"Manusia periode Bencana, sebenarnya apa rencanamu di hadapanku? Cuma manusia periode Bencana berani menantang kewibawaan Dewa dengan kekuatan periode Kesempurnaan, apa ini bunuh diri?" Mata membeku Mò Qílín menatap tajam Qin Yu di kejauhan, suaranya menggema antara langit dan bumi.
Mò Qílín ini bukan binatang buas. Mata binatang buas selalu merah darah, tapi mata Mò Qílín tidak. Selain itu, makhluk ini adalah yao, bahkan termasuk Sanyao.
"Mò Qílín, Dewa yang telah melewati tiga kali tribulasi Sanyao. Lebih baik kau langsung mengaku kalah di hadapanku. Kau bukan rivalku." Qin Yu tersenyum sambil berkata.
Mò Qílín adalah Sanyao tiga tribulasi. Tapi sebelumnya ia menyebut diri sebagai 'Dewa dengan kekuatan periode Kesempurnaan'. Memang kekuatannya setara periode itu, tapi status sebenarnya tetap Sanyao tiga tribulasi. Ini menunjukkan kebanggaan mereka yang masih melekat kuat.
“Sanyao? Kau bunuh diri.” Mo Qilin mengamuk. Bayangan samarnya langsung muncul di depan Qin Yu. Menghadapi ini, respons Qin Yu adalah—
Cincin Heiyanjun – Bidang Api Langit.
“Aaa!” Teriakan perih melengking dari mulut Mo Qilin sambil ia mundur cepat, matanya dipenuhi keterkejutan. “Api Langit? Kau bisa menggunakan serangan Api Langit?!”
Sanmo empat tribulasi saja tak bisa bertahan. Mo Qilin, sebagai Dewa tingkat Sanyao tiga tribulasi, kekuatannya melebihi sanmo empat tribulasi. Tapi dia pun tak mampu bertahan lama. Melihat Qin Yu bisa menggunakan Api Langit, Mo Qilin memilih langkah bijak—
“Lari? Dewa Mo Qilin bukan ahli dalam kabur. Kebetulan, aku paling jago di bidang kecepatan.” Qin Yu menginjak senjata immortal kelas menengah, menggunakan teknik Penyatuan Manusia dan Artifak.
Tubuh Qin Yu perkasa luar biasa, tingkat ketangguhannya bahkan melampaui artefak spiritual kelas atas. Saat terbang, tubuhnya tidak mengalami hambatan. Ditambah dengan pedang terbang senjata immortal kelas menengah, kecepatan Qin Yu benar-benar mengerikan.
Baru beberapa saat Mo Qilin kabur, Qin Yu sudah berada di depannya.
"Jangan lari lagi, kau takkan bisa lolos." Qin Yu tersenyum tipis.
Melihat pria misterius berbaju hitam di hadapannya, jantung Mo Qilin berdebar kencang. Kecepatan memang bukan keahlian utamanya, tapi kemampuan larinya tidak bisa dibilang lemah. Bahkan ahli tahap kesempurnaan belum tentu bisa menyusulnya.
"Kamu baru di periode Bencana, bagaimana mungkin bisa mengejarku? Dan... bagaimana caramu menggunakan Api Langit? Bahkan Dewa Langit biasa pun tidak memiliki kemampuan menggunakan Api Langit." Mo Qilin berhenti kabur dan mulai bertanya.
"Rahasia."
Bibir Qin Yu merekah. Tubuhnya berubah menjadi kilatan hitam yang langsung menerjang Mo Qilin.
Tangan-tangan, kaki-kaki, siku-siku, lutut-lutut...
Qin Yu dalam sekejap mata bagaikan manusia-dewa, ia mengeluarkan serangan jarak dekat yang gesit. Mo Qilin awalnya sangat bersemangat, beradu tubuh dengan binatang suci? Ia curiga orang di depannya sudah gila.
Tapi begitu pertempuran dimulai, Mo Qilin mulai tak percaya.
