Bab 17 Darah Raja Dewa – Bab 11 Menyaksikan Para Raja Dewa

　　Danau Jernih, salah satu dari Delapan Tanah Suci di alam dewa. Keturunan Delapan Keluarga Dewa memiliki keunikan yang luar biasa - seperti Gunung Api Barat yang menguasai energi api, atau Gunung Xuanjin Timur yang ahli dalam energi logam. 　　Danau Jernih di barat daya ini, mengkhususkan diri pada penguasaan energi air! 　　Gas Han Meng merupakan manifestasi kesempurnaan energi air! 　　Dulu butiran emas saja bisa membekukan jiwa, apalagi avatar Qin Yu yang tercipta dari fusi butiran emas dan inti teratai Sembilan Daun - dua pusaka air legendaris. Serangannya bahkan lebih mematikan dari butiran emas, efek gas Han Meng terhadap jiwa sungguh mengerikan. Wajar Zhou Tong terluka parah setelah menerima jurus ini! 　　Seluruh medan perang tiba-tiba hening mencekam. 　　Luar biasa, Qin Yu berhasil mengalahkan Zhou Tong. Zhou Tong bukanlah Zhou Ran yang hanya Raja Dewa pemula. Zhou Tong bahkan telah mulai memahami Hukum Percepatan Waktu! 　　“Seorang Dewa Bagian Atas, bisa melakukan lompatan ruang, bahkan mengalahkan Raja Dewa yang memahami hukum waktu. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?” Zhou Xian dipenuhi dendam kesumat dalam hati. 　　Saat ini, Zhou Xian merasa semua ini terlalu tidak adil. 　　Mengapa orang picik dari dunia mortal dulu, kini bahkan bisa mengalahkan Raja Dewa! Mengapa orang picik itu, kini tumbuh hingga bisa memandang rendahnya sejauh ini. 　　“Ayahanda.” Zhou Xian memandangi Zhou Huo. 　　Zhou Huo saat ini justru menatap tajam Qin Yu berbaju biru, mengernyitkan alis. 　　“Qin Yu, bukankah avatarmu sudah kuhancurkan dengan ‘Penghancuran Ruang’?” Zhou Huo tiba-tiba membuka mulut. Ia masih ingat jelas kejadian di Istana Maharaja Suci. 　　“Hanya dengan Penghancuran Ruang, kau ingin menghancurkan avatarku? Tepat, asumsi orang-orang.” Qin Yu tertawa ringan, sementara postur tubuhnya bergerak dan langsung berada di samping Jiang Li. 　　Zhou Huo mendengar ucapan Qin Yu, wajahnya berubah drastis, kilatan aura pembunuhan terlihat di matanya. 　　“Saudara Zhou Huo, jangan-jangan kau ingin melakukan perang roda lagi?” Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' di samping tertawa pendek sambil berkata. Alis Zhou Huo langsung mengkerut saat menatap Dewa Xiu Luo 'Luo Fan'. 　　“Saudara Luo, kekuatan Qin Yu ini sudah kau lihat sendiri, jelas-jelas ahli tingkat Raja Dewa. Terus-menerus mengalahkan dua Dewa dari Kota Hukuman Guntur kami. Apakah kami harus diam saja? Apalagi, sepertinya Qin Yu sama sekali tidak cedera.” Zhou Huo memandangi Qin Yu. 　　Bagi para ahli, selama jiwa tidak terluka, cedera biasa bisa diabaikan. 　　“Haha, Zhou Huo, ucapanmu sangat masuk akal.” 　　Avatar Qin Yu berbaju hitam tiba-tiba tertawa lantang. Sementara avatar berbaju hijau bagai kabut menghilang. Semua orang tak bisa lagi melihat avatar hijau ini. 　　“Total ada empat Dewa di Kota Hukuman Guntur. Sekarang aku sudah kalahkan dua. Dua sisanya, jika ingin menantangku, kapan saja boleh.” Qin Yu berkata dengan senyuman tipis. 　　Nada suara Qin Yu memancarkan perasaan angkuh. 　　"Qin Yu, jangan kau terlampau lancang!" Zhou Xian yang sudah lama menahan amarah tiba-tiba menghardik marah. 　　Ratu Darah 'Yu Sha' melirik Zhou Xian dan mengejek: "Saudara Zhou Huo, di sini berkumpul banyak Raja Dewa. Banyak yang belum bicara, tapi putramu sudah berani menyela. Apakah dia tidak tahu hierarki?" 　　Alis Zhou Huo berkerut halus. 　　"Hehe..." Banyak Raja Dewa di tempat itu tertawa, sambil melirik ke arah Zhou Xian. Di antara orang-orang yang berada di angkasa atas Laut Timur saat ini, status Zhou Xian memang paling rendah. Meski Qin Yu bukan Raja Dewa, kekuatannya telah diakui semua orang. 　　Zhou Huo juga merasa malu. 　　"Xian'er." Zhou Huo menatap putranya. Zhou Xian memahami maksud ayahnya, hanya bisa menahan amarah dan berdiri di samping Zhou Huo tanpa berkata-kata. 　　Di arena, tiga kekuatan besar calon dewa bersatu padu. Dari Delapan Tanah Suci, hanya Gunung Xuanjin Timur dan Kota Bawah Tanah yang menjadi penonton. Lima Tanah Suci sisanya memandang ke arah Kota Hukuman Guntur. 　　"Saudara Jiang Fan, putri Li'er ini adalah anakmu. Menurutmu apa yang harus kami lakukan?" Zhou Huo sengaja melibatkan Jiang Fan dalam masalah ini. 　　Jiang Fan yang selama ini diam di samping, terpaksa terbang mendekati Zhou Huo. Matanya menyapu Qin Yu dan Jiang Li, terhenti sejenak di perut Li'er sebelum akhirnya menatap langsung: "Li'er, ikut aku pulang." 　　"Tidak." Jiang Li menggelengkan kepala dengan tegas. 　　"Jiang Fan, apa yang kau rencanakan!" Suara Qin Yu bergemuruh penuh amarah. Sejak proses perjodohan dulu, ia telah menyimpan kebencian terhadap Jiang Fan yang menolaknya meski semua upaya sudah dilakukan secara sempurna. 　　Tapi akhirnya? 　　"Jiang Fan masih memilih Zhou Xian. Dia bahkan mengatakan mas kawin Zhou Xian lebih baik darinya." 　　"Qin Yu, aku belum menghitung perbuatanmu!" Sinar dingin berkilat di mata Jiang Fan sambil memandang dingin ke arah Qin Yu, "Saat ini aku sedang berbicara dengan putriku. Diamlah di samping! Ingat, Jiang Li adalah putriku!" 　　Saat ini, aura Jiang Fan mulai membara. 　　Ekspresi wajah Jiang Li terlihat sangat kompleks. 　　"Li'er, jangan khawatir. Tak seorang pun bisa merebutmu dariku." Qin Yu berbisik lembut. Jiang Li mengangguk halus, barulah sedikit tenang. 　　Qin Yu memalingkan pandangan ke Jiang Fan. 　　Kemudian menatap Zhou Xian, tiba-tiba menyeringai: "Zhou Xian, Jiang Fan, haha... Sungguh konyol, sangat konyol!" 　　"Apa yang kau tertawakan?" Alis Jiang Fan berkerut. 　　Saat ini Jiang Fan juga merasakan ketidaknyamanan. Karena respons Jiang Li tadi jelas lebih patuh pada Qin Yu, bahkan menunjukkan penolakan terhadap ayah kandungnya sendiri. 　　“Apa yang kau tertawakan?” Tangan kanan Qin Yu menggenggam tangan Li'er, sementara tangan kirinya menunjuk ke arah Jiang Fan dan Zhou Xian, "Kalian berdua, satu mengaku sebagai ayah Li'er, yang lain bahkan ingin menjadi suami Li'er." Saat mengucapkan ini, amarah menggelegak di dasar hati Qin Yu. 　　Bagaimanapun, menurut pengumuman resmi Jiang Fan, Li'er adalah istri Zhou Xian. 　　Inilah yang paling membuat Qin Yu marah. 　　"Jiang Fan, saat kau memilih menantu dulu, kau memilih Zhou Xian. Aku ingin bertanya, saat kau memilih Zhou Xian, apakah kau pernah memikirkan perasaan putrimu sendiri?" Qin Yu menatap tajam Jiang Fan. 　　Jiang Fan tercekat, sejenak tak bisa mengeluarkan kata. 　　Qin Yu kembali memandang Zhou Xian: "Zhou Xian, kau ikut perjodohan ini, ingin menjadi suami Li'er. Tapi... apakah benar dalam hatimu ada cinta untuk Li'er? Bisakah kau rela melepaskan pusaka Hong Meng kelas satu demi Li'er? Tegakah kau?" 　　Wajah Zhou Xian seketika berubah pucat. 　　"Dengan para Raja Dewa hadir di sini, Zhou Xian juga belum memiliki keyakinan untuk berbohong di hadapan begitu banyak Raja Dewa." 　　"Hmph, seorang ayah yang bahkan tidak mempertimbangkan perasaan putrinya sendiri dalam pernikahan, dan seorang suami yang menikah hanya untuk menjadi Raja Dewa. Jiang Fan, beraninya kau ikut campur di sini? Zhou Xian, beraninya kau berteriak-teriak padaku? Apalagi Li'er telah resmi menikah denganku. Dan dia sudah mengandung anakku, dia istriku, orang-orangku. Paham?" 　　Qin Yu menyapu pandangannya ke wajah Jiang Fan dan Zhou Xian secara bergantian. 　　Baik Jiang Fan maupun Zhou Xian gemetar karena emosi oleh ucapan Qin Yu, dada mereka dipenuhi kemarahan namun tak mampu membantah. 　　"Li'er, mereka sudah kehilangan kendali. Pulanglah dulu... Aku akan menemanimu sebentar lagi." Qin Yu berbisik lembut pada Li'er. Jiang Li juga paham kehadirannya hanya akan mengganggu konsentrasi Qin Yu. 　　"Suamiku, kau juga harus hati-hati." 　　Qin Yu menganggukkan kepala, dengan menggerakkan hatinya, sosok Jiang Li pun lenyap dari udara. 　　“Jangan terburu-buru, hari ini aku di sini. Siapapun di antara kalian yang ingin bertarung denganku, bahkan pertarungan beruntun sekalipun, aku siap menemani. Tentu... jika kalian benar-benar tak sanggup melawanku, tidak tahu malu menyerbu bersama-sama, aku juga akan menghadapinya dengan seluruh kekuatan.” Qin Yu mengibaskan lengannya, sebuah kursi malas muncul tiba-tiba di udara. 　　Qin Yu duduk mengambang di atas kursi itu, tersenyum memandang para Raja Dewa di sekelilingnya. 　　Meski dikelilingi sekelompok Raja Dewa, Qin Yu tetap duduk tersenyum memandangi mereka, sama sekali tidak khawatir. Kelas dan keberanian ini membuat banyak Raja Dewa dalam hati mengaguminya diam-diam. 　　Jiang Fan menarik napas panjang, menahan amarah yang menggelegak di dadanya. 　　Jiang Fan dan Zhou Huo di sampingnya saling memandang. Keduanya merasakan situasi genting. Kini saat Qin Yu duduk seperti ini, apa yang harus mereka lakukan? 　　“Saudara Zhou Huo, sekarang bagaimana cara menghadapi Qin Yu ini?” Jiang Fan berkata melalui komunikasi telepati. Saat ini dia dan Zhou Huo hanya bisa berkomunikasi secara telepati, mereka tidak berani mengatakannya langsung. 　　Zhou Huo juga merasa kesal. 　　Sama sekali tidak disangkanya, dalam rencana semula, Qin Yu yang seharusnya bisa dihilangkan dengan mudah ternyata sangat sulit. Bahkan adik keduanya 'Zhou Tong' terluka parah oleh Qin Yu. 　　“Qin Yu ini sangat sulit dihadapi,” Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati sambil memandangi sosok Qin Yu yang duduk santai di udara di atas kursi, sama sekali tidak menghiraukan para Raja Dewa. 　　Jiang Fan juga setuju: “Tombak panjang Qin Yu itu belum dikeluarkan kan? Hanya dengan avatar-nya saja, dia sudah bisa mengalahkan Zhou Tong. Jika tombak itu dikeluarkan, bahkan jika kau atau aku yang maju, akan sangat sulit untuk mengalahkannya.” 　　Dada Zhou Huo terasa seperti diremas. 　　Meski tak ingin mengakuinya, Zhou Huo harus menerima kenyataan yang diungkapkan Jiang Fan. Bahkan tanpa menggunakan Tombak Sisa Salju, Qin Yu mampu mengalahkan Zhou Tong. Kekuatannya benar-benar luar biasa. 　　"Jiang Fan, menurutmu bagaimana mungkin Qin Yu yang bahkan bukan Raja Dewa ini memiliki kekuatan sehebat ini?" Suara Zhou Huo terdengar geram. 　　Kemampuan Qin Yu yang tak terduga ini membuat seluruh rencana Zhou Huo berantakan. Saat ini, sang Maharaja Barat Laut itu benar-benar tak siap menghadapi situasi ini. 　　…… 　　Jiang Fan dan Zhou Huo tampak bimbang, sementara Maharaja Selatan dan Maharaja Barat dengan bijak memilih untuk tidak ikut campur. 　　Memperhatikan ekspresi kedua maharaja itu, senyum tipis mengembang di sudut bibir Qin Yu: "Maharaja Suci? Status terhormat? Hari ini, kehormatan itu akan kuremukkan dengan tanganku sendiri!" 　　Setelah lama bersembunyi di alam semesta barunya, inilah saatnya Qin Yu menunjukkan taringnya dengan penuh kewibawaan dalam debut pertarungannya! 　　Semua berjalan persis sesuai skenario yang telah direncanakan Qin Yu. 　　Zhou Huo dan kawan-kawan salah memperkirakan kekuatan mereka sendiri. Awalnya mereka hanya mengirim Raja Dewa biasa. Setelah kalah dua kali berturut-turut, faksi Zhou Huo telah berada dalam kekurangan absolut. 　　"Zhou Huo, kau memikirkan apa? Jika Kota Hukuman Guntur kalian tak ingin menantangku, aku akan meninggalkan tempat ini." Suara lantang Qin Yu menggema. 　　Ratu Darah mengeluarkan decak kagum: "Wuih... Pandanganku memang tajam dulu. Saudara Qin Yu, kau benar-benar luar biasa." 　　Diam. 　　Faksi Kota Hukuman Guntur terus-menerus membisu. Beberapa Raja Dewa mereka, termasuk Jiang Fan, merasa malu dan marah sampai ke tulang sumsum. Tapi apa yang bisa mereka lakukan? 　　Pertarungan bergilir? 　　Atau tindakan lebih tidak tahu malu dengan menyerang secara massal? 　　“Saudara Jiang Fan, Jangan peduli itu semua. Bagaimanapun, pihak calon dewa memang selalu bertentangan dengan kami.” Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati, “Qin Yu ini merebut Jiang Li dengan paksa di Istana Maharaja Suci, bahkan telah dinodainya. Ini adalah kejahatan yang pantas dihukum mati. Untuk penjahat seperti ini, perlu apa kami membuang waktu? Langsung saja kita serang bersama dan bunuh dia.” 　　Serangan kelompok! 　　Inilah keputusan Zhou Huo. Awalnya mengira Qin Yu hanya seorang Dewa Bagian Atas, Zhou Huo masih mempertimbangkan metode penanganannya dengan menjaga wajah. 　　Tapi saat ini, merasakan ancaman mematikan dari Qin Yu, Zhou Huo takkan peduli lagi dengan reputasi. Seperti saat membunuh Shenghuo Shenwang dulu, meski harus menyerang beramai-ramai, lalu bagaimana? 　　Meski Jiang Fan merasa metode ini tidak tepat, tapi apa lagi yang bisa dilakukan? 　　“Baik,” Jiang Fan mengangguk setuju. 　　Zhou Huo mengangguk halus, kemudian menatap Qin Yu, kilatan kejam terlihat di matanya. Suaranya bergema lantang: "Qin Yu, Maharaja Utara membuka sayembara pernikahan terbuka, dinilai oleh tiga belas dewa. Baik proses maupun hasilnya, semuanya sangat adil dan jujur." 　　Mendengar ini, senyum sinis muncul di wajah Qin Yu. 　　Keadilan? Masih berani bicara tentang keadilan? 　　Zhou Huo tak menghiraukan yang lain, tiba-tiba menunjuk Qin Yu dengan satu tangan: "Sedangkan kau Qin Yu... di Istana Maharaja Suci merebut Jiang Li dengan paksa, bahkan berusaha membunuh putraku Zhou Xian. Kini kau bahkan telah menodai Putri Jiang Li hingga membuatnya hamil! Kejahatanmu tak terampuni, dosamu tak tertebus! Hari ini, aku—" 　　"Oh, mau mengulang tragedi pembunuhan Dewa Kehidupan dulu ya?" Suara datar tiba-tiba memotong ucapan Zhou Huo. 　　Yang berbicara adalah Dewa Xiu Luo 'Luo Fan'. 　　Luo Fan melirik Zhou Huo: "Zhou Huo, tahun itu kalian Delapan Keluarga Dewa memang bertindak sangat cepat. Aku bahkan tidak sempat menyelamatkan Zuo Qiumei. Hari ini, di hadapanku, kau masih berani menyerang secara massal? Haha..." 　　Tertawa terbahak Luo Fan menggema. 　　"Haha..." Tawa itu terus bergema di antara langit dan bumi. Zhou Huo mendengus dingin, namun dengusnya tiba-tiba terhenti di tengah jalan. 　　Angin membeku, bahkan getaran ruang pun diam tak bergerak. Segala sesuatu di seluruh ruang itu berhenti total. 　　"Apa yang terjadi?" Qin Yu terkejut dalam hati. 　　Qin Yu merasakan dengan jelas tubuhnya tak bisa bergerak. Perasaan aneh itu bukan berasal dari penahanan ruang, ia yakin betul akan hal itu. 　　"Hubungan dengan alam semesta baru masih ada." Lega dalam hati Qin Yu. Ia sangat yakin, hanya dengan satu niat ia bisa langsung kembali ke alam semesta baru. 　　“Sepertinya yang lain juga tidak bisa bergerak, apa yang terjadi?” Qin Yu menebak dalam hati, tiba-tiba terlintas sebuah prediksi—— 　　Waktu diam membeku! 　　“Inikah yang disebut waktu diam membeku?” Qin Yu bergumam dalam hati. 　　Namun kekuatan ruang alam semesta baru-nya tidak terpengaruh oleh 'waktu diam membeku'. Dengan cermat Qin Yu merasakan getaran itu, beberapa saat kemudian hatinya mulai memahami: "Waktu diam membeku, rupanya membuat aliran waktu di suatu zona berhenti total. Saat aliran waktu berhenti, getaran ruang dan segala sesuatu akan membeku. Begitulah makna waktu diam membeku." 　　“Hmph!” 　　Maharaja Utara Jiang Fan, Maharaja Barat Laut Zhou Huo, Dongji Shenghuang Huangfu Yu, Maharaja Selatan... kilatan cahaya berkedip di permukaan tubuh masing-masing maharaja suci. 　　Cahaya yang berkedip di permukaan tubuh Jiang Fan berwarna hitam, Zhou Huo memancarkan kilat, Huangfu Yu memancarkan cahaya emas... Begitu beberapa maharaja suci bertindak, aliran waktu di seluruh ruang kembali normal. 　　“Darah Delapan Keluarga Dewa, digabungkan dengan pusaka spiritual keluarga, kekuatan mematikannya memang luar biasa. Bahkan ‘waktu diam membeku’ bisa dihancurkan.” Luo Fan memuji dengan suara lantang. 　　Di arena, wajah Delapan Raja Suci menjadi suram. 　　“Tapi ini Delapan Raja Suci yang bertindak bersama. Jika aku menyerang salah satu dari kalian sendirian, menghancurkan ‘waktu diam membeku’ mungkin butuh waktu lebih lama.” Luo Fan berkata dengan senyuman tipis. 　　Delapan Raja Suci sangat paham. 　　Satu lawan satu, tak ada yang bisa menandingi Luo Fan. 　　Bagaimanapun, menghancurkan ‘waktu diam membeku’ bukan perkara mudah. Apalagi jika seorang Raja Suci menghadapi jurus ini sendirian, pasti membutuhkan waktu cukup lama. Sementara itu, Luo Fan sudah bisa meregut nyawanya. 　　“Luo Fan, apa rencanamu? Katakan.” Zhou Huo menatap Luo Fan. 　　Ekspresi Luo Fan tiba-tiba membeku: “Jika kalian ingin duel satu lawan satu untuk membunuh Qin Yu secara frontal, aku tak akan ikut campur. Tapi hari ini, jika berani menyerangnya secara beramai-ramai di hadapanku... Hmph… kalian boleh mencoba.” 　　Wajah Jiang Fan, Zhou Huo, dan yang lain berubah pucat. 　　Begitu Luo Fan mengucapkan kalimat ini, Jiang Fan dan Zhou Huo langsung menyadari bahwa hari ini mustahil membunuh Qin Yu. 　　"Qin Yu." Luo Fan memalingkan pandangan ke arah Qin Yu. 　　Qin Yu juga berdiri dari kursinya, tersenyum kecil pada Luo Fan: "Dewa Xiu Luo, terima kasih atas bantuanmu. Sebenarnya, meski mereka menyerang beramai-ramai, aku tetap takkan gentar." 　　"Kau keliru, Qin Yu." Luo Fan berkata dengan sungguh-sungguh, "Delapan Raja Suci ini, meskipun karakter mereka buruk, pusaka spiritual keluarga yang dikombinasikan dengan darah spesial mereka memiliki kekuatan mematikan yang mengejutkan." 　　Qin Yu mengangguk halus, namun dalam hati sama sekali tidak menganggap serius. 　　"Qin Yu, jangan terlalu lengah. Pusaka spiritual delapan keluarga dewa memiliki efek khusus 'membekukan ruang'. Begitu area sekelilingmu membeku, getaran ruang di lokasi itu akan berhenti. Kau takkan bisa melakukan lompatan ruang. Bayangkan akibatnya jika tak bisa melompat. Inilah alasan mengapa Shenghuo Shenwang dulu tak bisa melarikan diri." Luo Fan mengingatkan dengan baik hati. 　　Membekukan ruang? 　　Qin Yu teringat kemampuan Dewa Bagian Tengah. Dewa Bagian Bawah bisa terbang, sementara Dewa Bagian Tengah telah menguasai domain ruang. Dalam domain ini, kekuatan ruang bisa digunakan untuk menekan lawan. 　　Penggunaan tekanan kekuatan ruang ini juga disebut 'memblokir ruang'. Memblokir ruang dan membekukan ruang adalah dua konsep berbeda. 　　Membekukan ruang berarti mengunci suatu area ruang-waktu secara permanen. Ruang di area itu tak lagi memiliki getaran, sehingga kehilangan koneksi dengan ruang di sekitarnya. 　　"Membekukan ruang membuat lompatan mustahil, ternyata begitu!" Qin Yu akhirnya paham dalam hati. 　　"Lompatan ruang? Jika bahkan ruang sudah dibekukan, bagaimana mungkin melakukan lompatan ruang?" 　　"Tapi..." Qin Yu sama sekali tidak khawatir, "Yang kalian bekukan hanyalah kekuatan ruang di Dewa yang terus bergetar. Bagaimana mungkin kalian membekukan kekuatan ruang alam semesta baruku?" 　　Qin Yu penuh percaya diri. 　　Bukankah dirinya adalah penguasa alam semesta baru? Mungkinkah orang lain bisa membekukan kekuatan ruangnya sendiri? 　　"Qin Yu, jika kau bersedia, bisa bergabung dengan Laut Xiu Luo-ku. Aku jamin... takkan ada yang berani menyerangmu." Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' tiba-tiba mengusulkan. 　　Jiang Fan, Zhou Huo dan rombongannya terkejut. 　　"Jika Qin Yu benar-benar bergabung dengan Laut Xiu Luo, ini akan jadi masalah besar." Zhou Huo mulai gugup. Kengerian Luo Fan telah teruji dengan darah para Raja Dewa, tak ada yang meragukannya. 　　Saat itu, hati Qin Yu berdesir. 　　Bergabung dengan Laut Xiu Luo? 　　Qin Yu mengakui ini usulan yang sangat menggoda. Namun di dasar hatinya, ia tetap ingin mengandalkan kemampuannya sendiri. 　　“Dewa Xiu Luo, usulanmu akan kuperhatikan.” Qin Yu tersenyum. 　　Luo Fan merasa kecewa di hati, namun tetap menganggukkan kepala dengan senyuman. 　　…… 　　Pandangan Qin Yu menyapu para raja dewa Kota Hukuman Guntur, lalu melirik Jiang Fan, sama sekali mengabaikan Zhou Xian. Dengan senyuman dingin ia berkata: "Karena Kota Hukuman Gunturmu tak berani bertarung satu lawan satu denganku, aku Qin Yu juga malas memedulikan kalian di sini. Pamit!" 　　"Dewa Xiu Luo, Ratu Darah, Tuan-tuan... pamit." Qin Yu menganggukkan kepala kepada para raja dewa dari tiga kekuatan besar calon dewa sambil tersenyum, lalu seluruh tubuhnya lenyap tanpa bekas di udara. 　　Zhou Huo dan Jiang Fan hendak berkata sesuatu, namun Qin Yu sudah menghilang. Mereka tak sempat menanggapi lebih lanjut. 　　"Kota Hukuman Guntur, kali ini benar-benar mempermalukan diri!" Suara tawa Ratu Darah bergemerincing seperti bel perak, bersamaan dengan itu tubuhnya juga melakukan lompatan ruang menghilang. 　　"Saudara Zhou Huo, Saudara Jiang Fan, Tuan-tuan... pamit undur diri." Luo Fan juga menangkupkan tangan, lalu menghilang seketika. 　　Enam Raja Dewa dari pihak calon dewa menghilang hanya sekejap, menyisakan belasan Raja Dewa dari Delapan Raja Suci. Di wajah mereka terpancar senyum getir. 　　Akhirnya para Raja Dewa saling berpamitan, satu per satu meninggalkan tempat. 　　Dalam insiden ini, tak ada Raja Dewa dari pihak lain yang cedera. Hanya di Kota Hukuman Guntur, dari empat Raja Dewa, dua di antaranya mengalami luka parah! 　　Waktu terus mengalir. Kabar tentang Qin Yu yang muncul di angkasa atas Laut Timur alam dewa dan terlibat pertempuran beruntun dengan dua Raja Dewa Kota Hukuman Guntur, segera menyebar ke seluruh alam dewa. 　　Penduduk Kota Hukuman Guntur diliputi kemarahan. 　　Mereka juga bisa menebak bahwa kabar ini kemungkinan besar disebarkan oleh pihak calon dewa. 　　Sejak kabar tersebut tersebar luas, tak terhitung orang di seluruh alam dewa membicarakannya. Bahkan banyak ahli bela diri mulai memuja Qin Yu dalam hati. 　　Master Formasi, Dewa Tukang Penempaan, bahkan dengan tingkat Dewa Bagian Atas, berhasil mengalahkan dua Raja Dewa secara berturut-turut. 　　Semua ini membuat Qin Yu dipenuhi aura misterius. Terutama fakta bahwa Dewa Bagian Atas mampu mengalahkan Raja Dewa, hal yang sama sekali tak terbayangkan di masa lalu. 　　Sejak kemunculan alam dewa, ada sebuah pepatah: 　　"Di hadapan Raja Dewa, para Dewa hanyalah bagai serangga kecil. Tak satu pun Dewa mampu mengalahkan Raja Dewa, bahkan jumlah mereka sebanyak apa pun tak berguna." 　　Pepatah ini bahkan dianggap sebagai 'hukum pasti', namun kini Qin Yu telah menghancurkan hukum ini. 　　…… 　　Waktu terus mengalir, ratusan tahun berlalu dalam sekejap mata. 　　