Perlahan...
Pintu terbuka.
Memandang ke bagian atas konter kayu kuno, empat jade slip jiwa kini sudah pecah tiga. Tiga jade slip terakhir yang merepresentasikan jiwa saudaranya telah hancur. Di Nai justru menjadi tenang aneh, masuk ke dalam ruangan perlahan lalu menggunakan segel tangan untuk menutup pintu besar.
Berdiri sendirian di depan konter kayu kuno, menatap tiga kepingan jade slip yang pecah berkeping-keping.
Sembilan naga ungu-zirah Jiusha, sejak masa kanak-kanak telah terus bersembunyi dan berlarian di dunia berbahaya cultivator monster bawah laut. Terkadang membunuh dan merampas harta, terkadang melarikan diri demi menyelamatkan nyawa. Namun Sembilan Saudara senantiasa saling mendukung, ikatan persaudaraan mereka bahkan melampaui nyawa mereka sendiri.
Sembilan Saudara, delapan tewas, tersisa satu.
"Hehe..." Di Nai tertawa pelan, suaranya lembut dan rendah. Tiba-tiba wajahnya dipenuhi senyuman lebar, "Para Kakak, ingatkah dulu ketika kami Sembilan Saudara berjaya di dunia bawah laut cultivator monster? Betapa megahnya masa itu. Kini para Kakak telah pergi lebih dulu, di dunia ini hanya tersisa Lao Jiu seorang."
Di Nai duduk sembarangan, sebuah botol minuman keras tiba-tiba muncul di tangannya. Setelah menyeruput, ia berbicara perlahan pada jade slip jiwa yang pecah, "Para Kakak, melalui perjalanan bertahun-tahun, kami Sembilan Saudara tak pernah menderita kerugian besar. Beberapa tahun lalu, Kakak Kedelapan pun tewas."
Di Nai alis mengkerut, yaitu kematian Di Tong dulu yang memicu serangkaian hal, hingga Sembilan Saudara pun tewas satu per satu.
"Kedelapan tewas, lalu Kakak kedua juga menyusul. Kemudian di Pulau Batu Hitam, tiga kakak kami berturut-turut gugur. Dalam hitungan tahun singkat, lima kakak sudah tiada. Meski tahu si pembunuh adalah Hou Fei dan Qin Yu, kami terpaksa mengurungkan niat balas dendam karena gentar pada sanxian itu. Sungguh... hati seperti ditusuk belati tiap mengingatnya."
Napas Di Nai mulai gemetar. Ia kembali menyeruput araknya.
"Kini... tiga kakak terakhir pun telah tiada. Semua telah pergi... Kemegahan Sembilan Saudara masih terbayang jelas di hadapan, tapi kini hanya aku, Di Nai, yang tersisa. Di delapan penjuru dunia ini... tak ada lagi satu pun saudara seperjuangan."
Setelah berkata-kata, Di Nai perlahan menyeruput minuman, tak mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya yang menikmati anggur justru menunjukkan kelegaan, ekspresi tanpa beban atau kekhawatiran. Di Nai saat ini sama sekali berbeda dengan masa lalu.
Bagi Sembilan Saudara, ikatan persaudaraan adalah belenggu terbesar.
Saat semua saudara telah mati, apa lagi yang bisa membelenggu Di Nai?
Seperti pepatah mengatakan, yang tak beralas kaki tak takut yang bersepatu. Delapan saudara telah mati, Di Nai sekarang sama dengan 'yang tak beralas kaki'.
Di Nai bangkit berdiri, memandang jade slip jiwa yang pecah berkeping-keping, lalu tersenyum lebar!
"Saudara-saudara, kalian semua telah tiada. Aku pun tak peduli lagi. Dulu tak berani menyerang Qin Yu karena khawatir menyusahkan saudara lain. Kini di alam semesta hanya tinggal aku sendiri, tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Mulai hari ini, Lao Jiu pasti akan hidup dengan baik. Tenanglah, para pembunuh itu... takkan ada yang bisa hidup damai."
Di mata Di Nai, hawa dinginnya seolah berasal dari Sembilan Neraka.
Kemudian Di Nai pun berjalan keluar dari lokasi persembunyian jade slip jiwa.
Musuh seperti apa yang paling menakutkan? Bukan orang yang gila membunuh, melainkan sosok yang sama sekali tidak punya keengganan, pikiran jernih dan tenang, dengan satu-satunya tujuan balas dendam di hati. Musuh seperti inilah yang paling berbahaya.
Dahulu orang-orang Kuil Sembilan Bencana masih memiliki pertimbangan karena keberadaan saudara-saudara lain. Namun kini delapan saudara telah tewas, hanya tersisa Di Nai. Tentu saja dia tidak memiliki hambatan apapun. Yang paling berbahaya adalah, setelah mengalami perubahan drastis dan pukulan berat ini, Di Nai justru menjadi lebih tenang dan sadar dibanding sebelumnya.
Mungkin bisa juga disebut sebagai 'dingin yang tak berperasaan'.
Saat ini di pedalaman Hutan Belantara Tak Bertepi Benua Qianlong.
"Tuan-tuan, sekarang kita semua sudah tahu lokasi Vila Sembilan Pedang Dewa. Kapan kita akan membuka gerbangnya?" Yanxu Zhenren menatap sekeliling sambil bertanya.
Yan Mo mengerutkan alis: "Kapan dibuka? Benua Qianlong berjarak sekitar dua ratus juta li dari Pulau Jinmu. Dengan kecepatan normal ahli tahap awal Kongming, sekitar setahun cukup. Tapi kemampuan orang yang kita kirim tidak pasti, waktunya juga belum tentu..."
Yi Da berkata dengan suara dingin: "Satu setengah tahun, pasukan Purple Flame Demon Prison pasti tiba di Pulau Jinmu."
"Jika ingin sampai ke Pulau Jinmu, orang-orangku butuh tiga tahun." Perkataan Yan Mo membuat semua orang terkagum-kagum.
Qinglong bertanya: "Yan Mo, kecepatanmu seharusnya bisa sampai dalam satu dua bulan, kenapa butuh tiga tahun?" Dia paham betapa cepatnya kecepatan Yan Mo sebenarnya - dengan terbang maksimal, sebulan pun cukup.
Yan Mo mengangguk: "Dalam waktu dekat, Hong Luan harus menghadapi Bencana Langit Enam Sembilan, dan Long Yan juga mungkin akan menghadapinya. Lebih baik memberi kelonggaran waktu."
Qin Yu mengangguk: "Tiga tahun ya tiga tahun."
Hou Fei sudah lama melewati tribulasi Enam Sembilan, sementara Xiao Hei akan menghadapi tribulasi dalam setengah tahun lagi. Qin Yu juga tidak terburu-buru untuk segera membuka Vila Sembilan Pedang Dewa.
"Baik, kalau begitu tiga tahun lagi kita akan berkumpul di Pulau Jinmu, lalu bersama-sama memasuki Lautan Bintang Kerusuhan untuk membuka Vila Sembilan Pedang Dewa. Bagaimana pendapat kalian?" Yan Mo menatap semua orang.