Tubuh binatang suci memang kuat, tapi belum sampai level bisa mengandalkan tubuh saja tanpa energi internal untuk mencapai kekuatan periode Kesempurnaan. Bagi binatang suci, tubuh hanyalah sebagian dari kekuatan, energi bayangan spiritual-lah yang terpenting.
Qin Yu hanya mengandalkan tubuh fisik saja sudah mampu menyaingi binatang suci.
Tinju demi tinju menghunjam daging, suara gemeretak seperti memukul karung pasir terus bergema, sisik hitam Qilin mulai retak, darah segar mengalir deras.
"Kau manusia? Tidak, kau binatang suci! Apa wujud aslimu? Naga Emas Berkaki Lima? Atau monyet batu bermata emas dari legenda?" Mo Qilin mengirimkan telepati dengan amarah membara.
Monyet Batu Bermata Emas adalah makhluk suci setingkat Naga Emas Berkaki Lima, dengan tubuh sekuat vajra yang sangat perkasa.
"Tidak, aku manusia."
Tubuh Qin Yu berubah menjadi angin hitam, kaki kanannya bagaikan cambuk ilahi dari Dunia Luar menghajar perut Mò Qílín hingga tubuh makhluk itu terlempar ke udara.
"Dengusan～～～～" Mò Qílín mendongak dan mengaum, aliran air di sekelilingnya menjadi kacau balau membentuk semburan pedang air terbang yang melesat ke arah Qin Yu. Hanya dengan melihat kilatan cahaya dari pedang air itu, Qin Yu sama sekali tak meragukan kekuatan mematikannya.
Mò Qílín, memiliki kemampuan kontrol air bawaan lahir.
Di antara klan Kirin, dianggap lebih kuat dalam hal kekuatan. Tentu, raja klan Kirin adalah Qílín Api legendaris yang terbentuk secara organik dari kobaran api.
"Mò Qílín bereproduksi secara turun-temurun, tidak seperti Qílín Api yang lahir dari nyala api. Namun kemampuan kontrol air Mò Qílín tetap sangat kuat."
Naga hitam ini tampaknya sadar bahwa semburan pedang air takkan mampu mengalahkan Qin Yu. Seluruh tubuhnya memancarkan kilatan hitam yang menyapu ratusan meter air laut, membentuk bola air raksasa berdiameter lebih dari kilometer.
Bola air itu menyusut drastis, dalam sekejap berubah menjadi sebesar kepalan tangan.
"Manusia, kau tadi tidak menghalangiku menggunakan jurus pamungkas ini! Memang kau punya Api Langit, tapi 'Tinta Hitam Berat'-ku ini tidak sesederhana yang kau bayangkan. Bersiaplah mati!" Mò Qílín menghardik.
Seperti dikatakan Mò Qílín, Qin Yu sengaja tidak menghentikan ritual itu. Meski punya kesempatan dengan kecepatannya, dia memilih tidak bertindak.
Karena Qin Yu ingin menaklukkan Mò Qilin sebagai binatang roh, bukan membunuhnya. Dia harus membuat makhluk suci ini memahami kekuatan dahsyatnya, baru mungkin membuat Dewa yang angkuh ini tunduk.
"Aku tidak akan menggunakan Api Langit untuk menghalangi, tenang saja. Bahkan tanpa itu, aku bisa dengan mudah mengalahkanmu. Lagipula jurus pamungkasmu ini sama sekali tidak berpengaruh padaku." Qin Yu tersenyum tipis.
"Kalau begitu kau mencari mati!" Mendengar keputusan Qin Yu, Mò Qilin memancarkan sinar hitam dari seluruh tubuhnya yang langsung membelit bola air kecil dari segala penjuru.
Seperti semburan laser hitam, melesat dengan kecepatan luar biasa ke arah Qin Yu.
Qin Yu hanya... mengulurkan tangan kanannya.
