Awan merah menyelimuti langit, petir pusaka menghujam turun.
Kabar tentang kemunculan pusaka Hong Meng kelas satu tak perlu disebarkan. Semua yang pernah mendengar kisah Dewa Tukang Che Houyuan menciptakan pusaka serupa di masa lampau pasti paham...
Di alam Dewa, telah lahir lagi satu pusaka Hong Meng kelas satu.
"Pusaka Hong Meng kelas satu? Di Kota Salju Melayang!" Di Kota Hukuman Guntur, Zhou Xian memandang jauh ke arah Kota Salju Melayang dengan ekspresi kompleks, "Jangan-jangan... Qin Yu itu..."
Hal ini sangat sederhana. Selain Dewa Tukang Che Houyuan yang hilang, hanya ada tiga master pembuat senjata di alam Dewa. Duanmu Feng dan Ou Yezi berada di Kota Hukuman Guntur.
Pusaka Hong Meng kelas satu yang baru ini hanya mungkin dibuat oleh Qin Yu, atau Che Houyuan yang muncul kembali.
Siapa pun yang membuatnya, Che Houyuan atau Qin Yu, maknanya sama saja. Karena Qin Yu adalah penguasa baru Kuil Misteri yang juga merupakan penerus Che Houyuan. Bahkan jika Che Houyuan yang membuatnya, tentu untuk membantu Qin Yu.
"Ayahanda Kaisar." Zhou Xian menoleh ke Zhou Huo di sampingnya.
Zhou Huo dengan ekspresi bermakna ganda berbisik: "Kau tetap di sini. Aku akan pergi ke Kota Salju Melayang untuk melihat situasi."
"Baik, Ayahanda Kaisar." Zhou Xian hanya bisa bertekad dalam hati. Sebelum akhir tiba, bagaimanapun dia takkan menyerah. Sementara itu, kedua master pembuat senjata yang masih berada di ruang dimensi yang dipertahankan Zhou Huo sama sekali tidak menyadari semua yang terjadi di luar.
Dalam ruang dimensi Zhou Huo, mereka sama sekali tidak bisa melihat kejadian di alam dewa.
Bukan hanya Maharaja Barat Laut Zhou Huo, Dongji Shenghuang Huangfu Yu, Dewa Xiu Luo, Maharaja Selatan... satu per satu ahli bergegas menuju Kota Salju Melayang.
Sebuah pusaka Hong Meng kelas satu cukup untuk menggoyang hati hampir semua raja dewa di alam dewa.
Kota Salju Melayang di Kutub Utara kini menjadi tempat berkumpulnya raja dewa terbanyak. Lebih dari separuh raja dewa di seluruh alam dewa berkumpul di sini.
Di dalam Istana Kayu.
"Tongkat kekuasaan itu?" Begitu Jiang Fan mendekat, pandangannya langsung tertuju pada tongkat yang melayang di udara. Namun Qin Yu dengan gerakan cepat menarik kembali tongkat itu.
Jiang Fan memandangi Qin Yu dengan senyuman: "Qin Yu, apakah tongkat itu adalah pusaka Hong Meng kelas satu yang baru?"
"Benar." Qin Yu mengangguk halus.
Terhadap Jiang Fan, Qin Yu memiliki kesan yang cukup baik di hati. Bagaimanapun juga, di Istana Maharaja Utara, Jiang Fan selalu mendukungnya. Terutama pada kesempatan sebelumnya, Jiang Fan secara tegas berpihak padanya.
"Siapakah yang menempa pusaka Hong Meng kelas satu ini?" Jiang Fan bertanya lebih lanjut. Dalam hatinya, Jiang Fan mengetahui hubungan Qin Yu dengan Che Houyuan, dan menduga kemungkinan Che Houyuan datang membantu Qin Yu.
Jiang Lan di samping tersenyum: "Tongkat ini memang ditempa langsung oleh Xiao Yu sendiri."
"Oh?" Sorot mata Jiang Fan yang memandang Qin Yu tiba-tiba berbinar-binar.
Dewa Tukang generasi baru!
Dalam benak Jiang Fan, status Qin Yu seketika melesat naik drastis. Matanya kemudian menangkap keberadaan Jiang Li yang tampak gelisah di sebelah Qin Yu.
“Oh, Li'er, kau juga di sini. Sepertinya sudah akrab dengan Qin Yu.” Jiang Fan tersenyum. Saat ini, keinginannya untuk menjadikan Qin Yu sebagai menantunya semakin kuat.
Menjadikan seorang Dewa Tukang generasi baru sebagai menantu lelaki - betapa indahnya hal itu.