Selama ratusan tahun ini, seluruh alam dewa relatif tenang. Hanya sering muncul rumor-rumor, kadang mengatakan Qin Yu muncul di Kota Salju Melayang, kadang lagi ada yang mengaku melihatnya di Kota Hukuman Guntur. 　　Singkatnya... 　　Qin Yu menjadi sosok paling mencolok di alam dewa. Banyak pemuda di dunia dewata mengaguminya, sebaliknya memandang remeh orang-orang seperti Zhou Xian. 　　Di sebuah rumah makan di Kota Weichi. 　　Di lantai dua rumah makan, belasan orang duduk terpencar. Saat ini, suara langkah kaki terdengar dari tangga. Tampak tiga pemuda masuk secara berurutan. 　　"Bos, cepat sajikan minuman dan hidangan enak!" 　　Salah satu pemuda berbaju emas itu langsung berteriak. Banyak pengunjung yang mengerutkan alis memandanginya. Namun si pemuda emas justru menyapu pandangannya dengan sikap lancang, sama sekali tidak menggubris. 　　"Fei Fei, duduklah." Qin Yu bersuara. 　　Ini adalah pertama kalinya Qin Yu kembali ke dunia Dewa setelah ratusan tahun sejak Pertempuran Laut Timur dulu. Kali ini, ia juga membawa Hou Fei dan Hei Yu. 　　"Kakak, jangan khawatir. Pasti tidak ada yang terjadi pada kakak ipar." Hei Yu berbisik lembut. 　　Qin Yu mengerahkan senyuman tipis. 　　Sebenarnya Qin Yu datang ke dunia Dewa untuk menyegarkan pikiran. Lebih dari seratus tahun lalu, Qin Yu dan avatar-nya akhirnya sepenuhnya memahami hukum ruang yang ditinggalkan Zuo Qiumei. 　　Namun, hukum ruang yang diajarkan Zuo Qiumei kepada Qin Yu hanyalah separuh. Separuh lainnya berada pada Li'er. 　　Sekitar belasan tahun setelah Qin Yu sepenuhnya memahami separuh hukum itu, pada suatu kali setelah kultivasi ganda Yuan Ying Jiwa dengan Li'er, dua tetes 'Soul of Life's Tear' di dalam tubuh Li'er mulai menyatu. 　　Penyatuan ini justru membuat Qin Yu sangat khawatir. 　　Karena... Jiang Li tiba-tiba memasuki kondisi yang sangat spesial. Qin Yu tidak berani sentuh sedikitpun, hanya bisa menunggu di samping. Begitu menunggu, seratus tahun telah berlalu. Kecemasan Qin Yu memuncak, maka kali ini dia mengajak Hou Fei dan Hei Yu untuk rehat sejenak. 　　…… 　　"Konon Tuan Qin Yu muncul di Kota Weichi." Tiba-tiba ucapan dari dalam rumah makan membuat ketiga saudara Qin Yu tertegun. 　　Ketiganya serentak menoleh ke arah sumber suara. 　　"Lihatlah, seorang pria berjubah kuning berkata dengan penuh semangat: "Baru kemarin, saudaraku di Gunung Mini area Kota Weichi melihat seorang pemuda berjubah hitam. Saudaraku dulu pernah di Kolam Naga Hitam dan pernah menyaksikan langsung Tuan Qin Yu. Pasti dia tidak salah lihat. Tampaknya Tuan Qin Yu masih memiliki ikatan emosi dengan Gunung Mini." 　　Qin Yu, Hou Fei, dan Hei Yu saling memandang, tertegun sejenak. 　　"Gunung Mini? Bukankah aku baru tiba di Dewa hari ini?" Qin Yu dalam hatinya antara ingin tertawa dan menangis. 　　"Nah, puluhan tahun lalu, guru dari paman saya, guru dari paman saya itu tahu kan?" tambah seorang pria berjubah hitam lainnya. 　　"Tahu, kau sudah cerita berulang kali. Guru pamamu adalah Dewa Bagian Bawah. Benar kan?" pria berjubah kuning itu tersenyum. 　　Pria berjubah hitam mengangguk: "Guru paman saya adalah pengawal dewa dari Kota Hukuman Guntur. Dia pernah menyaksikan langsung seorang pemuda berjubah hitam muncul di Kota Hukuman Guntur dan memasuki kediaman Zhou Xian." 　　“Zhou Xian？”Ekspresi wajah pria berjubah kuning tak terbendung memancarkan celaan,”Orang seperti itu berani bersaing memperistri Tuan Qin Yu, benar-benar mencari malu sendiri. Ngomong-ngomong, lanjutkan ceritanya. Tuan Qin Yu, eh maksudku pemuda berjubah hitam itu setelah memasuki kediaman Zhou Xian, lalu apa yang terjadi?” 　　…… 　　Mendengar percakapan itu, Qin Yu hanya bisa tersenyum pasrah. 　　Banyak cerita tentang Qin Yu yang beredar di alam para dewa, dikisahkan dengan detail seolah-olah mereka sendiri yang menyaksikan. Kisah-kisah itu membuat Qin Yu sendiri curiga apakah dirinya pernah sleepwalking ke tempat-tempat tersebut. 　　“Kakak, kau benar-benar hebat.” Hou Fei mengacungkan jempol ke arah Qin Yu. 　　Qin Yu tertawa getir: “Cepatlah makan hidangan ini.” 　　Pertempuran Laut Timur telah berlalu ratusan tahun. Para Raja Dewa tentu tak mungkin terus-menerus menyapu alam dewa dengan kesadaran spiritual mereka. Qin Yu pun tenang tinggal di sana. 　　Seandainya ada Raja Dewa yang melacaknya, Qin Yu akan seketika mengetahuinya. 　　Setelah meninggalkan rumah makan, tiga saudara Qin Yu berjalan santai di Kota Weichi. Sepanjang perjalanan, Qin Yu telah beberapa kali mendengar kisah tentang prestasinya sendiri. 　　Cahaya Siang menghilang, Kelimut Malam menyelimuti. 　　"Fei Fei, Xiao Hei, mari kita pulang." Qin Yu berkata. Ketiga saudara itu langsung melakukan lompatan ruang meninggalkan alam Dewa dan kembali ke planet Zixuanxing di alam semesta baru. 　　Di Zixuanxing, saat ini sedang senja. 　　Cahaya mentari sore menyapu daratan, mengecat seluruh permukaan tanah dengan warna kemerahan. Tiga saudara Qin Yu berjalan di udara menuju Purple Mystic Mansion di kejauhan. 　　Tiba-tiba Qin Yu merasakan perubahan di lokasi pertapaan Jiang Li. 　　"Cepat pergi!" Serunya sambil langsung menghilang dengan lompatan ruang. 　　"Ada apa dengan kakak?" Hou Fei dan Hei Yu saling pandang bingung, kemudian segera menyusul ke Purple Mystic Mansion. 　　Di kompleks Purple Mystic Mansion, Qin Yu muncul tiba-tiba di depan sebuah paviliun yang sunyi. 　　Saat ini, paviliun itu memancarkan cahaya hijau ke seluruh tubuhnya. Energi kehidupan yang bergelora menyebar dari kilatan cahaya hijau itu. Qin Yu berdiri di luar, tak berani melangkahkan kaki ke dalam. JILID 17 Darah Raja Dewa | Bab Ketiga Belas Shenghuo Shenwang 　　Cahaya hijau bergerak perlahan di permukaan paviliun. Rerumputan di sekelilingnya, seolah terpengaruh energi kehidupan yang kuat, tumbuh subur saling berebut mekar. 　　"Akhirnya proses penyatuan akan sukses?" gumam Qin Yu memandang paviliun di hadapannya. 　　Di lantai dua paviliun, Jiang Li duduk bersila dengan rambut panjang terurai. Wajah kristalnya memancarkan aura kehidupan, seluruh tubuhnya bergelora energi vital. 　　"Para ahli dengan kekuatan tinggi seperti Jiang Lan, Hou Fei, Hei Yu dan yang lain merasakan perubahan di lokasi ini, mereka semua segera tiba di luar paviliun. Mereka juga tahu bahwa saat ini Li'er berada di tahap kritis, semua menunggu di luar tanpa ada yang berani masuk." 　　"Huu!" 　　Udara tiba-tiba bergetar, cahaya hijau itu menyempitkan diri dengan cepat. Semua kilatan hijau menghilang seketika dari permukaan paviliun, seluruh bangunan kembali ke wujud biasanya. 　　Mata Qin Yu berkilo-kilauan tiba-tiba. 　　"Xiao Yu, bagaimana situasi di dalam?" Jiang Lan bertanya pelan sambil menahan kecemasannya tentang Li'er. Di antara semua yang hadir, hanya Qin Yu yang memiliki indra keenam dengan Li'er. Sebagai penguasa alam semesta baru, tentu Qin Yu yang paling memahami kondisi Li'er. 　　Qin Yu memandangi lantai dua paviliun tanpa henti. Saat mendengar pertanyaan Paman Lan, barulah ia menoleh ke arahnya sambil tersenyum tipis: "Kondisi Lier saat ini sangat baik. Dua tetes Soul of Life's Tear telah menyatu sempurna menjadi satu entitas, dan sepenuhnya terintegrasi dengan Yuan Ying Jiwa-nya. Kurasa... sebentar lagi Lier akan keluar." 　　Jiang Lan dalam hati menghela napas lega: "Syukurlah kalau begitu." 　　"Kakak, kenapa Kakak Lier belum juga muncul?" tanya Hou Fei dengan curiga. 　　Qin Yu sendiri juga merasa heran. Dari indra keenamnya, Lier seharusnya sudah hampir menyelesaikan prosesnya. Tapi mengapa belum keluar? 　　"Monyet, jangan gugup. Tunggu saja lebih lama," bisik Hei Yu. 　　Hou Fei mencibir sambil melototi Hei Yu. Tapi ia tak melanjutkan omongan. Qin Yu dan yang lainnya tetap berdiri tenang di luar paviliun, tak seorang pun tahu apa yang sedang dilakukan Lier di dalam. 　　Tapi penantian ini ternyata lama. 　　Sehari kemudian. 　　Qin Yu, Hou Fei, Hei Yu, dan Jiang Lan masih menunggu. Sudah satu hari penuh, tapi Jiang Li sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan keluar. 　　"Kakak, tahu apa yang terjadi dengan kakak ipar?" bisik Hei Yu. Xiao Hei kali ini juga mulai khawatir. 　　Alis Qin Yu mengkerut. Ia menggelengkan kepala: "Yang aku tahu, saat ini permukaan tubuh Li'er sama sekali tidak ada getaran energi. Hanya jiwanya yang memasuki kondisi latihan mendalam." 　　"Oh?" Alis Jiang Lan berkerut. "Apakah... apakah Li'er sedang memahami hukum ruang itu?" 　　"Selain itu, seharusnya tidak ada alasan lain," kata Qin Yu. Di dasar hatinya, diam-diam ia berharap. Bagaimanapun, proses menyatu dua Soul of Life's Tear belum pernah dilakukan siapa pun sebelumnya. Meski terlihat aman, bahaya yang mungkin muncul saat implementasi sebenarnya masih sulit diprediksi. 　　Keberadaan Qin Yu dan yang lain di tempat ini dalam waktu lama membuat Qin Feng dan Qin Zheng yang mencari Qin Yu akhirnya menemukan lokasi ini. 　　"Xiao Yu." 　　Tiba-tiba, Qin Feng dan Qin Zheng berjalan masuk melalui pintu gerbang taman. Qin Feng memandang Qin Yu dan yang lain berdiri di luar paviliun, dalam hati berkeluh kesah. Secara alami Qin Feng tahu Jiang Li terus bertapa di sini. Tentang ikatan emosi antara adik ketiganya dengan Jiang Li, Qin Feng pun sangat memahaminya. 　　Qin Feng mulai menasihati: "Xiao Yu, Jangan terus menunggu di sini dengan bodoh. Tunggu sampai adik iparmu meraih kesuksesan, dia pasti akan keluar dengan sendirinya." 　　Namun begitu kata-kata Qin Feng terucap, Qin Yu telah melesat masuk ke lantai dua paviliun bagai kilat. Jendela lantai dua paviliun terbuka secara otomatis, mempersilakan Qin Yu memasuki ruangan. 　　Hou Fei, Hei Yu, dan yang lain saling memandang. 　　"Sepertinya Li'er sudah bangun," ujar Jiang Lan sambil tersenyum. 　　…… 　　Lantai dua paviliun terasa sangat kosong, lantai merah tua itu memancarkan aroma cendana yang harum, sementara Jiang Li duduk bersila di atas lantai dengan jubah bulu ungu terjurai di lantai. 　　Jiang Li baru saja membuka mata ketika melihat Qin Yu berdiri tak bergerak sama sekali di hadapannya. 　　"Suamiku," ucap Jiang Li dengan lembut, kilatan sukacita terlihat di matanya. 　　Qin Yu mengamati Jiang Li dengan cermat. Dalam hati ia takjub, dua tetes Soul of Life's Tear yang menyatu sempurna memang ajaib. Bahkan aura Li'er berubah sedikit. Perubahan yang lebih jelas terlihat pada penampilan wajahnya. Rambut hitam legamnya kini memancarkan kilatan hijau di setiap ujung helainya, bahkan pupil matanya pun menyimpan semburat kehijauan. 　　"Apa yang kau lihat? Apakah setelah aku berubah seperti ini, kau tak lagi menyukaiku?" Jiang Li mengembungkan mulutnya dengan sengaja. 　　Qin Yu tersenyum: "Tentu tidak. Ngomong-ngomong Li'er, aku bisa merasakan dua tetes Soul of Life's Tear itu sudah menyatu sempurna kemarin, tapi kenapa baru bangun sekarang?" 　　Wajah Jiang Li tiba-tiba memerah karena malu. 　　Melihat reaksi Jiang Li, Qin Yu justru semakin penasaran. 　　Sebenarnya proses penyatuan sempurna dua tetes Soul of Life's Tear ini adalah proses di mana segala sesuatu tentang Zuo Qiumei sepenuhnya menyatu ke dalam diri Jiang Li. Dalam proses ini, Jiang Li bahkan mengetahui seluruh kisah hidup Zuo Qiumei. 　　Selama proses tersebut, Jiang Li berhasil sepenuhnya memahami gumpalan hukum ruang yang ada dalam dirinya. Adapun satu hari setelah Soul of Life's Tear benar-benar menyatu, sebenarnya Jiang Li sedang... mengingat momen saat dia melakukan kultivasi ganda dengan Yuan Ying Jiwa Qin Yu. 　　Karena saat kultivasi ganda, Jiang Li bisa menangkap sebagian pemahaman Qin Yu tentang hukum ruang. 　　Kenangan satu hari itu tak disangka membuat Jiang Li sepenuhnya memahami aspek-aspek hukum ruang yang sebelumnya tak tersentuh. Dengan kata lain... Jiang Li telah menguasai hukum ruang. 　　Hanya saja, Qin Yu saat ini tak mengetahui hal itu. 　　Bagaimanapun, hukum ruang yang dipahami Jiang Li berasal dari alam Dewa. Hukum ruang Dewa itu sama sekali tak berpengaruh pada alam semesta barunya Qin Yu. 　　"Ada apa, apakah ada hal yang membuatmu tersipu malu?" tanya Qin Yu sambil tersenyum. 　　Dengan pipinya memerah, Jiang Li bergumam pelan, "Ya, aku memahami hukum ruang. Karena sudah paham, akhirnya aku terbangun." 　　"Oh," jawab Qin Yu kemudian, namun seketika tersadar, "Apa katamu?" Qin Yu tiba-tiba melotot terkejut memandang Jiang Li, "Kau bilang sudah memahami hukum ruang?" 　　Jiang Li menganggukkan kepala, mendongak menatap Qin Yu, lalu tersenyum cerah seraya berkata, "Bagaimana? Tidak bolehkah?" 　　“Li'er, kau tidak berbohong?” Qin Yu merasakan kegilaan sukacita di dadanya. Seandainya Li'er telah menjadi Raja Dewa, maka keamanannya bisa dijamin. Sekaligus, dirinya tak perlu lagi terlalu ragu-ragu dalam bertindak. 　　…… 　　Satu shichen kemudian. 　　Di dalam gazebo yang terletak di danau dalam seluas ratus li di belakang Purple Mystic Mansion, Qin Yu, Jiang Li, dan Jiang Lan duduk mengelilingi meja batu hijau. 　　"Xiao Yu, kau bilang Li'er telah memahami hukum ruang dan menjadi Raja Dewa?" Jiang Lan langsung terkejut begitu mendengar perkataan Qin Yu. Berapa tahun Jiang Li berlatih? Waktu menjadi Dewa Bagian Atas pun masih singkat. Bagaimana mungkin bisa mencapai tingkat Raja Dewa secepat ini? Ini memang hal yang di luar akal sehat. 　　Qin Yu hanya memandang Jiang Li dengan senyum. 　　"Paman Lan, lebih baik Biarkan Li'er sendiri yang menjelaskan." Qin Yu teringat penjelasan Jiang Li di paviliun itu, hingga saat ini hatinya masih dipenuhi kekaguman. 　　Jiang Li menatap Jiang Lan: "Paman Lan, ini adalah Bibi Zuo Qiu." 　　"A Mei?" Wajah Jiang Lan sedikit berubah. 　　Jiang Li mengangguk pelan: "Benar. Ketika dua tetes Soul of Life's Tear menyatu sempurna, meresap ke dalam jiwaku, menghilang di Langit dan Bumi, dan menjadi satu denganku, barulah aku sepenuhnya memahami." 　　Jiang Lan menyimak dalam keheningan. 　　"Penelitian Bibi Zuo Qiu tentang jiwa telah mencapai tingkat yang luar biasa tinggi. Bahkan bisa dikatakan, beliau sepenuhnya menguasai rahasia jiwa. Namun untuk aspek yang lebih penting yaitu 'kesadaran', Bibi Zuo Qiu tidak bisa memahaminya." Ucap Jiang Li perlahan. Jika berbicara tentang siapa yang paling memahami seluk-beluk Zuo Qiumei di alam semesta ini, pastilah Jiang Li. 　　“Saat Bibi Zuo Qiu diserang oleh para Maharaja Suci, ruang dibekukan sehingga dia tidak bisa melakukan lompatan ruang. Dari dua pengikut setianya, satu tewas di tempat dan satunya terluka parah. Menghadapi serangan gabungan Maharaja Suci, Bibi Zuo Qiu tahu dirinya tak bisa lolos. Sebelum mati, dia memasukkan pemahaman hukum ruang, seluruh energinya, serta jiwa itu sendiri ke dalam dua tetes air mata. Hanya kesadarannya yang dihancurkan hingga menghilang di antara Langit dan Bumi.” Suara Jiang Li terdengar berat, matanya mulai memerah. 　　Pada masa lalu, Bibi Zuo Qiu memperlakukan Jiang Li seperti putrinya sendiri. Kini, perasaan sedih itu masih terasa menyayat di hati Jiang Li. 　　“Bila itu dewa lain, sama sekali takkan bisa mencapai tingkat ini. Tapi penelitian Bibi Zuo Qiu terhadap jiwa telah mencapai kesempurnaan. Hanya dengan itu dia bisa melakukan hal sehebat ini.” 　　"Setelah kedua tetes Soul of Life's Tear ini menyatu sama sekali, semua yang dialami Bibi Zuo Qiu telah kuketahui sepenuhnya. Prinsip ruang yang ditinggalkan Bibi Zuo Qiu juga mudah kupahami." Setelah berkata demikian, Jiang Li diam membisu. 　　Saat ini, Jiang Lan terdiam. 　　Kemampuan Jiang Li mencapai tingkat Raja Dewa secara instan sebenarnya mudah dipahami. Faktanya, ini semua hasil karya Zuo Qiumei yang mentransfer segala pengetahuannya langsung ke jiwa Jiang Li. 　　Qin Yu dan Jiang Li saling bertatapan. 　　Keduanya bisa membayangkan perasaan Jiang Lan saat ini. 　　Jiang Lan menghela napas perlahan, senyum tipis mengembang di wajahnya. Ia menatap Qin Yu dan Jiang Li: "Xiao Yu, Li'er, kini kalian berdua telah memiliki kekuatan Raja Dewa. Apa rencana kalian selanjutnya?" 　　Jiang Li memandang Qin Yu. Dalam hatinya, apapun yang diputuskan Qin Yu pasti akan didukungnya sepenuhnya. 　　Untuk masa depan, Qin Yu telah menyusun rencana di dasar hatinya. 　　“Paman Lan, saat ini kekuatan kami masih cukup jauh tertinggal dari Maharaja Suci. Karena itu aku memutuskan untuk melakukan dua langkah.” Qin Yu langsung berkata, “Langkah pertama adalah periode persembunyian. Di fase ini, aku tak akan melakukan aksi besar. Bagaimanapun juga, kita harus menunggu Li'er melahirkan dulu baru bisa masuk ke langkah kedua.” 　　Jiang Lan memandangi perut Jiang Li yang sudah sedikit membuncit. Meski sudah terlihat jelas, namun masih jauh dari waktu persalinan. 　　Jiang Lan mengangguk halus. 　　Qin Yu melanjutkan, “Selama fase persembunyian, ada dua hal yang harus kukerjakan. Pertama, memperkuat kekuatan sendiri. Kedua, menurunkan semangat para Maharaja Suci sekaligus mengacaukan solidaritas di antara mereka.” 　　Mata Jiang Lan berbinar. 　　“Logikamu benar, tapi bagaimana caramu memperkuat diri? Hanya mengandalkan latihan bela diri biasa, peningkatan kemampuan tak bisa dicapai semudah itu.” Jiang Lan tersenyum. 　　Qin Yu mengangguk sambil tersenyum: "Aku paham soal ini. Aku berencana... meminta bantuan Dewa pertapa." 　　"Mengundang Dewa pertapa?" Jiang Lan menggelengkan kepala. 　　Di dalam hati, Qin Yu sangat paham bahwa kemungkinan sukses mengundang Dewa pertapa sangat rendah, namun di dasar hatinya dia masih punya sedikit persiapan. 　　"Paman Lan, aku tahu. Senior Zuo Qiumei memiliki seorang pengikut bernama Yi Feng. Sekarang Li'er telah menjadi Shenghuo Shenwang. Aku yakin Raja Dewa Yi Feng, melihat muka Li'er, ditambah bujukanku, akan setuju membantu kami." Target pertama Qin Yu adalah Sang Kepala Pulau Bambu di Kepulauan Nanyequn, Yi Feng. 　　"Yi Feng?" 　　Mata Jiang Lan berbinar, lalu dia mengangguk halus, "Memang ada harapan jika kalian mengundangnya. Tapi Xiao Yu... pernahkah kau bertemu Yi Feng? Kau tahu di mana dia sekarang?" 　　“Paman Lan tenang, waktu aku mencari Cermin Illusi sebelumnya, sudah bertemu Yi Feng. Jadi aura dia sangat kukenal. Meski dia meninggalkan Nanyequn Dao, aku bisa menemukannya dengan mudah menggunakan kekuatan ruang.” kata Qin Yu dengan percaya diri. 　　Qin Yu lalu tersenyum: "Mengenai para Dewa pertapa lainnya... meski sulit mengajak mereka, toh aku ini seorang Dewa Tukang." 　　Jiang Lan terdiam sejenak, lalu menggeleng: "Mengundang Raja Dewa dengan Hongmeng Lingbao, kemungkinan suksesnya kecil. Kecuali... kau bersedia menggunakan pusaka Hong Meng kelas satu sebagai imbalan." 　　Qin Yu mengangguk. 　　Qin Yu juga paham, para Dewa yang hidup menyendiri pasti tak mudah diundang. Hanya... bagaimanapun, tak ada salahnya mencoba. 　　Jika bisa mengundang dua-tiga Raja Dewa, ditambah Qin Yu beserta avatar, Jiang Li, serta Paman Lan yang diam-diam membantu, kekuatan pihak mereka sudah cukup. JILID 17 Darah Raja Dewa Bab Keempat Belas Tirai Air 　　"Kau bilang akan mengurangi semangat para Maharaja Suci, menghancurkan solidaritas mereka. Bagaimana caranya kau hendak melakukannya?" Jiang Lan bertanya lebih lanjut. 　　Qin Yu berkata dengan senyuman tipis: "Mengurangi semangat mereka mudah saja. Cukup dengan sesekali aku bertindak dua tiga kali, mengalahkan beberapa Raja Dewa mereka. Hal ini bila tersebar luas di alam dewa, semangat faksi Maharaja Suci pasti akan melemah." 　　"Apalagi, para Maharaja Suci akan segera paham... 'Pembekuan ruang' tak mempan padaku." Di wajah Qin Yu terpancar keyakinan, "Bagaimanapun mereka mengepungku, aku bisa langsung memasuki alam semesta baru. Lagipula, saat bertarung dengan Zhou Tong sebelumnya, aku hanya menggunakan percepatan waktu ribuan kali lipat. Sebenarnya percepatan ribuan kali masih jauh dari ambang batasku." 　　Hati Jiang Lan juga bergetar. 　　Ia tak bisa tidak menghela nafas, memandang pemuda dari dunia mortal dulu itu yang kini telah berkembang menjadi ahli sejati di alam dewa. 　　Saat ini, alam semesta dunia mortal dalam alam semesta baru telah selesai, hukum waktu juga telah disempurnakan. Hanya saja mengingat alam semesta tingkat lebih tinggi masih dalam proses perkembangan, di aspek 'hukum waktu' Qin Yu hanya bisa menggunakan 'percepatan waktu'. 　　Untuk 'waktu diam membeku' dan 'arus waktu terbalik', Qin Yu belum mampu melakukannya. 　　Namun meski hanya percepatan waktu, akselerasi instan Qin Yu sudah jauh melampaui ribuan kali lipat. 　　Alasan awalnya hanya menggunakan percepatan ribuan kali lipat adalah karena... pada tingkat itu, dengan kecepatan respons Qin Yu, sudah cukup untuk menahan serangan lawan. 　　"Asalkan Delapan Raja Suci kalah beberapa kali, apa lagi semangat yang mereka miliki?" Qin Yu melanjutkan, "Sedangkan untuk merusak solidaritas mereka, itu lebih mudah - karena... saat ini Delapan Raja Suci sendiri sudah tidak kompak." 　　Qin Yu masih jelas mengingat, di angkasa atas Laut Timur, Dongji Shenghuang Huangfu Yu sempat memberi isyarat mata padanya. 　　Isyarat mata itu membuat Qin Yu paham, di dasar hati Huangfu Yu masih berpihak padanya. 　　"Semua ini hanyalah langkah pertama 'periode persembunyian' yang harus kulakukan. Li'er sedang hamil, aku harus berhati-hati. Setelah Li'er melahirkan, aku akan melakukan langkah kedua - serangan kilat yang menghancurkan terhadap Kota Hukuman Guntur!" Kilatan dingin melintas di mata Qin Yu. 　　Jiang Li dan Jiang Lan sama-sama menarik napas tajam. 　　Menyerang Kota Hukuman Guntur? 　　Kota Hukuman Guntur adalah yang paling istimewa di antara Delapan Tanah Suci, dengan dukungan Mahadewa Hukuman Guntur di belakangnya. Inilah yang membuat tak ada yang berani mengusik mereka selama ribuan tahun. 　　"Orang lain takut pada Mahadewa Hukuman Guntur itu, tapi aku..." Senyum dingin mengembang di hati Qin Yu. 　　Para Mahadewa hanya menguasai hukum ruang dan waktu. Sayangnya... hukum ruang yang mereka pahami adalah milik alam dewa. Sedangkan hukum waktu akan kehilangan kekuatannya begitu memasuki alam semesta baru. 　　Qin Yu merasakan dengan jelas beban tanggung jawab di pundaknya. 　　“Sekarang aku bukan lagi orang yang kesepian seperti dulu. Aku sudah punya istri, bahkan suatu hari nanti akan memiliki anak. Semua ini membuat Qin Yu sangat waspada terhadap bahaya.” 　　Keberadaan Kota Hukuman Guntur merupakan ancaman bagi keluarganya. 　　Selama ancaman itu ada, Qin Yu takkan membiarkannya terus bertahan! 　　