Dengan gerakan santai, tangan kanan Qin Yu menangkap bola air hitam yang melesat kencang itu.
Wajah Mò Qilin dipenuhi kegilaan, seolah sudah melihat adegan bola air hitam itu meledakkan tangan kanan musuhnya, melukai parah atau bahkan membunuh Qin Yu.
“Kekuatan mematikan yang cukup hebat.” Suara Qin Yu terdengar.
Wajah Mo Qilin berubah pucat.
Dalam hati Qin Yu berhati-hati: "Sungguh jurus ini kekuatannya luar biasa, bahkan tubuhku saat ini sulit melawannya. Daya hancurnya hampir menyamai serangan gelombang hijau Zhou Xian waktu itu."
Qin Yu merasakan dengan jelas telapak tangan kanannya mulai terkoyak, tapi dengan menguasai 'energi kehidupan' dia sama sekali tak akan membiarkan tangannya hancur.
Saat menahan serangan Zhou Xian dulu, energi kehidupan dalam tubuhnya secara otomatis melakukan perbaikan. Kini... Qin Yu sengaja mengendalikan energi kehidupan dalam jumlah besar untuk memperbaiki.
Tangan Qin Yu mencengkeram bola air hitam sambil terus mengkonsumsi energinya. Meski telapak tangan terluka, akan segera pulih dalam sekejap. Kontrol aktif atas energi kehidupan mempercepat proses perbaikan berkali-kali lipat.
"Bagaimana mungkin..." Mo Qilin terpaku.
Karena, Qin Yu hanya menggunakan satu tangan untuk menghancurkan jurus pamungkasnya tanpa perlawanan.
"Tanpa Api Langit, aku bisa dengan mudah mengalahkanmu..." Ucap Qin Yu sebelum tubuhnya melesat. Saat ini, Mo Qilin mulai menunjukkan rasa takut dan kekhawatiran.
Dia sangat paham, bahkan dirinya sendiri pun takkan bisa menahan jurus itu tanpa cedera.
"Aaa... matilah!" Mo Qilin mengaum keras, tanduk tunggalnya menghujam ke arah Qin Yu yang mendekat. Namun tiba-tiba postur tubuhnya terhuyung berat ke bawah.
Cincin Heiyanjun - Medan Gravitasi.
Tekanan gravitasi mendadak ini membuat Mo Qilin memperlihatkan celah kelemahan mematikan di momen krusial.
"Brak!" Belati pendek Qin Yu menembus sisik Mo Qilin. Hanya sejenak, tangan Qin Yu telah mencengkeram yuan infant dari dalam tubuh Qilin.
"Di wajah yuan infant Mo Qilin terpancar keterkejutan: 'Pedang terbangmu ini tingkat apa? Satu tusukan langsung menembus sisikku, bagaimana mungkin?'"
"Senjata immortal kelas menengah." Qin Yu menatap yuan infant Mo Qilin di telapak tangannya.
"Kau bisa menggunakan Api Langit, tubuhmu sekuat itu sampai bisa membunuhku dengan mudah, kecepatanmu bahkan melebihiku... ditambah senjata immortal yang bisa menembus sisikku, mengapa menyiksaku seperti ini?" Mo Qilin saat ini dipenuhi amarah.
Dia juga menyadari, pemuda misterius berbaju hitam di hadapannya ini terlalu kuat. Jika ingin membunuhnya, sejak awal bisa menggunakan Api Langit untuk membakarnya jadi abu, atau langsung menusuknya dengan pedang immortal. Mengapa baru sekarang?
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya berharap kau menjadi Ling Shou Quan-ku." Qin Yu mengeluarkan sebuah Ling Shou Quan.
Mo Qilin jelas pernah mendengar tentang Ling Shou Quan. Begitu melihat alat itu, dia berkata dengan angkuh: "Kau memaksaku jadi binatang mistismu? Kekuatanmu memang hebat, tapi aku tak mau diperintah seenaknya, dikontrol! Hidup tanpa kemerdekaan seperti itu, mati pun aku tak mau!?"