Dewa Tukang baru, apa artinya ini? Artinya Kota Salju Melayang di Kutub Utara mungkin akan mendapatkan pusaka Hong Meng kelas satu baru! Meskipun membutuhkan bahan yang cukup, energi Hong Meng yang memadai, serta kondisi Qin Yu yang prima saat menempah. Walau memenuhi tiga syarat sekaligus sangat sulit, tapi setidaknya ada harapan, bukan?
“Paman, Paman Kedua.” Seorang pria muda berbaju jubah ungu masuk ke dalam ruangan.
Dia adalah Dewa ketiga Kota Salju Melayang, ‘Jiang Xing’. Sebagai anggota generasi kedua keluarga Jiang yang mampu mencapai tingkat Raja Dewa, ketekunan dan bakat Jiang Xing sungguh luar biasa.
“Tadi saya melihat awan merah menyelimuti langit, lalu melihat petir pusaka spiritual turun ke Kota Salju Melayang kami. Saya terus berpikir, di seluruh Kota Salju Melayang, yang mampu menempa pusaka Hong Meng kelas satu, kecuali Saudara Qin Yu, takkan ada orang lain.” Jiang Xing ini cukup antusias, sebagai Raja Dewa yang terhormat malah memanggil 'Saudara Qin Yu'.
Di alam Dewa, terhadap seorang Dewa Tukang, hampir semua Raja Dewa memperlakukannya secara sejajar, dengan penuh hormat.
Karena semua Raja Dewa ingin memiliki pusaka Hong Meng kelas satu.
Setelah dapat satu, ingin yang kedua. Yang belum punya, secara alami semakin ingin. Ini menjelaskan status Dewa Tukang. Sejak Dewa Tukang Che Houyuan hilang, banyak Raja Dewa kecewa. Kelahiran Dewa Tukang baru membuat lebih banyak Raja Dewa kembali memiliki harapan dalam hati.
Memegang satu pusaka Hong Meng kelas satu, di antara para Raja Dewa, itu adalah status terbaik/termewah.
Sebab… sebagian besar Raja Dewa masih berada di tingkat pertama Hukum Waktu yaitu 'percepatan waktu'. Hanya sedikit Raja Dewa yang sama sekali belum memahami 'Hukum Waktu'.
Hanya satu orang - Dewa Xiu Luo dari alam dewa!
Dia telah memahami tingkat kedua Hukum Waktu yaitu 'waktu diam membeku'! Karena alasan inilah Dewa Xiu Luo diakui sebagai Raja Dewa Pertama.
Dulu tanpa pusaka Hong Meng kelas satu, dengan kesaktian 'waktu diam membeku' saja dia sudah tidak takut pada Delapan Raja Suci. Apalagi setelah mendapatkan pusaka Hong Meng kelas satu, bahkan Delapan Raja Suci pun bukan lawannya.
"Haha, hari ini benar-benar ramai ya." Jiang Lan tiba-tiba tersenyum tipis.
Jiang Fan dan Jiang Xing juga ikut tersenyum. Jiang Fan menatap Jiang Lan: "Adik Kedua, para Raja Dewa itu ada di luar. Apa kita persilakan masuk?"
"Tuan-tuan, silakan masuk." Suara Jiang Lan bergema lantang.
“Para Raja Dewa itu masih cukup berhati-hati terhadap Jiang Lan. Kekuatan Jiang Lan... konon katanya, bahkan lebih kuat daripada Jiang Fan. Yang terpenting, pusaka Hong Meng kelas satu 'Pedang Luoyu' yang baru saja diperoleh Jiang Fan telah diberikan kepada Jiang Lan.
Bagaimanapun juga, memiliki satu pusaka Hong Meng kelas satu sudah cukup.
Jiang Fan memberikan Pedang Luoyu kepada Jiang Lan. Pertama, berharap hubungan antara mereka bisa membaik; kedua, untuk memperkuat kekuatan Kota Salju Melayang di Kutub Utara.
”Haha, aku benar-benar iri pada Saudara Jiang Fan.” Dengan tawa terbahak, seorang pria paruh baya berambut panjang merah darah masuk ke dalam. Dialah Maharaja Barat Gunung Api.
Di belakang Maharaja Barat ada satu orang lagi, juga berambut merah darah. Jelas, ini adalah Raja Dewa lain dari Gunung Api Barat.
“Qin Yu, di Gunung Xuanjin Timurku, kau tak berhasil membuat satu pun pusaka Hong Meng kelas satu. Baru setelah tiba di Kota Salju Melayang, kau memberi Jiang Fan 'Pedang Luoyu' sebagai hadiah. Kini bahkan kau berhasil menempa sendiri pusaka Hong Meng kelas satu. Ah, sungguh membuatku iri.” Dongji Shenghuang Huangfu Yu tersenyum sambil melangkah turun dari udara.
