"Terima kasih kepada Yang Mulia Maharaja Utara." Qin Yu menjawab dengan suara lantang penuh hormat.
Sejak saat ini, kuota pertama dalam sayembara pernikahan terbuka telah resmi diperoleh Qin Yu. Senyuman tipis mulai merekah di wajahnya.
Maharaja Utara 'Jiang Fan' mengangguk sambil tersenyum.
"Qin Yu ini adalah Master Pembuat Senjata, didukung pula oleh Dewa Tukang Che Houyuan... Hm, jika Li'er benar-benar dinikahkan dengannya, mungkin itu pilihan baik." Jiang Fan berpikir dalam hati. Matanya beralih ke Zhou Xian yang berdiri di samping Qin Yu, alisnya berkerut halus, "Meski kekuatan Zhou Xian biasa saja, di belakangnya ada Mahadewa Hukuman Guntur, dan... istriku!"
Jiang Fan melirik ke arah Chunyu Rou di sampingnya.
Jiang Fan sangat mencintai istrinya, sehingga pendapat Chunyu Rou juga sangat penting. Chunyu Rou adalah bibi Zhou Xian, ibu Zhou Xian dan Chunyu Rou adalah saudari kandung. Kedua saudari ini memiliki ikatan emosi yang sangat erat. Terhadap keponakan laki-laki dari kakaknya sendiri, Chunyu Rou tentu sangat menyayangi.
"Masih ada dua kuota tersisa, tergantung apakah Zhou Xian bisa lolos seleksi. Jika dia gagal mendapatkan satu pun... maka suami Li'er akan dipilih dari Qin Yu." Jiang Fan memutuskan dalam hati.
Qin Yu memberi hormat kepada para Raja Dewa di podium, tersenyum ramah ke arah Zhou Xian di sebelahnya, baru kemudian kembali ke posisinya.
Menghadapi senyuman Qin Yu.
Zhou Xian justru menunjukkan wajah suram yang penuh amarah, mendengus pendek, lalu kembali ke tempat duduknya sambil diam seribu bahasa.
"Tuan-tuan, kuota pertama telah ditetapkan. Silakan makan minum sesuka hati, jangan terlalu kaku. Haha..." Jiang Fan berseru lantang dengan wajah berseri.
"Terima kasih, Yang Mulia."
Seruan serempak menggema dari bawah. Keriuhan segera memenuhi Istana Maharaja Utara. Tiga belas Raja Dewa saling bertukar obrolan, sementara tamu undangan di bawah saling bersulang dan tertawa riang.
Jiang Fan terus-menerus tersenyum bahagia. Hanya dari kuota pertama saja, dia sudah mendapatkan pusaka Hong Meng kelas satu. Bagaimana mungkin tidak gembira?
Bahkan dia mulai menanti-nanti.
Hadiah kedua, hadiah ketiga... hadiah apa lagi yang akan dipersembahkan oleh 'Sang Master Pembuat Senjata' Qin Yu ini?
Setelah kuota pertama diputuskan, Qin Yu dan Zhou Xian kembali ke kursi masing-masing. Para tamu pun saling bersulang sambil berdiskusi.
"Saudara Qin Yu, selamat ya." Seorang pria paruh baya beraura aristokrat mendekat memberi ucapan.
Qin Yu hanya membalas dengan anggukan singkat.
Qin Yu dalam hati justru tersenyum getir: "Sepertinya ini sudah orang asing keempat puluh tiga yang bersulang denganku di pesta ini." Di acara ini, banyak orang yang sama sekali tidak dikenal Qin Yu datang mengaku punya ikatan dengannya.
Status Qin Yu sebagai 'Master Pembuat Senjata'.
Qin Yu mengeluarkan sebuah pusaka Hong Meng kelas satu.
Belum lagi... Qin Yu bahkan mendapat pemberian dari Mahadewa Piao Yu.
Semua ini membuat Qin Yu begitu mencolok, menjadikannya orang tersibuk selama proses pesta. Tak hanya harus minum dan mengobrol dengan orang-orang yang dikenalnya, tapi juga harus menghadapi orang asing.
"Huu, akhirnya selesai juga." Qin Yu dalam hati menghela nafas lega.
Jumlah tamu pesta terbatas, sehingga orang yang datang menjalin ikatan dengan Qin Yu pun tak banyak. Akhirnya Qin Yu berkumpul bersama Duanmu Yu, Kui Yin Hou, dan beberapa orang lainnya.