Dalam hati Qin Yu menghela napas lega panjang.
Umumnya para Dewa punya sifat angkuh dan enggan menjadi binatang mistis orang lain. Tapi sebelumnya dia sudah sepenuhnya menaklukkan Mo Qilin dengan kekuatan. Ucapan Mo Qilin ini sebenarnya menunjukkan dasar hatinya sudah mulai lega. Jika benar-benar menolak, tentu sikapnya akan berbeda.
"Tenang. Kau adalah Sanyao Tiga Tribulasi. Untuk sementara jadilah binatang mistisku. Setelah aku mencapai asensi, kau cuma perlu menjagai keluarganya. Tak ada yang akan membelenggumu. Aku pun takkan seenaknya menyuruhmu melakukan apa pun," kata Qin Yu sambil tertawa.
Mo Qilin yang sudah tahu kekuatan Qin Yu segera mengangguk: "Baik, aku percaya padamu."
Mo Qilin sudah lama menyadari kekuatan Qin Yu. Seorang manusia bisa sekuat ini, dia juga percaya Qin Yu pasti bisa melewati Tribulasi Sembilan Sembilan Langit. Saat tiba waktunya asensi, Qin Yu secara alami akan berpisah dengannya.
Qin Yu menyatukan energi bintang ke dalam Ling Shou Quan, lalu mengarahkan Ling Shou Quan ke arah yuan infant ini.
Seketika... Ling Shou Quan mulai mengecil, langsung menyatu ke dalam tubuh yuan infant.
Ling Shou Quan terkait dengan jiwa. Begitu menyatu dengannya, bahkan jika Mo Qilin nanti kekuatannya meningkat lagi, mustahil baginya melakukan pengkhianatan.
"Brengsek, lebih baik kau jangan sampai ketahuan siapa dirimu, sialan! Kalau tidak, aku akan membuatmu mati mengenaskan!" Seorang pemuda tampan mengumpat sambil tubuhnya masih berlumuran darah.
Pemuda ini bernama Lian Chong, seorang Sanmo Tujuh Tribulasi. Ayah dan ibunya bahkan lebih menakutkan - ayahnya adalah Sanmo Sebelas Tribulasi, sementara ibunya yang lebih hebat merupakan Sanmo Dua Belas Tribulasi. Secara logika, dengan statusnya bahkan di Lautan Bintang Kerusuhan pun hampir tak ada yang berani mengganggunya.
Kali ini, Lian Chong akan menghadapi Tribulasi Sanmo ke-8. Kedua orang tua Lian Chong sangat keras padanya, bahkan permintaan mereka bisa dianggap tak kenal ampun.
"Chong'er, mempelajari Jalan Iblis Asura dengan selalu mengandalkan orang tua, lalu ingin sukses? Itu mimpi belaka! Semua... harus dicapai sendiri!" Ini adalah ucapan yang sering diulang orang tua Lian Chong.
Jalan Iblis Asura, kejam pada musuh, namun juga harus tegas dan tak kenal belas kasihan pada diri sendiri.
Tribulasi Sanmo ke-8, dengan kekuatan Lian Chong tentu ada keyakinan penuh. Dia sendiri sudah menyiapkan banyak harta karun untuk tribulasi. Meski orang tuanya bicara keras dan biasanya sangat tegas, mereka tetap memberikan kunci kemenangan kepada putra kesayangan mereka.
Sebuah pedang terbang Perangkat Iblis kelas menengah!
Perangkat Iblis kelas menengah yang bahkan jarang dimiliki sanxian/Sanmo 10 tribulasi, bahkan beberapa Sanmo 11 tribulasi sekalipun, ternyata dimiliki Lian Chong. Ini pemberian ibunya.
Awalnya penuh keyakinan mencari tempat untuk bersiap menghadapi tribulasi.
