus ada!
"Aaaaa~~" Yan Mo menggeliat lalu tersenyum lebar, "Apa ini? Semuanya terlihat ingin membunuh. Apa aku melakukan hal yang memicu kemurkaan langit dan bumi?" Ekspresi Yan Mo menunjukkan kebingungan yang tak bisa dipahami.
Qinglong menyempitkan matanya, lalu berkata, "Yan Mo, sejak kau bergabung menjadi bagian dari kami, ketujuh pihak ini sudah menjadi sekutu. Sekarang aku bertanya: Mengapa kau membunuh tiga saudara Di Long? Membunuh sesama sekutu, bagaimana kami bisa mempercayaimu di kemudian hari?"
“Jika tidak bisa mempercayaimu, bagaimana kami bisa membuka Vila Sembilan Pedang Dewa bersamamu?” Qinglong menatap tajam Yan Mo.
Pasukan dari lima pihak: Penglai, Purple Flame Demon Prison, Istana Qinglong, Istana Biru Air, dan Pavilion Bintang memandap dengan dingin ke arah Yan Mo, menunjukkan sikap tidak bersahabat. Saat ini kelima pihak benar-benar bersatu, hanya dengan persatuan mereka bisa sepenuhnya meredakan Yan Mo.
“Jangan lancang terhadap Yang Mulia!” Xue Mao menghardik. Wajah Qin Yu dan yang lain berubah pucat. Kucing salju ini secara permukaan adalah kucing, namun sebenarnya adalah Dewa yang telah mencapai tahap pertengahan Dongxu. Sebagai Dewa tahap pertengahan Dongxu, kekuatan Xue Mao juga sangat menakutkan.
“Xiao Xue, bersikaplah sopan pada tamu.” Yan Mo memberi seruan pendek.
“Mematuhi perintah.” Xue Mao segera menjawab, lalu berdiri di samping Yan Mo tanpa bicara lagi.
Yan Mo tersenyum melihat kerumunan yang marah: “Ah, cuma urusan kecil ini? Kukira ada rencana besar yang luarbiasa.” Ucapnya sama sekali tidak menggubris, seolah sedang membicarakan cuaca.
"Masih urusan kecil? Membunuh mereka adalah urusan kecil, kalau nanti membunuhku, apakah itu urusan besar atau kecil?" Yanxu Zhenren bersuara dingin.
"Tentu saja urusan besar." Yan Xu terkejut, "Yanxu Zhenren, kau adalah Tetua Agung Kuil Qingxu di utara Lautan Bintang Kerusuhan. Statusmu setinggi apa? Jika aku membunuhmu, Kuil Qingxu di Benua Tenglong pasti akan mengirim ahli untuk mencariku. Mana mungkin aku sebodoh itu membunuhmu?"
Yanxu Zhenren terdiam tertegun.
Qin Yu, Qinglong, Yi Da, dan yang lain juga terdiam sejenak.
Yan Xu berkata sangat serius: "Sekte-sekte di Penglai hanyalah cabang dari sekte-sekte di Benua Tenglong. Meski kemampuan kalian biasa-biasa saja, tapi masih ada markas sekte di belakang kalian. Aku tidak akan bodoh sampai mencari masalah dengan kalian."
Yan Xu lalu memandang Yi Da dan yang lain: "Logika yang sama, aku juga tidak akan sembarangan menyinggung orang Purple Flame Demon Prison. Kekuatan cultivator iblis di Benua Tenglong hampir setara dengan cultivator dewa."
“Mengenai Istana Biru Air, San Yan, kekuatan sebenarnya mata ketigamu belum kau tunjukkan kan?” Yan Mo tertawa.
Iblis bermata tiga itu matanya menyipit dingin, lalu berkata dengan nada beku: “Coba rasain sendiri.”
Yan Mo tak peduli sambil tersenyum: “Aku tak ingin mencoba. Meski jauh lebih kuat darimu dan yakin bisa membunuhmu, tapi... San Yan Bi Jing Chan termasuk Dewa yang cukup berbahaya. Jika kau gunakan serangan mata ketiga sebagai jurus pamungkas, bahkan aku bisa terluka parah. Aku tak mau dirugikan.”
Serangan mata ketiga iblis bermata tiga biasanya hanya serangan biasa. Tapi begitu menghadapi kematian, serangan mata ketiga sebagai jurus terakhir itu kekuatannya begitu dahsyat sampai Yan Mo pun tidak berani meremehkan.