“Saudara Qin Yu, kau benar-benar dalam kemegahan. Lihatlah Zhou Xian, dia terus-menerus sendirian di sana.” Duanmu Yu mengangkat gelas anggurnya sambil berbisik pelan kepada Qin Yu.
Qin Yu menoleh.
Memang, Zhou Xian sedang duduk di kursinya sendiri, minum sendirian dengan muram. Hanya dengan melihat wajahnya itu, tak ada yang mau mencari masalah dengan mengajaknya bicara.
Kui Yin Hou bertanya: "Qin Yu, saat di Istana Gunung-Laut, aku pernah tanya apakah kau bertemu Mahadewa Piao Yu. Saat itu kenapa kau bilang tidak?"
Qin Yu tersenyum tipis: "Aku bilang begitu?"
Kui Yin Hou tertegun, lalu mulai mengenang kejadian saat itu. Tanpa disadarinya, ia pun tertawa: "Aku ingat sekarang. Memang kau tidak mengatakannya, hanya tersenyum. Tapi kau juga tidak mengaku."
Duanmu Yu juga berkomentar: "Waktu itu saat kulihat Qin Yu tersenyum, kukira itu senyum getir. Ternyata, Saudara Qin Yu sengaja menyembunyikannya."
Qin Yu tersipu malu berkata: “Ini, kan memang pusaka Hong Meng kelas satu. Awalnya aku berpikir, kalau bisa menang dengan 'Labu Air Hijau', maka 'Pisau Bulu Luo' akan kusembunyikan sementara. Hehe, tak disangka tetap harus dikeluarkan.”
Kui Yin Hou mengangguk tanda paham: “Benar, itu kan pusaka Hong Meng kelas satu. Seandainya aku dapat pusaka semacam itu, lebih baik aku lepas perebutan kuota pertama daripada menyerahkan pusaka Hong Meng-ku.”
“Saudara Kui memang blak-blakan.” Duanmu Yu tertawa.
Di samping mereka, Qin Yu tersenyum memandang. Setelah beberapa waktu berinteraksi dengan Duanmu Yu dkk, ia mulai memahami karakter Duanmu Yu, Kui Yin Hou, dan Shen Tu Fan.
“Kakak!” Suara Hou Fei bergema di benak Qin Yu.
“Saudara Duanmu, permisi dulu.” Setelah berpamitan, Qin Yu berbalik menuju pinggir Auditorium Utama tempat Hou Fei sedang menunggunya.
Hou Fei masih mengenakan jubah emas.
"Kakak, pertama-tama selamat telah memenangkan kuota pertama." Mata Hou Fei masih berbinar seperti biasa, "Tapi Kakak, hadiah kedua sudah disiapkan?"
"Hadiah kedua?"
Qin Yu terdiam sejenak.
Hadiah kedua menguji tingkat ketelitian, mensyaratkan keunikan dan kekhasan. Siapa yang konsepnya paling orisinal dan mendapat persetujuan para Raja Dewa, dialah pemenangnya.
"Untuk hadiah kedua ini, aku baru punya konsep kasar di hati, belum mulai mengerjakannya." Kata Qin Yu.
"Percaya diri?" Sorot mata bulat Hou Fei menatap tajam ke arah Qin Yu.
Percaya diri?
Di wajah Qin Yu terpancar senyuman pasrah, memang dia tidak terlalu yakin.
Unik, khas, orisinal...
"Fei Fei, aku berani jamin, delapan belas kandidat pasti akan mempersembahkan hadiah yang sangat unik di akhir. Mungkin mereka semua menganggap konsep mereka yang paling orisinal. Tapi... keputusan akhir tentang keunikan dan keaslian itu ada di tangan Tiga Belas Dewa. Sebelum hasil diumumkan, tak seorang pun punya keyakinan penuh."
Dalam perjodohan ini, dari tiga hadiah, saat ini Qin Yu paling khawatir dengan hadiah kedua.
Sedangkan hadiah ketiga dinilai berdasarkan tingkat kelangkaannya.
Yang ini sederhana... Kalau benar-benar mentok, Qin Yu bisa mengeluarkan pusaka Hong Meng kelas satu. Tapi hadiah kedua ini... tidak dilihat dari nilai materi, melainkan orisinalitas dan keunikannya. Ini menguji ketelitian delapan belas peserta.
"Seperti apa konsepmu? Coba ceritakan, biar kubantu evaluasi." Hou Fei mendesak.
"Setelah pesta selesai, datanglah ke Istana Piaoyun-ku. Akan kujelaskan pemikiranku padamu dan Xiao Hei. Pesta juga hampir selesai."