Di belakang Huangfu Yu, terlihat dua sosok lainnya.
Dewi Bunga Huangfu Liuxiang dan Shenwang Pedang Emas Huangfu Lei. Kedua dewa ini menyunggingkan senyum ramah ke hadapan semua orang, lalu memfokuskan pandangan mereka pada Qin Yu.
“Qin Yu, kemampuanmu semakin mengagumkan. Sudah kuduga, penilaianku tak pernah meleset.” Suara menggoda sang Ratu Darah yang memesona bergema sambil mendekat.
Qin Yu hanya bisa mengerahkan senyuman tipis.
“Ya Langit, jumlah Shenwang di sini terlalu banyak.” Dalam hati, Qin Yu merasakan meridiannya bergetar ketakutan.
Di antara Delapan Tanah Suci Dewa, Gunung Xuanjin Timur yang berhubungan dengan Qin Yu mengirimkan ketiga Raja Dewa mereka. Sedangkan wilayah lain umumnya hanya mengirim dua Raja Dewa, kecuali Kota Hukuman Guntur yang hanya mengirim Zhou Huo.
Mungkin Kota Hukuman Guntur menyadari, setelah sekian lama berseteru dengan Qin Yu, sang pemuda ini memang tidak punya simpati untuk mereka.
Selain Delapan Tanah Suci, tiga kekuatan para calon dewa juga mengirimkan beberapa Raja Dewa. Sorot mata para Raja Dewa ini ke arah Qin Yu terlihat sangat menyala-nyala.
"Qin Yu? Masih ingat aku?" Seorang pria berjubah abu-abu tersenyum ramah padanya.
Qin Yu tentu mengenali pria ini. Dialah yang dulu membawa pergi Hou Fei. Saat ini, pria berjubah abu-abu ini datang bersama Dewa Xiu Luo.
"Aku Raja Dewa Pingtian dari Laut Xiu Luo. Saat pertama bertemu, tak kusangka kau adalah penerus Che Houyuan. Sekadar kedipan mata, kini kau sudah sehebat ini." Pria itu mengangguk penuh kekaguman.
……
Seluruh Istana Kayu riuh rendah, jumlah Raja Dewa yang hadir melebihi dua puluh orang. Dulu di Istana Maharaja Utara, para Raja Dewa itu bertakhta di atas podium Istana Suci, jarang memperhatikan orang-orang di bawah.
Tapi sekarang...
Setiap Raja Dewa tersenyum ramah pada Qin Yu, sikapnya sangat baik tanpa terkecuali.
"Meski hanya selisih satu langkah, status Master Pembuat Senjata dan Dewa Tukang jauh berbeda." Qin Yu dalam hati menghela nafas melihat pemandangan ini.
Sangat wajar. Master Pembuat Senjata cuma bisa menempa senjata langit kelas atas, paling banter menghabiskan banyak bahan dan Qi Hong Meng untuk membuat pusaka Hong Meng kelas dua. Daya tarik pusaka kelas dua ini bagi ahli Raja Dewa tidaklah besar.
Berbeda dengan Dewa Tukang.
Hanya yang mampu menempa pusaka Hong Meng kelas satu-lah yang berhak menyandang gelar Dewa Tukang. Siapa di antara mereka yang tak ingin memiliki pusaka kelas satu?
Sejumlah besar Raja Dewa berkumpul, akhirnya mengadakan pesta pora mewah di ruang tamu besar Istana Kayu. Yang menghadiri perjamuan ini, selain Qin Yu, semuanya adalah Raja Dewa, bahkan Jiang Li pun tidak diundang.
Di Auditorium Utama, tersedia dua puluh empat posisi.
Tujuh belas di antaranya menjadi milik Delapan Keluarga Besar, enam posisi lagi dimiliki oleh tiga besar kekuatan para calon dewa, sedangkan posisi terakhir adalah milik Qin Yu.
Dalam pesta ini, Qin Yu menjadi orang yang paling mencolok di seluruh arena.
"Qin Yu." Dewa Xiu Luo tersenyum sambil mengangkat gelas dari kejauhan. Qin Yu segera membalasnya. Dewa Xiu Luo melanjutkan, "Saat Senior Che Hou menempa sebuah Hongmeng Lingbao kelas satu untukku dulu, pemandangan itu masih jelas terbayang. Tak disangka, murid penerus Senior Che Hou - dirimu, sudah menyamai kemampuan penempaannya dan menjadi Dewa Tukang generasi baru. Pasti Senior Che Hou akan sangat gembira mendengar kabar ini. Ngomong-ngomong, Qin Yu, di mana sekarang keberadaan Senior Che Hou?"
