Di dalam Kota Guishui, Dinasti Ming.
Kota Guishui terletak di antara pegunungan dan sungai. Di sebelah barat kota membentang rangkaian gunung yang indah, dengan Sungai Li yang berkelok-kelok nan cantik mengalir di antara pegunungan dan kota.
Saat ini Qin Yu dan Li'er sedang berjalan di salah satu jalan Kota Guishui. Keduanya berjalan mesra sambil tertawa membicarakan berbagai bangunan dan tempat wisata.
"Li'er, kau ingin mencoba tang hulu?" tanya Qin Yu sambil tersenyum ketika melihat penjual tang hulu di kejauhan.
Li'er mengangguk riang.
Qin Yu tersenyum lalu maju untuk membeli tanghulu. Saat itu tersisa dua tanghulu terakhir. Qin Yu memberikan sebatang perak: "Kedua tanghulu ini untukku, uang kembaliannya tak usah."
Mata sang nenek penjual tanghulu langsung berbinar: Uang perak!
Biasanya jajanan murah seperti tanghulu dibayar dengan keping tembaga. Membayar dengan perak tanpa mengambil kembalian—sungguh rejeki nomplok bagi si nenek ini.
"Nih, Putra." Sang nenek antusias mengeluarkan dua batang tanghulu.
Qin Yu menerimanya dan berbalik hendak pergi, tiba-tiba kakinya terasa tertahan. Ia menoleh—seorang bocah lelaki sekitar 4-5 tahun sedang memeluk betisnya, mata penuh harap tertuju pada tanghulu di tangan Qin Yu, air liur menjuntai membentuk garis kristal.
"Hah..." Saat ini mana mungkin Qin Yu tak paham maksud si bocah.
"Kakak, aku mau makan tanghulu. Aku punya uang, boleh tukeran denganmu?" Mata besar berlinu anak kecil itu hanya melihat tanghulu. Di tangan mungilnya tergenggam dua koin tembaga.
"Xiao Yu, jangan berulah." Seorang wanita sederhana segera menarik anak itu sambil buru-buru meminta maaf, "Putra kita, anak kecil tidak paham adat, janganlah Tuan marah."
Wanita itu sebelumnya memberi dua koin pada anaknya untuk beli tanghulu. Matanya sendiri menyaksikan putra kita ini dengan santai mengeluarkan perak untuk membeli. Dari pakaian dan aura-nya, wanita yakin status pemuda ini jauh lebih tinggi dari wali kota.
"Kakak Qin Yu, ada apa?" Li'er mendekat sambil bertanya.
Qin Yu menoleh ke arah Li'er sambil tersenyum: "Biasa saja. Ada anak kecil ingin makan tanghulu. Awalnya ingin kita berdua makan masing-masing satu tusuk, tapi sudahlah. Kamu makan satu, sisanya beri anak ini."
Qin Yu seraya menunduk, tersenyum memandangi anak laki-laki kecil yang menggemaskan, mengulurkan seuntai tanghulu padanya: "Kau Xiao Yu ya? Ini." Seketika mata anak itu bersinar.
"Tuan, tak perlu, anak kecil memang doyan..." sang ibu segera menyela sambil menarik anaknya yang ingin mengambil tanghulu. Anak itu langsung diam ditarik ibunya, hanya mengembungkan pipi dengan mata besar masih menatap tanghulu, air mata mulai menggenang di rongga mata.
Qin Yu tertawa: "Tak apa, Xiao Yu, kemarilah."
Si kecil menoleh melihat ibunya, setelah yakin tak ada larangan, dengan girang menerima tanghulu: "Terima kasih Kakak! Ini dua keping tembaga untukmu."
"Tak usah, tanghulu ini hadiah untukmu," Qin Yu tersenyum.
“Tidak boleh.” Bocah lelaki itu bersikap layaknya orang dewasa, “Ibu bilang, tidak boleh sembarangan menerima barang orang lain, itu salah. Kakak, ambil ini. Dua koin tembaga bisa beli banyak barang, bisa beli gula-gula, bahkan bakpao daging juga!”
“Tidak usah.” Sejujurnya, Qin Yu mulai menyukai bocah kecil ini.
“Tidak boleh!” Si bocah bersikeras dengan keras kepala.
Sang ibu mengerti betul sifat pangeran darah biru dan putra kita macam apa yang mau menerima dua koin tembaga?