Namun beberapa hari sebelum tribulasi Sanmo, tiba-tiba diserang diam-diam oleh seorang Sanmo. Yang paling fatal... kekuatan Sanmo ini terlalu hebat, setidaknya Sanmo 9 tribulasi, bahkan mungkin lebih.
Wajah Sanmo ini selalu samar-samar, sama sekali tak bisa dikenali. Untuk menyergap Lian Chong, dia sudah menyiapkan segalanya agar tak terdeteksi identitasnya.
Lian Chong adalah Sanmo tujuh tribulasi, namun dia memiliki banyak harta karun serta beberapa ramuan penyelamat nyawa yang diberikan orang tuanya. Jelas orang tua mereka telah mempertimbangkan kemungkinan putra mereka diburu musuh.
Tapi... musuh yang memburu kali ini terlalu kuat.
Kabur, selama dua tiga hari Lian Chong terus melarikan diri tanpa peduli lokasi. Dia hanya fokus menyelamatkan nyawa. Meski bisa melakukan lompatan ruang, rupanya lawan telah meninggalkan penanda pada tubuhnya sehingga bisa terus mengejar ke mana pun dia berpindah.
Ditambah jarak lompatan ruang berbanding lurus dengan kekuatan. Lian Chong sama sekali tak sempat kabur kembali ke markas.
Hanya dua kali melakukan lompatan ruang, Lian Chong sudah tak berani lagi. Karena setiap kali melompat, akan ada jeda sekejap yang bisa dimanfaatkan lawan untuk menangkapnya.
Setelah dua kali lompatan, Lian Chong mulai lari sekuat tenaga dengan mengerahkan semua teknik melarikan diri yang dikuasainya.
Dalam kepanikan tanpa arah, akhirnya terpaksa menggunakan Teknik Darah kabur khas ahli aliran iblis, sementara roh primordialnya melekat erat pada pedang terbang kelas menengah.
Akhirnya kabur sampai ke tempat ini, tapi akhirnya bisa melepaskan diri dari musuh.
"Ayah, Ibu, aku sedang diburu." Lian Chong saat ini sedang mengirim pesan kepada orang tuanya.
"Kalian tanya di mana aku? Aku tidak tahu, sekelilingku semua perairan tak berujung, tidak ada pulau spesial, mana mungkin aku tahu posisiku? Ayah, Ibu, seharusnya kalian bisa merasakan auraku." Lian Chong pasrah berkomunikasi.
"Apa? Kalian tidak bisa merasakan? Tidak mungkin! Apa aku lari terlalu jauh?" Lian Chong mulai linglung. Awalnya mati-matian lari selama dua tiga hari, kemudian menggunakan Teknik Darah kabur untuk kabur sekuat tenaga.
Sebenarnya seberapa jauh dia lari, sampai di mana, dia sendiri pun tidak tahu.
“Ayah, Sialan, Tribulasi Sanmo-ku segera tiba. Setelah kabur sekian lama dan menggunakan Darah kabur, kekuatanku cuma tersisa 20%. Banyak harta karun terkonsumsi, hanya tersisa satu pedang terbang.” Suara Lian Chong gemetar panik.
Dengan kondisi saat ini menyambut Bencana Langit, itu pasti mati tanpa ampun.
“Braak～～～” Dentuman guntur tiba-tiba menggema di langit. Warna langit berubah seketika menjadi merah tua seperti tungku api...
“Ayah, Sialan... Bencana Langit datang...”
Lian Chong sudah tidak bisa berkata-kata lagi.
“Kalian gugup? Aku lebih gugup! Omong kosong! Siapa tahu di mana tempat hantu ini? Sial! Indra iblisku sudah menyisir Juta Li perairan, tapi tak satu pun pulau yang kukenal terlihat.” Lian Chong nyaris histeris.
Bukan hanya dia, orang tuanya saat ini juga hampir gila karena gelisah.