“Xiao Yu, rencana kedua untuk menyerang Kota Hukuman Guntur harus dipersiapkan matang. Jangan bertindak sebelum benar-benar yakin sepuluh puluh persen,” Jiang Lan mengingatkan dengan sungguh-sungguh. 　　Bagaimanapun juga, Mahadewa Hukuman Guntur bukan lawan sembarangan. 　　“Aku tahu. Makanya baru kutetapkan hal ini sebagai langkah kedua.” Qin Yu tersenyum tipis. 　　Jiang Lan mengangguk. Ia cukup percaya dengan cara Qin Yu menangani urusan. 　　Suhu di Zixuanxing semakin dingin. Kepingan salju sebesar bulu angsa berjatuhan di langit. Qin Yu dan Jiang Li berpelukan di sebuah gazebo tepi danau dalam Purple Mystic Mansion, menyaksikan tarian salju. 　　"Suamiku, dulu saat aku di Kota Salju Melayang Dewa, setiap hari melihat salju. Ah, tak tahu kabar Yan'er sekarang bagaimana." Jiang Li berbisik pelan. 　　Qin Yu tersenyum pada Jiang Li: "Li'er, ingin lihat apa yang sedang Yan'er lakukan?" 　　Jiang Li seketika memandang Qin Yu dengan curiga. 　　Qin Yu menggerakkan tangannya, tiba-tiba di depan gazebo muncul tirai air raksasa. Dalam tirai air itu terpampang adegan dari alam dewa. 　　Meski berada di alam semesta baru, kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu tetap bisa menembus jalur masuk ke alam dewa dan menyelimutinya. Jadi Qin Yu sebenarnya sangat paham semua kondisi di alam dewa. Kini... dia hanya memindahkan apa yang dilihatnya ke tirai air. 　　"Ah, Kota Salju Melayang!" seru Jiang Li penuh kejutan. 　　Dalam tirai air raksasa itu, terlihat Kota Salju Melayang yang mengambang. 　　“Tidak tahu apakah Yan'er ada di kota atau tidak.” Jiang Li menatap Qin Yu dengan penuh harap. Qin Yu tersenyum dan berkata: “Jiang Yan tidak berada di Kota Salju Melayang, melainkan…” Sambil tersenyum, pandangan Qin Yu beralih ke layar air. 　　Seketika pemandangan di layar air berubah. Sebuah kota daratan raksasa muncul di layar tersebut. Kota itu cepat membesar, lalu sebuah pekarangan tampak di layar air. Melalui tembok kompleks, terlihat Jun Luoyu yang mengenakan jubah putih sedang duduk berdampingan dengan Jiang Yan di atas rerumputan, mengobrol santai. 　　“Yan'er terlihat sangat bahagia.” Wajah Jiang Li pun menampakkan senyuman saat menyaksikan pemandangan ini. 　　“Li'er, kita lakukan hal itu sekarang?” tiba-tiba Qin Yu berbisik di telinga Jiang Li. 　　Jiang Li menoleh dan memandanginya dengan terkejut: “Sekarang juga?” 　　“Hm, sudah cukup lama. Sekarang saatnya.” Qin Yu tersenyum. Wajah Jiang Li juga dipenuhi harapan sambil mengangguk. 　　Qin Yu dan Jiang Li pun lenyap tanpa bekas dari gazebo di tengah danau. 　　…… 　　Di langit atas lautan timur Dewa, merupakan zona yang sama di mana Qin Yu sebelumnya bertempur melawan dua Raja Dewa dari Kota Hukuman Guntur. 　　Qin Yu dan Jiang Li tiba-tiba muncul di tempat ini tanpa tanda-tanda sebelumnya. 　　"Sudah lama tidak mengunjungi Dewa. Kehadiran kita kali ini pasti akan menggetarkan seluruh alam Dewa lagi." Qin Yu tersenyum memandang Jiang Li yang sedang mendongakkan kepala menatap langit. 　　Tiba-tiba—— 　　Lautan yang awalnya tenang mulai bergolak seolah diaduk oleh raksasa, sementara di langit mulai bermunculan awan-awan berwarna. Kumpulan awan dengan tujuh warna—merah, jingga, kuning, hijau, biru muda, biru, ungu—semakin banyak berkumpul. Inilah 'awan keberuntungan tujuh warna' yang muncul saat kelahiran seorang Raja Dewa. 　　Di sekitar setiap awan, cahaya pelangi yang mempesona berkilauan dengan gemerlap membutakan. 　　"Ciiit!" Sebuah petir menyambar membelah angkasa, diikuti kemunculan ribuan ular listrik yang meliuk-liuk di udara. Awan keberuntungan tujuh warna semakin bertambah banyak. 　　“Suamiku？”Jiang Li memandangi Qin Yu. 　　“Sudah waktunya, kita harus pergi. Para Raja Dewa tersebut satu per satu sudah mulai memperhatikan ke sini.” Qin Yu tersenyum, lalu menggenggam tangan Jiang Li dan lenyap tanpa bekas dari angkasa atas Laut Timur Dewa. 　　…… 　　Langit sepanjang 10.000 li dipenuhi awan keberuntungan tujuh warna, gemuruh petir bersahutan. Suaranya yang menggema hingga ke seluruh penjuru Dewa, tentu menarik perhatian semua Raja Dewa di alam ini. 　　Fenomena ini menyampaikan pesan terakhir yang jelas—seorang Raja Dewa baru telah terpilih. 　　Di Kota Hukuman Guntur, wajah Zhou Xian berubah penuh teka-teki saat menyaksikan pemandangan ini. 　　“Lagi-lagi ada Raja Dewa baru?” Selama tahun-tahun ini, Zhou Xian merasa dirinya terus-menerus dilanda kesialan. 　　Duanmu Yu telah menjadi Raja Dewa, sementara Qin Yu yang muncul tiba-tiba itu—meski belum menyandang gelar Raja Dewa—memiliki kekuatan yang bahkan melampaui Raja Dewa pada umumnya! 　　Sedangkan dirinya, Zhou Xian... 　　Sudah miliaran tahun berlalu, tapi statusnya masih tetap sebagai Dewa Bagian Atas. 　　"Dari Dewa Bagian Atas ke Raja Dewa, langkah ini memang sangat sulit. Dia tidak mencapainya itu sangat wajar. Tapi dengan munculnya Duanmu Yu dan Qin Yu berturut-turut, ini secara alami membuat Zhou Xian merasa tidak adil di dalam hati." 　　Terutama... 　　Hari ini tak disangka ada Raja Dewa baru yang terlahir lagi. 　　"Ayahanda Kaisar, di manakah letak Raja Dewa yang baru lahir itu?" Melihat Zhou Huo di udara, Zhou Xian segera terbang mendekat dan buru-buru bertanya. 　　Zhou Huo mengernyitkan alisnya, penuh keraguan berkata: "Berdasarkan lokasi munculnya awan keberuntungan tujuh warna, area di bawah bagian paling tengah zona awan kemuliaan itu seharusnya merupakan tempat Sang Raja Dewa berada. Dan tempat itu ternyata adalah..." 　　"Ternyata apa?" Zhou Xian mulai panik. 　　"Ternyata adalah, tempat dimana Zhou Ran bersama Pamanmu dahulu bertempur besar dengan Qin Yu." Zhou Huo juga terlihat bingung. 　　Baik Zhou Huo maupun yang lain tidak melihat Qin Yu dan Jiang Li. Karena Qin Yu terus-menerus menggunakan kekuatan ruang untuk mengamati seluruh alam Dewa, saat para Raja Dewa baru mulai waspada, Qin Yu sudah membawa Jiang Li kembali ke markas. 　　Para Raja Dewa ini hanya bisa menduga lokasi 'Raja Dewa baru' berdasarkan posisi awan kemuliaan tujuh warna. 　　Biasanya, saat pertama kali muncul, Raja Dewa baru akan langsung terdeteksi oleh alam dewa. Berbagai pertanda akan muncul di langit dan bumi. Menurut Zhou Huo dan yang lain... 　　Karena pertanda muncul di sana, berarti Sang Raja Dewa baru itu pasti mencapai pencerahan di tempat itu. 　　"Xian'er, kau tunggu di sini. Ayah akan pergi melihat ke Laut Timur," kata Zhou Huo tiba-tiba. 　　"Ayahanda, aku juga ingin ikut." Zhou Xian sangat penasaran dengan Raja Dewa baru itu, apalagi... lokasi penobatannya tepat di medan pertempuran Qin Yu sebelumnya. 　　Menghadapi permintaan putranya, Zhou Huo hanya bisa menganggukkan kepala. 　　…… 　　Banyak pihak di alam dewa yang penasaran dengan Raja Dewa baru ini, terutama karena dia tiba-tiba menghilang. Tak seorang pun tahu identitas Raja Dewa baru tersebut. 　　Di paviliun tengah danau Purple Mystic Mansion, Planet Zixuan di alam semesta baru, Qin Yu dan Jiang Li telah kembali ke tempat ini. 　　“Suamiku, para Raja Dewa itu mungkin sampai kepalanya pecah pun takkan menyadari bahwa tempatku menjadi Raja Dewa sama sekali bukan di sana.” Jiang Li tertawa riang. 　　Jiang Li sepenuhnya memahami hukum ruang Dewa di alam semesta baru. 　　Namun, prinsip Langit dan Bumi di alam Dewa mustahil bisa merasakan keberadaan Jiang Li yang berada di alam semesta baru. 　　“Li'er, lihat itu.” Qin Yu menunjuk ke depan. 　　Di depan gazebo tengah danau, layar air besar itu tiba-tiba menampilkan pemandangan langit di atas Laut Timur Dewa. Saat ini, dua Raja Dewa muncul di angkasa atas Laut Timur Dewa. 　　Di atas Laut Timur Dewa. 　　Dalam beberapa saat, sebelas orang telah berkumpul di sini. Hanya Zhou Xian yang bukan Raja Dewa, sementara yang lain saling bertukar salam. Seluruh peserta ini berasal dari Delapan Keluarga Dewa. Kekuatan para calon dewa sama sekali tidak mengirim perwakilan. 　　“Tuan-tuan, adakah di antara kalian yang mengetahui identitas Raja Dewa yang baru bangkit ini?” Huangfu Yu yang pertama kali berbicara. 　　Seketika para Raja Dewa itu saling memandang satu sama lain. Setelah beberapa saat, semua akhirnya memahami. Ternyata tak satu pun dari para Raja Dewa ini yang mengetahui identitas Raja Dewa tersebut. 　　"Mengapa Raja Dewa yang baru bangkit ini menyembunyikan identitasnya?" Jiang Fan mengerutkan alisnya. 　　Delapan Raja Suci biasanya selalu berusaha menyelidiki secara tuntas kemampuan para ahli di Dewa. Namun kini muncul seorang Raja Dewa baru yang tiba-tiba menghilang, membuat mereka tak bisa melacak. 　　"Menyembunyikan identitas itu satu hal, yang lebih penting... mengapa lokasi pencerahan batin sang Raja Dewa baru ini justru di tempat ini," kata Zhou Huo dengan ekspresi serius. "Ini adalah tempat yang sama dimana Qin Yu pernah muncul terakhir kali. Sulit dipercaya ada seorang Dewa Bagian Atas yang kebetulan mencapai pencerahan dan menjadi Raja Dewa di sini." 　　Kebetulan? 　　Hampir sebagian besar Raja Dewa di tempat itu sulit mempercayainya. 　　Lautan di alam Dewa sangat luas, membentang ratus juta li. Bagaimana mungkin ini hanya kebetulan belaka? 　　"Apakah maksudmu, Saudara Zhou Huo, bahwa Raja Dewa baru ini ada hubungannya dengan Qin Yu?" Maharaja Barat bertanya. 　　Zhou Huo kali ini justru berhenti sejenak sebelum berkata: "Meski tidak ada kepastian seratus persen, namun kemungkinannya sangat besar. Semua pihak harus mempertimbangkan dengan serius proposal yang saya ajukan usai pertempuran besar sebelumnya." 　　"Saudara Zhou Huo, urusan ini bisa kalian bahas perlahan. Aku pamit dulu." Huangfu Yu tertawa terbahak, lalu mengangkat lengan dan menghilang dengan lompatan ruang. 　　Zhou Huo melirik ke arah menghilangnya Huangfu Yu, alisnya berkerut halus namun tidak berkomentar lebih lanjut. 　　…… 　　Di gazebo tengah danau Purple Mystic Mansion alam semesta baru, Qin Yu dan Jiang Li menyaksikan adegan ini dengan jelas. 　　"Suamiku, Zhou Huo ini benar-benar kejam. Dia bahkan ingin memperlakukanmu seperti saat menyerang Bibi Zuo Qiu dulu." Amarah mulai terpancar di wajah Jiang Li. 　　Qin Yu tersenyum dingin: "Tenang, Li'er. Zhou Huo akan segera menyadari bahwa rencananya hanyalah buang waktu. Aku ingin melihat ekspresi wajahnya saat dia mengira aku terjebak dalam ruang beku, tapi tiba-tiba aku menghilang." 　　Setahun kemudian. 　　Di angkasa atas Laut Selatan Dewa, Qin Yu dan Jiang Li melayang di atas angin. Hanya sekejap, mereka sudah berpindah ruang dan langsung tiba di luar Nanyequn Dao. 　　"Suamiku, apakah Raja Dewa Yi Feng benar ada di tempat ini?" Jiang Li menatap Qin Yu. 　　Qin Yu tersenyum kecil: "Raja Dewa Yi Feng berada di Pulau Bambu di Nanyequn Dao. Tak kusangka setelah kemunculannya terakhir kali, dia takkan dipindahkan tempat tinggalnya, masih tetap di Pulau Bambu." 　　Segera Qin Yu menggandeng Jiang Li, berubah menjadi dua kilatan cahaya yang langsung terjun ke dalam Pulau Bambu. 　　Angin laut berhembus perlahan, lautan bambu tak berujung di Pulau Bambu mengalami gelombang demi gelombang. Gemeresik daun bambu terdengar lama sebelum akhirnya reda. 　　Qin Yu dan Jiang Li berdiri sejajar di pantai Pulau Bambu. 　　"Lautan bambu yang begitu indah，Di pulau ini ternyata tumbuh begitu banyak bambu." Jiang Li memandangi batang-batang bambu hijau zamrud sambil berdecak kagum. 　　Qin Yu yang cukup familiar dengan Pulau Bambu segera menunjuk ke hamparan bambu di depan: "Li'er，Wilayah bambu ini bukanlah bentukan alam，Melainkan transformasi dari pusaka spiritual yang sangat kuat. Begitu memasuki area ini，Kau akan terperangkap di dalamnya. Tapi sekarang kau sudah menjadi Raja Dewa，Bahkan jika terjebak pun bisa kabur dengan mudah." 　　"Transformasi pusaka?" Jiang Li menatap Qin Yu dengan takjub. 　　Qin Yu tersenyum tipis: "Sebentar lagi ketika bertemu Raja Dewa Yi Feng，Kau akan mengerti." 　　"Apakah ini pusaka Yi Feng 'Kekuasaan'?" Jiang Li tiba-tiba berseru terkejut，"Ini adalah satu-satunya pusaka spiritual ruang di antara harta Hong Meng kelas satu!" 　　Qin Yu terperangah memandangi Li'er，Bagaimana mungkin dia tahu tentang ini? 　　Melihat ekspresi Qin Yu, Jiang Li tak bisa menahan senyum: "Suamiku, setelah dua tetes Soul of Life's Tear menyatu sempurna denganku, ingatanku tentang Bibi Zuo Qiu menjadi benar-benar jelas. Yi Feng Raja Dewa ini adalah salah satu dari dua pengikut utama Bibi Zuo Qiu. Dia juga pemilik pusaka Hong Meng kelas satu 'kekuasaan'. Dulu, berkat 'kekuasaan'-lah Yi Feng Raja Dewa bisa lolos dari kepungan beberapa Maharaja Suci." 　　Qin Yu menganggukkan kepala. 　　Mengenai Pertempuran Pertama itu, Qin Yu sebenarnya sudah memiliki sedikit pengetahuan. Beberapa Maharaja Suci bekerja sama menyerang, bahkan membekukan ruang gerak sehingga Zuo Qiumei dan yang lain tak bisa melakukan lompatan ruang. Dalam situasi seperti itu, Zuo Qiumei dan kawan-kawan benar-benar tak punya jalan keluar - tak ada tempat mengadu ke Langit maupun menyelamatkan diri ke bumi. 　　Sebelum kemunculan Qin Yu, hanya ada sepuluh pusaka Hong Meng kelas satu yang diakui secara resmi di alam dewa. 　　Delapan Raja Suci masing-masing memiliki satu, Dewa Xiu Luo satu, dan yang terakhir adalah Raja Dewa Yi Feng ini. Hanya saja pusaka spiritual Raja Dewa Yi Feng 'Kekuasaan 10.000 Li' adalah pusaka spiritual ruang. Jika berbicara tentang kekuatan serangan, tidak bisa menandingi sembilan orang lainnya. Namun dalam hal mengurung musuh atau kemampuan kabur, masih cukup berbahaya. 　　"Suamiku..." Jiang Li tiba-tiba mengerutkan kening, khawatir bertanya, "Jika Raja Dewa Yi Feng terus berada di dalam laut bambu, bagaimana cara kami berbicara dengannya? Laut bambu ini seharusnya adalah wujud asli dari pusaka Hongmeng kelas satu 'Kekuasaan 10.000 Li' ini. Begitu memasuki area ini, bahkan Raja Dewa pun tidak akan mudah melarikan diri." 　　Qin Yu tersenyum kecil. 　　"Bagaimana bicara? Langsung saja mengatakan maksud kita." Qin Yu memandangi laut bambu, bersuara lantang, "Raja Dewa Yi Feng, hamba Qin Yu, di samping ini adalah istri hamba 'Jiang Li', harap Raja Dewa berkenan keluar untuk bertemu." 　　Suara Qin Yu menggema bagai guruh yang terus bergema di antara Langit dan Bumi. Namun suara ini tetap terbatas dalam jangkauan beberapa ribu li, tidak melampaui area tersebut. 　　“Jiang Li?” 　　Suara terkejut terdengar pelan. Seorang pria kurus berbaju panjang putih muncul di hadapan mereka. Qin Yu langsung mengenali bahwa orang ini adalah Raja Dewa Yi Feng. Dibandingkan pertemuan sebelumnya, Raja Dewa Yi Feng terlihat lebih kurus, seperti orang yang sakit dan lemah. 　　“Om Yi Feng.” Jiang Li dengan patuh memberikan hormat. 　　Yi Feng memandang Jiang Li. Panggilan 'Om Yi Feng' ini membuatnya sangat senang. Wajahnya yang biasanya muram kini menampakkan senyuman penuh kelembutan: “Nona Jiang Li, tak kusangka setelah pertemuan terakhir, kini kau sudah menjadi istri seseorang. Bahkan kau sudah mencapai tingkat Raja Dewa.” 　　“Semua berkat bantuan Bibi Zuo Qiu. Jika bukan karena dua tetes Soul of Life's Tear darinya, mungkin butuh waktu bertahun-tahun lamanya sebelum aku mencapai tingkat Raja Dewa.” Sorot mata Jiang Li memancarkan kesedihan. 　　“Bibi Zuo Qiu? A Mei?” 　　Yi Feng terhenti sejenak, pandangannya menjadi samar, seolah mengingat kembali tahun-tahun mengikuti Zuo Qiumei di masa lampau. 　　"Nona Jiang Li, berdasarkan kabar yang kuketahui, seharusnya kau hanya mendapat satu tetesan Soul of Life's Tear. Bagaimana bisa mendapatkan dua?" tanya Yi Feng sambil menatap Jiang Li, "Apakah tetesan kedua Soul of Life's Tear itu berasal dari suamimu sekarang, 'Qin Yu'?" 　　Jiang Li melirik Qin Yu di sampingnya, kilatan kebahagiaan terpancar dari matanya: "Hm, Suamiku yang memberikan tetesan kedua Soul of Life's Tear padaku." 　　Yi Feng memandang Qin Yu, menganggukkan kepala dengan puas: "Nona Jiang Li, suamimu ini benar-benar luar biasa. Tak disangka dia tega memberikan Soul of Life's Tear padamu." 　　“Dan sejak terakhir kali Qin Yu dan yang lain pergi mencari Cermin Illusi, aku juga memperhatikan berbagai peristiwa yang terjadi di Dunia Dewa. Selama bertahun-tahun ini, kabar tentang 'Qin Yu' terus-menerus bermunculan. Suamimu ini benar-benar luar biasa.” Yi Feng memandang Qin Yu dengan penuh kekaguman, “Menempa pusaka Hong Meng kelas satu, menjadi Dewa Tukang generasi baru. Menggunakan pusaka Hong Meng sebagai hadiah. Terang-terangan merebut pengantin di Istana Maharaja Suci, bahkan di Laut Timur Dunia Dewa berhasil mengalahkan dua Raja Dewa berturut-turut. Nona Jiang Li, aku turut bersukacita atas pernikahanmu dengan pria hebat seperti ini. Seandainya A Mei masih ada, dia pasti juga akan sangat bahagia untukmu.” 　　Dipuji seperti itu, Qin Yu juga merasa senang dalam hati. 　　“Tapi, kalian berdua jangan terlalu besar kepala.” Wajah Raja Dewa Yi Feng tiba-tiba berubah muram. 　　“Delapan Keluarga Dewa di Dewa memiliki perjanjian bersama. Mereka tidak mengizinkan kekuatan lain tumbuh kembali, pasti akan menghancurkan di tahap awal.” Yi Feng menatap Qin Yu dan Jiang Li dengan serius. 　　Alis Qin Yu mengkerut. 　　Jiang Li bertanya penuh kebingungan: "Bukankah ada tiga besar kekuatan para calon dewa di Dewa? Bagaimana mereka bisa bertahan?" 　　Yi Feng tersenyum tipis: "Kebangkitan tiga kekuatan calon dewa ini memiliki faktor kebetulan. Pertama, karena kelahiran Mahadewa Xiaoyao 6.000 triliun tahun lalu yang menjadi koneksi mereka. Kedua, kebangkitan Dewa Xiu Luo. Ratu Darah memiliki hubungan ambigu dengannya. Sedangkan dewa dari Pulau Shuang Yu juga sangat kuat. Berbagai faktor ini memungkinkan tiga kekuatan calon dewa bangkit." 　　“Ketika mereka berhasil bangkit, Delapan Keluarga Dewa ingin menghancurkan mereka. Kerugian yang akan ditanggung pasti sangat-sangat besar. Ditambah dengan sindiran Mahadewa Xiaoyao, akhirnya Delapan Keluarga Dewa dan tiga kekuatan calon dewa mempertahankan keadaan damai.” 　　Yi Feng tiba-tiba tersenyum sinis: "Tapi Delapan Keluarga Dewa memiliki perjanjian di antara mereka sendiri. Kelahiran tiga kekuatan calon dewa sudah mencapai ambang toleransi mereka. Mereka tidak akan mengizinkan kelahiran kekuatan calon dewa keempat. Begitu ada tanda-tandanya, Delapan Keluarga Dewa akan menghancurkan pihak tersebut pada tahap awal." 　　"Dulu, aku dan kakak mengikuti A Mei. Karena tiga Raja Dewa berkumpul bersama, dan A Mei juga memiliki kemampuan memimpin, di bawah komandonya telah terkumpul banyak orang. Ini membuat Delapan Keluarga Dewa merasa terancam, sehingga memutuskan untuk menghancurkan kekuatan yang belum sepenuhnya berkembang ini. Delapan Keluarga Dewa bertindak sangat tegas. Begitu menyerang, takkan menyisakan sedikit pun vitalitas. Karena itulah, kakakku tewas, A Mei akhirnya juga meninggal, hanya aku yang berhasil melarikan diri dengan susah payah." 　　Ekspresi mengejek diri sendiri muncul di wajah Yi Feng. 　　Tiba-tiba Yi Feng menatap Qin Yu dan Jiang Li: "Qin Yu, jika aku tidak salah tebak, tanda-tanda Raja Dewa di dunia dewa yang baru-baru ini muncul, pastilah dari gadis kecil Jiang Li ini." 　　"Benar." Qin Yu mengangguk mengakui. 　　Dengan wajah serius Yi Feng berkata: "Qin Yu, kekuatanmu sudah sama sekali dipahami oleh Delapan Keluarga Dewa dalam Pertempuran Laut Timur terakhir. Seorang diri, kau sudah setara dengan Raja Dewa tingkat tinggi. Ditambah Jiang Li yang juga Raja Dewa. Yang paling penting... kalian memiliki konflik dengan mereka. Kurasa... Delapan Keluarga Dewa tersebut mungkin akan mengambil tindakan kejam terhadap kalian." 　　"Tidak perlu khawatir, Suamiku sudah mengalahkan dua Raja Dewa dalam pertempuran terakhir." Di dalam hati, Jiang Li memiliki kepercayaan mutlak pada Qin Yu. 　　Yi Feng menggelengkan kepala. 　　“Kalian salah, sebelumnya Delapan Keluarga Dewa terkena serangan mendadak. Awalnya mereka mengira Qin Yu hanyalah seorang Dewa Bagian Atas, jadi dalam menangani masalah Qin Yu, pertimbangan mereka tidak terlalu mendalam. Tapi jika mereka bertindak lagi, situasinya akan berbeda! Karena mereka sudah tahu kekuatan Qin Yu. Begitu mereka bertindak, pasti dengan keyakinan absolut. Saat kalian menyesal, sudah terlambat!” 　　Yi Feng menatap tajam Qin Yu dan Jiang Li: “Aku menasihati kalian, sebaiknya bergabunglah dengan Dewa Xiu Luo ‘Luo Fan’. Kekuatan Luo Fan sangat mengejutkan. Terutama setelah dia memperoleh pusaka Hong Meng kelas satu, kekuatannya semakin mengerikan. Delapan Keluarga Dewa pun enggan mencari masalah dengannya.” 　　Qin Yu mengangguk perlahan. 　　Setelah Yi Feng berbicara panjang lebar, dalam hati Qin Yu sangat memahami. Namun Yi Feng tidak tahu andalan sejatinya, yaitu alam semesta baru. Alasan Delapan Keluarga Dewa bisa membunuh Zuo Qiumei adalah karena mereka membekukan ruang, membuatnya tak bisa kabur. 　　Tapi, adakah yang bisa mencegah diriku melakukan lompatan ruang? 　　Tidak ada! 　　"Raja Dewa Yi Feng, dengarkan aku." Qin Yu menatap Raja Dewa Yi Feng. 　　Raja Dewa Yi Feng mengangguk menatap Qin Yu: "Kau bilang." 　　"Raja Dewa Yi Feng, aku dan Li'er bisa menyembunyikan diri hingga Delapan Keluarga Dewa tak bisa menemukan. Tapi Li'er sekarang sudah hamil, aku tak bisa mentolerir anakku harus terus bersembunyi, juga tak bisa menerima kerabat dan teman-temanku hidup dalam bayang-bayang karena hubungan denganku. Jadi, aku ingin bertarung melawan para Maharaja Suci itu. Aku... juga membutuhkan bantuanmu." Qin Yu mengutarakan permintaannya. 　　Qin Yu tidak ingin menggunakan kata-kata sentimentil. Lagipula lawan bicaranya adalah Raja Dewa, Yi Feng pasti punya pertimbangan sendiri. 　　"Bertarung?" 　　Mata Yi Feng memancarkan amarah tersamar, "Qin Yu, jangan terlalu sombong. Kau kira apa itu Maharaja Suci? Mereka telah eksis sejak kelahiran alam dewa, mana mungkin mudah diserang? Kau nekat sendiri tak apa, tapi jangan libatkan Jiang Li dalam penderitaan. Aku pun takkan ikut-ikutan gila bersamamu." 　　Yi Feng mendengus keras, lalu memandangi hamparan lautan bambu. Dalam dua tiga langkah, sosoknya telah menyatu dengan gemericik dedaunan. 　　"Raja Dewa Yi Feng." 　　"Paman Yi Feng." 　　