“Xiao Yu, Kakak sudah bilang ini hadiah untukmu. Simpan saja koinnya.” Sang ibu segera menengahi.
Bocah yang tadinya keras kepala itu memandang ibunya dengan mata hitam legam penuh kebingungan. Setelah beberapa saat, dia mengangguk dan memasukkan kembali dua koin tembaganya.
……
Saat ini, pria berpakaian jubah putih itu telah tiba di Kota Guishui.
“Dikelilingi gunung dan diairi sungai, pemandangan yang memang indah.” Pria muda berjubah putih itu hanya dalam beberapa langkah telah tiba di jalan tempat Qin Yu dan Li'er berada. Para pejalan kaki lain sama sekali tidak menyadari kemunculan tiba-tiba pria berjubah putih ini, seolah pria itu memang semestinya ada di situ.
Pria berjubah putih itu melihat Qin Yu bersama Li'er, kilat menyambar di matanya sebelum tersenyum dan berseru: "Sepupu!"
Li'er yang sedang bermain dengan bocah lelaki itu gemetar seluruh tubuhnya. Ia berbalik dengan wajah tertegun: "Sepupu laki-laki?!"
Qin Yu juga berbalik arah.
Sepupu perempuan? Sepupu laki-laki?
Qin Yu menatap pria berjubah putih di hadapannya. Apakah orang ini sepupu Li'er? Ia tahu Li'er berasal dari klan spesial. Jika pria ini benar sepupunya, tentu juga dari klan yang sama.
"Sepupuku, sudah berapa lama kau dan Paman Lan mengembara? Pamanmu hampir murka." Pria berjubah putih itu memandangi Li'er dengan penuh kasih sayang.
“Ayah marah？”Li'er kaget.
“Ini surat perintah Ayah, kau bisa lihat sendiri.” Pemuda berjubah putih menggerakkan tangan, seberkas cahaya emas langsung melesat ke arah Li'er. Li'er mengulurkan tangan, sebuah benda berbentuk gulungan emas muncul di telapaknya.
Li'er membuka gulungan itu, wajahnya langsung memucat.
“Kak, haruskah aku segera pulang？”Li'er tampak sulit menerima.
Pemuda itu mengerutkan alis: “Adik, ini surat perintah resmi Ayah, bukan sekadar pesan lisan. Dengan dikeluarkannya surat perintah, kau harus pahami betapa marahnya Ayah. Pernahkah ada yang berani melanggar perintah Ayah?”
Li'er berdiri tak tenang, kerutan di dahinya memperlihatkan kegelisahannya.
“Aku akan cari Paman Lan!” Li'er mengatupkan gigi.
Pria muda berjubah putih sedikit mengerutkan alis, lalu menghela napas: "Sudahlah, sepupuku. Jangan keras kepala. Paman Lan memang tidak patuh pada pamanmu. Tapi apa kau ingin Paman Lan melawan pamanmu secara frontal hanya karena urusan kecil ini? Lagipula, pamanmu bukan hanya memiliki kekuatan yang tak tertandingi, tapi juga Raja dari sukumu. Adakah yang bisa membangkang perintah Raja?"
"Li'er, ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi?" Qin Yu yang mendengar percakapan mereka di samping mulai merasakan situasi ini mulai memburuk.
Pria berjubah putih mengernyitkan alisnya: "Li'er? Siapa kau ini? Bolehkah kau memanggil Li'er?!"
"Sepupuku, kenapa kau bersama Orang Biasa ini? Apa ini perintah Paman Lan? Hm?" Kilatan amarah terlihat di mata pria berjubah putih.
Qin Yu kaget. Jika matanya tidak salah lihat, tadi ada kilatan listrik di mata pria muda itu.
Kilat di dalam mata? Mungkinkah?
“Jika paman tahu kau bersama seorang Orang Biasa, konsekuensi apa yang kau tahu, jangan salahkan sepupuku tidak menasihatimu.” Pria berjubah putih itu menyapu Qin Yu dengan tatapan dingin.
Tatapan itu seperti seorang kaisar yang memandang rendah ke pengemis di pinggir jalan.
“Tidak, aku cuma baru kenal dia, merasa dia lumayan menarik saja.” Li'er buru-buru tertawa.
Menarik?