Sudah menunggu selama bertahun-tahun, tak ada yang akan gugup menanti tiga tahun ini. Lagipula membuka Vila Sembilan Pedang Dewa memerlukan sembilan pedang giok. Jika ada satu yang hilang, mustahil dibuka. Karena semua memegang pedang masing-masing, tak perlu khawatir ada yang membuka lebih dulu.
Kemudian, Yanxu Zhenren, Yi Da, Qin Yu, Qinglong, dan iblis bermata tiga menyetujui rencana ini. Setelah urusan ini selesai, semua bersiap pulang.
Tepat saat mereka hendak berpisah, tiba-tiba——
"Hei, Saudara Qin Yu, kuingatkan satu hal," Yan Mo tiba-tiba berkata pada Qin Yu.
"Oh, ada urusan apa, Saudara Yan Mo?" tanya Qin Yu sambil tersenyum.
Yan Mo membalas bertanya: "Saudara Qin Yu, bukankah kau sudah memikirkan konsekuensi saat aku membunuh Di Long dan dua lainnya? Sepengetahuanku, kau dan Hou Fei pernah membunuh beberapa saudara dari Kuil Sembilan Bencana. Saat ini hanya tersisa Di Nai di sana."
Wajah Qin Yu langsung berubah pucat.
Selama diskusi tentang Vila Sembilan Pedang Dewa tadi, meskipun Di Long tewas, Qin Yu hanya menganggap itu urusan Yan Mo. Dengan kekuatan Yan Mo, mustahil Di Nai bisa membalas dendam. Tak ada hal lain yang terpikir olehnya.
Namun setelah diingatkan Yan Mo, Qin Yu baru menyadari bahaya yang mengintai.
"Yan Mo membunuh Di Long, sekarang Kuil Sembilan Bencana hanya punya Di Nai. Dulu Di Long dan saudaranya masih mempertimbangkan nyawa sesama anggota, tak berani menyerangku dan Fei Fei. Tapi sekarang..." Alis Qin Yu mengerut dalam-dalam.
“Di Nai kekuatannya biasa, tak mampu membunuh Fei Fei dan aku, tapi... Ayah Raja dan kakak pertama serta kedua!”
Qin Yu saat ini merasa sesuatu yang tidak beres.
Identitas keluarga dekatnya sendiri, anggota Jiu Sha Dian juga mengetahuinya. Dulunya Di Long dkk masih mempertimbangkan nyawa saudara mereka, tak berani melukai keluarga Qin Yu. Tapi sekarang yang tersisa cuma Di Nai, situasinya bisa berbeda.
“Qin Yu, kau benar-benar bodoh! Kenapa dulu memberitahukan identitasmu secara lengkap?” Qin Yu dalam hati mengumpat dirinya sendiri.
Waktu itu, Qin Yu yakin Jiu Sha Dian takkan berani sembarangan mengusik keluarganya, sehingga ia bertindak tanpa khawatir. Apalagi saat ia kembali ke Dinasti Qin dan berkumpul dengan keluarga, kekuatan Di Long dkk pasti akan melacaknya. Menyembunyikan identitas pun percuma.
“Yan Mo, kau membunuh Di Long bertiga, membuatku jadi kambing hitam.” Qin Yu merasakan kepahitan di mulutnya.
Yan Mo dengan wajah polos berkata: "Saudara Qin Yu, apa ini salahku? Jangan khawatir, aku takkan menjadikanmu kambing hitam. Akan kusebarkan kabar bahwa Di Long bertiga kubunuh sendiri. Bagaimana?"
Qin Yu menghela napas.
Bahkan jika Di Nai tahu Yan Mo membunuh ketiga kakaknya, apa yang bisa dia lakukan?
Yan Mo ini bahkan lebih kuat dari Qinglong. Dengan terbunuhnya Di Long bertiga, Di Nai tak punya secercah harapan untuk balas dendam. Perkiraanku, dia pasti akan mengalihkan target ke keluargaku ketimbang mengejar Yan Mo yang mustahil dikalahkan.
"Qin Yu, tenang saja. Mulai hari ini, Kerajaan Bawah Laut Cultivator Monster takkan punya Kuil Sembilan Bencana. Akan kuperintahkan semua gua pertapaan di bawah komando mereka bahwa hanya tersisa Di Nai. Kuil Sembilan Bencana sudah hancur total! Wilayah-wilayah itu akan kita bagi sesuka hati." Qinglong menyatakan langsung.
San Yan Lao Yao juga mengangguk: "Di kerajaan bawah laut, sekarang hanya ada Istana Qinglong, Istana Biru Air, dan Pavilion Bintang. Kuil Sembilan Bencana sudah tiada."
Dengan satu pernyataan dari Qinglong dan San Yan Lao Yao, hukuman punah bagi Kuil Sembilan Bencana telah dijatuhkan.
"Aku akan mengirim beberapa penjaga gua dari Istana Qinglong untuk memburu Di Nai. Sekarang selama kita bisa membunuhnya, dia takkan bisa mengancam keamanan keluargamu." Qinglong langsung menangkap inti kekhawatiran Qin Yu.
San Yan Lao Yao juga memberikan janji serupa.
"Saudara Qinglong, Tuan, terima kasih atas bantuan kalian berdua." Kilatan hawa dingin melintas di mata Qin Yu.
Qin Yu kemudian memandang semua orang: "Karena masalah Vila Sembilan Pedang Dewa sudah selesai, kita tinggal menunggu tiga tahun untuk berkumpul di Pulau Jinmu. Aku punya permintaan: Semua pasukan cultivator monster dilarang memasuki wilayah Dinasti Qin."
“Mulai hari ini, semua cultivator monster yang bukan dari Pavilion Bintang yang memasuki wilayah Dinasti Qin, akan langsung dieksekusi.” Suara Qin Yu penuh hawa dingin.
Qin Yu berkata kepada semua orang: "Saudara Qinglong, Tuan, Yan Mo, aku ingin mengingatkan kalian semua terlebih dahulu. Menurutku Di Nai yang sudah histeris itu pasti akan menyerbu ke sini dengan pasukan besar. Dengan sumber daya Kuil Sembilan Bencana, pasti ada sekelompok anak buah yang loyal. Aku sama sekali tidak boleh melakukan kesalahan."
"Baik, tentu tidak masalah. Urusan Vila Sembilan Pedang Dewa untuk sementara sudah selesai, aku harus kembali ke Istana Qinglong. Apalagi pasukan yang kupindahkan kemarin semua sudah dibunuh oleh anak buah Yan Mo." Qinglong langsung menjawab.
Iblis Bermata Tiga juga mengangguk: "Masalahnya sudah selesai, aku juga harus kembali ke Istana Biru Air. Semua pasukan Istana Biru Air akan kubawa pulang. Saudara Qin Yu, silahkan bunuh saja semua cultivator monster yang berani masuk wilayah Dinasti Qin." Iblis Bermata Tiga juga mendukung Qin Yu.
"Tenang, monster dari Hutan Belantara Tak Bertepi tidak akan memasuki wilayah Orang Biasa tanpa alasan. Aku juga akan mengeluarkan perintah tegas - siapapun yang melanggar, meski kau tidak membunuh mereka, aku sendiri yang akan menyerang." Yan Mo juga memberikan janjinya.
Setelah jaminan dari ketiganya, Qin Yu akhirnya tidak memiliki keraguan lagi.