Suara Qin Yu dan Jiang Li bersatu, namun tak ada jawaban. Hanya gema peringatan yang mengiang di telinga Qin Yu: "Jangan biarkan tragedi A Mei terulang. Jangan pernah kau sangka, dengan mengalahkan dua raja dewa, kau bisa melawan Maharaja Suci. Kekuatan serangan mereka yang dipadu pusaka spiritual keluarga, takkan bisa kau bayangkan." 　　Gemuruh suara pun menghilang ditelan gemeresik lautan bambu. Segala teriakan dan permohonan Qin Yu serta Jiang Li, tak lagi mendapat respons dari Raja Dewa yang telah larut dalam kesunyian hutan. 　　Beberapa saat kemudian, Qin Yu dan Jiang Li akhirnya terpaksa mengakui bahwa upaya mereka gagal! 　　"Tak kusangka target pertama yang dianggap paling potensial justru gagal. Gagal di langkah pertama!" Qin Yu tertawa getir. 　　Jiang Li hanya bisa tersenyum pasrah. 　　"Suamiku, mengapa kau tidak jelaskan bahwa 'pembekuan ruang' para Maharaja Suci tak berpengaruh padamu? Andai kau sampaikan, mungkin Raja Dewa Yi Feng akan mempertimbangkan ulang." Jiang Li bertanya. 　　Qin Yu menghela napas: "Dia langsung pergi setelah memberi nasihat. Kapan sempat kujelaskan? Lagipula, meski kukatakan, Raja Dewa Yi Feng takkan percaya. Li'er, kalau bukan karena kau pernah masuk ke alam semesta baru, apa kau akan percaya adanya hukum ruang-waktu berbeda dengan Qi Hong Meng tak terbatas?" 　　Jiang Li tertegun. 　　Benar, banyak hal tentang Qin Yu memang penuh keajaiban. Mustahil dipercaya tanpa menyaksikan langsung. 　　"Hm?" 　　Alis Qin Yu tiba-tiba berkerut. Sebuah kesadaran spiritual Raja Dewa yang berasal dari Gunung Api tiba-tiba menyapu seluruh alam dewa, secara tak sengaja mendeteksi keberadaan Qin Yu dan Jiang Li. Jiang Li yang saat ini juga merasakan pencarian menggunakan kesadaran spiritual Raja Dewa itu segera berkata: "Suamiku, ada Raja Dewa yang menemukan kita. Lebih baik kita pulang." 　　Tiba-tiba mata Qin Yu berbinar, senyum tipis mengembang di wajahnya. 　　"Li'er, alasan utama Raja Dewa Yi Feng menolak membantu kita adalah karena dia yakin aku tidak bisa lolos dari kepungan Delapan Keluarga Dewa. Jika aku bertarung melawan para Maharaja Suci di depan pintu rumahnya, menunjukkan sedikit kemampuan di depan matanya, pasti dia akan percaya." Ujar Qin Yu sambil tersenyum. 　　Jiang Li terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepala setuju. 　　"Hanya saja kita tidak tahu berapa banyak Raja Dewa yang akan dikirim Delapan Keluarga Dewa untuk menyerang kita." Qin Yu tertawa ringan, "Li'er, jika ada bahaya, segera masuk ke alam semesta baru. Kau mengerti?" 　　"Dalam hal pertahanan, sebenarnya Jiang Li lebih hebat daripada Qin Yu. Jiang Li mengenakan 'Jubah Bulu Zilin' yang merupakan pusaka Hong Meng kelas satu, serangan dari Raja Dewa biasa tidak akan melukainya. Untuk ofensif, dia memiliki pedang 'Perusak Air' yang juga pusaka Hong Meng kelas satu, benar-benar aman. Namun Jiang Li tetap merasakan kehangatan di hatinya." 　　Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu menyelimuti seluruh Dewa. Dari Delapan Tanah Suci di alam dewa, kecuali Gunung Xuanjin Timur dan Kota Bawah Tanah, enam tanah suci lainnya telah mengerahkan pasukan. 　　"Huh, hanya enam Raja Dewa yang dikirim? Tapi keenamnya adalah Maharaja Suci! Kerja sama enam Maharaja Suci, hadiah yang luar biasa besar! Apakah mereka ingin memberantas 'ancaman' ini sejak masih dalam tahap awal?" gumam Qin Yu dengan sorot mata bersemangat. JILID 17 DARAH RAJA DEWA BAB 16 MUTIARA SUMBER API 　　"Braak!" 　　Kilat raksasa sebesar naga hitam tiba-tiba menyambar di antara Langit dan Bumi, menghubungkan langit kelam dengan daratan luas tak bertepi. Maharaja Barat Laut Zhou Huo yang seluruh tubuhnya memendar kilatan listrik, melayang di udara di atas Kota Hukuman Guntur. Ular-ular listrik tak terhitung mengelilinginya dengan riang bagaikan anak-anak. 　　"Tuan-tuan, fakta telah terungkap. Raja Dewa yang terpilih hari itu adalah Jiang Li. Sesuai perjanjian awal, karena Raja Dewa baru ini berada di pihak Qin Yu, maka kita harus langsung menghancurkannya." Zhou Huo berbicara dengan wajah kejam, sorot matanya berkilat-kilat bagai halilintar. Suaranya bergema dalam benak ketujuh Maharaja Suci lainnya. 　　Pada saat yang sama, ketujuh Maharaja Suci lainnya juga menyimak dengan cermat. 　　"Pernyataan Saudara Zhou Huo beralasan. Qin Yu ini sudah berseberangan dengan Delapan Keluarga Dewa kita. Qin Yu sendirian setara dengan dua Raja Dewa. Kalau melihat kemampuan merakit senjata spiritualnya, begitu kita biarkan dia berkembang, ancaman ke kita akan semakin besar." Suara Maharaja Selatan Duanmu Yun yang jernih bergema di benak ketujuh Maharaja lainnya. 　　"Saudara Jiang Fan, Jiang Li ini putrimu sendiri. Bagaimana pendapatmu?" Suara Dongji Shenghuang Huangfu Yu terdengar. 　　Begitu kata Huangfu Yu berakhir, suasana hening mencekam melanda Delapan Maharaja Suci. Setelah beberapa saat, Jiang Fan akhirnya berbicara lambat: "Seperti yang kita bahas kemarin, ancaman ini harus dibersihkan sampai ke akar-akarnya!" 　　"Haha..." Zhou Huo tertawa. "Saudara Jiang Fan tak perlu terlalu kejam. Cukup bunuh Qin Yu saja. Soal Jiang Li... nyawanya bisa diampuni. Tapi tentang anak haram hasil hubungannya dengan Qin Yu itu..." 　　"Anak haram itu secara alami takkan punya kesempatan bertahan di dunia." Jiang Fan menjawab dengan nada dingin. 　　"Baik." Zhou Huo langsung mengatur, "Sesuai kesepakatan terakhir, Saudara Huangfu dan Saudara Putai tidak perlu ikut dalam operasi pengepungan Qin Yu. Tugas kalian hanya menghalangi kemungkinan kemunculan 'Luo Fan'. Kami enam yang akan langsung berangkat." 　　…… 　　Maharaja Barat Laut 'Zhou Huo', Maharaja Utara 'Jiang Fan', Maharaja Selatan 'Duanmu Yun', Maharaja Barat 'Shen Tu Yan', Maharaja Barat Daya 'Tang Lan', Maharaja Timur Laut 'Mu Qin'. 　　Enam Maharaja Suci langsung menggunakan lompatan ruang, pada saat yang bersamaan, muncul di Kepulauan Nanyequn Dao. 　　Langit gelap gulita, lautan tak berujung mengaum dan bergulung-gulung dahsyat. 　　"Braak!" 　　Ombak raksasa menghantam keras karang hitam legam yang menjulang di pulau. Karang tetap berdiri kokoh, sementara ombak itu pecah berkeping-keping menjadi ribuan percikan air yang menghujani pantai. 　　Di atas karang hitam legam, Qin Yu dan Jiang Li berdiri berdampingan. Enam Maharaja Suci muncul tiba-tiba, mengelilingi keduanya. 　　Pandangan Qin Yu menyapu enam Maharaja Suci, sambil tersenyum berkata: "Apa maksud enam Maharaja Suci datang ke Nanyequn Dao terpencil ini sekaligus? Jangan-jangan sedang wisata? Oh, sepertinya bukan. Mungkin..." Matanya tiba-tiba berkilat tajam, "Mencari aku, Qin Yu?" 　　Zhou Huo, Jiang Fan, Duanmu Yu, Shentu Yan, Tang Lan, Mu Qin - lima pria dan satu perempuan di antara enam Maharaja Suci itu. Di mata mereka terpancar kekejaman. Wajar, mereka sedang memandang orang hendak meninggal! 　　"Qin Yu, kau ini jenius. Seandainya kau mau patuh pada aturan, prestasimu di masa depan mungkin lebih mengejutkan. Tapi..." Zhou Huo tersenyum dingin, sambil di atas kepalanya muncul tiba-tiba Bintang Gelap berkilatan listrik. 　　Begitu pusaka ini muncul, Qin Yu merasakan getaran di ruang sekeliling. Kemudian, area seluas puluhan ribu li di sekitar mereka sama sekali tidak menunjukkan fluktuasi energi. 　　"Inikah efek membekukan ruang? Tepat seperti legenda, sungguh dahsyat." Dalam hati, Qin Yu memuji teknik tersebut. 　　Qin Yu sangat memahami prinsip di balik teknik membekukan ruang. Biasanya, ruang selalu dalam kondisi bergetar - hanya dengan demikian Raja Dewa bisa menggunakan getaran itu untuk melakukan lompatan ruang. Jika getaran ruang berhenti, teleportasi mustahil dilakukan. 　　Tapi... 　　Teknik ini cuma efektif untuk Raja Dewa biasa. Terhadap dirinya, efeknya nihil. 　　"Zhou Huo, mutiara bercahaya kilat itu... apakah itu pusaka spiritual keluarga dari Kota Hukuman Guntur yang legendaris? Pusaka Hong Meng kelas satu?" tanya Qin Yu sambil tersenyum. 　　Zhou Huo, Jiang Fan, Shen Tu Yan, Tang Lan, dan lainnya saling pandang. Dalam hati, mereka terkejut. 　　Mereka bisa memastikan, sejak Qin Yu mampu melakukan lompatan ruang, pasti sudah merasakan ruang telah 'dibekukan'. Secara paralel, Qin Yu pasti tahu dirinya tak bisa kabur via lompatan ruang. Dalam kondisi tahu tak bisa melarikan diri, menghadapi Enam Maharaja Suci, alih-alih memikirkan cara menyelamatkan nyawa, malah bertanya informasi tentang pusaka Hongmeng mereka. 　　Berani sekali! 　　Zhou Huo yang telah membekukan ruang tentu tak khawatir Qin Yu kabur, mengangguk sambil tersenyum: "Saat alam Dewa tercipta, pusaka spiritual Delapan Keluarga Dewa lahir bersama Delapan Tanah Suci. Bintang Gelap ini adalah pusaka Hong Meng kelas satu, sekaligus pusaka spiritual Kota Hukuman Guntur kami, bernama 'Bintang Sumber Guntur'. Dengan darah keluarga Lei kami, kekuatan mematikannya semakin dahsyat." Di wajah Zhou Huo terpancar kebanggaan yang tak bisa disembunyikan. 　　"Bintang Sumber Guntur?" 　　Qin Yu dalam hati berdesir, diam-diam berpikir, "Dulu saat aku mengunjungi Istana Gunung-Laut, pemuda berambut perak dan bermata perak itu mewakili gurunya memberiku tiga pusaka Hong Meng kelas satu. Salah satunya bernama 'Mutiara Sumber Api'. Apakah Mutiara Sumber Petir ini serupa dengan Mutiara Sumber Api itu?" 　　"Sayang sekali, Dewa Tukang generasi baru yang baru lahir di Dewa ini akan mati begini saja." Suara lembut terdengar, berasal dari Maharaja Suci Barat Daya 'Tang Lan' - satu-satunya perempuan di antara para Maharaja Suci. Di atas rambut biru indah Tang Lan juga mengambang sebuah mutiara spiritual, hanya saja mutiara ini dikelilingi aliran air. 　　"Kematiannya sudah takdirnya." Maharaja Suci Timur Laut Mu Qin berkata dingin, di atas kepalanya juga mengambang mutiara hijau kebiruan. 　　Enam Maharaja Suci masing-masing mengangkat sebuah mutiara spiritual di atas kepala mereka. Warna-warninya berbeda-beda, getaran energi yang dipancarkan juga bervariasi. Hanya saja aura mereka semua secara samar mampu mengguncang Langit dan Bumi. 　　“Qin Yu, bersiaplah mati!” Zhou Huo berkata dingin. Ucapannya menjadi sinyal untuk memulai 'serangan'. Seketika aura enam Maharaja Suci meledak—— 　　“Tunggu sebentar!” Qin Yu tiba-tiba berseru. 　　“Ada apa? Penakut? Menyesal?” Zhou Huo mengejek. Sang Maharaja sangat menantikan momen ketika calon korban menunjukkan kelemahan di hadapannya. 　　“Maharaja Barat.” Tatapan Qin Yu tertancap pada mutiara merah di atas kepala Shen Tu Yan, “Apakah pusakamu ini bernama 'Mutiara Sumber Api'?” 　　Meski bingung dengan pertanyaan itu, Shen Tu Yan tetap mengangguk, “Delapan Pusaka Spiritual Keluarga adalah delapan Mutiara Fundamental. Keluarga Shen Tu menguasai energi berunsur api, jadi pusaka kami adalah 'Mutiara Sumber Api'. Ada yang aneh?” 　　“Qin Yu ini mungkin sedang mengulur waktu karena takut mati, haha...” Zhou Huo menyeringai sinis. 　　Dalam hati Qin Yu saat ini muncul berbagai pikiran. 　　Saat melihat pusaka spiritual di atas kepala Shen Tu Yan, Qin Yu merasakan dari aura dan warna mutiara itu... bahwa pusaka keluarga Shen Tu ini persis sama dengan 'Mutiara Sumber Api' yang diperolehnya dari pemuda berambut perak bermata perak. 　　"Bahkan namanya sama, sama-sama pusaka Hong Meng kelas satu. Menurut para Maharaja Suci, delapan pusaka keluarga ini muncul saat dunia Dewa tercipta. Secara logika, pusaka seperti ini biasanya satu-satunya, mengapa pemuda bermata perak itu memberikanku Mutiara Sumber Api lagi?" Qin Yu curiga dalam hatinya. 　　"Selain itu, jika 'Mutiara Sumber Api' keluarga Shen Tu turun saat penciptaan dunia Dewa, bagaimana bisa guru pemuda berambut perak itu mendapatkan mutiara yang sama? Apakah ada dua Mutiara Sumber Api? Apakah tujuh jenis mutiara lainnya juga tidak hanya satu-satunya?" 　　"Seketika, sejumlah besar keraguan membanjiri hati Qin Yu." 　　"Namun, keenam Maharaja Suci saat ini takkan membiarkannya merenungkan lebih lanjut." 　　"Angin laut semakin kencang, menggerai ujung rambut Qin Yu." 　　"Serang!" 　　"Zhou Huo tiba-tiba menghardik. Seluruh tubuhnya memancarkan kilatan petir layaknya Dewa Petir. Di tangannya muncul cambuk panjang yang seluruhnya terbentuk dari listrik. Pada cambuk itu berkobar berbagai warna petir: ungu, hijau, hitam, putih, membentuk lingkaran energi yang berputar-putar." 　　"Huu～～～" 　　"Dengan hentakan cambuk yang menyerupai naga yang meregangkan tubuh, panjang senjata listrik itu tiba-tiba memanjang hingga seratus meter dengan ketebalan seukuran tong. Cambuk petir raksasa ini langsung menyelimuti area di atas Qin Yu, memerangkap seluruh ruang di sekitarnya dalam jaring listrik." 　　"Syuut!" 　　"Lengkingan menusuk menggema keras ketika cambuk itu menyambar ke arah ubun-ubun Qin Yu." 　　Qin Yu menggerakkan kedua tangannya seperti kilatan cahaya, dengan keras mencoba meraih cambuk panjang petir itu. Sarung tangan perak secara otomatis muncul di kedua tangannya. Melihat Qin Yu berusaha menangkap cambuk petir, Zhou Huo hanya menyunggingkan senyum sinis. 　　"Braak!" 　　Tangan-tangan Qin Yu seolah mencakup langit dan bumi, langsung menyelubungi cambuk petir tersebut. Namun seketika, rasa sakit tertusuk yang tajam menyambar dari kedua telapak tangannya. Kedua lengannya mendadak mati rasa sepenuhnya. 　　"Tingkat petir macam apa ini?" Dada Qin Yu berdesir ketakutan. Padahal ia mengenakan sarung tangan pusaka Hong Meng kelas dua, tapi tetap saja terluka. 　　"Bodoh." 　　Zhou Huo mendengus dingin. Seketika, puluhan cambuk raksasa bermunculan mengelilingi tubuhnya. Saat ini, Zhou Huo bagaikan seekor gurita dengan puluhan tentakel raksasa yang menggeliat. 　　“Satu cambuk petir saja sudah sebegitu kuatnya, bagaimana jika puluhan batang datang bersamaan… Qin Yu membayangkan adegan itu, seluruh tubuhnya langsung merinding.” 　　“Tadi aku cuma menyentuh cambuk itu melalui sarung tangan, tapi lengan sudah mati rasa. Kalau tubuh langsung kontak, mungkin akan langsung jadi abu.” Qin Yu terkejut dalam hati, lalu tersenyum, “Aku bukan avatar, pertahananku takkan bisa menahan serangannya. Hmm… Hari ini, aku akan menguji kekuatanku sepenuhnya.” 　　Kilatan cahaya muncul di mata Qin Yu. 　　“Huu!” 　　Kelima Maharaja Suci lainnya tidak terburu-buru menyerang, hanya terus mengamati. Kali ini mereka menyaksikan langsung tubuh Qin Yu tiba-tiba terbelah menjadi dua. 　　Satu Qin Yu berbaju hijau, satu lagi berbaju hitam. Yang berbaju hitam cepat-cepat mundur, sementara yang berbaju hijau malah menyambut cambuk-cambuk petir itu. 　　“Berani menghadapi kekuatan fundamental petir secara langsung? Ini bunuh diri!” gumam para Maharaja Suci di sekeliling. 　　“Braak！” Puluhan cambuk petir menghantam tubuh Qin Yu berbaju hijau. 　　Wajah Qin Yu berbaju hijau tetap datar, namun tubuhnya sama sekali tidak terluka! 　　“Bagaimana mungkin!” 　　Zhou Huo membelalakkan mata, kelima Maharaja Suci lainnya pun tertegun. "Sekuat apapun pertahanan tubuh, seharusnya mustahil menahan kekuatan fundamental petir ini," batin Zhou Huo yang tak bisa menerima kenyataan. 　　Tapi bagaimana mungkin keenam Maharaja Suci tahu, bahwa tubuh Qin Yu berbaju hijau sesungguhnya adalah pusaka Hong Meng kelas satu. Sejak kelahiran alam Dewa, belum pernah ada pusaka Hong Meng kelas satu yang hancur. 　　Bagaimanapun, pusaka Hong Meng kelas satu terlalu keras. 　　Pertahanan tubuh Qin Yu berbaju hijau memang mengerikan. Dan...bahkan jika serangan berhasil memecahkannya, tubuh itu bisa berubah menjadi gas Han Meng. 　　Tubuh abadi! 　　“Zhou Huo, inikah kekuatanmu? Tuan-tuan Maharaja, apakah kalian pikir hanya mengandalkan Zhou Huo saja sudah cukup untuk melawanku Qin Yu?” Avatar Qin Yu berbaju hitam berdiri tak jauh dengan senyuman tipis, tangannya kini memegang tombak panjang hitam kuno bertotol-totol warna xuanhuang. 　　Tombak Sisa Salju, senjata yang lebih menakutkan dari pusaka Hongmeng kelas satu, akhirnya dikeluarkan oleh Qin Yu. 　　“Bandingkan kekuatan serangan? Apakah daya hantam Tombak Sisa Salju kalah dari pusaka Hongmeng kelas satu kalian?” Perasaan bersemangat mulai menggelora di dada Qin Yu. Sudah lama ia tidak merasakan sensasi ini. 　　“Saudara Jiang Fan, kau hadapi Jiang Li. Untuk Qin Yu, biar kami yang urus.” Maharaja Selatan Duanmu Yun berkomunikasi via telepati, “Avatar berbaju hijau itu akan kami tangani bersama Zhou Huo dan Tang Lan. Sedangkan avatar berbaju hitam, serahkan pada Shen Tu dan Mu. Bagaimana pendapat kalian?” 　　Pengaturan Maharaja Selatan tidak ada keberatan dari para Maharaja Suci lainnya. 　　Membunuh ayam pun harus menggunakan pisau sapi, dalam pertempuran harus menggunakan kekuatan penuh! Namun avatar berbaju hijau Qin Yu yang ditunjukkan jelas lebih kuat daripada yang berbaju hitam. Hanya saja Zhou Huo, Jiang Fan dan yang lain saat ini belum benar-benar merasakan kekuatan mematikan Tombak Sisa Salju milik Qin Yu! 　　"Huu!" 　　Tubuh mereka berpindah secepat kilat, tiga Maharaja Suci - Zhou Huo, Tang Lan, Duanmu Yun - segera mengepung avatar hijau Qin Yu. Sementara Shen Tu Yan dan Mu Qin menghadapi avatar hitam. Adapun Jiang Fan, berdiri di depan Jiang Li. 　　Jiang Fan menatap putrinya. 　　Jiang Li sekarang sudah sangat berbeda dari masa lalu. Rambut panjangnya yang memancarkan sinar hijau zamrud, kilau kehidupan hijau yang terpancar dari matanya. Semua ini membuat Jiang Fan teringat pada Shenghuo Shenwang 'Zuo Qiumei'. 　　Dari segi penampilan dan aura yang terpancar saat ini, Jiang Li sangat mirip dengan Zuo Qiumei di masa lalu. Namun secara esensi internal, keduanya memiliki perbedaan yang besar. Zuo Qiumei memiliki karakter yang sangat mandiri dan kompetitif, sedangkan Jiang Li justru memiliki sifat lembut seperti air. 　　"Ayahanda Kaisar." Jiang Li berkata dengan suara lembut. 　　Jiang Fan mengerutkan alisnya dan berkata dingin: "Li'er, masih ada waktu untukmu bertobat. Pulanglah dengan patuh dan singkirkan benih terkutuk di perutmu. Dengan begitu, kau tetap putriku Jiang Fan, tetap Putri Kota Salju Melayang." 　　"Benih terkutuk? Menyingkirkannya?" 　　Raut wajah Jiang Li berubah drastis. Tatapan lembutnya tiba-tiba menjadi tajam menembus Jiang Fan: "Ayahanda, ini adalah anakku dengan Suamiku. Bukan benih terkutuk, dan mustahil untuk disingkirkan." Setelah bertahun-tahun mengandung, Jiang Li hampir terus-menerus merasakan debaran kehidupan kecil dalam rahimnya. Perasaan ikatan darah ini membuatnya mencintai anak yang belum lahir itu sampai mati. 　　Ayahanda Kaisar sendiri ingin menyingkirkan anak kandungnya? Bagaimana mungkin Jiang Li mau setuju. 　　"Kau tidak mau, maka terpaksa aku sendiri bertindak menyingkirkan benih terkutuk itu." Jiang Fan berkata dingin, sambil bergerak dengan kecepatan puncak. Seketika ia sudah berada di samping Jiang Li, dengan tongkat panjang hitam di tangannya. Tongkat hitam itu bahkan menelan sinar di sekitarnya. 　　Tongkat itu menghantam. 　　Jiang Li merespons cepat. Pedang 'Merusak Air' langsung muncul di genggamannya. 　　"Braak!" 　　Jiang Fan mundur, matanya terbelalak melihat pedang itu: "Kekuatan pedangmu tak biasa, bahkan sanggup menahan energi fundamental kegelapan." 　　"Ini pemberian Suamiku." Kebanggaan terpancar di wajah Jiang Li. 　　"Masih panggil Suamiku? Hmph." Jiang Fan mendengus pendek. Tiba-tiba ruang di sekitar tubuh Jiang Fan mengalami percepatan waktu hingga ratusan ribu kali lipat. Sebelum Jiang Li sempat bereaksi, tongkatnya telah menghantam tubuh Jiang Li. Pada detik tumbukan, kilatan cahaya ungu merekah dari tubuh Jiang Li. 　　Postur tubuh Jiang Li mundur cepat. 　　"Hm? Tidak terluka sedikit pun?" Jiang Fan tertegun. "Bahkan aku sendiri takkan selamat jika terkena pukulan kekuatan fundamental kegelapan ini." Pandangannya langsung tertancap pada Jubah Bulu ungu yang dikenakan Jiang Li. 　　Jiang Fan telah menyadari bahwa ketahanan Jiang Li pasti berkaitan dengan jubah ungu itu. 　　"Jiang Fan, kau kejam sungguh!" Dentuman raungan tiba-tiba menggema. 　　Dua bayangan samar - satu hitam dan satu hijau - nyaris sekejap muncul di hadapan Jiang Fan. Aura yang mengerikan itu membuatnya menggigil. Secara bersamaan, Lima Maharaja Suci lainnya segera mengejar. 　　“Aduh!” Qin Yu memegang Tombak Sisa Salju, dengan satu tangan mengguncangnya keras. Tombak itu berputar lalu menghujam ke arah Jiang Fan. Saat tombak bergerak, bahkan ruang yang membeku pun bergetar seakan akan runtuh. 　　"Bahaya!" 　　Wajah Jiang Fan berubah pucat. Berkat kemampuannya mengontrol aliran waktu yang mempercepat dirinya puluhan ribu kali lipat, barulah ia bisa melihat jelas serangan tombak ini. Dari getaran ruang yang nyaris runtuh itu, ia menyadari betapa mengerikannya serangan ini. 　　Seketika-- 　　Bintang Gelap di atas kepala Jiang Fan memancarkan ribuan sinar, menyelubungi seluruh tubuhnya. Di tangannya muncul perisai hitam. 　　"Braak!" 　　Perisai hitam pecah berkeping. Ujung Tombak Sisa Salju menembus sinar pelindung Jiang Fan. Kilau hitam itu bergelombang berusaha menetralisir serangan tombak, tapi-- 　　"Terlihat Bintang Gelap di atas kepala Jiang Fan sedikit bergoyang, seolah hendak jatuh dari kepalanya." 　　Kilau hitam di permukaan tubuh Jiang Fan langsung runtuh. 　　"Brak!" 　　Jiang Fan sendiri telah meloloskan diri jauh, berkat energi gelap yang dikeluarkan Bintang Gelap sempat menghalangi, membuatnya hanya menderita luka ringan. 　　Qin Yu menarik tombaknya sementara bayangan hijau di sampingnya berkonsentrasi membentuk sosok 'Avatar berbaju hijau Qin Yu'. 　　Qin Yu memandang dingin ke arah Jiang Fan yang jauh: "Jiang Fan, aku masih menganggapmu sebagai Ayah Li'er, tidak membantaimu habis-habisan. Jika kau berani lagi seperti ini, jangan salahkan aku nanti!" 　　"Dibantai?" Jiang Fan menyeringai sinis, menurutnya Qin Yu sengaja mengumbar omong kosong. 　　Jiang Li justru sangat paham Qin Yu tidak mengucapkan omong kosong, karena saat menyerang Jiang Fan tadi, Qin Yu memang tidak melepaskan energi Xuan Huang. Begitu energi Xuan Huang melingkupi ujung tombak, barulah Tombak Sisa Salju mencapai puncak kekuatan serangan yang paling mengerikan. 　　Saat ini, lima Maharaja Suci telah terbang ke sisi Jiang Fan. 　　"Saudara Jiang Fan, tidak apa-apa?" Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati sambil bertanya. 　　Jiang Fan tertawa pendek, lalu berbisik lewat telepati: "Hmph, tombak panjangnya punya kemampuan menyerang jiwa. Tapi dengan perlindungan Bintang Gelap, dia takkan bisa melukaiku." 　　