Seketika Qin Yu merasakan hatinya membeku sepenuhnya.
“Tidak benar.” Qin Yu bukan orang bodoh, hanya terpengaruh karena berada dalam situasi. Sekarang dia tersadar, dia dan Li'er sudah kenal begitu lama, bagaimana bisa disebut ‘baru saja’.
“Aku perkenalkan, ini sepupuku Zhou Xian. Sepupuku ini sangat hebat, jauh lebih kuat dariku.” Li'er berkata sambil tersenyum kepada Qin Yu.
"Kak, ini teman yang kukenal di sini Qin Yu. Meski kekuatannya rendah, tapi dia orang yang baik." Tiba-tiba Li'er menggerutu, "Kak, jangan kau ganggu dia, atau aku akan marah."
"Baik, tentu saja aku tidak akan mengganggunya." Zhou Xian tersenyum tipis, pandangan dinginnya menyapu sekilas ke arah Qin Yu. Kekuatan selevel Qin Yu jelas tak dianggapnya.
"Adik, jangan membuang waktu lagi. Paman sudah sangat marah. Saat kau membuka surat perintah itu, paman langsung tahu kau telah membacanya. Lebih baik kau segera pulang. Jika tidak, paman akan memberimu hukuman kurungan. Aku pun nanti takkan bisa membela." Kata Zhou Xian penuh perhatian.
Li'er menggigit bibirnya, lalu berjalan menghampiri Qin Yu.
"Qin Yu, aku harus pulang. Sampai jumpa."
Hanya beberapa kalimat sederhana.
Dan tepat di saat itu, suara Li'er bergema dalam benak Qin Yu.
"Kakak Qin Yu, jangan marah. Saat ini aku tak bisa memberitahu orang lain tentang hubungan kita. Jika ada yang tahu, kau pasti akan mati!" Suara Li'er terdengar sangat cemas.
Qin Yu bukan orang gegabah. Begitu mendengar penjelasan itu, dia langsung tahu Li'er memiliki kesulitan tersembunyi.
"Kakak, Ayahku adalah Raja - Raja dari suku kami. Aku tak bisa melanggar perintahnya. Selain itu... jika ada yang tahu kesukaanku padamu, bukan cuma Ayah, bahkan orang lain pun mungkin akan membunuhmu."
Qin Yu tertegun dalam hati.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Dia teringat perkataan Paman Lan pertama kali: awalnya melarang kerasnya menyukai Li'er, "Menyukainya berarti mati". Baru belakangan diizinkan bersama Li'er.
Selama ini Qin Yu tak paham mengapa Paman Lan mengatakan menyukai Li'er sama dengan mati. Namun kini sepertinya dia mulai mengerti.
“Tapi Kakak Qin Yu, aku janji, begitu pulang nanti pasti akan mencari solusi untuk mengatur segalanya. Bagaimanapun juga, aku akan segera bersamamu. Tak ada yang bisa menghalangi kita. Tapi saat ini masih banyak rintangan, aku harus memikirkan cara, kau harus menungguku. Dengarkan baik-baik, jangan berkomunikasi melalui telepati spiritual denganku – sepupuku bisa dengan mudah mendeteksi telepati spiritualmu.” Ucap Li'er penuh kecemasan.
Qin Yu hanya bisa menahan diri untuk tidak melakukan telepati spiritual.
“Andai bukan karena Paman Lan menggunakan kesaktiannya, mungkin hubungan kita sudah ketahuan oleh bangsaku. Dengan bantuan Paman Lan, kita masih punya harapan. Aku akan berusaha, kau juga harus berjuang! Semakin kuat kekuatanmu, semakin besar kemungkinan kita bisa bersama!”
“Kakak Qin Yu, ingatlah! Aku takkan pernah bersama siapapun. Meski di klan tak bisa mengubah segalanya, aku tetap bisa menolak pernikahan. Aku akan terus menantimu.”
Suara Zhou Xian terdengar menginterupsi: “Sepupuku, sudah waktunya pulang. Paman sudah menunggumu.”
"Baik, aku segera pergi." Li'er menoleh sambil tersenyum, kemudian melambaikan tangan ke langit. Seketika muncul lubang hitam di udara, seolah-olah ruang angkasa pecah berkeping-keping.
"Li'er." Qin Yu tiba-tiba merasa hatinya seperti diremas, tanpa sadar berseru.