Mendengar penjelasan Qin Yu, Hou Fei menganggukkan kepala.
Saat acara hampir berakhir, Maharaja Utara 'Jiang Fan' akhirnya berdiri kembali. Para hadirin di bawah pun hening, menatap ke arah Jiang Fan.
Jiang Fan tersenyum sumringah: "Tuan-tuan, kuota pertama telah ditetapkan. Selanjutnya adalah perebutan kuota kedua... Seperti biasa, saya beri waktu sepuluh tahun. Dalam dekade ini, persiapkan hadiah kalian. Tiga belas Dewa akan menilai mana hadiah yang paling tulus!"
Qin Yu tak bisa menahan senyum mendengarnya.
Sepuluh tahun?
"Bagi ku, sepuluh tahun sama dengan puluhan ribu tahun. Untuk menempa hadiahku, paling lama hanya perlu seribu tahun," gumam Qin Yu dalam hati.
……
Pesta pun segera bubar. Syarat hadiah pertama mewajibkan ke Istana Gunung-Laut. Kali ini... tak ada batasan.
Kedelapan belas kandidat bebas pergi ke mana saja.
Ada satu hal yang pasti, sepuluh tahun kemudian, harus menghadirkan hadiah yang mampu merepresentasikan tingkat 'ketelitian' mereka.
Tembok kota kerajaan Kota Salju Melayang di Kutub Utara tampak kuno dan angker. Ketika Qin Yu, Duanmu Yu, Zhou Xian dan rombongan keluar dari pintu gerbang, mayoritas langsung berjalan menuju tempat tinggal masing-masing. Namun Zhou Xian justru mendekati Qin Yu.
"Apa yang direncanakan Zhou Xian ini?" Qin Yu berhenti, berbalik memandangi Zhou Xian.
Zhou Xian masih dengan wajah serius. Sepanjang pesta dia sama sekali tidak bicara. Dia berjalan mendekati Qin Yu, kilat menyambar di pupil matanya. Sorot matanya tiba-tiba menjadi tajam menusuk, menatap tajam Qin Yu: "Qin Yu, kau dengarkan baik-baik. Di kesempatan berikutnya, aku pasti menang. Kuota kedua pasti menjadi milikku."
Usai berkata, Zhou Xian langsung berbalik dingin dan pergi tanpa basa-basi.
Qin Yu dari awal hingga akhir memandang dingin semua ini. Mendengar ucapan Zhou Xian, justru dalam hatinya merasa lega. Karena sekali gagal langsung memperlihatkan wajah asli, rival seperti ini tidak terlalu berbahaya.
Duanmu Yu juga melirik Zhou Xian sejenak, lalu berjalan mendekati Qin Yu sambil tersenyum: "Saudara Qin Yu, hadiah kedua ini, kau pasti sudah mempersiapkannya sejak lama ya?"
"Duanmu, jangan-jangan kau juga sudah siap?" Qin Yu membalas bertanya.
Duanmu Yu tertawa: "Hehe, sama... sama... Kali ini aku menyiapkan dua opsi. Satu hadiah sudah dalam persiapan. Hadiah lainnya masih kukejar. Jika dalam sepuluh tahun berhasil mendapatkannya, perkiraanku kuota kedua ini akan diserahkan padaku."
"Percaya diri sekali?" Qin Yu terkejut.
Duanmu Yu tersenyum penuh keyakinan: "Jika hadiah ini bukan yang pertama, maka aku takkan banyak bicara lagi." Namun nada suaranya memancarkan keyakinan mutlak.
Di dasar hati Qin Yu, rasa penasaran mulai menggelora.
Hadiah apa sebenarnya yang ingin diperoleh Duanmu Yu ini? Dari nada bicaranya, begitu mendapatkan hadiah ini, dia pasti akan memenangkan kuota kedua.
"Saudara Qin Yu, pamit. Mari kita bertanding di Istana Maharaja Utara sepuluh tahun lagi." Duanmu Yu tersenyum.
Qin Yu mengangguk: "Nanti biarkan aku melihat sendiri hadiah macam apa yang dimaksud Saudara Duanmu itu?"
Persaingan adil!
Hanya... Baik Qin Yu maupun Duanmu Yu sama-sama tidak menyadari bahwa perkembangan hal ini akan masuk ke orbit yang sama sekali berbeda.
Di tengah hutan bambu yang rimbun, tiga saudara Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu duduk melingkar membahas hadiah apa yang paling unik.