Zhou Huo baru mengangguk halus: "Saudara Jiang Fan, Qin Yu ini sangat sulit dihadapi. Avatar-nya memiliki pertahanan yang mengerikan, bahkan bisa berubah dari nyata menjadi ilusi. Sangat sulit untuk menghancurkannya." 　　Sebelumnya, Zhou Huo, Tang Lan, dan Duanmu Yun telah merasakan sendiri kekuatan avatar Qin Yu. 　　Meskipun serangan avatar itu bisa mereka tahan, bagaimanapun juga mereka tidak bisa menghancurkan avatar Qin Yu. 　　Sementara itu, Shen Tu Yan dan Mu Qin yang menyerang wujud asli Qin Yu terlihat sedikit pucat. Shen Tu Yan berkomunikasi melalui telepati: "Tuan-tuan, avatar Qin Yu masih bisa ditoleransi, setidaknya tidak bisa melukai kita parah. Tapi pedang panjang di tangannya memiliki kekuatan yang mengerikan. Bahkan ruang yang membeku hampir runtuh. Untungnya, aku dan Saudara Mu masih bisa mempertahankan pembekuan ruang dengan pusaka spiritual." 　　"Kekuatan pedang itu tidak kalah dengan pusaka Hong Meng kelas satu," Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati. 　　Zhou Huo jelas mengingat bagaimana jimat pelindung yang diberikan Mahadewa Hukuman Guntur kepada Zhou Xian, dihancurkan hanya dengan satu tusukan pedang Qin Yu. Kekuatan serangan senjata itu bisa dibayangkan. 　　Meskipun enam Maharaja Suci terkesima dengan kekuatan Qin Yu, mereka tidak merasa khawatir. 　　Delapan Keluarga Dewa, mana mungkin hanya memiliki taktik sebatas itu? 　　"Tampaknya..." Zhou Huo menyapu pandangan ke lima Maharaja Suci lainnya, enam Maharaja Suci itu hanya bertukar tatapan, sudah saling memahami isi hati masing-masing. 　　"Saudara Jiang Fan dan Saudara Duanmu sebagai inti, Saudara Mu, Tang Lan, dan Saudara Shen Tu sebagai pendukung, aku yang menguasai gambaran besar." Zhou Huo berkata dengan tenang. 　　Lima Maharaja Suci lainnya mengangguk. Delapan Maharaja Suci Dewa bisa mengeluarkan kombinasi terbaik untuk metode serangan gabungan. Kini dengan enam Maharaja Suci hadir, formasi serangan besar yang disebut Zhou Huo memang metode terbaik. 　　Kekuatan fundamental kegelapan dan cahaya sebagai inti, lainnya sebagai pendukung, Kekuatan Petir sebagai pengendali utama. 　　SERANGAN GABUNGAN! 　　Jenis serangan kombinasi kekuatan fundamental ini kekuatan mematikannya jauh melebihi serangan sembarangan para Maharaja Suci tadi. Dari segi daya hancur... enam Maharaja Suci bersatu, bahkan Dewa Xiu Luo mungkin tidak sanggup bertahan. 　　Dan saat ini... 　　Qin Yu dan Jiang Li masih sama sekali tidak mengetahui. Qin Yu bahkan baru saja tahu tentang delapan pusaka spiritual keluarga, apalagi mengenai kerja sama Delapan Raja Suci. Adapun Jiang Li... dia lahir terlalu terlambat, pengetahuannya juga sangat minim. 　　Qin Yu dan Jiang Li berdua sama sekali tidak menyadari bahwa malapetaka besar telah menghampiri. 　　"Apa yang mereka rencanakan?" Tiba-tiba alis Qin Yu mengkerut. Di depan mata, Jiang Fan dan Duanmu Yu berdiri mengapit di kiri-kanan dengan sejajar. Tubuh Jiang Fan memancarkan ribuan sinar hitam, sementara tubuh Duanmu Yu memancarkan ribuan sinar putih. 　　Kilatan cahaya dari kedua tubuh mereka saling melengkapi. 　　Secara bersamaan, Shen Tu Fan, Mu Qin, dan Tang Lan membentuk formasi segitiga mengelilingi Jiang Fan dan Duanmu Yu. Sedangkan Zhou Huo berdiri di angkasa atas kedua orang tersebut. 　　Enam bola spiritual fundamental berkilauan terang secara serempak. 　　"Bahaya!" Dasar hati Qin Yu merasakan krisis. Segera dia berkomunikasi melalui telepati pada Jiang Li, "Li'er, kau pulang dulu." 　　“Tidak apa, Suamiku, aku memakai Zilin Yuyi.” Jiang Li segera menjawab. 　　Zhou Huo yang berdiri di atas lima Maharaja Suci menatap tajam Qin Yu dengan tatapan dingin. Tiba-tiba, Zhou Huo mengangkat satu tangannya tinggi-tinggi. Tapi persis di momen itu—— 　　Ribuan batang bambu tiba-tiba berhamburan dari langit. Bambu-bambu itu beterbangan tak berujung, dalam sekejap menyelubungi enam Maharaja Suci. Keenam Maharaja Suci merasa diri mereka terlempar ke dimensi lain, sama sekali tak bisa merasakan keberadaan Qin Yu. 　　Qin Yu dan Jiang Li hanya bisa tertegun. 　　Apa yang terjadi? Qin Yu jelas melihat Zhou Huo hendak menyerang tadi. Dari mana datangnya ribuan bambu ini? Bambu... Jangan-jangan... 　　Hati Qin Yu langsung teringat pada seseorang. 　　“Qin Yu, nona Jiang Li, cepat pergi!” Yi Feng terbang mendekati mereka dengan panik. Matanya penuh kegelisahan, “Kalian harus segera minggir! Enam Maharaja Suci bersatu, bahkan Dewa Xiu Luo pun takkan berani hadapi langsung. Cepat pergi!” 　　Qin Yu dan Jiang Li sama-sama paham. Hanya ada satu pusaka spiritual ruang kelas satu Hong Meng yang bisa mengepung enam Maharaja Suci untuk sementara waktu, yaitu 'Wanli Jiangshan'. 　　Tapi, bahkan Wanli Jiangshan, menghadapi gabungan kekuatan enam Maharaja Suci, berapa lama bisa bertahan? 　　"Paman Yi Feng." Hati Li'er sejenak terharu. 　　"Raja Dewa Yi Feng." 　　Qin Yu justru mulai menaruh simpati pada Raja Dewa ini. Nyata sekali tekadnya menyelamatkan diri mereka dengan mempertaruhkan nyawa di situasi genting ini. 　　Raja Dewa Yi Feng berkomunikasi lewat telepati dengan gusar: "Cepat pergi! Bahkan Dewa Xiu Luo tak berani menghadapi serangan gabungan ini. Kalian nekat? Zona ruang beku hanya puluhan ribu li. Dengan kecepatan terbang kalian, segera bisa melewatinya. Aku masih bisa bertahan sebentar. Cepat pergi!" 　　Wajah Yi Feng Shenwang tiba-tiba memerah, sudut bibirnya mengalirkan setetes darah. Qin Yu bisa merasakan, hutan bambu yang mengambang di kejauhan terus bergetar hebat. Enam Maharaja Suci yang terperangkap di dalamnya jelas sedang berusaha mati-matian untuk keluar. 　　"Aku hampir tidak sanggup bertahan!" Yi Feng menatap tajam Qin Yu dengan mata berkobar-kobar, gigi-giginya menggeretak, "Qin Yu, A Mei sudah mati. Seorang Raja Dewa Kehidupan telah gugur. Jangan biarkan gadis kecil Jiang Li, Sang Raja Dewa Kehidupan baru ini, juga tewas. Jika tidak, kematianku akan sia-sia!" Wajah Yi Feng tiba-tiba berubah pucat pasi. Sejak memutuskan untuk menghadang enam Maharaja Suci, dia sudah siap mati. 　　Yi Feng tiba-tiba melotot ke arah Qin Yu. 　　Kelambanan Qin Yu membawa Jiang Li kabur membuat Yi Feng murka dan sangat panik. 　　Dalam hati Yi Feng, Jiang Li yang telah menyatu dengan dua tetes Soul of Life's Tear bisa dianggap sebagai kelanjutan nyawa Zuo Qiumei. Dulu ketika Zuo Qiumei mati, Yi Feng merasa jiwanya ikut mati, tak ada lagi yang layak dihidupi. Kini ia pun rela mati demi Jiang Li. 　　Semata karena Jiang Li adalah reinkarnasi nyawa Zuo Qiumei. 　　Tiba-tiba hutan bambu tak terhitung itu runtuh berkeping-keping, batang-batang bambu beterbangan kembali ke tubuh Yi Feng. Melihat enam Maharaja Suci menyerbu ke sini, ia melirik Qin Yu dan Jiang Li. Lalu menghela napas: "Ah, sudahlah, sudahlah." 　　"Raja Dewa Yi Feng, mungkin kau benar. Kekuatan gabungan serangan keenam mereka benar-benar mematikan." Qin Yu tiba-tiba tersenyum tipis. 　　Keenam Maharaja Suci tak membuang waktu. Zhou Huo yang mengendalikan formasi mengacungkan tangan ke arah Qin Yu. Seketika naga enam warna menyapu ke arahnya. 　　"Mati kau." 　　Keenam Maharaja Suci memandang dingin dengan tatapan kejam. 　　Pada detik ini, Yi Feng sudah mencapai titik keputusasaan. Matanya perlahan terpejam, namun di wajahnya justru muncul senyuman damai. 　　"Hancur!" 　　Qin Yu tiba-tiba mengucapkan satu kata dengan lembut. 　　"Braak!" Seketika, zona ruang seluas puluhan ribu li runtuh secara tiba-tiba. Semua orang di area tersebut terhempas ke dalam arus kacau celah ruang. Wajah keenam Maharaja Suci berubah pucat. 　　Ruang beku telah dihancurkan! 　　Runtuhnya struktur ruang membuktikan bahwa formasi pembekuan telah ditembus. Dengan hancurnya formasi ini, artinya... Qin Yu, Jiang Li, dan rombongan bisa melakukan lompatan ruang untuk melarikan diri. 　　"Mungkin, aku benar-benar takkan bisa menahannya." Memandang naga enam warna yang masih melesat ke arahnya, Qin Yu tersenyum dingin. Seketika, bersama Jiang Li dan Yi Feng, mereka lenyap tanpa bekas dari arus kacau ruang angkasa. 　　Melihat kejadian ini, keenam Maharaja Suci saling bertukar helaan napas. Dengan gerakan serempak, mereka pun melakukan lompatan ruang meninggalkan zona kekacauan tersebut. 　　…… 　　Runtuhnya ruang puluhan ribu li membutuhkan waktu cukup lama untuk diperbaiki sepenuhnya secara otomatis. Sementara itu, enam Maharaja Suci berdiri mengambang di atas lautan, diam tanpa bicara. 　　"Bagaimana caranya Qin Yu bisa menghancurkan ruang yang membeku? Bagaimana mungkin?" Wajah Zhou Huo terlihat suram. 　　Di mata lima Maharaja Suci lainnya terpancar keraguan dan ketidakpercayaan. Tak satu pun dari mereka yang memahami alasan sebenarnya. JILID 17: Darah Raja Dewa BAB 18: Maharaja Suci Berkonfrontasi 　　Di angkasa atas lautan, keenam Maharaja Suci tetap diam membisu. 　　Setelah waktu yang cukup lama, suara berat Jiang Fan terdengar: "Menurut pengetahuanku, hanya serangan yang sangat kuat yang bisa menghancurkan ruang yang membeku." 　　"Serangan kuat? Mustahil." Zhou Huo menggelengkan kepala sambil berkata. 　　“Kami tadi bekerja sama menggunakan ‘Satu Qi Enam Yuan’. ‘Satu Qi Enam Yuan’ merupakan gabungan enam kekuatan fundamental untuk melakukan serangan. Seberapa dahsyat kekuatan serangan ‘Satu Qi Enam Yuan’ ini? Untuk mencegah serangan ini membuat ruang hancur, kami berenam sekaligus membekukan ruang dengan Bintang Gelap fundamental. Enam orang bekerja sama membekukan ruang, tingkat pembekuan ruang sudah mencapai tahap yang sangat mengerikan. Bahkan serangan ‘Satu Qi Enam Yuan’ tidak bisa mengguncang ruang beku, bagaimana mungkin Qin Yu bisa menghancurkannya?” 　　Kelima Maharaja Suci lainnya mengangguk. 　　Begitu Maharaja Suci melakukan serangan gabungan melalui formasi, sebelumnya mereka akan membekukan ruang bersama-sama menggunakan Bintang Gelap fundamental. Dengan enam orang bekerja sama, tingkat pembekuan ruang akan sangat tinggi. 　　Serangan Satu Qi Enam Yuan, kekuatan serangan itu sudah mencapai tingkat yang menakutkan. 　　Tapi ruang bahkan tidak terguncang sama sekali, namun Qin Yu justru dengan mudah menghancurkan ruang beku. Mengapa? 　　“Mungkinkah Qin Yu ini memiliki metode tak dikenal kita untuk meruntuhkan ruang?” Tang Lan tiba-tiba berkata pelan. 　　“Untuk membuat ruang runtuh, pada dasarnya ada dua metode: pertama dengan mengendalikan kekuatan ruang, kedua dengan serangan yang melampaui batas daya tahan ruang. Metode pertama ini adalah membuat ruang itu sendiri yang ambruk. Ini cara paling sederhana. Dewa Bagian Atas pasti bisa melakukannya! Tapi tadi ruang sudah dibekukan, kekuatan ruang tak bisa dikendalikan.” Maharaja Selatan Duanmu Yu menganalisis. 　　Logika analisis Duanmu Yu dipahami semua orang. 　　“Seandainya kekuatan ruang masih bisa dikendalikan saat ruang membeku, Qin Yu pasti sudah melakukan lompatan ruang sejak lama.” Zhou Huo mengejek, “Tapi jika serangan Qin Yu bisa melampaui 'Satu Qi Enam Yuan', tentu dia bisa membunuh kami hanya dengan mengangkat tangan.” 　　Konflik! 　　Serangan Qin Yu mustahil melampaui 'Satu Qi Enam Yuan' gabungan enam Maharaja Suci. 　　Lalu bagaimana Qin Yu bisa menghancurkan ruang? 　　Alam Semesta Baru、di angkasa atas Zixuanxing. 　　Qin Yu, Jiang Li, dan Yi Feng muncul bersamaan di alam semesta baru. Yi Feng masih bingung: Bagaimana mungkin ruang yang membeku tiba-tiba runtuh? Bagaimana mereka bisa lolos dari maut? 　　"Qin Yu, bagaimana kau menghancurkan ruang yang membeku itu?" tanya Yi Feng buru-buru. 　　Dalam hati Qin Yu mulai menaruh simpati pada Yi Feng. Ia tersenyum: "Raja Dewa Yi Feng, aku ingin bertanya: metode apa saja yang bisa membuat ruang hancur?" 　　"Sederhana. Pertama, seperti Dewa Bagian Atas yang menggunakan pemahaman hukum ruang untuk menguasai kekuatan ruang hingga alam runtuh secara alami. Kedua, serangan dahsyat yang melampaui ambang batas daya tahan ruang. Mengapa kau tanya ini? Tadi ruang sedang membeku. Mustahil membuatnya runtuh secara alami." Mata Yi Feng menatap tajam Qin Yu. "Jangan bilang seranganmu bisa menghancurkan ruang beku itu." 　　"Aku menggunakan metode pertama," jawab Qin Yu sambil tersenyum. 　　“Metode pertama? Menguasai kekuatan ruang sehingga ruang runtuh secara alami?” Yi Feng benar-benar bingung, “Ruang sudah dibekukan, bagaimana kau bisa menggunakan kekuatan ruang?” 　　Qin Yu tersenyum tipis: “Yang kugunakan bukan kekuatan ruang dari Dewa.” 　　Kekuatan ruang alam semesta baru yang digunakan Qin Yu, juga menyelimuti seluruh Dewa. Asalkan Qin Yu mau, seluruh Dewa bisa runtuh seketika hanya dengan mengandalkan kekuatan ruang alam semesta baru ini. 　　“Ketika sebuah ruang memiliki dua jenis kekuatan ruang, maka menguasai salah satunya sudah cukup untuk meruntuhkan ruang tersebut.” Gumam Qin Yu dalam hati. 　　Sedangkan tadi... 　　Qin Yu menggunakan kekuatan ruang alam semesta baru untuk meruntuhkan zona itu sepenuhnya. 　　“Suamiku, tadi kenapa tidak langsung membawa kami kembali ke alam semesta baru?” Jiang Li merasa heran. 　　Jiang Li sangat paham, 'ruang beku' hanya membekukan kekuatan ruang Dewa, sedangkan kekuatan ruang alam semesta baru tidak terpengaruh. Seharusnya Qin Yu bisa langsung membawa Jiang Li dan Yi Feng kembali. 　　“Tidak ada apa-apa, aku hanya kebetulan terpikir, jadi melakukannya seperti itu. Perasaanku... mereka tidak akan curiga mengapa aku bisa lompat ruang. Mereka hanya akan bingung, bagaimana aku menghancurkan 'Ruang Beku' mereka.” Qin Yu tersenyum menjelaskan. 　　“Qin Yu, kau bilang kekuatan ruang yang kau gunakan bukan dari Dewa?” 　　Yi Feng bersuara, wajahnya masih penuh tanda tanya. Di alam dewa, bagaimana mungkin menggunakan kekuatan ruang yang bukan dari Dewa? Yi Feng sama sekali tidak bisa membayangkan, satu ruang memiliki dua jenis kekuatan ruang. 　　Qin Yu memandangi Yi Feng. 　　Hanya melihat keberanian nekat Yi Feng menyelamatkan mereka berdua - tepatnya menyelamatkan Jiang Li - tindakan ini sudah cukup membuat Qin Yu bersedia membocorkan beberapa rahasia padanya. 　　Di angkasa atas Laut Selatan di Dewa. 　　Enam Maharaja Suci membisu. Lebih tepatnya, Zhou Huo dengan wajah kesal menatap tegas keempat Maharaja Suci: Duanmu Yun, Shentu Yan, Tang Lan, dan Mu Qin. Sementara keempat Maharaja itu diam membisu. 　　“Hah!” 　　Duanmu Yu batuk dua kali, baru berkata: "Saudara Zhou Huo, aksi kali ini semuanya jelas. Kekuatan yang dipamerkan Qin Yu juga sudah sangat jelas. Bisa dipastikan... Qin Yu memiliki kesaktian khusus untuk menghancurkan 'ruang-waktu beku'." 　　"Benar, Saudara Zhou Huo. Meskipun kami tidak memahami kesaktian jenis ini yang dimiliki Qin Yu, faktanya tetap ada. Memiliki kesaktian seperti ini berarti... mustahil bagi kami untuk membunuhnya," Shen Tu Yan juga berkata dengan sungguh-sungguh. 　　Mu Qin mengangguk: "Mengingat kita tidak mampu membunuh Qin Yu, urusan pemburuan terhadapnya sebaiknya dihentikan saja." 　　"Dihentikan?" Zhou Huo dalam hatinya penuh kejengkelan, "Kita baru mengerahkan enam Raja Suci. Jika Delapan Raja Suci sekaligus membekukan ruang-waktu, aku tidak percaya Qin Yu masih bisa menghancurkannya!" 　　“Cukup!” Otot alis Duanmu Yun mengerut, “Saudara Zhou Huo, mengerahkan enam Maharaja Suci saja tidak bisa mengurung Qin Yu. Apakah dengan delapan Maharaja Suci masih gagal? Bagaimana wajah Delapan Maharaja Suci kami bisa diselamatkan? Urusan ini sudah selesai. Hasil terburuknya hanya tambahan satu kekuatan para calon dewa di alam dewa. Tidak ada beda signifikan antara tiga dan empat kekuatan pendatang.” 　　Dalam pandangan Duanmu Yun, Shen Tu Yan, Tang Lan, dan Mu Qin, hubungan Qin Yu dengan mereka tidak terlalu buruk. Musuh utama Qin Yu sebenarnya adalah Keluarga Zhou. 　　Melalui pertarungan kali ini, mereka semua menyadari kemampuan sebenarnya dari Qin Yu. 　　Hanya dari sisi kekuatan serangan, kombinasi wujud asli dan avatar Qin Yu sudah mustahil dikalahkan oleh Maharaja Suci mana pun. 　　Selain itu, Qin Yu juga memiliki kemampuan menghancurkan ‘ruang beku’. Musuh seperti ini mustahil dibunuh. Lebih baik jangan diusik. 　　Otot mata Zhou Huo berkedut halus. Tatapannya menancap tajam ke arah keempat orang di hadapannya. 　　“Saudara Zhou Huo, kami pamit undur diri.” Duanmu Yun menangkupkan tangan dengan sopan, lalu seluruh tubuhnya langsung lenyap tanpa bekas. Wajah Zhou Huo seketika menjadi semakin suram. 　　“Saudara Mu, Tang Lan, Saudara Shentu, apakah kalian juga akan melepas?” Zhou Huo buru-buru bertanya. 　　“Membunuh Qin Yu hampir mustahil, lalu mengapa kami harus membuang-buang tenaga? Jika Saudara Zhou Huo memiliki solusi pasti untuk membunuh Qin Yu, kami akan memberikan dukungan penuh.” Tang Lan tersenyum kecil, lalu mengangkat lengannya dan menghilang dengan lompatan ruang. 　　Shentu Yan dan Mu Qin juga menangkupkan tangan kepada Zhou Huo dengan senyuman. Tanpa peduli raut wajah Zhou Huo yang muram, mereka tetap mengucapkan beberapa kata basa-basi sebelum menghilang dengan teleportasi. 　　Enam Maharaja Suci tiba-tiba kehilangan empat orang, hanya tersisa Zhou Huo dan Jiang Fan. 　　“Saudara Jiang Fan?” Zhou Huo memandang ke arah Jiang Fan. 　　"Saat ini, perasaan Jiang Fan sangat kompleks. Kekuatan yang ditunjukkan Qin Yu benar-benar membuatnya terkesima. Terutama kemampuan Qin Yu dalam menempa pusaka Hong Meng kelas satu." 　　"Jiang Fan ingat dengan jelas, pedang yang digunakan Jiang Li untuk memblokir serangannya, juga jubah Zilin Yuyi itu." 　　"Pedang itu bisa dengan mudah menahan seranganku. Pasti bukan pusaka Hong Meng kelas dua. Jubah ungu itu, meski terkena pukulan tongkatku, Li'er sama sekali tidak terluka. Jubah ungu itu juga mustahil kelas dua. Mungkinkah keduanya adalah pusaka Hong Meng kelas satu?" 　　"Jiang Fan menggigil hanya dengan memikirkannya." 　　"Putrinya sendiri memiliki dua pusaka Hong Meng kelas satu. Qin Yu sendiri memiliki tombak panjang itu. Masih ada tongkat 'Wan Liu', dan pisau Luoyu." 　　"Qin Yu ini, sebenarnya punya berapa pusaka Hong Meng kelas satu? Apakah dia bisa dengan mudah menempa pusaka Hong Meng kelas satu?" 　　Jiang Fan dipenuhi rasa dengki di dadanya. 　　Jiang Fan tak bisa menyangkal, di kedalaman hatinya saat ini ada secercah penyesalan. Meski sudah menyetujui Zhou Huo bahwa Mahadewa Hukuman Guntur akan membantunya sekali. 　　Tapi bantuan sekali itu paling-paling membuatnya menjadi Mahadewa, dengan harapan sukses hanya tiga puluh persen. 　　"Seandainya Qin Yu menjadi menantuku, dengan kekuatannya ditambah putriku yang sudah jadi Raja Dewa. Ditambah begitu banyak pusaka Hong Meng kelas satu. Kekuatan sebesar ini pasti akan memberiku keunggulan mutlak dalam perebutan pusaka di Gunung Mahadewa." 　　Niat ini berkilat di benak Jiang Fan. 　　"Jika Qin Yu menjadi menantuku, hubungan dengan Adik Kedua pasti membaik. Li'er juga akan tetap tinggal di sisiku." Qin Yu benar-benar merasa menyesal di dasar hatinya. 　　Tapi di dunia ini tidak ada obat penyesal. 　　“Saudara Jiang Fan?” Zhou Huo memanggil lagi. 　　Jiang Fan sudah sadar kembali, langsung membuang pikiran tadi. Sebagai Maharaja Suci, setelah memutuskan dan memilih jalan ini, seharusnya tidak menyesal. 　　“Saudara Zhou Huo, ada hal apa?” Jiang Fan memandangi Zhou Huo. 　　Zhou Huo menghela napas pasrah: “Tadi kau lihat sendiri, keempat Maharaja Suci itu melihat kesaktian Qin Yu, mereka semua memukul mundur.” 　　“Membunuh Qin Yu tidak mungkin, wajar kalau mereka tidak mau membuang perkembangan.” Jiang Fan tersenyum tipis. 　　Zhou Huo menatap Jiang Fan: “Saudara Jiang Fan, kau sudah lihat kekuatan Qin Yu ini. Memang sangat sulit membunuhnya, tapi Qin Yu telah memfitnah Kota Hukuman Guntur kami habis-habisan. Bagaimanapun aku tidak bisa nekat menahan amarah ini. Saudara Jiang Fan, maukah kau membantu Kota Hukuman Guntur kami?” 　　“Saudara Zhou Huo tenang.” Jiang Fan mengangguk, "Jika kau ingin menyerang Qin Yu ini, cukup beri tahu aku. Tapi Saudara Zhou Huo, apa kau punya solusi untuk menghadapinya?" 　　Wajah Zhou Huo langsung merekah senyum: "Terima kasih banyak, Saudara Jiang Fan. Mengenai cara menghadapi Qin Yu... Dalam beberapa ratus tahun lagi, Gunung Mahadewa akan datang. Jika dalam ratusan tahun ini kita belum bisa menyelesaikan masalah Qin Yu, kita harus mengincar momentum kedatangan Gunung Mahadewa. Saat Gunung Mahadewa turun, perkiraanku sebagian besar Raja Dewa akan menjadi gila-gilaan. Pada saat itu, menjebak Qin Yu bukanlah hal sulit." 　　"Gunung Mahadewa?" Jiang Fan juga tersenyum. 　　Kedatangan Gunung Mahadewa 6.000 triliun tahun lalu telah membuat banyak Raja Dewa terjepit. Perlu diketahui kematian Raja Dewa adalah hal yang sangat langka, tapi saat Gunung Mahadewa turun... itu akan membuat para Raja Dewa rela mengabaikan segalanya. 　　Yang mampu mencapai tingkat Raja Dewa, hampir semua Raja Dewa memiliki hasrat yang menyala-nyala terhadap puncak jalan kultivasi - Mahadewa. 　　Hasrat, akan membuat orang menjadi gila-gilaan. 　　Pertempuran di wilayah laut Dewa bagian selatan ini, sangat sedikit yang mengetahuinya. Qin Yu juga tidak menyebarkan informasi ini. Enam Maharaja Suci tentu tidak akan membongkar aib mereka sendiri. 　　Karenanya, mayoritas orang biasa di alam dewa tidak mengetahui hal ini. 　　Meski orang biasa tak tahu, beberapa jajaran atas mengetahuinya. Contohnya... Zhou Xian. 　　"Aliansi para Maharaja Suci sudah hancur. Hanya mengandalkan Kota Hukuman Guntur kami, bagaimana cara membunuh Qin Yu? Bahkan jika ditambah Maharaja Utara Jiang Fan, mungkin masih belum cukup." Zhou Xian berdiri di atas tembok Kota Hukuman Guntur, memandang lautan petir tak terhitung di hadapannya, berpikir dalam hati. 　　“Qin Yu ini, kekuatannya bahkan bisa menyaingi Maharaja Suci, bahkan lebih hebat lagi. Ini... meski jenius, mustahil mencapai level ini kan? Cuma belum sampai 20.000 tahun.” Zhou Xian mendengar penjelasan Ayahanda Kaisar sepulang dari pertempuran besar, seluruh tubuhnya gemetar. 　　Kekuatan Qin Yu, ternyata sekuat itu. 　　Satu lawan satu, bahkan Maharaja Suci pun tak punya harapan menang. Lagipula Qin Yu memiliki kesaktian aneh yang bisa membuka 'ruang beku'. 　　“Apa ini masih nak bodoh dari dunia mortal dulu?” Hati Zhou Xian dipenuhi kepasrahan. 　　