"Terima kasih atas bantuan Tuan-tuan. Mengingat urgensi masalah ini, aku tidak boleh menyia-nyiakan waktu lagi. Izinkan kami berpamitan." Qin Yu menangkupkan tangan memberi hormat kepada hadirin.
"Hati-hati di jalan." Semua yang hadir di ruangan itu memahami kegelisahan yang menyelimuti Qin Yu saat ini.
Tak lama kemudian, Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu segera melesat dengan gesit menuju Dinasti Qin.
"Qinglong, San Yan, tolong bocorkan kabar bahwa aku yang membunuh ketiga saudara Di Long. Barangkali si bego Di Nai benar-benar akan menyerangku. Jika itu terjadi, setidaknya aku sudah membantu Qin Yu sedikit." Yan Mo berbisik kepada Qinglong dan Tuan Qing Xuan.
Di dalam Taman Qinglin, kompleks istana Dinasti Qin...
Di bawah pohon willow, di atas meja batu, garis-garis papan catur bersilangan vertikal dan horizontal. Seorang pria tua berpenampilan elegan dengan kipas bulu dan jubah hitam aliran sastrawan, serta seorang pria paruh baya berjanggut panjang mengenakan jubah hijau. Keduanya duduk berhadapan, bermain Go dengan tenang, sementara Feng Yuzi duduk di samping menyaksikan permainan.
Setelah merenung lama, pria berjubah hijau itu tersenyum: "Xu Yuan, kemampuan bermain caturmu semakin mengagumkan."
Pria tua elegan yang mengipaskan kipas bulu hitam ini adalah Xu Yuan. Berbeda dengan Qin De, karena pencapaiannya dalam kultivasi tidak besar, Xu Yuan yang kini hampir berusia 60 tahun mulai menua.
"Yang Mulia janganlah memuji hamba tua ini. Dalam hal seni catur, hamba jauh kalah dari Nona Li'er," Xu Yuan menghela napas. "Tak kusangka setelah berkelana selama belasan tahun, sekembalinya aku bisa bertemu wanita luar biasa seperti itu."
Dahulu kala, setelah menghancurkan Keluarga Xiang, Dinasti Qin pun didirikan.
Pahlawan yang berjasa Xu Yuan ini justru mengundurkan diri dari jabatan dan memulai kehidupan mengembara ke seluruh dunia. Selama lebih dari sepuluh tahun, Xu Yuan bersama pelayannya berkelana menikmati pemandangan alam, menjelajahi seluruh penjuru negeri. Baru-baru ini Xu Yuan baru saja kembali, tak lama setelah tiba langsung menemui Qin De.
Antara Qin De dan Xu Yuan, meski secara formal berstatus tuan dan hamba, sebenarnya hubungan mereka seperti saudara kandung.
"Li'er? Hehe, Xu Yuan, selama pengembaraanmu di luar, rupanya kau juga mendengar reputasi Li'er ya." Qin De tertawa lantang.
"Paduka Yang Mulia, mana mungkin tidak? Nona Li'er bahkan berhasil mengalahkan Grandmaster Go Ibu Kota, bahkan para pilar agung seperti Gunung Tai dan Bintang Biduk di dunia Go pun tumbang satu per satu di tangannya. Reputasi Nona Li'er, khususnya di kalangan pecinta Go, sudah menjadi legenda. Hamba yang berada di ujung langit sekalipun, nama besar Nona Li'er masih menggema di telinga." Xu Yuan berseru dengan suara membahana.
Qin De memandang penampilan Xu Yuan, lama kemudian menghela napas: "Dulu Yu'er pergi ke Villa Kabut saat berusia enam tahun, kini sudah lebih dari tiga puluh tahun berlalu. Kau yang dulu masih muda, sekarang rambut di pelipismu pun mulai memutih."
Saat Qin Yu berusia enam tahun, Xu Yuan masih dalam masa muda.
"Selama lebih dari sepuluh tahun ini, aku pernah mencoba mencarimu, tapi kau sedang berkelana tanpa meninggalkan kabar sama sekali. Entah apakah masih tersisa beberapa pil pendasar yang ditempa Yu'er waktu itu? Meski kau tidak pernah melatih ilmu bela diri, memakannya bisa memberimu efek panjang umur." Qin De tersenyum.
Tiba-tiba, tiga bayangan samar melesat.
Kemudian, Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu muncul di hadapan Qin De beserta dua orang lainnya.
Melihat Qin Yu, Qin De segera berdiri, diikuti Xu Yuan di sampingnya yang juga bangkit.
"Yu'er, ini Paman Xu-mu. Paman Xu baru saja mengakhiri perjalanan lebih dari sepuluh tahun." Qin De baru saja berbicara ketika Xu Yuan mengibaskan kipas bulunya sambil tersenyum tenang, "Xiao Yu, dari ekspresi wajahmu, sepertinya ada hal penting terjadi. Coba ceritakan."
Buku 9: Vila Sembilan Pedang Dewa - Bab 5: Tipu Muslihat Kecil
"Paman Xu." Mata Qin Yu berbinar.
Dalam hal taktik, tingkat Penasihat Militer Utama keluarga Qin tentu tak perlu diragukan.
Qin De juga menyadari ada hal mendesak dari raut Qin Yu, segera memandangnya siap mendengarkan dengan saksama.
"Ayah Raja, Paman Xu, Paman Feng, memang terjadi peristiwa besar yang menyangkut nyawa anggota keluarga kita." Wajah Qin Yu penuh keseriusan.
Wajah Qin De langsung berubah masam, alisnya berkerut membentuk 'karakter Tionghoa ', lalu bertanya berat, "Yu'er, jelaskan secara rinci, sebenarnya apa yang terjadi?"
“Dulu di dunia kultivasi monster luar negeri, aku dan Fei Fei pernah membunuh beberapa pangeran dari Kuil Sembilan Bencana, sehingga menciptakan permusuhan besar. Namun... karena takut pada kemampuan Paman Lan, empat pangeran tersisa dari Kuil Sembilan Bencana itu tidak berani mengganggu kami. Aku, Fei Fei, dan Xiao Hei juga tidak peduli dengan Kuil Sembilan Bencana itu, TAPI..."
Suara Qin Yu semakin berat, "Tapi sekarang dari empat pangeran yang tersisa, tiga di antaranya telah terbunuh saat berada di Hutan Belantara. Artinya, Kuil Sembilan Bencana hanya tersisa satu pangeran. Menurut informasiku, para pangeran Kuil Sembilan Bencana sangat menghargai ikatan persaudaraan. Menurut analisaku, pangeran terakhir ini - Di Nai, pasti akan melakukan segala cara untuk membalas dendam padaku. Meski aku tidak takut pada mereka, aku khawatir Di Nai dan anak buahnya akan menyerang keturunan Keluarga Qin."
Qin De mengangkat alisnya, raut wajahnya berubah drastis.
Kuil Sembilan Bencana, dia pernah mendengar Qin Yu menyebutkannya, dan tahu itu juga merupakan kekuatan super besar di kerajaan bawah laut. Jika pemimpin organisasi sebesar ini ingin melakukan pembunuhan diam-diam terhadap keturunan Keluarga Qin, meskipun kekuatan Qin Yu cukup besar, tetap akan cukup sulit.