Tiga saudara ini: Qin Yu berbaju hitam, Hou Fei berbalut emas, Hei Yu berbusana putih. Keberadaan mereka duduk bersama menciptakan efek visual yang sangat mengejutkan.
Setelah Hei Yu melatih 'Jalan Tombak Kilat', siapapun yang menatap mata Qin Yu akan merasakan kekacauan ruang-waktu.
Hei Yu mengalihkan pandangannya ke Qin Yu: "Kakak, ide monyet itu kau anggap kurang kreatif. Lalu bagaimana dengan rencanamu? Sebenarnya seperti apa konsepmu untuk hadiah kedua ini?"
"Kakak, jangan bertele-tele, cepat katakan!" Hou Fei di samping mulai panik.
Qin Yu tersenyum, baru menjelaskan: "Aku telah merenungkan lama. Dalam hati berpikir, hadiah ini harus dibuat dengan ketelitian. Maka bahannya harus yang paling langka. Semakin langka bahannya, semakin membuktikan ketelitianku."
Hou Fei dan Hei Yu mengangguk setuju.
"Bahan harus super langka dalam jumlah besar! Langka tapi banyak... tapi aku bisa dapatkan semuanya. Ini sudah mewakili kesungguhanku. Selain itu... aku akan menggabungkan semua bahan berharga ini untuk menempa sebuah harta karun. Harta inilah yang akan menjadi hadiahku." Qin Yu tersenyum.
"Harta macam apa?" Hou Fei dan Hei Yu serempak menatap Qin Yu.
Mereka penasaran, benda apakah yang bisa dibuat dari gabungan material langka dalam jumlah besar ini?
Qin Yu tersenyum lebar: "Bahan yang dibutuhkan untuk benda ini saja sudah lebih dari 10.000 jenis."
Hou Fei mengerutkan alis: "Segitu banyak? Kakak, untuk satu senjata langit biasa, puluhan jenis bahan saja sudah cukup. Bahan sebanyak itu mau kau buat apa?"
"Tempat tinggal, sekaligus lokasi pernikahanku dengan Li'er!" Qin Yu tersenyum kecil.
"Sebuah auditorium besar?" Hei Yu menebak, "Seperti Kuil Misteri?"
Qin Yu tertawa: "Kuil Misteri itu hanya karya kecil. Dengan bahan sebanyak ini ditambah material dasar, aku akan membangun kediaman mewah dengan kolam di tengahnya - dan kolam itu adalah Kerajaan Dewa Kedua."
"Kerajaan Dewa Kedua?" Hou Fei dan Hei Yu tertegun.
Qin Yu mata bersinar: "Benar, aku ingin semua jenis topografi Dewa, berbagai pegunungan di alam dewa, semuanya tercipta dalam Dewa Kedua-ku. Dengan penguasaanku dalam ruang formasi, membuat Dewa Kedua tidak sulit. Sebuah kediaman, bahkan kolam hiasannya adalah Dewa Kedua. Bagaimana menurut kalian?"
Hou Fei dan Hei Yu saling pandang.
"Lebih baik dari ideku. Hal seperti ini cuma Kakak yang bisa lakukan." Hou Fei memuji.
Menciptakan Dewa Kedua dengan pegunungan, perbukitan, kota yang persis sama. Yang mungkin berbeda, di dalamnya tidak ada Qi Dewa.
Dewa Kedua ini cuma sebuah kolam di dalam kediaman belaka.
"Xiao Yu." Suara Paman Lan terdengar dari kejauhan.
Qin Yu putar balik, siluet samar Paman Lan muncul di kejauhan.
"Xiao Yu, segel larangan apa yang kau gunakan? Mengapa tutur kata kalian tidak bisa kularik?" Jiang Lan terkejut sambil mendekat.
Tapi Qin Yu sangat memahami, ini hanyalah aplikasi dari 'kekuatan ruang'-nya semata.
“Oh, lupakan hal ini. Ada satu hal penting yang harus kusampaikan padamu.” Wajah Paman Lan terlihat sungguh-sungguh, “Duanmu Yu dan Zhou Xian sudah berangkat ke Zona Laut Selatan Dewa. Kuperkirakan... mereka berdua sedang mencari harta karun legendaris yang sangat unik bernama 'Cermin Ilusi'. Siapa pun yang mendapatkan benda ini, kuota kedua hampir pasti jatuh ke tangannya.”
“Cermin Ilusi?” Qin Yu tertegun, ia sama sekali belum pernah mendengar benda ini.