Di detik ini, Zhou Xian sudah merasakan Qin Yu yang merasa superior, ia hanya bisa mendongak. Meski dalam hati masih tak rela, semuanya sia-sia. Kesenjangan kekuatan terlalu besar. Berhadapan dengan Qin Yu, iri dan dendam kesumat dalam hatinya tampak begitu konyol. 　　“Kekuatan, kekuatan.” 　　Zhou Xian mengerutkan alis, segera menggerakkan kakinya dan berubah menjadi kilatan cahaya yang melesat menuju tempat tinggalnya. Sesampainya di kediamannya, ia hanya berkata dingin, "Mulai hari ini, jangan biarkan siapa pun menggangguku." 　　Setelah itu, Zhou Xian memulai pertapa jangka panjang. JILID 17 DARAH RAJA DEWA BAB 19 KEDATANGAN MAHADEWA HUKUMAN GUNTUR 　　Dalam ruangan remang-remang, hanya lilin merah yang menyala dengan kobaran api bergoyang lembut. Raja Dewa Halimun Petir Zhou Wulian menatap tajam lilin ini tanpa berkedip. 　　Lilin merah semakin pendek hingga akhirnya padam. 　　"Hah." Desahan panjang menggema di ruangan gelap setelah nyala lilin padam. Setelah waktu yang cukup lama, lilin merah baru dinyalakan kembali di ruangan itu, kobaran api pun melanjutkan pembakarannya... 　　Tak terhitung berapa banyak lilin yang telah terbakar. 　　"Adik ketiga, segera datang ke Istana Maharaja Suci." 　　Suara Maharaja Barat Laut Zhou Huo tiba-tiba bergema dalam benak Zhou Wulian. Kelopak mata Zhou Wulian yang setengah terkulai tiba-tiba terbuka lebar, kilatan petir menyambar-nyambar. Lilin merah yang baru terbakar setengah langsung berubah menjadi kehampaan. 　　"Kreek." 　　Setelah mendorong pintu kamar, Zhou Wulian mendongak memandang langit. Di angkasa berkilatan petir tak berujung, langit Kota Hukuman Guntur memang selalu dipenuhi ribuan kilat. 　　Meskipun pesan telepati Zhou Huo tadi terkesan mendesak, Zhou Wulian tetap sama sekali tidak terburu-buru. Dengan santai ia meninggalkan kediamannya, melangkah perlahan ke arah Istana Maharaja Suci. 　　Hingga akhirnya tiba di depan pintu besar Istana Maharaja Suci. 　　"Apakah itu Yan'er?" Suara lembut terdengar dari dalam istana. Aura Zhou Wulian yang awalnya terlihat lesu tiba-tiba berubah total. Ia segera mempercepat langkahnya dan memasuki Istana Maharaja Suci. 　　Di atas Auditorium Utama Istana Maharaja Suci, duduk seorang lelaki tua berjubah ungu dengan rambut perak. Orang tua ini memiliki sepasang mata tajam bak elang, bibir tipis yang sedikit kebiruan. Setiap helai rambut peraknya memancarkan kilau transparan. Jika tidak diamati dengan cermat, pondasi dasar takkan menyadarinya. Di tengah dahinya, terdapat tahi lalat merah menyala. 　　Di bawah auditorium, berdiri Maharaja Barat Laut Zhou Huo, Raja Dewa Perang Guntur Zhou Tong, serta putra Zhou Wulian 'Zhou Ran'. Tiga Raja Dewa ini menunjukkan sikap sangat rendah hati saat ini. 　　"Ayah." 　　Zhou Wulian membungkuk hormat. 　　Lelaki berjubah rambut perak ini tak lain adalah Mahadewa Hukuman Guntur dari Tiga Mahadewa di Dewa. Dari raut wajah dan tatapan matanya saja, sudah terlihat bahwa dia adalah tipe orang yang sangat keras dan dingin. 　　"Yan'er." Mahadewa Hukuman Guntur justru menyunggingkan senyum saat menghadapi Zhou Wulian. 　　Mengapa Mahadewa Hukuman Guntur memanggil 'Zhou Wulian' sebagai 'Yan'er'? Sebenarnya nama asli Zhou Wulian adalah Zhou Yan. Mahadewa Hukuman Guntur memiliki tiga putra - putra sulung Zhou Huo, putra kedua Zhou Tong, dan putra ketiga Zhou Yan. 　　Hanya saja 60 triliun tahun yang lalu, Zhou Yan mengganti namanya menjadi 'Zhou Wulian'. 　　"Apa maksud kedatangan Ayahanda kali ini?" tanya Zhou Wulian dengan datar, meski pandangannya menyiratkan sikap rendah hati terhadap sang ayah. 　　Mahadewa Hukuman Guntur melirik putra ketiganya, dalam hati berkeluh kesah. 　　Sang Mahadewa sangat memahami bahwa hati putra ketiganya telah mati sejak lama, tak ada lagi keinginan untuk hidup. Mungkin tak ada hal yang bisa membangkitkan kegembiraannya. Setiap kali mengingat putranya yang mengganti nama menjadi 'Wulian' (Tak Ada Ikatan), hatinya dipenuhi kepasrahan. 　　“Kali ini aku kembali, terutama karena baru-baru ini muncul sosok Qin Yu di Dewa yang katanya membuat Kota Hukuman Guntur kami kewalahan? Apakah hal ini valid?” Sorot mata Mahadewa Hukuman Guntur menyapu keempat orang di bawahnya. 　　Wajah Zhou Huo memancarkan rasa malu, segera menjawab: “Ayah, hal ini memang benar.” 　　Raja Dewa Perang Guntur ‘Zhou Tong’ bersuara lantang: “Ayah, menurut penuturan Zhou Xian, dua puluh ribu tahun lalu Qin Yu ini seharusnya masih cuma orang picik dari dunia mortal. Tapi sekarang, dia sudah bisa menempa pusaka Hong Meng kelas satu! Kekuatannya juga sangat... sangat aneh!” 　　“Haha... Kekuatan macam apa yang disebut aneh?” Mahadewa Hukuman Guntur tersenyum tipis. 　　Biasanya Mahadewa Hukuman Guntur malas memperhatikan urusan Kota Hukuman Guntur, karena yakin tak ada yang berani cari masalah. Tapi kali ini, setelah turun ke dunia manusia dan kembali ke Dewa, dia mendengar orang membicarakan insiden tersebut barulah tahu gambaran umumnya. 　　“Kakek.” Zhou Ran berkata dengan hormat, “Qin Yu ini tidak menjadi Raja Dewa. Namun yang paling membingungkan... dia bisa melakukan lompatan ruang, bahkan percepatan waktu!” 　　“Bisa lompat ruang, percepatan waktu? Tapi bukan Raja Dewa?” Mahadewa Hukuman Guntur mengangguk halus, tanpa ekspresi terkejut. 　　“Yang paling mengejutkan, dia bisa menghancurkan 'ruang beku' yang dikerahkan enam Maharaja Suci sekaligus, langsung meruntuhkan dimensi.” Suara Zhou Ran penuh kekaguman. 　　“Oh?” 　　Kelopak mata Mahadewa Hukuman Guntur berkedut, akhirnya menunjukkan keterkejutan. 　　“Ayahanda, sepertinya mengenal Qin Yu?” Zhou Huo bertanya. 　　Mahadewa itu mengangguk, “Tentu. Belum lama ini, Qin Yu menapaki anak tangga terakhir Tongtian di Istana Gunung-Laut. Aku memperhatikannya. Bahkan aku berdiskusi dengan Senior dan Adik Sepelajaran tentangnya. Namun menurut Senior... keberadaan memiliki logikanya sendiri. Tak perlu diusik.” 　　“Mahadewa Piao Yu?” 　　Zhou Huo menelan ludah, baru bertanya, "Ayahanda, apakah Mahadewa Piao Yu memiliki hubungan dengan Qin Yu? Jika Mahadewa sangat menghargai Qin Yu ini, biarlah kami di Kota Hukuman Guntur menahan diri." 　　"Menahan diri?" 　　Mahadewa Leifa mendengus dingin, tahi lalat merah di tengah dahinya tiba-tiba berpendar. "Tenang, aku sudah bertanya pada senior. Qin Yu tidak ada hubungan dengannya. Serang saja sesuka kalian. Jika perlu... aku sendiri yang akan turun tangan." 　　Begitu kata-katanya meluncur, keempat Raja Dewa di Istana Maharaja Barat Laut terkejut, bahkan Zhou Wulian sang Raja Dewa Halimun Petir memandang ayahnya dengan takjub. 　　Mahadewa Leifa berkata dingin: "Di alam semesta yang megah ini, Kota Hukuman Guntur adalah akarku, juga akar kalian. Siapapun yang berani menghina martir kota ini, harus dihancurkan." 　　"Pemahaman kami, Ayahanda." 　　Zhou Huo saat ini merasakan kegembiraan besar di hatinya. Dengan pernyataan Mahadewa Hukuman Guntur ini, ia sepenuhnya tenang. Bahkan jika mereka bertiga tak mampu mengalahkan Qin Yu, dengan meminta sang Ayah turun tangan, bukankah kemenangan sudah pasti? 　　Kekuatan Mahadewa Hukuman Guntur sama sekali tak perlu diragukan? 　　"Namun," tiba-tiba Mahadewa Hukuman Guntur berhenti sejenak sambil merenung. 　　Keempat Raja Dewa di bawahnya terdiam menyimak. Adanya kata 'namun' menunjukkan bahwa meminta Mahadewa Hukuman Guntur bertindak melawan Qin Yu bukanlah hal yang sederhana. 　　"Namun, saudara seperguruanku yang senior telah berpesan: Gunung Mahadewa akan segera turun. Dari saat Gunung Mahadewa turun hingga terpilihnya Mahadewa baru, selama periode ini aku hanya boleh bertindak satu kali. Dalam periode tersebut, aku tak boleh menyerang siapapun agar tidak merusak keseimbangan perebutan status Mahadewa baru." 　　Mahadewa Hukuman Guntur memandang keempat Raja Dewa di bawahnya, "Kalian harus memahami maksudku. Jika ingin aku bertindak terhadap Qin Yu, hanya ada dua tahap: sebelum Gunung Mahadewa turun, atau setelah Mahadewa baru terpilih. Adapun periode di antara keduanya... aku tak bisa campur tangan. Jika tidak, senior dan adik seperguruanku akan mencariku." 　　Zhou Huo, Zhou Tong, dan Zhou Ran diam-diam menghela napas lega. 　　"Ayahanda, kami pasti akan menyelesaikan masalah Qin Yu sebelum Gunung Mahadewa turun. Jika gagal, barulah kami akan merepotkan Ayahanda," ucap Zhou Huo dengan hormat. 　　Mahadewa Hukuman Guntur menganggukkan kepala. 　　"Ingat, jangan terlalu memaksakan diri." Mahadewa Hukuman Guntur memberi nasihat. 　　"Patuhtilah, Ayah (Kakek)." 　　Keempat Raja Dewa di bawah segera membungkuk serentak. 　　"Hm, selama periode ini aku akan tinggal di tempat biasa. Tak perlu kalian ganggu jika tak ada urgent." Mahadewa Hukuman Guntur berkata dingin, melirik Zhou Wulian sebentar sebelum lenyap dari Auditorium Utama. 　　Setelah Mahadewa Hukuman Guntur menghilang, keempat Raja Dewa itu baru berani meluruskan postur tubuh mereka. 　　"Baik!" Zhou Huo mengepalkan tinju dan menampar telapak tangan dengan keras, matanya berbinar-binar. "Haha, dengan pernyataan Ayah ini, aku tak perlu lagi ragu-ragu. Benar, Ayah benar... Martir Kota Hukuman Guntur kami tak boleh diinjak-injak siapa pun." 　　Di sampingnya, Zhou Tong dan Zhou Ran juga menunjukkan wajah penuh sukacita. 　　"Kali ini, Qin Yu pasti mati tanpa ampun," ujar Zhou Tong sambil tertawa. Mereka para Raja Dewa ini paham betul: Tiga Mahadewa mana pun yang bertindak, kekuatan mereka melampaui gabungan Delapan Raja Suci. 　　Mutlak tak tertandingi. 　　Di bawah Mahadewa, tak ada yang bisa menggoyang kedudukan mereka. 　　"Kakak, Kakak kedua, Ran'er, aku pulang dulu. Jika kalian butuh bantuan menghadapi Qin Yu, beri tahu saja." Setelah berkata demikian, Zhou Wulian mengangkat lengan jubahnya dan berbalik perlahan pergi. 　　Zhou Ran menatap punggung ayahnya yang sunyi itu, dada-nya dipenuhi perasaan pasrah. 　　Saat Mahadewa Hukuman Guntur tiba di Kota Hukuman Guntur, di Purple Mystic Mansion Planet Zixuanxing alam semesta baru, Qin Yu dan kelompoknya justru sedang asyik bersenda gurau. 　　"Langkahkan kuda, jenderal!" 　　Qin Yu menggerakkan kuda, segera tertawa terbahak sambil berkata, "Fei Fei, kalian terpana kan? Kuda ganda, kalian pasti mati!" Ekspresi Qin Yu saat itu penuh kemenangan. 　　Hou Fei menatap papan catur di depannya, gelisah menggaruk telinga. Ia melirik ke Hei Yu di sampingnya yang juga mengernyitkan alis dengan wajah pasrah. 　　"Dalam permainan catur, kalian berdua pun takkan sanggup mengalahkanku," kata Qin Yu penuh percaya diri. 　　Hou Fei menyeringai: "Kakak, kalau memang mumpuni jangan melulu main melingkari aku dan si Burung jorok ini. Coba lawan Kakak Li'er. Kemarin main sepuluh ronde sama dia, berapa kali menang?" 　　Seketika Qin Yu terdiam kaku. 　　Sepuluh ronde? Menang nol ronde! 　　Kalau bukan karena dihancurkan lebur oleh Li'er sampai malu-maluin, buat apa aku repot-repot mengalahkan kalian berdua? 　　“Eh, monyet, di mana Paman Lan?” Qin Yu menggerakkan hatinya, seluruh alam semesta terpantau jelas, “Paman Lan ternyata tidak ada di alam semesta baru?” 　　“Oh iya, pagi tadi saat kau masih di ranjang bersama Li'er, Paman Lan sudah bilang padaku kalau dia akan kembali ke Kota Salju Melayang.” 　　“Kota Salju Melayang? Oh ya, Paman Lan memang sudah lama tidak pulang ke sana.” Qin Yu mengangguk. 　　Hou Fei menambahkan, “Menurutku, Guru pasti tidak akan senang juga kalau pulang. Di Kota Salju Melayang, cuma Jiang Yan dan beberapa anggota keluarga Jiang yang layak diperhatikan Paman Lan. Sisanya, Guru pasti malas peduli.” 　　“Benar.” Qin Yu mengangguk setuju. 　　Saat ini, Kota Salju Melayang memang tidak menarik bagi Jiang Lan. Satu-satunya yang masih membuatnya rindu mungkin hanyalah hamba-hamba tua di Istana Kayu yang telah mengabdi padanya selama triliunan tahun. 　　“Kakak, kapan kami akan mendirikan pangkalan di alam Dewa? Saat ini kita sudah punya kau, Kakak Lier, dan Raja Dewa Yi Feng sebagai tiga ahli besar. Aku dan si burung jorok juga bisa dianggap satu. Oh iya, ada juga Paman Lan! Dengan kekuatan ini, kita pasti bisa memperkuat posisi di alam Dewa.” Hou Fei bertanya dengan mata berbinar. 　　Impian terbesar Hou Fei adalah menguasai wilayah di alam Dewa, menjadi kekuatan sejajar dengan Delapan Tanah Suci dan tiga besar kekuatan para calon dewa. 　　“Tak perlu terburu-buru. Tunggu sampai anak Lier lahir dulu.” Qin Yu menjawab sambil tersenyum. 　　“Qin Yu.” 　　Sebuah suara terdengar dari luar taman. Yi Feng, yang dibawa Qin Yu dari alam Dewa, berjalan mendekat. Sejak menemukan bahwa Qin Yu memiliki kemampuan meretas ‘ruang beku’, Yi Feng langsung paham bahwa pemuda ini memenuhi syarat untuk melawan Delapan Maharaja Suci. 　　Maka, Yi Feng pun memutuskan untuk membantu Qin Yu. 　　Bagaimana pun sejak Zuo Qiumei meninggal, hari-hari Yi Feng terasa sangat pahit. Kesempatan untuk membalas dendam bagi Zuo Qiumei sangat dinantikannya. Sebelumnya dia menganggap rencana balas dendam Qin Yu dan Li'er hanyalah misi bunuh diri, makanya menolak. 　　"Paman Yi Feng." Begitu melihat Yi Feng, Qin Yu langsung berdiri. 　　Panggilan "paman" ini mengikuti sebutan Jiang Li kepada Yi Feng. 　　"Oh, kalian sedang main catur?" Yi Feng tersenyum memandang papan catur. Hou Fei segera menggerakkan kedua tangannya mengacaukan papan catur, lalu tertawa kering pada Yi Feng: "Hehe, Raja Dewa Yi Feng, apa kabar?" 　　"Baik-baik saja." Yi Feng antara ingin tertawa dan menangis. 　　Tiba-tiba Qin Yu teringat pada pusaka Hong Meng kelas satu yang telah ditempanya - tongkat 'Wan Liu'. Sebuah pusaka seharusnya diberikan pada ahli sejati, terutama yang benar-benar bisa dipercaya. 　　“Om Yi Feng, tongkat ini adalah pusaka Hong Meng kelas satu pertama yang kudapatkan dari penempaan, kuberikan padamu.” Qin Yu membalikkan telapak tangan dan mengeluarkan tongkat itu. 　　Raja Dewa Yi Feng menatap tongkat merah darah itu, lalu pandangannya terpaku pada cahaya hijau di bagian paling mutakhir tongkat. 　　"Pusaka Hong Meng kelas satu?" Dalam hati Yi Feng dipenuhi keterkejutan. 　　Dia memang mendengar Qin Yu adalah Dewa Tukang generasi baru, tetapi ketika pusaka Hong Meng kelas satu benar-benar muncul di hadapannya, terlebih lagi benda ini diberikan untuknya, Yi Feng benar-benar tertegun. 　　Hanya sejenak, perasaan Yi Feng sudah tenang kembali. 　　“Qin Yu, niat baikmu kuterima, tapi pusaka Hong Meng kelas satu ini tak perlu.” Yi Feng tersenyum berkata. 　　Qin Yu dalam hati mengagumi Yi Feng ini. Menolak pusaka Hong Meng kelas satu, mampu bersikap sampai sejauh ini, orang ini memang layak dihormati. 　　“Paman Yi Feng, tak perlu begitu menolak. Di pihakku, ahli Raja Dewa hanya ada Paman Lan. Paman, dan Li'er. Li'er bersama Paman Lan sudah punya pusaka Hong Meng kelas satu. Tongkat kekuasaan ini terimalah.” Qin Yu bertanya dengan gugup. 　　Yi Feng tersenyum halus sambil menggelengkan kepala, sikapnya justru sangat tegas. 　　“Tidak perlu, Qin Yu. Aku sudah punya pusaka Hong Meng kelas satu 'Wanli Jiangshan'. Dengan ini sudah cukup.” Yi Feng tertawa. 　　Pusaka Hong Meng kelas satu 'Wanli Jiangshan'. 　　Ini membuat Qin Yu teringat kejadian di angkasa atas Nanyequn Dao dulu. 　　Waktu itu di saat genting, Yi Feng langsung menggunakan Wanli Jiangshan untuk mengepung Enam Maharaja Suci. Seketika itu juga, enam maharaja terkurung selama kira-kira 10 nafas. 　　Perlu diketahui, saat itu Enam Maharaja Suci bersatu pun masih terjebak selama 10 nafas. Seandainya hanya satu maharaja, perkiraan untuk menghancurkan pengepungan tentu tidak akan selesai dalam waktu singkat. 　　Dari sini dapat dibayangkan kehebatan pusaka Hong Meng kelas satu ini. 　　"Om Yi Feng, '10.000 Li Kekuasaan' itu kan bukan pusaka spiritual ofensif, hanya untuk mengurung musuh saja," kata Qin Yu buru-buru. 　　Yi Feng menggelengkan kepala sambil tersenyum: "Cukup bisa mengurung lawan. Dengan '10.000 Li Kekuasaan' ini, Raja Dewa biasa sama sekali tidak bisa kabur. Sesungguhnya, kadang mengurung musuh lebih menyiksa daripada membunuhnya." 　　Qin Yu hanya bisa pasrah. Raja Dewa Yi Feng ini memaksakan diri untuk tidak menerima, lalu harus bagaimana? 　　"Qin Yu, pusaka Hong Meng kelas satu ini masih memiliki kegunaan yang lebih penting," tiba-tiba Yi Feng berkata. 　　"Kegunaan yang lebih penting?" Qin Yu terkejut memandang Yi Feng, "Jangan-jangan mau pakai pusaka ini untuk mengundang Raja Dewa lain yang mengasingkan diri? Memberikannya pada mereka, aku tidak akan tenang." 　　Menurut Qin Yu, harta karun lebih baik diberikan kepada orang yang bisa dipercaya. 　　Yi Feng tersenyum sambil berkata: "Aku memang menyuruhmu mengundang seorang Raja Dewa. Mengenai Raja Dewa yang hidup menyendiri ini, kau tak perlu khawatir. Karena... dia adalah kakak kandung A Mei, 'Zuo Qiulin'." 　　"Zuo Qiulin?" Qin Yu tertegun. 　　Apakah Dewi Kehidupan memiliki kakak perempuan? 　　"Zuo Qiulin? Paman Yi Feng, maksudmu kakak dari Bibi Zuo Qiu? Mengapa kau menyebut namanya?" Tiba-tiba Jiang Li datang menghampiri dari luar. 　　Dalam hati Qin Yu akhirnya paham, soal siapa yang paling mengenal urusan Zuo Qiumei, tentu Jiang Li lah orangnya. 　　"Li'er, Paman Yi Feng menyuruhku membawa Hongmeng Lingbao kelas satu ini untuk mengundang Zuo Qiulin," kata Qin Yu. 　　Jiang Li mengkerutkan alis: "Berdasarkan ingatanku, meskipun Zuo Qiulin adalah kakak kandung Bibi Zuo Qiu, hubungan mereka sangat buruk. Selalu bersitegang saat bersama. Meminta Zuo Qiulin membantu membalas dendam untuk Bibi Zuo Qiu, ini..." 　　Jelas Jiang Li tidak yakin. 　　"Bersitegang?" 　　Yi Feng tersadar, "Oh begitu, pantas saja selama bertahun-tahun aku tak pernah melihat A Mei mengunjungi kakaknya Zuo Qiulin. Hanya sekali dia menyebut punya saudari bernama Zuo Qiulin, seorang Raja Dewa yang menyepi." 　　Yi Feng hampir tak tahu apa-apa tentang 'Zuo Qiulin', hanya mengetahui bahwa dia adalah kakak Zuo Qiumei. 　　"Nona Jiang Li, bagaimana kekuatan Zuo Qiulin ini, apa kau tahu?" Yi Feng memandangi Jiang Li. 　　Jiang Li berhenti sejenak lalu berkata, "Hm, Zuo Qiulin sama seperti Bibi Zuoqiu, sangat mendalami penelitian jiwa. Kekuatannya... tidak kalah dari Bibi Zuoqiu, bahkan mungkin lebih kuat." 　　"Lebih kuat?" Yi Feng terkejut. 　　Dulu Zuo Qiumei dikepung dan dibunuh oleh para Maharaja Suci, tentu karena kekuatannya sangat hebat - kalau tidak, mana mungkin dia dikepung dan dibunuh? Kekuatan Zuo Qiumei sendiri sudah hampir menyamai level seorang Maharaja Suci. 　　Tak disangka, Zuo Qiulin bahkan lebih kuat? 　　“Berdasarkan beberapa konten dalam memori Bibi Zuo Qiumei, Zuo Qiulin memiliki sebutan lain, yaitu... Raja Dewa Kematian!” Jiang Li berkata dengan serius. 　　Qin Yu, Yi Feng, bahkan Hou Fei dan Hei Yu di samping terkejut. 　　Raja Dewa Kematian? Gelar ini sendiri, Bukan begitu raja dewa biasa berani menyebut diri sendiri. 　　Jiang Li melanjutkan: “Bibi Zuo Qiu dan kakaknya sama-sama menguasai penelitian jiwa. Bibi Zuo Qiu meneliti Jalan Kehidupan, melalui studi jiwa untuk mengetahui cara menyelamatkan orang lebih baik. Sedangkan kakaknya meneliti Jalan Kematian, melalui studi jiwa untuk mengetahui cara membunuh dengan lebih mudah.” 　　Qin Yu, Yi Feng, Hou Fei, dan Hei Yu dalam hati mereka sejenak merasakan kengerian. 　　Zuo Qiumei mampu dengan santai memperbaiki jiwa. Inilah yang membuatnya dijuluki 'Shenghuo Shenwang'. Lalu bagaimana dengan kakaknya? Dengan penguasaan jiwa yang sama mendalam, seberapa mematikan taktik pembunuhannya? 　　Membunuh orang itu sederhana, menyelamatkan orang juga mudah. 　　Taktik yang sama, jika digunakan untuk membunuh, akan jauh lebih mengerikan! 　　"Ada orang aneh seperti itu? Meneliti jiwa hanya untuk membunuh?" Hou Fei berteriak kaget. 　　Qin Yu mengerutkan alisnya: "Li'er, menurutmu kalau kita mengundang Raja Dewa Kematian ini, apakah dia akan membantu kita?" 　　Jiang Li berhenti sejenak sebelum menjawab: "Hm, sulit dipastikan. Dari ingatanku tentang Bibi Zuo Qiu, masa kecilnya dengan kakaknya dulu sangat harmonis. Hubungan mereka mulai retak seiring meningkatnya kekuatan mereka. Secara teori seharusnya masih ada ikatan saudari... Tapi dalam ingatan itu, Zuo Qiulin terlihat sangat kejam..." Jiang Li mengernyitkan dahi saat mengingat adegan tersebut. 　　"Oh?" 　　Dalam hati, Qin Yu mulai merenungkan situasi ini. 　　Setelah beberapa saat, Qin Yu bertanya: "Li'er, apakah kau tahu di mana Zuo Qiulin sekarang?" 　　“Ini aku tahu, dia berada di Kutub Utara Laut. Di sana ada daratan es mengambang di permukaan laut, dia adalah penguasa tertinggi di sana.” Jiang Li segera menjawab. 　　Dalam hati Qin Yu langsung muncul posisi belasan Raja Dewa pertapa yang tersembunyi di seluruh penjuru Dewa. 　　Di wilayah Kutub Utara Laut memang ada seorang Raja Dewa pertapa, namun aura Sang Raja Dewa itu terlalu samar dan dipenuhi energi kematian. 　　“Tepat! Itu dia.” Mata Qin Yu berbinar. 　　“Li'er, ikut aku jalan-jalan ke Kutub Utara Laut, bagaimana?” Qin Yu tersenyum mengajak. Jiang Li membalas dengan senyuman cerah sambil menganggukkan kepala setuju. JILID 17: Darah Raja Dewa BAB 21: Kutub Utara Laut 　　Benua Dewa dikelilingi lautan tak terbatas. Di wilayah paling utara Laut Utara, terdapat daratan es terapung seluas sepuluh ribu li. Di kawasan ini, pulau es tersebut termasuk yang terbesar. 　　Pulau es ini diselimuti hawa dingin yang melingkupi sepanjang tahun, terkadang diterpa angin dingin yang bertiup. 　　Seberkas Cahaya Siang menembus dengan susah payah melalui kabut dingin yang melingkupi, dalam samar-samar terlihat dua sosok manusia berdiri sejajar mendekat dari kejauhan. Mereka adalah Qin Yu yang mengenakan jubah brokat putih dan Jiang Li. Keduanya yang telah melakukan lompatan ruang ke daratan es ini tidak terburu-buru mencari Zuo Qiulin, malah asyik menikmati kemegahan pulau es bersama. 　　"Tempat ini benar-benar membeku, umumnya dewa biasa mungkin harus memakai Baju Perang Tingkat Senjata Dewa untuk bertahan," ujar Qin Yu sambil tertawa. Satu tangan menggenggam Li'er, satu tangan setengah memeluknya. 　　Daratan pulau es beserta bangunan lainnya hampir seluruhnya dibangun dari balok-balok es yang hampir transparan. Es-es yang berada di wilayah paling utara Dewa ini telah ratus juta tahun tak meleleh, tingkat kekerasannya sama sekali tidak kalah dengan batu biasa. 　　