"Tapi apa solusinya? Jelas putra mereka saat ini sudah melarikan diri terlalu jauh. Orang tua mereka sama sekali tidak bisa menemukannya menggunakan indra iblis, dan juga tidak bisa menemukan lokasi putra mereka berdasarkan Peta."
"Karena di sekeliling sama sekali tidak ada pulau yang dikenal."
"Chong’er, siapakah sebenarnya orang yang memburumu itu? Ibu rela mati untuk membunuhnya dan membalas dendam untukmu." Ibu dari Lian Chong, Sanmo dua belas tribulasi itu, hampir gila.
"Ayah, Ibu, bersiaplah untuk membalas dendam bagiku. Brengsek itu sudah memburuku selama lebih dari dua hari. Menurutku dia setidaknya Sanmo sepuluh tribulasi. Ayah, Ibu, jangan bicara lagi. Aku tidak punya harapan untuk bertahan dari Bencana Langit Sanmo ini." Lian Chong saat ini sudah hampir putus asa.
“Setidaknya Sanmo 10 Tribulasi? Baik, tenang Chong-er. Semua Sanmo 10 Tribulasi dan 11 Tribulasi yang punya urusan denganku, termasuk satu-satunya Sanmo 12 Tribulasi yang bermusuhan, akan kubunuh. Aku mempraktikkan Jalan Iblis Asura yang memasuki Dao melalui pembunuhan, tapi sudah lama tidak membunuh.” Ibu Lian Chong saat ini benar-benar gila-gilaan.
“Chong-er.”
“Paman, ini kau.” Lian Chong terkejut sejenak. Jika pamannya yang datang, mungkin masih ada harapan untuk menyelamatkannya.
“Chong-er, percuma. Saat Bencana Langit turun, hanya bisa mengandalkan diri sendiri. Bahkan jika orang lain membantu, Bencana Langit akan menyerang dua orang sekaligus dan kekuatannya akan berlipat. Bagaimanapun, kau harus menghadapi Tribulasi Sanmo-mu. Dengan kondisimu saat ini, hanya Pil Tribulasi Pemimpin Pulau Lianyun yang bisa mengembalikan kekuatanmu seketika. Jika tidak pulih, menemukanmu pun percuma.”
“Paman, Pil Tribulasi? Bisakah kau pinjamkan? Kalau kau yang meminjam, pasti bisa dapat.” Lian Chong tak rela mati, mengirim pesan dengan gusar.
Di langit, awan tribulasi telah membentuk. Petir langit pertama akan segera menghantam.
"Pil tribulasi adalah harta yang sangat berharga. Jika barang lain mungkin bisa kupinjam, tapi pil ini... Sangat sulit memastikan apakah Ketua Pulau Lianyun mau meminjamkannya. Lagipula... Aku tidak bisa menemukan lokasimu."
Mendapatkan pil tribulasi, sekaligus menemukan lokasimu.
Kedua syarat ini mutlak harus terpenuhi. Tanpa pil tribulasi, menemukanmu pun tak berguna.
Meskipun meminjam pil tribulasi sulit, masih ada harapan. Tapi bagaimana menemukan lokasimu? Lagi pula tribulasi akan segera turun, waktu yang tersisa sangat singkat dan sama sekali tidak cukup.
"Paman, Ayah, Ibu, siapkanlah balas dendam untukku." Setelah mengirim pesan terakhir, Lian Chong menyimpan token komandonya dan mulai berjuang mati-matian menghadapi tribulasi.
"Chong'er."
Air mata mengalir di mata orang tua Lian Chong, namun di dalam hati mereka bergelora aura pembunuhan yang menggila. Mata sang paman tetap membeku tanpa emosi.
……
Dengan sisa 20% kekuatan, ditambah sebilah pedang immortal kelas menengah, berapa lama Kompi Chong bisa bertahan?
"Lima petir langit sudah lewat, kekuatanku hampir habis. Masih ada empat lagi yang lebih dahsyat." Kompi Chong berdiri terhuyung-huyung di atas air, putus asa.