Bagaimanapun, Qin Yu berada di posisi terbuka sementara Di Nai bersembunyi di balik layar.
"Xiao Yu, di dunia kultivasi monster bawah laut yang kau sebutkan, seharusnya ada kekuatan lain kan?" Paman Xu bertanya.
Qin Yu mengangguk: "Benar, Paman Xu. Di dasar laut terdapat total Empat kekuatan besar: Istana Qinglong, Istana Biru Air, Kuil Sembilan Bencana, dan Pavilion Bintang. Pavilion Bintang ini yaitu kekuatan milikku. Istana Qinglong dan Istana Biru Air yang terkuat."
"Lalu bagaimana sikap Istana Qinglong dan Istana Biru Air terhadap masalah ini?" Paman Xu bertanya lagi.
Qin Yu berkata: "Tentu saja mereka berpihak padaku. Di Nai sendirian, mungkinkah bisa menopang Kuil Sembilan Bencana? Istana Qinglong, Istana Biru Air, dan Paviliun Bintang-ku telah bersatu mengumumkan bahwa Kuil Sembilan Bencana dinyatakan hancur total. Dengan kekuatan sepele Di Nai itu, bahkan tidak perlu bertindak. Begitu tahu tiga pihak mengepung, dia pasti akan kabur sendiri."
"Bagus sekali." Senyuman mengembang di wajah Xu Yuan.
"Xiao Yu, izinkan aku bertanya lagi. Berapa banyak pengikut setia Di Nai di Kuil Sembilan Bencana? Dan berapa jumlah kultivator monster di Dinasti Qin milikmu?" Xu Yuan melanjutkan pertanyaannya.
"Meski kebanyakan kultivator monster mengikuti yang kuat, setelah tahu Kuil Sembilan Bencana hancur, pasti sangat sedikit yang tetap setia. Tapi Kuil ini punya sejarah ribuan tahun. Perkiraanku, pengikut fanatiknya sekitar beberapa ratus orang." Setelah berpikir sejenak, Qin Yu menjawab, "Sedangkan Paviliun Bintang-ku di Dinasti Qin memiliki sepuluh ribu personel."
Xu Yuan merenung sejenak.
Kemudian menatap Qin Yu dan bertanya: "Aku ingat kultivator memiliki kemampuan kesadaran spiritual untuk memindai orang lain."
"Benar, jangkauan kesadaran spiritual terkait dengan kemampuan bela diri jiwa. Semakin tinggi kemampuan jiwa, semakin luas jangkauannya. Untuk memindai orang, umumnya bisa mendeteksi mereka yang setingkat atau lebih lemah. Yang lebih kuat biasanya sulit dideteksi, kecuali mereka tidak menyembunyikan aura."
"Bagaimana perbandingan tingkat keahlian?" Xu Yuan bertanya lagi.
Qin Yu dengan percaya diri menjawab: "Aku, Fei Fei, dan Xiao Hei - satu saja dari kami sudah bisa membunuh Di Nai. Empat Penjagaku yang manapun bisa mengikat gerakannya."
Xu Yuan merenung sejenak, senyuman tipis muncul di wajahnya.
"Xu Yuan, apa kau sudah punya cara menghadapinya?" Mata Qin De berbinar saat bertanya.
Xu Yuan tersenyum: "Hal ini sebenarnya sederhana. Namun strategi detailnya masih harus disesuaikan dengan gerakan musuh. Tapi sebagai pencegahan, aku pun rencana sederhana."
Qin Yu berseri-seri dalam hati, segera berkata: "Paman Xu, cepat ceritakan!"
Xu Yuan mengibaskan kipas perlahan: "Pertama, dengan 10.000 cultivator monster, kita manfaatkan jangkauan kesadaran spiritual mereka. Kirim 5.000 cultivator monster untuk bermukim sementara di berbagai titik perbatasan Dinasti Qin, melakukan patroli dan penyisiran berkala dengan kesadaran spiritual. Ini menjadi garis pertahanan pertama."
"Kedua, ibu kota tidak terlalu luas. Cukup 1.000 cultivator monster di empat sisi tembok kota untuk menjangkau seluruh area dengan kesadaran spiritual. Mereka bisa bergantian berjaga untuk menghindari kelelahan."
"Namun seperti dikatakan Xiao Yu, kesadaran spiritual hanya bisa mendeteksi yang kekuatannya lebih lemah atau setara. Jika ada yang lebih kuat menyusup, mungkin tak terdeteksi. Jadi di antara 1.000 cultivator monster itu, selipkan beberapa yang kekuatannya cukup tinggi."
"Ketiga, area istana yang terbatas. Kirim 10 cultivator monster terkuat dari 10.000 pasukan ini yang kesadaran spiritualnya pasti bisa mencakup seluruh zona. Terakhir, di Taman Qinglin, salah satu dari tiga saudara Xiao Yu harus berjaga di sana."
Ini adalah strategi pertahanan paling dasar dari Xu Yuan.
Qin Yu awalnya menduga Di Nai akan melakukan pembunuhan, hatinya langsung kacau. Kini setelah mendengar analisis Xu Yuan, tidak ada masalah sama sekali.
Xu Yuan melanjutkan: "Sudah lama kau tidak bertemu Di Nai, siapa yang tahu apakah kekuatannya sudah mengalami terobosan? Jadi, apapun yang terjadi, jangan sampai lengah. Keempat, di Taman Qinglin ini kita akan menggunakan 'strategi pengalihan' dengan meminta orang lain berpura-pura menjadi Ayah Raja dan Paman Feng. Bahkan jika Di Nai datang sendiri, akhirnya di sini pun akan sia-sia, malah bisa kita manfaatkan untuk membunuhnya."
Qin Yu tak bisa menahan rasa malunya.
Awalnya saat mendengar tiga taktik pertama, dia menganggap semuanya sudah aman. Tapi toh sudah sepuluh tahun tidak bertemu Di Nai, siapa tahu apakah dia sudah mencapai tahap akhir Dongxu? Jika benar mencapai tahap akhir Dongxu, bahkan Qin Yu yang bertindak pun akan kesulitan menghadapinya.
"Empat poin ini adalah bagian pertama rencana, sebagai tindakan pencegahan." Xu Yuan tertawa.
Qin Yu tertegun.
Xu Yuan melanjutkan: "Rencana kedua ini adalah strategi ofensif. Terdapat dua poin: Pertama, kirim orang untuk menyebarkan kabar kehancuran Kuil Sembilan Bencana ke seluruh kerajaan bawah laut cultivator monster. Buat semua bawahan Kuil kehilangan harapan dan ciptakan kepanikan massal di antara pengikut Di Nai."
Qin Yu tersenyum. Bukankah ini menghasut orang?
"Dengan kehancuran Kuil Sembilan Bencana, sebagian besar pengikut pasti akan meninggalkan Di Nai. Kedua, perintahkan anak buahmu untuk menjalin hubungan dengan pasukan Kuil. Cari cara berkomunikasi dengan mereka yang masih setia pada Di Nai. Jika bisa menyusupkan beberapa mata-mata di lingkaran dalamnya, masalah akan lebih mudah diselesaikan."
Mata Qin Yu berbinar.