Di bawah pantulan Cahaya Siang, seluruh balok es di daratan pulau es ini memancarkan cahaya pelangi yang memukau, bagaikan dunia dalam mimpi. 　　"Sungguh indah. Seandainya bisa tinggal di sini pasti sangat menyenangkan." Jiang Li memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. 　　"Suamiku, bukankah kita harus mencari Zuo Qiulin? Mengapa tidak langsung menuju ke sana?" Jiang Li bertanya. Sejak menginjakkan kaki di pulau es ini, keraguan itu telah menggelayuti hatinya, namun terhalang oleh keindahan pemandangan sepanjang jalan. 　　Qin Yu tersenyum tipis: "Pemandangan di sini sangat memesona, jadi aku ingin kau menikmatinya lebih lama." 　　Jiang Li seketika tersenyum. 　　Qin Yu menggelengkan kepala sambil tertawa: "Sebenarnya alasan aku tidak langsung menemui Zuo Qiulin adalah untuk mengumpulkan informasi tentangnya melalui para Dewa di pulau es ini. Bagaimanapun juga, pengetahuan kita tentangnya masih sangat minim." 　　Jiang Li merenung sejenak, lalu mengangguk setuju dengan pertimbangan matang suaminya. 　　“Bagaimanapun, tujuan kami ke sini bukan untuk bertempur, melainkan mengundang Zuo Qiulin. Secara alami tidak bisa menyinggungnya.” Qin Yu tersenyum sambil mengajak Li'er melanjutkan perjalanan. 　　Rute pergerakan Qin Yu telah direncanakan matang. Di sepanjang jalur ini terdapat seorang Dewa Bagian Atas yang merupakan petarung terkuat kedua di Pulau Es setelah Zuo Qiulin. Qin Yu yakin, dengan menginterogasi dewa yang telah bertetangga dengan Zuo Qiulin selama ribuan tahun ini, pasti akan mendapatkan banyak informasi berharga. 　　Dalam waktu seumum secangkir teh, hawa dingin yang melingkupi perlahan mulai berhamburan. 　　Sebuah kediaman megah yang terbuat dari es berusia ratus juta tahun dan batu raksasa hijau pun muncul di hadapan. Luas kompleks kediaman ini tidak lebih dari ratusan meter persegi dengan papan nama bertuliskan tiga karakter: 'Kediaman Es Putih'. 　　Pemilik Kediaman Es Putih, Bai Yiju, sangat dihormati di Pulau Es. Meskipun status sebagai Kepala Pulau belum resmi ditetapkan, mayoritas warga telah menganggapnya sebagai penguasa de facto pulau tersebut. 　　Bai Yiju memiliki kekuatan yang kuat dan bersikap ramah. 　　Jumlah penghuni Bai Bing Fu tidak banyak, total hanya belasan orang. Para penghuni Bai Bing Fu sangat memahami bahwa setiap pagi, sang pemilik istana gemar menyendiri menikmati teh sambil memandang bunga es. 　　Di taman belakang Bai Bing Fu, berbagai bunga yang diukir dari es terlihat seperti asli. Di bawah sinar siang, keindahannya bahkan melebihi bunga sungguhan. Bai Yiju yang berambut putih dan berjubah putih duduk santai di kursi kayu cendana, memegang cangkir teh beruap sembari menikmati ketenangan. 　　Setiap mengingat pilihan yang diambilnya dahulu, Bai Yiju selalu merasa keputusannya sangat bijaksana. 　　"Seandainya dulu aku tetap tinggal di Kota Hukuman Guntur, mungkin tidak akan bisa menikmati kehidupan santai seperti sekarang," keluh Bai Yiju dalam hati. "Meski hidup tenang, Dewa Kematian di kedalaman Pulau Es tetap menjadi masalah terbesar." 　　Setiap teringat sang Raja Tak Bermahkota di Kutub Utara, hati Bai Yiju dipenuhi rasa pasrah. 　　Keberadaan 'Dewa Kematian' yang tinggal di kedalaman dasar laut pulau ini meski tidak melakukan pembunuhan massal terhadap Pulau Es, namun kehadirannya selalu membuat penduduk pulau gemetar ketakutan. 　　"Tapi Dewa Kematian ini setidaknya tidak sepenuhnya gila. Selama kita tidak memasuki zona kekuasaannya, dia takkan membunuh." Bai Yiju tersenyum pasrah. 　　Seandainya Dewa Kematian benar-benar gila, mungkin seluruh warga sipil di Pulau Es sudah melarikan diri sejak lama. 　　"Sungguh kehidupan yang santai dan penanggungan yang anggun." 　　Suara lembut tiba-tiba menggema di telinga Bai Yiju. Ia terkejut bukan main - bisa berdekatan dengan Dewa Bagian Atas sepertinya tanpa terdeteksi sama sekali, seberapa kuat lawan ini? 　　Bai Yiju menoleh dan melihat sepasang pria dan wanita muda berbaju brokat putih tersenyum mendekat. 　　"Keduanya sangat hebat." Bai Yiju menyadari meskipun kedua lawannya berdiri tepat di hadapannya, indra keenamnya sama sekali tak bisa merasakan kekuatan mereka. Kesenjangan sebesar ini membuat Bai Yiju tertegun dalam hati. Bahkan timbul dugaan dalam benaknya - kedua orang ini pastilah Raja Dewa! Namun ia agak sulit mempercayainya. 　　Seketika Bai Yiju berdiri, dengan sikap penuh hormat berkata: "Saya Bai Yiju, tidak tahu maksud kedatangan dua tuan ke kediaman hamba yang sederhana ini? Jika ada keperluan, hamba pasti akan membantu sepenuh tenaga." 　　Saat mengajukan pertanyaan, Bai Yiju sudah mengingat betul penampilan kedua orang di hadapannya. 　　"Mereka begitu mesra, perut sang wanita yang menonjol menandakan kehamilan. Tampaknya ini sepasang suami-istri. Pasangan Raja Dewa? Adakah yang seperti ini di alam Dewa?" Bai Yiju berpikir dalam hati. 　　Qin Yu tersenyum dan bertanya: "Saya ingin menanyakan beberapa hal mengenai Pulau Es ini." 　　Bai Yiju segera menjawab, "Silahkan bertanya apapun, selama ratus juta tahun tinggal di Pulau Es ini, hampir tak ada hal yang tidak kuketahui di sini." 　　"Kau kenal Zuo Qiulin?" Jiang Li langsung menanyakan. 　　"Zuo Qiulin?" Bai Yiju tertegun. 　　Ia benar-benar tak pernah mendengar nama itu. Shenwang Kematian yang misterius itu jarang meninggalkan kediamannya, apalagi Zuo Qiulin yang terkenal tak punya kesabaran untuk memperkenalkan diri ke para Dewa biasa. 　　"Shenwang yang tinggal di bawah Pulau Es," jelas Qin Yu. 　　Wajah Bai Yiju berubah pucat, "Yang Mulia maksud Shenwang Kematian?" 　　"Tepat. Bisakah kau ceritakan secara detail tentang Shenwang Kematian? Tak perlu khawatir, dia tak akan tahu kontak kita denganmu," pinta Qin Yu sambil tersenyum ramah. 　　Bai Yiju wajahnya mulai rileks, baru berkata: "Kedua tuan, Yiju sebenarnya tidak khawatir Raja Dewa Kematian tahu kalian berdua kontak dengan Yiju. Cuma Yiju agak mengkhawatirkan keselamatan kalian." 　　"Ada masalah?" Qin Yu menatap Bai Yiju. 　　Bai Yiju segera membuka percakapan: "Mengenai Raja Dewa Kematian ini, berapa lama dia tinggal di Pulau Es sebenarnya, hampir tak ada yang tahu. Meski reputasinya menakutkan, tapi dia sangat menepati janji." 　　"Menepati janji? Janji apa?" Qin Yu segera bertanya lebih lanjut. 　　Bai Yiju mengangguk: "Pada zaman dahulu kala, saat aku belum datang ke Pulau Es, sudah beredar kabar - Raja Dewa Kematian pernah berjanji, selama tidak memasuki area 'Neraka Istana Es'-nya, dia takkan melukai siapapun di Pulau Es. Tapi sekali menginjak wilayah kediamannya, pasti takkan selamat." 　　"Dulu ada yang tidak percaya, tapi... dalam sejarah orang-orang yang kami ketahui, siapapun yang memasuki wilayah Neraka Es itu, semuanya mati." Kilatan ketakutan melintas di mata Bai Yiju. 　　"Di wilayah kediaman Raja Kematian ini, menyebar aura hitam. Sangat mudah dikenali! Hanya saja aura hitam itu terus berguling-guling, kadang menyebar kadang menyempitkan. Aku pernah menyaksikan langsung, ketika aura hitam itu tiba-tiba menyebar, seorang Dewa Bagian Tengah tak sengaja terjerumus. Begitu terbelit aura hitam itu, sang Dewa Bagian Tengah langsung ambruk. Saat aura hitam menyusut, aku dan seorang teman segera merebut tubuh Dewa Bagian Tengah itu. Tapi kami menemukan... jiwa Dewa Bagian Tengah itu sudah lenyap." 　　Jiwa lenyap, sudah pasti mati. 　　Qin Yu dan Jiang Li saling pandang, namun tak menunjukkan keheranan berarti dalam hati. 　　Mereka semua sangat paham, Shenwang Kematian ini sama seperti Shenwang Kehidupan, memiliki pemahaman mendalam tentang penelitian jiwa. Shenwang Kehidupan bertugas memperbaiki jiwa manusia. Sedangkan Shenwang Kematian justru menghancurkan jiwa manusia. 　　Membunuh seorang Dewa Bagian Tengah dengan mudah seperti ini, bukanlah hal yang luar biasa. 　　"Hanya saja tidak tahu, apakah Shenwang Kematian ini sengaja membunuh Dewa Bagian Tengah tersebut, ataukah aura hitam itu yang secara otomatis membunuhnya." Qin Yu berpikir dalam hati. 　　Jika Shenwang Kematian sengaja membunuh Dewa Bagian Tengah, hal itu tidak terlalu hebat. 　　Tapi jika sekedar aura hitam di sekitar 'Neraka Es' Shenwang Kematian saja sudah mampu dengan mudah membunuh Dewa Bagian Tengah, ini sungguh sangat mengerikan. 　　“Kedua Tuan, Yi Ju tahu kalian berdua adalah ahli kesaktian besar. Hanya saja Dewa Kematian ini berwatak kejam tanpa ampun, kesukaannya adalah membunuh, terutama ahli-ahli tangguh.” Bai Yiju berkata dengan sungguh-sungguh, “Pernahkah Tuan perhatikan, di ribuan pulau dalam radius ratus juta li sekitar Pulau Es, tak ada satu pun manusia?” 　　Qin Yu mengeluarkan suara terkejut. 　　Jika Bai Yiju tak menyebutkan, Qin Yu memang tak menyadari. Di Laut Utara memang banyak pulau, hampir sebagian besar dihuni warga. 　　Tapi pulau-pulau di sekitar Pulau Es semuanya kosong tak berpenghuni. 　　“Meskipun Dewa Kematian telah berjanji tak akan membunuh penghuni Pulau Es selama mereka tak memasuki wilayah ‘Neraka Es’-nya, tapi dia tetap membantai orang luar. Dan... tiap tahun pasti membunuh! Seiring pembantaiannya yang terus-menerus, zona tak berpenghuni di sekitar Pulau Es semakin meluas.” 　　“Kalau begitu kalian bisa kembali ke Alam Dewa.” Jiang Li menyela. 　　Bai Yiju menggelengkan kepala dengan senyum getir: "Kami penduduk Pulau Es tidak berani meninggalkan pulau ini. Karena... tempat ini terlalu jauh dari Benua Dewa. Jangankan sampai ke Benua Dewa, bahkan zona tak berpenghuni di sekitar Pulau Es saja, mustahil kami lewati dalam waktu setahun. Kami tak sanggup melintasi area kosong itu. Begitu Raja Dewa Kematian memutuskan untuk membunuh, siapa pun yang keluar dari Pulau Es pasti akan mati." 　　Qin Yu dan Jiang Li akhirnya paham. 　　Para dewa sekalipun takkan bisa menyaingi Raja Dewa. Bai Yiju dan para dewa ini tak bisa melakukan lompatan ruang, hanya bisa terbang. Mustahil bagi mereka untuk meninggalkan zona tak berpenghuni sekitar Pulau Es dalam waktu singkat. 　　"Tapi kalian berdua tak perlu khawatir tentang kami. Hidup kami di Pulau Es cukup tenang. Luas pulau ini memadai, populasinya juga cukup banyak. Selain itu, area 'neraka es' Raja Dewa Kematian tidak terlalu luas. Selama kami menghindarinya, tidak akan ada bahaya nyawa," kata Bai Yiju sambil tersenyum. 　　Qin Yu dan Jiang Li saling memandang, dalam hati mereka mulai memahami sedikit tentang sosok Raja Kematian 'Zuo Qiulin' yang belum pernah mereka temui. 　　Zuo Qiulin ini, meskipun berwatak dingin dan tak berperasaan, setidaknya bisa menepati janji. 　　"Kalau begitu kami pamit undur diri." Qin Yu segera berkata. Ia tak ingin bertanya lebih lanjut karena menyadari... informasi tentang Zuo Qiulin di seluruh Pulau Es sangatlah minim. 　　Bai Yiju buru-buru membungkuk memberi hormat. 　　Saat Qin Yu dan Jiang Li hendak berbalik pergi, tiba-tiba Bai Yiju menyela: "Dua Tuan, Yiju teringat sebuah legenda tentang Raja Kematian." 　　"Oh? Ceritakan." Qin Yu menoleh kembali. 　　Bai Yiju buru-buru menjelaskan: "Sebelum Yiju datang ke Pulau Es, ada legenda yang beredar bahwa Raja Kematian pernah membunuh seorang Raja Dewa." 　　Qin Yu terkejut dalam hati, membunuh Raja Dewa? Raja Dewa bisa melakukan lompatan ruang, membunuh mereka bukanlah hal mudah. 　　“Kemudian, ada Raja Dewa lain yang datang dan melukai parah Raja Dewa Kematian. Sejak itu, Raja Dewa Kematian hampir selalu berdiam di Neraka Istana Es, jarang keluar untuk melakukan pembantaian besar-besaran,” kata Bai Yiju. “Tentu, ini hanya legenda. Yiju tidak berani memastikan kebenaran kisah ini.” 　　Qin Yu mengangguk dengan senyum kecil: "Terima kasih." 　　Segera Qin Yu menggandeng Jiang Li, langsung menggunakan lompatan ruang meninggalkan Istana Es Bai, tiba di zona pusat Pulau Es. Zona pusat Pulau Es juga merupakan satu-satunya wilayah tak berpenghuni di seluruh pulau. 　　Di sini aura hitam melingkupi, menjadi zona kematian mutlak. 　　Mengenai Raja Dewa Kematian Zuo Qiulin, Qin Yu dengan jelas merasakan bahwa Zuo Qiulin sedang berada di kedalaman ekstrim bawah pulau. 　　Ketebalan total Pulau Es sebenarnya melebihi 100.000 li. Area di atas permukaan laut hanya seluas 10.000 li, sementara bagian bawah laut semakin melebar. 　　Hingga mencapai dasar laut, luasnya mencapai ratusan ribu li. 　　Sedangkan Zuo Qiumei, berada di sebuah istana es yang terletak sekitar beberapa ribu li di bawah permukaan laut. 　　"Aura yang sangat aneh." 　　Qin Yu dan Jiang Li bagaikan sepasang dewa-dewi dalam lukisan melayang anggun mendekati aura hitam ini. Memandang energi hitam yang kadang mengembang kadang menyempit ini, Qin Yu tak bisa menahan decak kagum. 　　Bagi warga sipil Pulau Es, gulungan aura hitam di hadapan mereka melambangkan 'kematian'. 　　"Suamiku, energi hitam ini adalah jenis energi spesial yang benar-benar berlawanan dengan Nyawa Kekal milikku. Tepatnya, ia bahkan lebih unik dibandingkan Nyawa Kekalku." Alis Jiang Li berkerut. 　　Sebagai Raja Dewa Kehidupan yang baru, pengetahuan Jiang Li tentang jiwa kini setara dengan Zuo Qiumei di masa lampau. 　　"Li'er, kau bilang energi hitam ini lebih berbahaya?" Qin Yu sama sekali tidak mengerti masalah ini. 　　Jiang Li mengangguk dengan tegas: "Nyawa Kekal-ku tidak hanya bisa memperbaiki jiwa, tapi juga menyembuhkan cedera tubuh. Sedangkan aura hitam ini sepenuhnya menargetkan jiwa. Sama sekali tidak memiliki kekuatan serangan terhadap tubuh." 　　"Khusus menyerang jiwa?" Qin Yu tersenyum, "Li'er, ayo kita masuk." 　　Raja Dewa Kematian ini sehebat apapun, mustahil bisa melukai mereka hanya dengan serangan sampingan ini. Apalagi terhadap Jiang Li yang telah mewarisi kekuatan Zuo Qiumei. 　　Begitu menginjakkan kaki di area aura hitam, Qin Yu langsung merasakan energi gelap ini berusaha menyusup ke tubuhnya, berupaya melukai jiwanya. 　　"Cuma permainan anak-anak." 　　Dengan menggerakkan hati, Qin Yu membuat energi Xuan Huang di permukaan tombak Canxue yang mengambang di samping Yuan Ying-nya bergetar halus. Seketika aura hitam itu mundur cepat bagai bertemu musuh alami, tak mampu mendekat sedikit pun. 　　"Energi Xuan Huang, energi ajaib yang tercipta saat pembelahan langit dan bumi, mana mungkin kekuatannya bisa disamakan dengan energi hitam itu? Bukanlah satu tingkatan yang sama." 　　Qin Yu menatap Jiang Li di sampingnya. Saat ini, permukaan tubuh Jiang Li memancarkan cahaya hijau samar, energi hitam itu pun tak mampu mendekatinya sedikitpun. 　　Di dalam area energi hitam, berdiri sebuah kediaman megah yang terbuat dari es purba berusia ratus juta tahun. Meski bangunan ini dibangun dengan aura megah, bagian dalamnya kosong melompong. Qin Yu dan Jiang Li sama-sama mendeteksi adanya sebuah jalur menuju bawah tanah di Auditorium Utama kediaman tersebut. 　　"Suamiku, di depan ada terowongan lurus menuju istana es di kedalaman pulau bawah tanah sejauh beberapa ribu li. Apakah kita melewati terowongan ini, atau langsung melakukan lompatan ruang?" Jiang Li menoleh ke Qin Yu. 　　Qin Yu terdiam sejenak sambil merenung. 　　“Langsung lompat ruang ke depan gerbang istana bawah tanah itu.” Di bawah cakupan kekuatan ruang Qin Yu, seluruh area bawah pulau terpantau jelas. Jalur itu memang sangat gelap dan dipenuhi hawa hitam. 　　Area inti pulau es di bawah beberapa ribu li telah dikosongkan, gua es raksasa ini terstruktur hampir sempurna membentuk istana es. 　　Istana ini membentang seluas seribu li, di dalamnya hawa dingin melingkupi seperti mimpi dan ilusi. Di luar istana, terisi penuh oleh hawa hitam tak berujung. Anehnya, hawa hitam itu sama sekali tidak memasuki area dalam istana. 　　Qin Yu dan Jiang Li muncul tiba-tiba di depan gerbang istana. 　　“Di dalam istana ini, selain Raja Dewa Kematian ada dua belas Dewa perempuan. Tapi dua belas dewa perempuan ini, tak satupun yang berjaga di pintu.” Qin Yu tak kuasa tertawa. 　　Ini juga bukan kesalahan dua belas pelayan Dewa. Siapa pun yang bisa melewati 'Nafas Kematian' hingga mencapai gerbang kuil, jelas bukan lawan yang bisa mereka tahan. 　　"Raja Dewa Kematian berada di Auditorium Bawah tanah yang terletak di bawah Auditorium Utama istana ini. Suamiku, kita pergi." Jiang Li justru merasakan lokasi kediaman Raja Dewa Kematian. 　　Qin Yu mengangguk halus. 　　Di bawah pengamatan kekuatan ruang Qin Yu, terlihat jelas bahwa di bawah istana es ini terdapat istana lain. Hanya saja istana bawah tanah itu dipenuhi kabut hitam tak berujung. Kabut hitam di luar berasal persis dari sana. 　　Di koridor depan Auditorium Utama istana es, berjalan dua pelayan perempuan mengenakan jubah bulu berwarna hijau zamrud. 　　"Kakak kedua, Pemimpin Istana akan segera menyelesaikan retretnya. Hari-hari tenang kita akan berakhir lagi," ujar perempuan yang bertubuh lebih mungil. 　　"Adik ketujuh..." Pelayan lainnya menatap tajam ke dalam Auditorium Utama. 　　“Ada apa?” 'Qi Mei' yang bertubuh mungil menatap 'Er Jie'-nya dengan takjub. 　　“Barusan aku seperti mendengar suara aneh, sepertinya berasal dari jalur di bawah Auditorium Utama.” 'Er Jie' mulai menunjukkan kekhawatiran. 　　'Qi Mei' itu mendengar perkataan 'Er Jie' dan langsung tertawa santai: “Tenanglah Er Jie, Pemimpin sedang latihan di bawah. Siapa berani masuk? Sekalipun ada yang masuk, itu cuma dikirim ke kematian.” 　　“Benar juga.” Er Jie mengangguk, tapi matanya masih menyorot ke pintu masuk bawah tanah di Auditorium Utama, baru kemudian mengikuti saudarinya pergi. 　　Kabut hitam tak berujung menyelimuti seluruh istana bawah tanah. Dengan mengandalkan mata sama sekali tak bisa melihat, tapi Qin Yu dan Jiang Li jelas mengetahui jalurnya. 　　Di dalam istana bawah tanah itu terdapat lorong spiral. Qin Yu dan Jiang Li berjalan berdampingan, langkah demi langkah menelusuri kedalaman bumi. 　　Qin Yu kali ini datang untuk mengundang Raja Kematian, tentu tak ingin membuat marah sang dewa. Di dalam jalur, dia bersuara lantang: "Saya Qin Yu, membawa..." Suaranya terhenti tiba-tiba. 　　Karena... 　　Bunyi lonceng yang merdu tak terhitung jumlahnya bergema. Setiap suara lonceng berbeda-beda, dan ketika digabungkan, memancarkan daya tembus aneh yang membuat kepala Qin Yu sedikit pusing. Meski demikian, efeknya tidak terlalu parah. 　　"Suamiku, ini adalah serangan biasa Zuo Qiulin - Musik Penarik Jiwa. Meski tidak melukai jiwa secara signifikan, teknik ini bisa mengganggu konsentrasi lawan. Dalam pertempuran, efek samping ini sangat berpengaruh meski terlihat sepele," Jiang Li berbicara melalui telepati. 　　Qin Yu mengangguk dalam hati. 　　“Saya (hamba) Qin Yu, membawa istri Jiang Li ke sini, Raja Kematian……” Qin Yu hendak melanjutkan bicara. Tiba-tiba suara parau seperti nenek tua terdengar: “Diam! Berani menginjakkan kaki di tempat latihanku, ini sudah pantas dihukum mati.” 　　Seketika, dering lonceng itu menghebat. Qin Yu merasakan sakit menusuk seperti ditusuk jarum di jiwanya. Tombak Sisa Salju di samping Yuan Ying Jiwa-nya segera bergemeretak, suara gemerincing senjata itu ternyata mengurangi rasa sakit di jiwa Qin Yu. 　　“Meskipun energi Xuan Huang ini sangat misterius, aku hanya bisa memanfaatkannya sedikit melalui Tombak Sisa Salju.” Dalam hati Qin Yu mengeluh. 　　Keajaiban energi Xuan Huang tentu sangat dipahami Qin Yu. Namun saat ini, Qin Yu hanya bisa menyatukan energi Xuan Huang dengan senjata, tidak ada cara lain untuk memanfaatkannya. 　　“Suamiku, kau baik-baik saja?” Li'er menggenggam tangan Qin Yu, seberkas Nyawa Kekal langsung menyusup ke benaknya. Yuan Ying Jiwa Qin Yu langsung menyerap energi kehidupan tersebut. 　　Qin Yu seketika merasakan jiwa spiritualnya terasa lebih penuh. 　　“Hmph, Nyawa Kekal?” 　　Suara dengusan parau bergema, disusul tiupan angin kencang yang membawa lonceng hitam tak terhitung menghantam ke arah Qin Yu dan Jiang Li. 　　Qin Yu tak bisa menahan rasa jengkel dalam hatinya. 　　Bukankah dia sengaja tak ingin menyerang Raja Kematian ini? Apakah sang Raja Kematian benar-benar mengira dia tak mampu mengalahkannya? 　　“Raja Kematian, kedatanganku bukan untuk bermusuhan.” Suara berat Qin Yu menggema di istana kelam, sementara Tombak Sisa Salju telah muncul di tangannya. 　　Dengan getaran satu lengan, Tombak Sisa Salju seketika berubah menjadi bayangan tombak tak terhitung. Setiap bayangan tombak meliuk seperti naga panjang yang melayang di udara, seketika menghempas semua lonceng itu hingga mundur. 　　"Ternyata ada dua keterampilan." 　　Suara itu masih bergema saat sehelai pita sutera menyibak angkasa dan hendak menyelubungi Qin Yu. 　　"Suamiku, ini adalah senjata serangan Raja Kematian 'Zhaohun Ling (Kain Pemanggil Arwah)'. Begitu terbelit, jiwa yuan infant dewa biasa takkan bisa menahan." Jiang Li segera berkomunikasi melalui telepati. 　　Mendengar perkataan Jiang Li, dada Qin Yu mendidih oleh amarah tersamar. 　　Sudah berulang kali ia menahan diri, ternyata Zuo Qiulin ini benar-benar ingin membunuhnya! 　　Qin Yu langsung melakukan lompatan ruang menghindari Kain Pemanggil Arwah, lalu mendengus dingin: "Zuo Qiulin, jika kau terus melanjutkan ini, mulai sekarang kau takkan pernah lagi bisa menggunakan Kain Pemanggil Arwah!" 　　Tadi saat menghadapi serangan Kain Pemanggil Arwah, Qin Yu sebenarnya bisa menggunakan Tombak Sisa Salju untuk memutuskan kain itu. Tapi jika diputuskan, perundingan akan semakin sulit. 　　"Hmph, kalau mumpuni coba saja!" Kain Pemanggil Arwah itu seketika muncul kembali di depan Qin Yu. Hanya dengan mendekatnya kain itu ke wajahnya, Qin Yu sudah merasakan Yuan Ying Jiwa-nya bergetar hebat. 　　Qin Yu tidak meragukan bahwa jika terbelenggu oleh kain ini, jiwa Yuan Ying-nya mungkin benar-benar akan tercerai-berai. 　　"Hmph." 　　Tubuh Qin Yu tiba-tiba bergeser ke samping beberapa meter. Sementara itu, Tombak Sisa Salju di tangannya berputar cepat, menggulung erat Kain Pemanggil Arwah. Energi Xuan Huang di permukaan gagang tombak itu mengalir samar. 　　Tiba-tiba— 　　Kain Pemanggil Arwah itu melepaskan diri dan seketika menghilang tanpa jejak. 　　"Huu!" 　　Istana yang dipenuhi energi hitam tiba-tiba diterpa angin. Semua aliran energi hitam itu berhamburan tanpa sisa. Akhirnya istana bawah tanah menampakkan wujud aslinya. 　　