Tubuh Li'er mulai terapung, sorot matanya menatap Qin Yu.
Qin Yu juga memandang Li'er.
"Kakak Qin Yu, aku harus pergi. Hari-hari bersamamu sangat membahagiakan, hatiku merasa merdeka dan gembira. Sebelum pergi, ingin kusampaikan kata yang selalu kusimpan di dasar hati - aku... cinta... padamu." Suara Li'er lambat dan lembut, bagaikan bisikan di telinga.
Bibir Qin Yu bergetar beberapa kali, tapi tak ada suara yang keluar.
Dia sangat ingin membalas "Aku juga mencintaimu", tapi tak bisa. Dia tahu Zhou Xian di hadapannya bisa dengan mudah mendeteksi telepati spiritualnya.
Dia tak berani menggunakan telepati spiritual, tak berani mengucapkan sepatah kata pun.
Li'er bagaikan malaikat, tubuhnya memancarkan cahaya hijau samar, langsung memasuki lubang tembus hitam itu. Beberapa saat kemudian, lubang itu menghilang, seolah Li'er tak pernah muncul sebelumnya.
"Kakak, ke mana Kakak Perempuan tadi?" tanya bocah lelaki yang sedang makan tanghulu pada Qin Yu dengan wajah penuh tanya.
Orang Biasa yang hadir di lokasi tak memahami situasi, sama sekali tidak melihat adegan Li'er meninggalkan tempat tadi.
"Dia... sudah pulang ke kediamannya." Qin Yu menatap bocah itu sambil mengerahkan senyuman.
Saat ini hati Qin Yu remuk redam, namun di kedalaman hatinya tersimpan ketegasan mutlak! Karena dia tahu Li'er mencintainya, asal tahu hal ini saja sudah cukup.
"Qin Yu ya? Bagaimana caranya kau mengenal sepupu perempuanku?" Zhou Xian tersenyum dingin.
Hanya dari cara Li'er tadi mengangkat tangan dan melesat pergi, Qin Yu langsung tahu bahwa klan misterius ini sungguh luar biasa, bahkan telepati spiritual pun bisa mereka deteksi dengan mudah.
"Cuma kebetulan kenal. Li'er itu baik hati. Ngomong-ngomong, Zhou Xian, kalian terus bilang klan-klanan, sebenarnya klan apa sih?" Qin Yu berpura-pura tampak bingung.
Di dasar hatinya, Qin Yu menjerit marah. Li'er pergi begitu saja, mana mungkin dia tidak menderita, tidak marah, tidak sedih? Tapi dia harus bertahan!! Dan terus mempertahankan ekspresi tenang ini.
Sakit di hati, amarah di dada, siapa yang tahu?
"Li'er? Zhou Xian?" Senyum sinis mengembang di wajah Zhou Xian. "Kau cuma orang biasa. 'Li'er' bukan panggilan untukmu. Namaku Zhou Xian pun bukan untuk kau sebut sembarangan."
Jantung Qin Yu berdebar kencang.
“Aku tak tahu kenapa sepupu perempuanku mau mengobrol denganmu. Tapi... mengingat statusnya, kau harusnya merasa bangga bisa bersamanya beberapa hari ini. Namun mulai hari ini, kau dilarang menyebut nama 'Li'er' atau namaku. Paham?” Zhou Xian berkata sambil tersenyum.
Qin Yu merasakan gejolak amarah dalam hatinya.
“Kau marah? Huh, memang begitulah Orang Biasa. Seperti semut yang tak akan paham dunia manusia meski dijelaskan panjang lebar, kau pun takkan mengerti eksistensiku.” Tatapan Zhou Xian tetap dingin, nada bicaranya lembut namun menusuk.
“Memanggil Li'er langsung dengan namanya... sejujurnya itu membuatku iri. Terutama ketika dilakukan oleh Orang Biasa seperti kau. Tapi aku tak seharusnya mempermasalahkan ini denganmu. Karena kesadaranmu yang terbatas takkan bisa memahami keberadaanku. Baiklah, anggap ini sebagai anugerahku untuk membuatmu merasakan secuil kekuatanku.”
Pada saat ini, kilat menyambar kembali di mata Zhou Xian!
Qin Yu merasa jantungnya berdebar: Zhou Xian memancarkan aura pembunuhan.