Saat tembok runtuh, semua orang akan ikut mendorong. Pasukan Kuil pasti banyak yang membelot. Para pembelot ini yang dulu mengenal para loyalis Di Nai. Menjalin kontak dengan sisa pengikut setianya tentu bukan hal sulit.
“Artefak spiritual, pil spiritual, dan godaan lainnya, ciptakan beberapa mata-mata di sekitar Di Nai. Dengan adanya mata-mata, secara alami kita bisa menghancurkan Di Nai.”
Xu Yuan mengipasi kipas bulunya sambil tersenyum: “Ini hanya dua bagian rencana yang disusun tanpa mengetahui bagaimana Di Nai akan bertindak. Jika Di Nai terlalu lemah, kedua cara ini cukup untuk membuatnya hancur total. Jika dia punya kecerdasan, aku punya metode lain.”
Qin Yu memandang sikap Xu Yuan yang pura-pura misterius, tak bisa menahan tawa.
“Paman Xu, jika kau adalah Xu Yuan, apa yang akan kau lakukan?” tanya Qin Yu.
“Mengakar dalam internal Benua Qianlong, menggunakan Orang Biasa melawan Orang Biasa. Hanya dengan cara ini kita bisa mengejutkan lawan, sekaligus menimbulkan bahaya terbesar.” Xu Yuan berkata tenang, “Tapi pelaksanaannya punya berbagai metode dengan tingkat efektivitas berbeda. Namun setiap metode tetap lebih baik daripada menyerang langsung dengan cultivator monster.”
Xu Yuan tersenyum tipis: “Namun beberapa metode itu sudah kukuasai sepenuhnya. Akan kulihat sejauh apa Di Nai bisa bertahan.”
Hou Fei berkedip dua kali.
Lalu menatap Qin Yu dan berkata, "Kakak, para cultivator monster itu dibandingkan dengan pria tua ini, mereka ibarat bangsa barbar."
Qin Yu saat ini merasa lega di hati, tersenyum dan berkata, "Fei Fei, kehebatan Paman Xu mana bisa kau bayangkan? Lagipula alasan cultivator monster kurang strategi adalah karena di dunia cultivator monster, yang dihormati adalah yang kuat. Di hadapan kekuatan mutlak, untuk apa strategi?"
"Seandainya kekuatanku menyentuh langit, kesadaran spiritualku menjangkau seluruh Benua Qianlong, begitu Di Nai muncul, aku langsung membunuhnya. Rencana apapun takkan sanggup menyaingi caraku ini. Sayangnya kekuatanku belum sampai level itu, jadi hanya bisa mengandalkan strategi Paman Xu."
Ketika kekuatan mencapai tingkat tertentu, intrik dan konspirasi apapun menjadi tak mempan.
"Xiao Yu, menurut analisaku, Di Nai pertama-tama mungkin akan mencoba membunuh keturunan Keluarga Qin. Jika gagal, targetnya diperkirakan beralih ke pejabat Dinasti Qin... Bersiap-sedialah sedikit. Jika para menteri itu tewas, akan sangat mempengaruhi stabilitas kerajaan." Xu Yuan berpesan.
Seribu orang, ini adalah pasukan yang Di Nai anggap paling setia padanya. Membawa seribu orang ini, Di Nai pun meninggalkan Kuil Sembilan Bencana. Saat pergi, Di Nai juga menyikat bersih semua harta karun Kuil Sembilan Bencana.
"Dari empat pangeran yang tersisa di Kuil Sembilan Bencana, tiga telah tewas di Benua Qianlong. Kini hanya tersisa Lao Jiu. Istana Qinglong, Istana Biru Air, dan Pavilion Bintang bersama-sama mengumumkan: Mulai saat ini Kuil Sembilan Bencana tidak lagi eksis! Siapa pun yang menangkap Di Nai akan mendapat hadiah artefak spiritual kelas atas dari Pavilion Bintang. Sedangkan cultivator monster yang mengikuti Di Nai akan dianggap sebagai pengkhianat seluruh kerajaan bawah laut cultivator monster—dieksekusi tanpa ampun!"
Perintah ini menyebar ke seluruh dunia bawah laut cultivator monster dengan kecepatan yang mengejutkan.
Keputusan ini adalah hasil musyawarah Qin Yu berdasarkan saran Xu Yuan, kemudian berkoordinasi dengan Qinglong dan Iblis Bermata Tiga.
Di bawah gempuran perintah ini, Kuil Sembilan Bencana runtuh bagai debu dalam sekejap.
"Kabur berarti mati!"
Di Nai berubah menjadi naga ungu-zirah Jiusha raksasa, langsung mencabik belasan cultivator monster yang berusaha kabur dengan cakar naganya.
Di Nai sudah memperkirakan kemungkinan pengkhianatan anak buah. Seribu pasukan yang dibawanya hari itu adalah inti paling vital dan paling loyal dari puluhan ribu pasukan Kuil Sembilan Bencana. Sayangnya meski dipilih yang paling setia, beberapa tetap melakukan desersi menghadapi perintah itu.
Tangkap Di Nai akan dianugerahi artefak spiritual kelas atas!
Yang mengikuti Di Nai dianggap berkhianat terhadap seluruh kerajaan bawah laut cultivator monster, dieksekusi tanpa ampun!
Dua pasal ini membuat para cultivator monster yang loyal mulai ragu. Itu berarti dianggap berkhianat pada seluruh komunitas bawah laut!
"Dengarkan baik-baik! Mulai hari ini, yang berkhianat padaku juga akan kubunuh. Tapi selama tetap setia, aku jamin kalian selamat." Di Nai berseru pada 800 lebih sisa pasukannya.
Dari lebih dari 800 orang itu, setengahnya benar-benar setia pada Di Nai. Sisanya meskipun loyal, namun khawatir akan nyawa mereka sendiri.
Di Nai berkata tenang: "Tenang. Saat ini Kuil Sembilan Bencana telah runtuh berantakan. Siapa yang tahu anggota pasukan yang kubawa dulu? Rakyat jelata sama sekali tidak mengetahui identitas kalian, secara alami tidak akan membunuh kalian."
Hati para cultivator monster itu sedikit lebih tenang.
"Apalagi, aku tidak akan mendorong kalian ke jalan mematikan." Di Nai tersenyum, "Aku memiliki semua harta karun Kuil Sembilan Bencana. Awalnya pasokan ini untuk puluhan ribu anggota kuil, sekarang dipakai ratusan kalian saja. Masing-masing akan mendapat artefak spiritual dan pil spiritual dalam jumlah sangat besar."
Mata para cultivator monster itu berbinar-binar. Mereka semua tahu, saat Di Nai pergi, dia telah menggulung pergi semua harta karun Kuil Sembilan Bencana.
“Yan Mou, Yan Xin, kalian masing-masing bawa 300 pasukan. Secara diam-diam berkumpul di ujung utara Gua Heijiao di bawah komando Pavilion Bintang yang berdekatan dengan perairan Benua Qianlong. Aku akan bawa sisa pasukan juga ke sana. Kita bertiga bergerak terpisah.”
Di Nai memisahkan pasukannya menjadi tiga kelompok, mempercayakannya kepada dua anak buah yang paling dipercayainya.