“Lalu Qinglong, Qinglong, kau dari klan mana di suku Long?” Yan Mo bertanya.
Qinglong tersenyum: “Klan Yan, Yan Mo. Sepertinya kau sudah melupakan aku.”
Yan Mo tertegun, kemudian tersenyum licik: "Klan Yan, tidak menyangka, di tempat ini aku malah bertemu anggota klan yang sama. Populasi Yan dalam suku Long sangat banyak, anggota seangkatanku pun tak sedikit. Yang kukenal hanya dua tiga orang, yang lain tidak kukenal dan malas untuk mengenal."
"Qinglong, alasan tidak membunuhmu tentu sudah jelas. Suku Long menempatkanmu di utara Lautan Bintang Kerusuhan, itu bukti mereka menghargaimu. Jika aku membunuhmu, bahkan Penguasa Lapisan Dalam sekalipun takkan bisa melindungiku dari monster tua yang akan dikirim suku Long."
Sebagai anggota suku Long, Yan Mo sangat memahami kekuatan luar biasa yang dimiliki klannya.
"Mengenai Pavilion Bintang, kabarnya ada seorang Sanxian di belakangnya, paman dari Qin Yu sang Raja Paviliun kan? Qinglong, ceritakan, level Sanxian itu seberapa tinggi?" Yan Mo bertanya sambil tersenyum ramah seolah-olah akrab.
Qinglong mengerutkan alis memandang Yan Mo: "Yan Mo, dulu kau begitu dingin dan angkuh. Sejak kapan kau berubah menjadi begitu pandai bersilat lidah?"
Yan Mo tertegun.
Dingin dan angkuh?
Naga hitam dari marga Yan di masa lalu memang terkenal dingin dan angkuh, menjadi sosok yang berbeda di antara rekan seangkatannya. Namun... Perjuangan bertahun-tahun di Hutan Belantara Tak Bertepi telah mengubah Yan Mo secara drastis.
Mengenang hari-hari di klan Long dan berbagai pengalaman hidupnya, hati Yan Mo sesaat terasa hampa. Tapi sekejap kemudian dia sudah sadar, tersenyum pada Qinglong: "Aku yang bertanya malah kau yang balik bertanya. Katakanlah, sanxian paman Qin Yu itu sebenarnya level berapa?"
"Tidak yakin."
Mata Qinglong memancarkan kecurigaan: "Yan Mo, Paman Lan Qin Yu itu kekuatannya luar biasa. Menurutku, dia bahkan lebih kuat dari ahli terhebat klan Long yang pernah kulihat. Artinya... Setidaknya enam tribulasi sanxian."
"Setidaknya enam tribulasi sanxian?" Yan Mo terdiam.
"Aku pernah melihat Paman Lan-nya membawa Qin Yu dan Hou Fei, langsung melakukan lompatan ruang. Teknik lompatan ruang adalah kemampuan khusus sanxian empat tribulasi, tapi Paman Lan itu bahkan bisa membawa dua orang sekaligus. Kekuatannya..." Qinglong menggelengkan kepala sambil tersenyum getir.
Ekspresi Yan Mo menjadi serius: "Mungkin lebih dari sanxian enam tribulasi."
Sementara Yan Mo dan Qinglong berdiskusi, Huotian Zhenren dan Dikong Zhenren saat ini sedang memandang dingin Yanxu Zhenren. Sebelumnya Yanxu hanya memberi tahu mereka bahwa Paman Lan itu cuma sanxian biasa yang tak perlu dikhawatirkan.
Tapi dari pembicaraan tadi, sepertinya kekuatan Paman Lan itu luar biasa.
Sanxian yang melebihi empat tribulasi saja sudah harus diwaspadai, apalagi sanxian enam tribulasi. Bahkan ketua aliran di Benua Tenglong pun harus menyambut ahli selevel itu dengan sangat hati-hati.
"Haha, Saudara Qin Yu." Yan Mo memangkul bahu Qin Yu.
Qin Yu tidak bisa menahan rasa takut dalam hatinya, namun tetap menguasai niat untuk menyerang Yan Mo. Meskipun digandeng oleh Yan Mo di pundak, membuatnya merasa tidak nyaman, tapi Qin Yu juga percaya Yan Mo seharusnya tidak akan menyerangnya.