“Kalimat ini meluncur, seluruh ruang tamu langsung hening mencekam.”
Pergerakan Che Houyuan, ini adalah rahasia di dunia dewa. Bahkan para Raja Dewa pun tak bisa melacak keberadaannya.
Mereka tidak tahu, apalagi Qin Yu?
“Senior Che Hou sepenuhnya mengejar puncak seni merakit senjata spiritual. Untuk mencapai prestasi tertinggi dalam menempa ‘Pusaka Mahadewa’, beliau telah lama meninggalkan Kuil Misteri. Mengenai keberadaannya sekarang, aku benar-benar tidak tahu.” Qin Yu menjawab dengan jujur.
“Menempa Pusaka Mahadewa?”
Para Raja Dewa saling berpandangan, hati mereka dipenuhi keterkejutan. Jika benar Che Houyuan berhasil menciptakan ‘Pusaka Mahadewa’, itu akan menjadi hal yang sangat mengerikan.
“Saudara Che Hou dalam usahanya mengejar batas tertinggi seni merakit senjata, sungguh patut dihormati. Untuk itu, mari kita minum satu cawan!” Dewa Xiu Luo tersenyum lalu menenggak anggurnya.
Suasana pesta perjamuan ini tetap berlangsung dalam keharmonisan.
Semua orang tidak mengangkat topik meminta Qin Yu membantu mereka. Namun semua Raja Dewa diam-diam menjalin kedekatan dengannya. Setiap Raja Dewa bersikap sangat baik kepada Qin Yu.
Qin Yu hanya menghadapinya secara permukaan.
Tapi di dalam hati, Qin Yu sangat paham. Para Raja Dewa yang dulu merasa superior ini sekarang begitu menghormatinya, semata karena kemampuannya menempa pusaka Hong Meng kelas satu.
"Hanya dengan kekuatan, seseorang bisa mendapatkan penghormatan." gumam Qin Yu dalam hati.
Usai pesta, para Raja Dewa yang telah memahami inti persoalan berpamitan dengan hangat kepada Qin Yu sebelum satu per satu meninggalkan tempat.
"Qin Yu, sejujurnya, di dasar hatiku aku berharap kamu gagal dalam perjodohan ini." Ucap Dongji Shenghuang Huangfu Yu sambil tersenyum saat berpamitan.
Qin Yu hanya bisa tersenyum getir.
Dia sudah menebak kelanjutan ucapan Dongji Shenghuang.
“Seandainya kau kalah, kemungkinan besar kau akan menjadi menantuku. Tapi melihat situasi sekarang, peluangmu gagal terlalu tipis. Sungguh iri melihat si Jiang Fan itu. Lihat, betapa lebar senyumnya.” Huangfu Yu menunjuk ke arah Jiang Fan yang tak jauh.
Qin Yu hanya bisa tertawa kecil.
"Yang Mulia, meski aku telah menjadi menantu Kota Salju Melayang di Kutub Utara, posisiku sebagai Pangeran Kuil Lanxuan di Gunung Xuanjin tetap tak tergoyahkan. Jika di kemudian hari Paduka memerlukan bantuanku, aku takkan menolak." Qin Yu segera menyatakan kesetiaannya.
Dongji Shenghuang mengangguk halus: "Dengan pernyataanmu ini, hatiku menjadi tenang. Baiklah, aku akan kembali. Sampai jumpa di Istana Maharaja Utara nanti."
Istana Maharaja Utara?
Dalam hati, Qin Yu paham bahwa pertemuan berikutnya akan menentukan kuota ketiga.
"Kuota ketiga ini sudah pasti milikku," gumam Qin Yu. Mustahil pusaka Hong Meng kelas satu-nya tidak menang. Apalagi...
Para Raja Dewa itu, siapakah yang tidak ingin menjalin hubungan baik dengannya?
"Sepertinya beberapa Maharaja Suci yang memihak Zhou Xian sebelumnya pasti sudah sangat menyesal dalam hati. Bagaimanapun, manfaat yang diberikan Kota Hukuman Guntur pada mereka, mana bisa melebihi bantuan seorang Dewa Tukang?"
"Lalu berapa tenaga yang harus dikeluarkan untuk menghapus jarak itu setelah menyinggung seorang Dewa Tukang?"
"Musuhan dengan Dewa Tukang? Hanya orang gila yang mau bermusuhan dengan Dewa Tukang."
"Masih ada waktu cukup lama sebelum penilaian kuota ketiga. Selama periode ini, aku akan mengumpulkan lebih banyak bahan langka, lalu dikombinasikan dengan Qi Hong Meng yang 'tak terbatas' untuk menempa lebih banyak Hongmeng Lingbao." Qin Yu langsung menetapkan tekad dalam hatinya.