Yan Mou dan Yan Xin sejak kecil mengikuti Di Nai, menganggap Di Nai sebagai ayah kandung. Keduanya segera mematuhi perintah.
“Semua tidak perlu khawatir. Buang jade identitas kalian, ambil yang baru di Gua Heijiao. Mulai sekarang, identitas resmi kalian adalah pasukan Gua Heijiao di bawah Pavilion Bintang. Secara diam-diam baru menjadi orang-orangku.” Di Nai tertawa.
Para cultivator monster itu merasa sangat tenang.
“Sepanjang perjalanan ini, takkan ada yang tahu kalian orang-orangku. Jadi sama sekali tidak perlu cemas.” Di Nai berkata penuh keyakinan, “Begitu tiba di wilayah Gua Heijiao, kita akan memilih satu lokasi di perairan dekat Benua Qianlong sebagai markas.”
Di Nai melihat para cultivator monster yang mulai tenang, berkata: "Kalian tenang saja, ikut aku, aku akan berikan lebih banyak harta karun dibanding cultivator monster manapun. Secara resmi, tidak ada yang akan tahu identitas kalian..."
"Ingat satu hal, siapapun dilarang berkhianat. Mulai hari ini token komando akan dialokasikan secara terpusat. Hanya personel tertentu yang memiliki token komando. Yang lain dilarang berkomunikasi dengan pihak luar. Setiap 10 orang sebagai satu kelompok. Jika ada yang kabur, dieksekusi tanpa ampun. Anggota kelompok yang sama terkena 'sistem kompi', juga dieksekusi." Suara Di Nai membekukan darah.
Para cultivator monster itu hati mereka bergetar.
Di Nai kemudian tersenyum menghibur: "Tenang, selama tidak mengkhianati aku, kalian akan hidup nyaman. Tapi jika ada anggota kelompok yang kabur, anggota lain yang dibunuh jangan salahkan aku. Salahkan yang kabur itu, dialah yang mencelakakan kalian."
Sistem 'kompi' memaksa anggota kelompok saling memeriksa, mengingat ini menyangkut nyawa mereka sendiri.
Setelah itu, dilakukan alokasi token komando dan pembagian kelompok secara terpusat.
"Baik, memisahkan pasukan menjadi tiga rute, pergi!" Di Nai memerintahkan.
Di bawah pimpinan Di Nai, Yan Xin, dan Yan Mou, pasukan Di Nai terbagi menjadi tiga regu yang bergerak melalui rute berbeda menuju gua pertapaan Heijiao di Pavilion Bintang.
"Qin Yu, meski tak bisa membunuhmu, keluarga dekatmu akan kuhabisi satu per satu... Oh ya, keluarga Qin masih menjadi keluarga kerajaan Dinasti Qin kan? Kabarnya pejabat istana juga penting, membunuh beberapa pasti membuatmu pusing." Senyum sinis mengembang di wajah Di Nai.
Jilid IX Vila Sembilan Pedang Dewa BAB VI Perubahan Mendadak Bencana Langit
Di tepi Danau Biru yang jernih, Qin Yu dan Li'er berdiri berdampingan memandang sosok di kejauhan.
Saat ini langit gelap gulita diselimuti awan merah tua yang aneh, bagai tungku raksasa berapi. Sebuah awan tribulasi ungu mengambang di bawah langit dengan ribuan ular listrik berkelap-kelip.
"Braak!"
Sebuah petir langit ungu menghantam dengan dahsyat membawa aura penghancur total, mengarah ke sosok angkuh yang berdiri di bawah. Saat ini sosok tersebut adalah Xiao Hei, bencana langit ini merupakan Bencana Langit Enam Sembilan. Xiao Hei menegakkan kepala, mata elangnya yang tajam menatap awan tribulasi.
Saat petir menyambar, Xiao Hei tiba-tiba mengeluarkan teriakan elang melengking.
Sebuah pusaran energi terbentuk berpusat di paruh Xiao Hei. Petir langit ungu itu tersedot masuk ke dalam pusaran, lalu tersalurkan ke perut Xiao Hei. Melahap petir langit, ini adalah jurus andalan Xiao Hei dalam menghadapi tribulasi.
"Li'er, ini petir ketiga kan? Orang lain menghadapi bencana langit biasanya mengandalkan formasi dan segel larangan untuk bertahan, baru kemudian menggunakan artefak spiritual. Tapi Xiao Hei justru menjadikan petir sebagai sumber energi untuk meningkatkan kekuatan." Qin Yu tertawa leluasa.
"Li'er memandang ke arah Xiao Hei di kejauhan, ekspresi kekaguman terpancar di matanya: 'Kakak Qin Yu, Xiao Hei adalah dewa spesial. Dewa juga terbagi dalam kelas atas, menengah, dan bawah. Level Xiao Hei pasti tidak kalah dari Fei Fei.'"
Mata Qin Yu menyipit karena tersenyum lebar.
Bukan kebahagiaan untuk Xiao Hei yang membuatnya senang, melainkan sapaan 'Kakak Qin Yu' dari Li'er.
Adegan ini terjadi akibat skenario yang direncanakannya bersama Hou Fei sebulan lalu. Dengan Hou Fei sebagai penggerak dan Qin Yu yang berpura-pura bodoh, mereka memainkan drama yang apik. Alhasil Li'er terpaksa memanggilnya 'Kakak'. Hingga kini Qin Yu masih merasa sangat bangga akan hal ini.
Tentu saja, kebanggaan ini hanya bisa disimpan di dasar hati.
"Braak!"
Tribulasi petir keempat menghujam lagi. Debu beterbangan, tekanan energi petir yang menakutkan menyelimuti area. Namun Xiao Hei justru mengembangkan kedua sayapnya, membuka paruh untuk menciptakan pusaran. Sebagian energi petir langsung diserap, sementara sisanya menghantam tubuhnya.
"Mantap! Rasanya benar-benar mantap mandi petir seperti ini!"
Suara Xiao Hei membahana ke seluruh penjuru langit dan bumi. Elang hitam itu dengan leluasa membentangkan sayapnya. Petir yang menghantam bulu-bulu sayapnya sebagian besar langsung diserap oleh bulu tersebut, hanya sebagian kecil yang benar-benar menyerang, namun kerusakannya bisa diabaikan sama sekali.
"Berendam dalam lautan petir langit, sepertinya hanya sedikit dewa dalam mitologi yang bisa melakukan ini," kata Qin Yu dengan bangga.
Li'er tersenyum tipis: "Saat Fei Fei melewati Bencana Langit Enam Sembilan juga sangat mudah. Melihat kondisi Xiao Hei sekarang, sepertinya dia akan melewati ujian ini dengan lebih mudah dari Fei Fei. Lihat, ini sudah petir kelima."
Begitu Li'er selesai bicara, petir kelima telah menghantam tubuh Xiao Hei.
Terlihat sayap Xiao Hei terbentang lebar dengan kilatan merah darah berputar di permukaan bulunya. Semburan listrik terus berkilatan di sekujur tubuhnya. Kali ini Xiao Hei tidak menggunakan paruhnya untuk menyerap, karena dia merakan tekanan yang sedikit meningkat dari petir ini.