Hanya mengandalkan dua lapis kekuatan dan pedang immortal, dengan susah payah bertahan melalui lima tribulasi langit. Bagaimana menghadapi empat sisanya? Beberapa hari sebelumnya Kompi Chong masih menganggap remeh tribulasi Sanmo kedelapan ini. Memang, jika kekuatannya masih utuh, dia tak perlu khawatir. Tapi sekarang...
Mati.
Akan mati.
Menjelang ajal, Kompi Chong mengenang masa kejayaannya. Dengan dukungan orang tua di belakangnya, meski mereka keras dalam menuntut, tak bisa menyangkal dia punya orang tua yang berwibawa. Ini membuatnya leluasa bergerak, bahkan di Lautan Bintang Kerusuhan pun tak ada yang berani meremehkannya.
"Semuanya kosong setelah mati." Senyum getir mengembang di wajah Kompi Chong.
Hanya ketika nyawa sudah di ujung tanduk, baru tersadar betapa indahnya hari-hari ketika masih hidup.
"Saudara, kulihat tenagamu sudah habis, tapi tribulasi ini belum berakhir. Aku punya satu pil spiritual, kau makan ini pasti tenagamu pulih."
Di telinga Lian Chong, suara surgawi itu bergema.
Lian Chong menengadah ke atas, di hadapannya berdiri seorang pemuda berbaju hitam - Qin Yu.
"Kau punya Pil Tribulasi?" Lian Chong tahu hanya harta karun itu yang bisa memulihkan tenaganya seketika.
"Pil Tribulasi? Bukan. Ini Pil Kehidupan. Efek perbaikannya sama." Qin Yu tersenyum sambil melemparkan pil yang memancarkan cahaya hijau.
"Pil Kehidupan? Tak pernah kudengar." Lian Chong menggeleng, lalu bergumam kasar, "Sialan, mau mati juga, apapun ini, serbu!" Menatap petir keenam yang hendak menghujam, ia telan pil itu bulat-bulat, tak peduli apakah itu racun.
Lian Chong juga tahu, pada saat seperti ini, siapa yang akan menggunakan racun untuk meracuni sampai mati dirinya?
Begitu menelan Pil Penciptaan Kehidupan ini, hatinya langsung berbunga-bunga - ada harapan. Ia merasakan pil itu berubah menjadi aliran jernih yang menyatu ke dalam yuan infant-nya.
Energi hijau memenuhi tubuh Lian Chong. Yuan infant-nya bagai diberi tonik ajaib, kekuatannya pulih dengan cepat. Yuan infant yang semula kering kerontang tiba-tiba menjadi bulat penuh tenaga. Hanya sekejap... Yuan infant itu benar-benar pulih total.
"Benar, aku... aku selamat." Lian Chong diliputi sukacita.
Saat keputusasaan datang, harapan tiba-tiba muncul. Bahkan Lian Chong pun histeris gembira. Ia menatap Qin Yu dengan mata berbinar, lalu berkata dengan kesungguhan luar biasa: "Saudara, aku adalah putra Wakil Ketua Pulau Pengmo - pulau utama di Lautan Bintang Kerusuhan. Hutang nyawa ini pasti akan kubayar."
Qin Yu agak tertegun, tak menyangka orang yang diselamatkannya secara acak ternyata adalah orang penting dari Pulau Pertama di Lautan Bintang Kerusuhan. Pil Kehidupan? Hanya pil biasa yang disatukan dengan energi kehidupan.
Saat ini, kekuatan Lian Chong sudah pulih sepenuhnya. Dengan pedang immortal kelas menengah di tangan, dia sama sekali tidak mengkhawatirkan Petir Langit Keenam.
"Pulau Pertama di Lautan Bintang Kerusuhan, Pulau Pengmo?" Senyum tipis mengembang di wajah Qin Yu sambil memandang Lian Chong di kejauhan yang sedang menghadapi Bencana Sanmo.