Yan Mo menggandeng pundak Qin Yu dengan antusias: "Saudara Qin Yu, jadi kau tidak perlu khawatir. Meskipun aku Yan Mo pemberani, tapi belum sampai mengeluhkan panjangnya nyawaku sendiri. Paman Lanmu diperkirakan bisa menghancurkanku hanya dengan satu jari. Dewa yang sudah mencapai periode Kesempurnaan pun bukan rival Paman Lanmu. Menurutmu... berani aku membunuhmu?"
Qin Yu tidak bisa berkata-kata.
Logika ini meski semua orang paham, tapi tidak perlu diucapkan begitu blak-blakan. Yan Mo ini... benar-benar orang yang unik.
Qin Yu juga merasakan perubahan sikap Yan Mo yang jelas setelah mengetahui kekuatan Paman Lan-nya.
"Semua sudah paham, kan? Aku Yan Mo memang punya pendukung, tapi... kalau aku mati, mungkin Suku Long bahkan takkan peduli. Qinglong, kau pasti tahu aku tidak berbohong." Di sudut bibir Yan Mo terlihat senyum getir.
Qinglong mengangguk perlahan.
Dulu muda dan gegabah, mana mengerti banyak hal? Kehilangan Suku Long sebagai pendukung kuat justru berkah baginya. Di bawah naungan bulu sayap naga, belum tentu bisa benar-benar berkembang.
Pandangan Yan Mo menyapu seluruh hadirin: "Sudahlah, setidaknya aku Yan Mo tidak cukup bodoh untuk menyerang kalian. Mengapa kubunuh Di Long bertiga? Hmph! Tiga naga ungu-zirah Jiusha itu sama sekali tak punya latar belakang. Aku malah heran... bagaimana kalian bisa membuat Kuil Sembilan Bencana menjadi kekuatan besar di dunia kultivasi seberang laut?"
Ekspresi Yan Mo penuh kebingungan: "Dari segi ahli, Kuil Sembilan Bencana lemah. Dari latar belakang, bahkan tidak ada."
"Mereka masih berani pergi ke Vila Sembilan Pedang Dewa untuk merampas harta? Apa tidak kepanasan memegang senjata immortal?" Mata Yan Mo memancarkan sikap meremehkan, jelas menunjukkan bahwa dari enam kekuatan utama dunia kultivasi seberang laut, Kuil Sembilan Bencana paling direndahkan olehnya. Inilah alasan utamanya menyerang.
Yan Mo memandang para hadirin: "Aku heran, terhadap kekuatan yang tidak punya ahli maupun pendukung ini, kalian tidak membunuh mereka dan merebut pedang giok? Malah memberikan keuntungan padaku."
Mendengar penjelasan Yan Mo, permusuhan di antara mereka justru mereda.
Qinglong tertawa: "Yan Mo, dulu saat persainganku dengan San Yan begitu sengit, sembilan cacing kecil ini muncul. Dengan formasi mereka, kekuatan gabungan sembilan orang meningkat drastis. Bahkan aku pun agak kesulitan menghadapinya. Lebih baik kita jadikan mereka kekuatan ketiga dunia cultivator monster bawah laut, menjepit antara aku dan San Yan agar dunia bawah laut lebih stabil."
"Oh, ternyata seperti itu," Yan Mo akhirnya paham.
Kuil Sembilan Bencana merupakan produk keseimbangan. Kekuatan Istana Qinglong dan Istana Biru Air sebenarnya setara, persaingan mereka terlalu sengit. Kedua belah pihak tak ingin terus bertarung, sehingga menjadikan Kuil Sembilan Bencana sebagai penyangga di tengah. Sebenarnya Kuil Sembilan Bencana sama sekali tidak dianggap penting oleh Istana Qinglong maupun Istana Biru Air.
Kuil Sembilan Bencana.
Lokasi persembunyian jade slip jiwa. Setiap hari ada yang memeriksa, hari ini tiba lagi waktunya pemeriksaan. Terlihat komandan pengawal dengan mata mengantuk membuka pintu lokasi persembunyian jade slip jiwa tanpa semangat, matanya hanya menyapu sekilas ke arah konter.
Paling atas seharusnya hanya ada empat jade slip jiwa, mengingat kelima pangeran lainnya sudah mati.
"Aaaa!!!" Mata komandan pengawal itu membelalak lebar, mulutnya menganga lebar seolah kehilangan suara. Komandan pengawal saat ini seperti tersambar petir langit, benar-benar terpaku ketakutan.