Petir kelima menyambar seluruh tubuh Xiao Hei. Kilatan merah darah berputar dengan kecepatan ekstrim di permukaan tubuhnya.
“Syuut！”
Bagai kapas menyerap air, kilatan merah darah itu menyerap lebih dari separuh energi petir langit dalam sekali tarikan. Sisa kekuatan listrik bahkan tidak melukai Xiao Hei sedikitpun. Dengan cara yang sulit dipercaya, petir langit kelima kembali dihancurkan.
"Xiao Hei, jangan terlalu lengah. Setelah melewati petir langit keenam, kita pulang," teriak Qin Yu sambil tertawa.
Meskipun Qin Yu mengingatkan Xiao Hei untuk 'tidak lengah', kalimat terakhirnya jelas menunjukkan ketidakkhawatirannya terhadap Bencana Langit Enam Sembilan ini. Bagaimanapun, Qin Yu pernah menyaksikan Hou Fei melewati tribulasi yang sama, sehingga tahu bahwa kekuatan petir keenam hanya sedikit lebih kuat dari yang kelima.
"Tenang, Aku..."
Suara Xiao Hei terputus mendadak. Wajah Qin Yu berubah pucat, sementara Li'er melangkah keras ke depan dua langkah, menatap tajam awan tribulasi di langit.
"Bergemuruh～～～"
Seluruh langit-bumi bergemuruh keras, sementara tak terhitung ular listrik kembali bermunculan dari langit merah tua dan berkerumun menuju awan tribulasi. Seperti ular-ular yang dikendalikan, ribuan kilat di angkasa kembali menyatu ke dalam awan tribulasi.
"Apa yang terjadi? Biasanya proses tribulasi akan berakhir setelah energi di awan tribulasi habis dihujankan. Mengapa awan tribulasi ini kembali mengumpulkan petir seperti saat pertama kali terbentuk?" Perasaan tidak enak mulai menyusup ke hati Qin Yu.
Sepanjang sejarah, Bencana Langit selalu datang bertubi-tubi hingga serangan terakhir.
Proses pengumpulan kekuatan petir hanya terjadi di awal pembentukan awan tribulasi. Namun tak seorang pun pernah menyaksikan, di tengah-tengah Bencana Langit Enam Sembilan pada tribulasi keenam, tiba-tiba terjadi pengumpulan kekuatan petir kembali untuk memperkuat awan tribulasi.
Tatapan Li'er yang belum pernah terlihat sebelumnya memancarkan ketajaman membara, dingin menatap ke angkasa.
"Kak Qin Yu, izinkan aku menggunakan teknik rahasia klan untuk melakukan penyelidikan," ujar Li'er kepada Qin Yu.
Seketika, Li'er langsung duduk bersila. Terlihat tangannya seolah berubah menjadi ribuan tangan, semburan-semburan cahaya hijau memancar dari tubuhnya. Seluruh tubuhnya diselimuti sinar kehijauan, sementara kedua matanya terpejam rapat.
Bibir Li'er bergetar halus, semburan-semburan cahaya emas mulai keluar dari sudut mulutnya.
Sekejap mata, Li'er membuka mata lebar-lebar dan menghardik Xiao Hei: "Xiao Hei, kerahkan seluruh tenaga! Jangan main-main sedikit pun! Hati-hati! Jiwa tercerai-berai, bahkan mayat pun tak akan tersisa!"
Xiao Hei mengangguk pelan, namun bola matanya memancarkan cahaya merah samar.
Hingga saat ini, Qin Yu belum mengetahui ras Li'er. Tapi dia tahu, kecepatan peningkatan kemampuan Li'er dalam latihan sangat lambat, namun berbagai kesaktiannya benar-benar misterius dan sulit dipahami. Menurut penuturan Li'er, ini adalah teknik rahasia spesial dari sukunya.
Mengingat Li'er sudah berkata demikian, jelas... Xiao Hei mungkin akan kehilangan nyawa akibat hantaman petir langit keenam ini.
"Syuut!"
Seperti suara napas langit dan bumi, kecepatan penyerapan Kekuatan Petir yang awalnya lambat tiba-tiba meningkat seratus kali lipat. Begitu suara napas itu menghilang, semua petir di jagat raya telah diserap sepenuhnya oleh awan tribulasi, membuat awan itu mulai bergetar hebat.
“Braak!”
Kecepatan, kecepatan yang mengerikan hingga mencapai ambang batas.
Sebuah petir ungu kehitaman sebesar lengan - ukuran yang tergolong sangat kecil untuk petir langit. Seluruh awan tribulasi yang telah melewati dua kali penyerapan kekuatan petir ini berubah menjadi satu sinar petir tunggal, kekuatan mematikannya bisa ditebak.
Xiao Hei menjadi liar, kedua matanya memancarkan cahaya merah menyala. Sayapnya terkembang lebar, cahaya merah darah sepenuhnya memancar deras dengan jangkauan hampir dua hingga tiga meter. Dari paruhnya terdengar lagi teriakan parau, pusaran itu muncul kembali dengan putaran yang lebih cepat dan area yang lebih luas.
Petir sebesar lengan berwarna ungu kehitaman itu melesat lurus ke pusaran.
Pusaran itu langsung pecah berkeping-keping. Petir itu terlalu kuat, sama sekali tidak bisa ditahan oleh pusaran Xiao Hei. Petir itu kemudian menghantam cahaya merah setebal dua tiga meter, menusuk hingga dasar seperti jarum menembus tumpukan salju tebal.
Dalam proses ini, cahaya merah masih menyerap sebagian kecil petir, namun sebagian besar energinya tetap utuh.
Teriakan!
Teriakan gila-gilaan!
Qin Yu bisa merasakan Xiao Hei sedang berada di ujung maut saat ini. Tubuhnya gemetar tak terkendali.
Bulu sayap yang sangat keras itu remuk, darah beterbangan. Menghadapi kekuatan petir yang dahsyat, bahkan bulu sayap Xiao Hei yang kuat pun tak mampu melawan. Kulit dan dagingnya langsung menghitam akibat hantaman itu. Pemandangan ini membuat Qin Yu yang menyaksikan hampir jadi gila.
Tiba-tiba—
Seluruh tubuh Xiao Hei memancarkan kilatan hitam yang sangat pekat, kilatan hitam itu murni sekali, bahkan sinar di sekelilingnya sama sekali dilahap. Bersamaan dengan itu, tubuh Xiao Hei menghilang sepenuhnya, hanya menyisakan kilatan hitam itu. Petir terakhir itu pun menghantam kilatan hitam tersebut.
“Ternyata itu dia!”
Matanya berbinar, Li'er bergumam pelan. Namun Qin Yu tidak menyadari suara Li'er, seluruh perhatiannya tertuju pada Xiao Hei saat ini.
Sejak kecil mengikutinya, jika Xiao Hei mati, Qin Yu benar-benar tidak tahu bagaimana menahan ini.
Langit dan bumi kembali tenang, kembali menjadi biru cerah seperti dulu. Kecuali area tribulasi yang menghitam gosong, daerah lain sama sekali tidak terpengaruh. Kilatan hitam yang telah berubah wujud itu masih terus bergolak dan menggeliat.