Kekuatan tertinggi di Kuil Sembilan Bencana adalah Di Long dan Di Jian. Meskipun lima pangeran telah mati, dengan keberadaan keduanya, Kuil Sembilan Bencana masih relatif stabil.
Namun...
Di bagian paling atas konter, dari empat jade slip yang seharusnya ada, hanya satu yang masih utuh. Tiga jade slip jiwa yang merepresentasikan Di Long, Di Jian, dan Di Xu telah pecah berkeping-keping. Arti dari ini tentu komandan pengawal tahu.
Menelan dalam dengan leher yang kering, komandan pengawal menyadari betapa seriusnya hal ini. Bahkan ia tak berani berteriak keras. Berusaha meredakan ketakutannya, ia terlebih dahulu menggunakan teknik segel untuk menutup pintu, kemudian bergegas menuju istana Di Nai.
"Yang Mulia Kesembilan, komandan pengawal dari lokasi penyimpanan jade slip jiwa memohon audiensi."
"Biarkan dia masuk."
Wajah Di Nai tampak suram. Komandan pengawal dari tempat penyimpanan jade slip jiwa adalah orang yang paling tidak ingin ditemui Di Nai. Kedatangannya pasti menandakan kematian figur penting di Kuil Sembilan Bencana.
Komandan pengawal langsung berlutut dengan keras saat masuk.
Begitu melihat wujud asli komandan pengawal itu, jantung Di Nai berdesir kencang.
Saat ini mata komandan pengawal memerah ringan, kedalaman pupil iris dipenuhi ketakutan, bibirnya pucat. Meski berusaha meredakan rasa takut, ekspresinya jelas menunjukkan panik. Sebenarnya apa yang bisa membuat komandan pengawal sepanik ini?
"Bicarakan, apa sebenarnya yang terjadi?" Di Nai menghardik dengan napasnya yang semakin berat.
"Y-Yang Mulia Kesembilan," suara komandan pengawal itu parau seperti pejalan yang kehausan, "Yang Mulia, Yang Mulia Pertama mereka... mereka..."
Mendengar ini, kepala Di Nai langsung pusing, namun masih berharap sedikit, melanjutkan pertanyaan: "Jelaskan jelas, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka? Jika kau berbohong, akan kuhancurkan jiwamu!"
Hanya secercah harapan tersisa.
“Mati, semuanya mati.” Komandan pengawal mengucapkan kalimat itu sambil ambruk duduk lesu. Meski tubuhnya lunglai, hatinya justru terasa lebih tenang. Menyimpan rahasia sebesar itu selama ini telah menjadi beban yang luar biasa.
“Aku sudah tahu, kau mundur saja. Jangan bocorkan hal ini ke siapapun.” Di Nai berkata dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa.
“Siap.” Sang komandan pengawal segera mundur dengan cepat.
Di Nai tetap duduk di kursi dengan diam. Namun dia tak menyadari bahwa saat ini wajahnya sangat pucat.
Kosong, kepala benar-benar kosong.
Di Nai terus duduk seperti itu. Pikirannya seolah melayang ke banyak hal, tapi juga seperti tak memikirkan apapun. Waktu kehilangan maknanya. Setelah lama sekali, akhirnya dia merasakan hatinya... sakit sekali.
Para pelayan istana sama sekali tidak berani mendekat. Wujud duduk kejam Di Nai telah bertahan tiga hari penuh. Namun para pelayan tidak tahu, tiga hari ini bagi Di Nai terasa seperti keabadian, namun juga hanya sekejap saja.
"Huu... huu... huu..." Napas berat bagai balok. Kepala terasa pusing berputar. Setelah waktu yang tidak diketahui, barulah Di Nai merasakan sakit. Wajahnya membiru, tangan kanan mencengkeram jantungnya yang terasa seperti terkoyak.
"Kakak... Kakak kedua... Kakak ketiga... Kakak keempat..." Mata Di Nai memproyeksikan rekaman demi rekaman - sembilan saudara dahulu menjelajahi dunia bawah laut cultivator monster.
"Tidak, Kakak mereka belum tentu mati, belum pasti. Ya, pasti komandan pengawal itu yang menipuku, dialah penipunya." Di Nai bergumam pelan, matanya memerah darah bak orang gila. Sekejap ia sudah keluar dari Auditorium Utama dan langsung menerjang ke lokasi persembunyian jade slip jiwa.