Setelah waktu yang lama, kilatan hitam itu perlahan mereda. Seketika berubah menjadi makhluk setengah manusia setengah elang. Merasakan aura yang dipancarkannya, Qin Yu langsung menyadari: ini pasti Xiao Hei. Tubuh Xiao Hei terlihat agak kurus, seperti tubuh seorang remaja.
"Kakak." Xiao Hei menatap Qin Yu.
"Aman sekarang?" Qin Yu merasakan keringat dingin mengucur di sekujur tubuhnya. Sebelumnya, hati mereka selalu cemas.
Xiao Hei tertawa: "Bencana Langit Enam Sembilan itu, petir terakhirnya entah kenapa kekuatannya meledak drastis. Kalau tidak mengerahkan segala tenaga di detik-detik terakhir, mungkin jiwaku benar-benar tercerai-berai. Tapi berkat usaha maksimal ini, meski sekarang aku masih lemah, ancaman akibat teknik terlarang yang dulu kugunakan malah hampir lenyap sama sekali."
Di dalam hati, Qin Yu dipenuhi rasa lega.
Sejak Xiao Hei menggunakan teknik terlarang, Qin Yu merasakan perubahan pada dirinya. Jika dulu aura Xiao Hei yang mengikuti Qin Yu terasa dingin membeku, kini setelah menggunakan teknik terlarang, dia memancarkan aura 'kekacauan yang mengerikan'.
Kini, Qin Yu kembali merasakan perubahan aura Xiao Hei menjadi lebih murni, atau lebih tepatnya kemurnian hitam pekat yang membeku.
"Kakak Qin Yu, ada satu hal yang harus kusampaikan." Wajah Li'er sama sekali tidak menunjukkan senyuman saat menatap Qin Yu.
Dengan suksesnya saudaranya Xiao Hei melewati tribulasi, Qin Yu dalam suasana hati yang sangat baik sambil tertawa berkata: "Li'er, katakanlah apa pun itu, haha... Jangan cemberut seperti ini, tersenyumlah! Keberhasilan Xiao Hei melewati Bencana Langit Enam Sembilan ini adalah hal yang membahagiakan!"
Li'er menghela napas: "Kakak Qin Yu, menurut perhitungan teknik rahasia klanku, Bencana Langit yang akan kau hadapi nanti juga akan sangat dahsyat. Harap berhati-hati."
Qin Yu tertegun.
“Apa maksudnya?” Qin Yu merasa perkataan Li'er terdengar sedikit misterius.
Li'er menggelengkan kepala: "Takdir langit tak boleh diungkap. Aku sudah melanggar peraturan klan dengan mengatakan sebanyak ini. Aku hanya bisa mengingatkanmu untuk terus meningkatkan kekuatan, jangan terburu-buru menghadapi tribulasi. Persiapkan diri semaksimal mungkin sebelum waktunya tiba."
Melihat ekspresi Li'er yang tak mau bicara lebih lanjut, Qin Yu mengangguk pelan. Ia mengukir setiap kata perempuan itu di dasar hatinya.
Karena jarak Kuil Sembilan Bencana ke Benua Qianlong cukup jauh, pasukan Di Nai membutuhkan waktu lama untuk tiba. Setengah tahun lebih setelah Xiao Hei melewati tribulasi, Dinasti Qin yang tenang akhirnya mulai bergejolak.
"Brak～～" Darah menyembur, kepala manusia berguling.
Ratusan cultivator monster dengan wajah dingin langsung memburu beberapa praktisi monster itu tanpa ampun.
“Anak buah Di Nai, berani-beraninya melanggar wilayah Dinasti Qin, sepertinya kalian ingin mati muda.” Cultivator monster pemimpin itu tersenyum sinis. “Tidakkah kalian tahu, cultivator monster yang masuk tanpa izin ke Dinasti Qin akan dieksekusi tanpa ampun?”
Tujuh delapan cultivator monster itu saling memandang.
Saat ini mereka dikepung oleh banyak orang, secara alami tidak bisa melarikan diri.
“Yang Mulia.”
Tiba-tiba seorang cultivator monster berambut pendek berlutut sambil menangis. “Yang Mulia, hamba meskipun mengikuti Di Nai, tapi ini karena terpaksa. Di Nai menyita token komando kami, tidak ada yang bisa berkomunikasi dengan pihak luar. Semua yang kami lakukan adalah dipaksa!”
“Shan Ling! Berani-beraninya kau mengkhianati Yang Mulia!” Cultivator monster dari pihak Di Nai itu marah melotot.
Cultivator monster berambut pendek itu malah membentak balik: "Pengkhianatan? Si Di Nai menggunakan metode 'hukuman kolektif' yang sama sekali membelenggu kebebasan kami. Bahkan markasnya dipenuhi formasi membingungkan, kami sama sekali tidak bisa keluar. Bahkan kami sama sekali tidak tahu di mana lokasi tempat tinggal. Hanya bisa menuruti perintahnya. Hidup seperti ini sudah cukup bagi ku!"
Pemimpin cultivator monster itu matanya berbinar: "Katakan, di mana Di Nai? Jika kau beri tahu, tidak hanya nyawamu akan kami ampuni, tapi juga akan dapat hadiah besar."
"Di Nai sangat hati-hati. Kami para cultivator monster biasa bertugas di area internal, sedangkan pinggirannya dijaga formasi ilusi raksasa. Saat keluar, kami selalu mengikuti penjaga. Setelah berbelok beberapa kali, kami sudah berada ratusan ribu li jauhnya. Sama sekali tidak bisa menentukan letak markas Di Nai."
"Hanya Di Nai dan beberapa penjaga utamanya yang tahu lokasi markasnya, benar?"
"Benar seperti itu, Yang Mulia." Cultivator monster berambut pendek itu menjawab dengan hormat.
Cultivator monster pemimpin Pavilion Bintang mengerutkan alis beberapa saat, lalu berkata, "Cultivator monster yang menyerah pada kami ini diampuni nyawanya, sementara cultivator monster lainnya harus dibunuh seluruhnya."
"Ah, mohon ampun."
Dua dari cultivator monster yang sebelumnya bersikap keras kepala itu segera berlutut sambil berkata.
Cultivator monster pemimpin Pavilion Bintang tersenyum sinis, "Kalian tahu di mana markas Di Nai?"
Keduanya tertegun, lalu menggelengkan kepala.
"Awalnya tidak menyerah, baru merengek-rengek di akhir. Lagipula sama sekali tidak berguna, kalian jenis orang yang paling hina." Cultivator monster pemimpin itu mendengus dingin, pedang terbang di kakinya sekejap merenggut nyawa keduanya. Ratusan cultivator monster segera mengeluarkan pedang terbang mereka.
Ratusan pedang terbang melesat ke udara, menusuk tubuh para cultivator monster itu dalam sekejap. Darah menggenangi udara. Hanya cultivator monster berambut pendek itu yang selamat.
……
Malam itu, beberapa pertempuran terjadi di perbatasan Dinasti Qin. Di setiap lokasi pertempuran, muncul sepuluh cultivator monster. Namun jumlah cultivator monster yang dikirim Di Nai dalam serangan pertamanya jauh melebihi yang berhasil dibunuh. Banyak di antaranya telah berhasil memasuki wilayah internal Dinasti Qin.
Pembunuhan balas dendam segera dimulai!