Ruangan istana bawah tanah terlihat cukup luas. Yang paling mengejutkan Qin Yu - balok es penyusun istana ini ternyata berwarna hitam. Saat mengamati lebih dekat, di dalam setiap balok es hitam itu tampak aliran energi gelap bergerak perlahan. 　　Di pusat istana bawah tanah, di atas singgasana teratai hitam, duduk bersila seorang wanita berjubah hitam yang kecantikannya membuat napas tertahan. Jubah hitamnya dihiasi pola lonceng-lonceng kecil. Di lengannya terlihat selembar kain sutra panjang berwarna hitam. 　　Dewa Kematian 'Zuo Qiulin'. 　　Zuo Qiulin yang sedang menyeringai dingin itu menatap Qin Yu dan Jiang Li dengan suara parau: "Qin Yu, kau memang jujur. Tombakmu benar-benar mampu memutuskan Soul-Summoning Silk-ku. Atas dasar sikapmu yang baik, kuberi kau kesempatan bicara. Katakan, apa keperluan kalian mencariku?" 　　“Tepat seperti dalam ingatan.” Jiang Li menatap Zuo Qiumei dengan sukacita terpancar di wajahnya. 　　Penampilan wajah Zuo Qiumei dan Zuo Qiumei hampir identik, hanya aura mereka yang sama sekali berbeda. Melihat sosok dengan wajah serupa kakaknya itu, gejolak emosi tak terelakkan dalam hati Jiang Li. 　　Bagaimanapun juga, dulu Zuo Qiumei-lah yang mengasuhnya hingga dewasa. 　　“Senior Zuo Qiumei.” Qin Yu tetap menunjukkan sikap hormat, “Ini adalah istriku Jiang Li. Seperti yang bisa kau lihat, dia memiliki Nyawa Kekal.” 　　“Hmph.” 　　Sorot mata Zuo Qiumei membeku saat melirik Jiang Li, suara parau nya terdengar, “Energi kehidupan khas adikku bodoh itu tentu saja kukenali. Tapi si bodoh itu sudah lama mati, apa maksudmu datang kesini?” 　　Jiang Li segera menyahut: “Bibi Zuo Qiumei——” 　　“Diam!” Kelopak mata Zuo Qiumei berkedut sambil menyeringai dingin, “Jangan coba-coba akrab. Kita tidak kenal. Cepat katakan urusanmu lalu enyah dari sini!” 　　Qin Yu mengerutkan alisnya, sikap Zuo Qiulin ini benar-benar 'menghujam'. 　　"Senior Zuo Qiulin." Qin Yu langsung berkata, "Zuo Qiumei memiliki budi besar padaku dan Li'er. Meski dia sudah mati, Li'er mewarisi kekuatannya dan menjadi Shenghuo Shenwang yang baru. Sejujurnya, saat ini konflik kami dengan Kota Hukuman Guntur sangat memanas. Aku harap senior bisa membantu kami melawan mereka, sekaligus membalas dendam untuk almarhum Senior Zuo Qiumei." 　　"Omonganmu lebih merdu daripada nyanyian." 　　Zuo Qiulin menyunggingkan senyum sinis, "Adik bodohku itu mati, apa urusannya denganku? Mau aku berperang melawan Kota Hukuman Guntur untuknya? Sungguh lelucon besar!" 　　"Senior Zuo Qiulin tidak perlu khawatir. Kota Hukuman Guntur hanya punya Empat Raja Dewa. Aku sendiri bisa mengikat dua orang. Li'er dan Yi Feng Shenwang juga akan bertindak. Keikutsertaanmu hanya akan memberi kami keunggulan mutlak." Qin Yu segera menambahkan. 　　Zuo Qiulin mendengus mengejek. 　　"Kalian bisa pergi sekarang." Zuo Qiulin berkata dengan dingin. 　　Qin Yu dan Jiang Li tak bisa menahan perasaan pasrah dalam hati. 　　"Minta aku bertindak tanpa imbalan? Mimpi kali!" Zuo Qiulin kembali duduk bersila, "Dewa Tukang baru yang terhormat ini datang memohon bantuanku cuma dengan kata-kata? Lucu sekali." 　　Suara Zuo Qiulin meski pelan, terdengar jelas oleh Qin Yu. 　　"Oh?" 　　Qin Yu dan Jiang Li saling pandang sejenak, lalu senyuman merekah di wajah mereka. 　　"Senior Zuo Qiulin, kami salah. Mohon beritahu permintaanmu, pasti akan kami penuhi." Qin Yu buru-buru menyahut. 　　Zuo Qiulin melirik Qin Yu, lalu bergumam malas: "Ada pusaka Hong Meng kelas satu? Kalau tidak, kelas dua juga bisa dipaksakan." 　　Mendengar ini, keraguan muncul di benak Qin Yu. 　　Zuo Qiulin ini tadi menolak dengan tegas, kok sekarang begitu mudah bicara? JILID 17: Darah Raja Dewa Bab 23: Hantu Tua Laut Timur 　　Alis Qin Yu berkerut, hatinya dipenuhi keraguan: "Zuo Qiulin ini dingin dan kejam, melihat sikapnya sebelumnya padaku dan Li'er, sama sekali tidak menahan diri, ingin membunuh kami sampai mati. Bagaimana mungkin sekarang dia bisa bersedia membantuku hanya demi sebuah pusaka Hong Meng kelas dua?" 　　Sangat mencurigakan! 　　Meskipun pusaka Hong Meng kelas dua berharga, nilainya belum mencapai tingkat itu. Lagipula Zuo Qiulin sudah tak terhitung tahun tidak terlibat dalam perseteruan di dunia Dewa. Tapi sekarang demi sebuah pusaka Hong Meng kelas dua, apakah dia benar-benar mau? 　　Zuo Qiulin duduk bersila dengan wajah dingin di atas kursi teratai hitamnya, melirik tajam ke arah Qin Yu: "Kenapa diam saja? Apakah sang Dewa Tukang baru yang termasyhur ini bahkan tidak bisa mengeluarkan satu pusaka Hong Meng kelas dua? Jika tidak ada niat serius, lebih baik kau segera pergi saja." 　　Qin Yu tersentak bangkit dari lamunannya. 　　Qin Yu segera tersenyum dan berkata: "Senior Zuo Qiulin, tentu saja aku punya pusaka Hong Meng kelas dua. Hanya saja tadi aku terlalu senang karena Senior tiba-tiba menyetujui permintaanku." 　　Zuo Qiulin mendengus dingin: "Jangan coba-coba mencari keakraban denganku. Aku hanya kesulitan mendapatkan pusaka Hong Meng kelas dua yang bagus. Katakan, apakah kau punya pusaka spiritual jenis belenggu? Asal bisa membatasi gerak musuh sebentar saja, apakah kau punya pusaka semacam itu?" 　　Hati Qin Yu berdesir. 　　Yang membelenggu? 　　Dirinya sendiri telah menempa penuh tujuh puluh pusaka Hong Meng kelas dua. Dari jumlah itu, yang memiliki kemampuan membelenggu ada tujuh atau delapan buah. Namun yang terpenting, selain itu masih ada satu lagi... 　　"Tongkat 'Wan Liu', tongkat pusaka kelas satu itu juga memiliki fungsi membelenggu. Haruskah kuberikan padanya?" Qin Yu mulai mempertimbangkan dalam hati. 　　"Saat ini, satu-satunya pusaka Hong Meng kelas satu tanpa pemilik di tanganku adalah tongkat ini. Meskipun 'Mutiara Sumber Api' juga bisa dianggap tanpa pemilik, Qin Yu sudah merencanakan untuk memberikannya pada anaknya yang akan datang bersama Li'er. Lalu, apakah tongkat ini akan diberikan pada Zuo Qiulin?" 　　"Suamiku." 　　Jiang Li tiba-tiba berkomunikasi melalui telepati: "Perubahan sikap Zuo Qiulin yang tiba-tiba membuatku curiga. Setelah berpikir cukup lama, ada satu kemungkinan yang terlintas di benakku." 　　"Oh, kemungkinan apa?" tanya Qin Yu segera melalui telepati. 　　Jiang Li cepat menjelaskan: "Berdasarkan memori jiwa Bibi Zuo Qiu tentang Zuo Qiulin yang kuanalisis secara detail, Zuo Qiulin ini berwatak dingin. Meskipun bermusuhan dengan Bibi Zuo Qiu, dia tak pernah mencoba membunuhnya. Menurutku... dia termasuk tipe 'dingin di luar hangat di dalam'. Secara permukaan dia acuh tak acuh, tapi di kedalaman hatinya pasti sangat menyayangi satu-satunya keluarga yang tersisa ini." 　　Hati Qin Yu berdesir. 　　“Sangat mungkin, hanya dengan begini baru bisa menjelaskan secara sempurna perubahan sikap Zuo Qiulin. Bahkan sampai secara aktif menawarkan sebuah pusaka Hong Meng kelas dua.” 　　“Kenapa, tidak punya?” Wajah Zuo Qiulin yang duduk di kejauhan tiba-tiba membeku. 　　Qin Yu juga tidak buru-buru menanggapi, hanya mengamati perubahan ekspresi Zuo Qiulin yang berubah-ubah namun tidak langsung menolak. 　　Dari situ saja, Qin Yu sudah menilai dalam hati: Permintaan Zuo Qiulin akan pusaka Hong Meng kelas dua ini mungkin cuma alasan untuk mengakhiri pembicaraan. Takut orang mengira dia bertindak karena adiknya. 　　“Kalau Zuo Qiulin benar-benar melakukannya demi adik perempuannya, maka...” 　　Akhirnya Qin Yu mengambil keputusan. Dengan cepat ia membalikkan telapak tangan dan mengeluarkan tongkat merah darah itu. Zuo Qiulin memandang curiga ke arah tongkat di tangan Qin Yu. 　　"Senior Zuo Qiulin, tongkat ini bernama 'Wan Liu', merupakan pusaka Hong Meng kelas satu. Memiliki fungsi membelenggu manusia." Qin Yu menggerakkan hatinya, tongkat itu segera melayang ke arah Zuo Qiulin. 　　Zuo Qiulin tertegun sejenak. 　　Tongkat 'Wan Liu' itu melayang hingga di depan Zuo Qiulin. Tanpa melihat tongkat, wanita itu menatap tajam Qin Yu: "Qin Yu, kau tega memberiku pusaka Hong Meng kelas satu? Apakah kau benar-benar memahami kelangkaan pusaka Hong Meng kelas satu?" 　　"Sebagai Dewa Tukang Penempaan, bagaimana mungkin aku tak memahami kelangkaan pusaka Hong Meng kelas satu?" Qin Yu tersenyum. 　　"Jika tak ingin menyesal di kemudian hari, lebih baik tarik kembali." Zuo Qiulin bersuara parau. 　　Qin Yu hanya tersenyum dingin: "Bukankah Senior Zuo Qiulin tadi meminta harta karun? Mengapa kini pusaka sudah di depan mata malah tak berani mengambil?" 　　“Hmph.” Zuo Qiulin mendengus dingin, langsung meraih tongkat 'Wan Liu' itu. Matanya melirik dingin ke arah Qin Yu, “Nak, kesempatan kau ambil kembali sudah kupersilakan. Nanti kalau mau minta balik, sudah terlambat.” 　　Melihat Zuo Qiulin menerima tongkat itu, Qin Yu menepuk tangan dan tertawa, “Senior Zuo Qiulin, bagaimana kalau kita segera berangkat sekarang?” 　　“Pulang? Kembali ke Benua Dewa?” Zuo Qiulin menatap Qin Yu. 　　Qin Yu mengangguk. 　　“Saat ini belum bisa.” Jawaban langsung ditolak Zuo Qiulin. Wajah Qin Yu langsung muram, sementara Jiang Li di sampingnya mengerutkan alis. 　　Dalam hati Qin Yu mencemaskan, “Apa penilaianku salah? Apa Zuo Qiulin setelah dapat pusaka Hong Meng kelas satu langsung berkhianat? Tidak, sepertinya tidak.” Ia masih yakin dengan instingnya. 　　Apalagi… 　　Seandainya Zuo Qiulin benar-benar berani menipuku, itu sama saja bunuh diri. Bagaimanapun, Qin Yu sama sekali belum memperlihatkan kekuatan sebenarnya. 　　“Senior Zuo Qiulin, saat ini tidak bisa, kapan baru bisa?” Qin Yu menahan rasa tidak sabar di dadanya. 　　Zuo Qiulin tersenyum sinis: “Masalahnya sederhana. Dulu aku dikalahkan dan dilukai parah oleh seorang Raja Dewa. Dia memaksaku berjanji untuk tidak kembali ke Benua Dewa dengan cara apapun sebelum aku bisa mengalahkannya. Hanya diizinkan berada di lautan tak bertepi sekitar wilayah Dewa.” 　　“Qin Yu, meskipun sudah menerima hadiahmu, aku harus menepati janji. Sebelum mengalahkannya, aku tak boleh pulang ke Benua Dewa. Jadi... saat ini aku tidak bisa kembali,” kata Zuo Qiulin blak-blakan. “Tentu dengan pusaka Hong Meng kelas satu ini, aku yakin bisa mengalahkannya. Hanya saja melebur pusaka kelas satu membutuhkan waktu lama.” 　　Qin Yu dan Jiang Li saling memandang. 　　Keduanya teringat legenda yang diceritakan Bai Yiju, Dewa Bagian Atas dari Pulau Es sebelum meninggal - legenda bahwa Zuo Qiulin pernah membunuh seorang Raja Dewa, kemudian dilukai parah oleh Raja Dewa lainnya. Rupanya legenda itu ternyata benar. 　　Di dalam hati Qin Yu muncul amarah tersamar. 　　Harus menunggu Zuo Qiulin melebur pusaka Hong Meng kelas satu, sampai kapan? Mengapa Zuo Qiulin tidak memberitahuku sebelumnya? 　　"Hmph, kalian tenang saja." Zuo Qiulin mendengus dingin, "Aku tidak akan sengaja menunda. Ketika hantu tua itu berjanji denganku dulu, aku juga menambahkan syarat: jika aku meminta sekutu untuk mengalahkannya, itu juga dianggap memenuhi perjanjian. Tapi... di seluruh alam Dewa, yang mampu mengalahkannya dengan keyakinan seratus persen mungkin hanya Dewa Xiu Luo. Sayangnya, aku tidak dekat dengannya dan malas berutang budi." 　　"Minta sekutu untuk mengalahkan?" Hati Qin Yu berdesir. Ia memandangi Zuo Qiulin, mulai memahami maksudnya. 　　Zuo Qiulin mengangkat sudut bibirnya, seolah ini mewakili 'senyuman', namun wajahnya tetap dingin seperti es: "Kau benar. Aku sengaja ingin kau yang bertindak. Barusan aku sudah merasakan kekuatanmu. Dengan tambahan tombak panjang itu, memang kau lebih kuat dariku. Ditambah informasi yang kuketahui tentang Dewa, menurut analisisku, kau masih mungkin mengalahkan si hantu tua itu." 　　Qin Yu tersenyum pasrah. 　　Rupanya dia sudah dikibuli oleh Zuo Qiulin. 　　"Tentu, kau juga bisa memilih tidak pergi. Jika tidak pergi, cukup tunggu beberapa puluh tahun. Aku akan menciptakan ruang dengan percepatan waktu 10.000 kali, dipertahankan selama beberapa puluh tahun. Dengan waktu puluhan ribu tahun, cukup untuk melebur sebuah Hongmeng Lingbao. Oh... ini pusaka Hong Meng kelas satu, jadi waktu peleburannya tidak pasti. Aku belum pernah melebur pusaka 'tingkat tinggi' seperti ini sebelumnya." Zuo Qiulin tidak terburu-buru. 　　Puluhan tahun? 　　Qin Yu sama sekali tidak punya kesabaran untuk menunggu. 　　“Baik, aku akan ikutmu menemui ‘hantu tua’ yang pernah melukaimu parah itu. Akan kulihat seberapa kuat orang misterius ini.” Qin Yu mengambil keputusan. 　　Jiang Li berdiri di samping, sama sekali tidak khawatir tentang Qin Yu. 　　Menurut Jiang Li... para Raja Dewa di alam Dewa, meski mampu mengalahkan Qin Yu, paling-paling hanya bisa membuatnya melesat kabur. Mustahil bagi mereka untuk membunuh Qin Yu. 　　“Bagus, berani sekali.” Zuo Qiulin mengelus telapak tangannya, suara parau itu langsung bergema di istana bawah tanah. 　　Zuo Qiulin langsung berdiri, berkata dingin: “Kalau begitu kita berangkat sekarang.” Qin Yu dan Jiang Li menganggukkan kepala sambil tersenyum, lalu tiga orang itu lenyap tanpa bekas dari Auditorium Utama yang gelap. 　　Secara bersamaan, suara parau bergema di seluruh istana gua es di bawah Pulau Es. 　　“Aku akan pergi cukup lama. Bai Ye, kalian semua tetap di istana dan tunggu kepulanganku.” Suara parau itu membuat dua belas pelayan Dewa di istana es terkejut, lalu mereka pun bersukacita. 　　Dengan ketidakhadiran Pemimpin, mereka bisa merilekskan tubuh dan pikiran sambil bercanda. 　　Permukaan Pulau Es diselimuti kabut dingin yang berasal dari hawa es berusia ratus juta tahun. Sejak zaman purba, para penduduk pulau tak pernah sekalipun meninggalkan tempat ini. 　　Sebab mereka yang berani pergi akan menerima 'sambutan hangat' dari Raja Kematian. 　　Namun saat ini, tiga sosok melesat keluar dari kabut dingin di angkasa pulau - dua putih dan satu hitam, tak lain adalah Qin Yu, Jiang Li, serta Zuo Qiulin. 　　“Senior Zuo Qiulin, di mana letak sarang 'hantu tua' yang kau sebutkan di alam Dewa ini?” tanya Qin Yu sambil menunduk hormat. 　　Zuo Qiulin berkata dengan dingin: "Hantu tua itu tinggal di perairan Laut Timur Dewa, keahlian utamanya adalah energi kehidupan. Sama seperti adikku. Hanya saja penelitiannya tentang jiwa tidak sebanding dengan aku dan adikku. Tapi meski begitu, aku tetap bukan lawannya." Zuo Qiulin mengaku kalah tanpa tedeng aling-aling. 　　"Laut Timur Dewa? Energi kehidupan?" Hati Qin Yu berdesir. 　　Kekuatan ruang alam semesta baru telah menyelimuti seluruh alam dewa. Di Laut Timur Dewa memang ada tiga Raja Dewa pertapa, dan salah satunya memancarkan aura yang sangat samar. Jika bukan karena pengamatan cermat kekuatan ruang Qin Yu, mungkin dia tidak akan menemukan Raja Dewa ini. 　　"Suamiku?" Jiang Li juga menatap Qin Yu. 　　Qin Yu memahami pertanyaan tersirat Jiang Li, hanya mengangguk sambil tersenyum: "Memang ada seorang Raja Dewa di sana, terletak sekitar ratusan ribu triliun li ke timur dari pesisir Gunung Xuanjin Timur di wilayah timur alam dewa." 　　“Kau bisa menemukan si ‘hantu tua’ itu?” Zuo Qiulin mengangkat kelopak matanya, memandangi Qin Yu dengan ekspresi terkejut. “Awalnya kupikir peluangmu mengalahkan hantu tua itu cuma 50-60%, tapi sekarang sepertinya 70-80%,” ujarnya dengan nada dingin. 　　Para Dewa yang menyepi itu, mana ada yang tidak menyembunyikan aura mereka? Bahkan beberapa menggunakan metode khusus untuk mengaburkan keberadaan. Mustahil bagi Dewa lain untuk mendeteksi mereka. Kemampuan Qin Yu menemukan lokasi mereka dengan mudah ini secara otomatis meningkatkan statusnya di mata Zuo Qiulin. 　　Qin Yu juga tidak memberikan penjelasan lebih lanjut. 　　“Kita lompat ruang sekarang.” Begitu kata Qin Yu, ketiganya langsung menghilang dari udara di pinggiran Pulau Es. 　　Luasnya lautan di Laut Timur Dewa melebihi daratan Benua Dewa berkali-kali lipat. Di antara ombaknya, tersebar pulau-pulau tak terhitung jumlahnya. 　　Sebuah pulau kecil yang sangat biasa, seluruh wilayahnya sekitar ratusan li. Di pulau ini terdapat pegunungan kecil dan tumbuh tak terhitung bunga serta tanaman. Pulau ini adalah dunia tumbuhan berbunga berwarna-warni, saat melangkah masuk akan langsung merasakan vitalitas tak terbatas yang memenuhi pulau. 　　Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin muncul tiba-tiba di angkasa atas pulau. 　　Zuo Qiulin memandang dingin ke arah pulau itu, suaranya parau: "Qin Yu, pulau ini adalah markas si hantu tua. Waspadalah, sejak aku tiba di sini, dia mungkin sudah merasakan keberadaanku." 　　"Zuo Qiulin, kau berani datang ke sini? Apa kau yakin bisa mengalahkanku? Oh, ada dua pemuda, apa kau pikir mereka bisa mengalahkanku?" Suara merdu yang hangat menggema di cakrawala. 　　"Hantu tua, jangan kau remehkan kedua pemuda ini! Bisa jadi kau takkan sanggup melawan mereka," suara parau Zuo Qiulin membalas tak mau kalah. 　　"Hahaha! Kalau begitu harus kucoba sekarang juga!" 　　Begitu suara lembut itu berakhir, seketika seluruh pulau dipenuhi oleh tak terhitung bunga, rumput, dan pepohonan yang mulai tumbuh membesar secara gila-gilaan. Ranting-ranting raksasa bagai ribuan tentakel gurita bergerak liar menghujam, dalam sekejap menenggelamkan Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin sepenuhnya. 　　"Ciiit～～～" Sekujur tubuh Zuo Qiulin tiba-tiba memancarkan asap hitam pekat tak berujung. Di area yang terjangkit asap hitam itu, kilatan cahaya hijau menyilaukan menyala-nyala dari tumbuhan gila yang terus-menerus melumat dan dilumat. Semua vegetasi di sekitar Zuo Qiulin seketika layu dan mati. 　　Fenomena unik terjadi di sekitar Jiang Li. Ranting-ranting panjang raksasa yang mendekatinya justru berbalik arah di bawah kendalinya, menjadi perisai hidup yang memblokir serangan dari belakang. 　　Qin Yu hanya mengacungkan satu tangan. 　　Seketika di sepanjang jari Qin Yu, tak terhitung api putih murni bergelora menyembur. Pandangan Qin Yu tiba-tiba berubah menjadi lautan api putih murni. Ranting-ranting berkilau hijau itu seluruhnya terbakar menjadi abu. 　　"Tepat! Memang ada taktik kecil." Suara lembut itu kembali terdengar. 　　Bersamaan dengan itu, pepohonan gila-gilaan tadi menyempitkan gerakan. Qin Yu dan yang lain merasakan Langit-Bumi seketika menjadi jernih. Di atas pulau itu, seorang lelaki tua berdiri mengambang. 　　Rambut panjang hijau, alis hijau panjang. 　　Sepasang alis hijau itu menjulur ke bawah, menarik perhatian Qin Yu. 　　Mata kecil di bawah alis itu sangat tidak mencolok. Sang 'Pertapa Laut Timur' ini terlihat sangat menghibur - mata sipit dengan sudut bibir yang seolah tak pernah lepas dari senyum tipis. Seluruh penampilannya memancarkan aura yang mudah didekati. 　　"Tak kusangka, Zuo Qiulin seperti dirimu bahkan bisa merendahkan diri mencari sekutu, itupun cuma dua bocah." Mata kecil 'Pertapa Laut Timur' ini menyipit, sorot matanya menyapu Qin Yu dan kawannya sejenak sebelum menatap tajam Zuo Qiulin, "Zuo Qiulin, katakan, kunjunganmu kali ini masih terkait janji di masa lampau itu?" 　　"Tentu saja." Suara parau Zuo Qiulin memendam amarah, "Jika tidak, buat apa aku ke sini. Hantu tua, pemuda di sampingku inilah sekutuku. Menurut peraturan kita dulu, selama sekutuku mampu mengalahkanmu, janji masa lalu itu akan dianggap selesai." 　　Kakek alis panjang hijau itu menyipitkan mata memandang Qin Yu, tersenyum: "Aku tentu akan menepati janji. Asal bisa mengalahkanku, kau bebas berbuat apa saja. Nak, kau itu Qin Yu yang disebut-sebut?" 　　"Rupanya Senior sudah mengenal hamba. Bolehkah hamba tahu identitas Senior?" Qin Yu tersenyum menjawab. 　　Qin Yu sama sekali tidak heran, sebelumnya... pusaka Hong Meng kelas satu 'Po Shui' muncul di dunia dewa, menyebabkan guncangan langit dan bumi. Kemudian para Raja Dewa dari berbagai pihak berkumpul di Laut Timur Dewa, akhirnya memicu pertempuran itu di mana Qin Yu mengalahkan dua Raja Dewa secara berturut-turut. 　　Proses pertempuran saat itu, pergerakan sebesar itu. Diperkirakan tidak banyak Raja Dewa di dunia dewa yang tidak mengetahuinya. Mengenal Qin Yu sama sekali bukan hal aneh. 　　"Siapa aku? Tua-tua ini bernama 'Mu Yu'." Pria tua beralis hijau panjang ini menyipitkan matanya sambil tertawa. 　　"Mu Yu?" 　　Qin Yu tertegun, Jiang Li di sampingnya juga tampak terkejut. 　　"Apakah ini 'kayu ikan' yang sering dipukul oleh para ahli di 'Domain Buddha' di Pulau Shuang Yu dunia dewa, dengan karakter yang sama?" tanya Qin Yu mengejar. 　　Pertapa Laut Timur ini menyipitkan mata, mengangguk dengan gembira: "Tepat sekali." 　　"Muyu, marga Mu? Juga ahli energi kehidupan." Hati Qin Yu berdesir, "Apakah pria tua bernama 'Muyu' ini ada hubungannya dengan Keluarga Mu dari Kota Hutan Laut Timur Laut di antara Delapan Tanah Suci Dewa? Lagipula rambutnya juga hijau panjang." 　　Qin Yu mulai membuat prediksi dalam hati. 　　"Nak, jangan melamun. Kalau mau bertarung, cepatlah. Urusanku banyak, tak ada waktu buang-buang denganmu." Suara Pertapa Laut Timur 'Muyu' terdengar. 　　Dengan kesopanan sempurna, Qin Yu bertanya: "Lalu di mana Senior ingin kita bertempur?" 　　"Di sini saja." Pria tua beralis hijau itu menjawab dengan ketegasan, "Nak Qin Yu, kau siap? Kalau sudah, aku akan bertindak." 　　Qin Yu tak berani meremehkan pria beralis hijau ini. Bagaimanapun, bahkan Shenwang Kematian Zuo Qiulin pun pernah dikalahkannya. 　　Seketika tubuh Qin Yu berilusi, terbelah dua secara vertikal. 　　Satu Qin Yu berjubah putih, satu Qin Yu berjubah biru. 　　"Sudah lama tahu kau punya avatar. Pertempuran di Laut Timur dulu, dengan avatar itu kau bahkan mengalahkan Zhou Tong. Hari ini, aku si tua ini juga ingin merasakan." Pria tua beralis panjang hijau itu mengangkat sudut bibir sambil tertawa, rambut hijaunya tiba-tiba memanjang dengan keras. 　　Rambut hijau bagaikan air terjun, langsung menyapu langit dan bumi. Tak terhitung helai rambut hijau menyelubungi Qin Yu, setiap helainya tajam menusuk. Ruang di alam Dewa pun bergetar, seolah setiap saat bisa dihujam roboh oleh rambut-rambut hijau ini. 　　"Benar-benar berbahaya." Qin Yu segera menggenggam Tombak Sisa Salju, satu tusukan langsung menghujam lubang di selubung rambut hijau itu. Wujud aslinya melarikan diri, sementara avatar 'Qin Yu berjubah biru' tetap berdiam tak bergerak. 　　Lubang yang baru saja ditusuk Tombak Sisa Salju Qin Yu tadi, dalam sekejap sudah kembali utuh. 　　"Segel!" 　　Avatar berbaju hijau Qin Yu tiba-tiba memancarkan gas Han Meng tak terbatas. Gas Han Meng adalah hawa dingin ekstrem. Di bawah pengaruhnya, tak terbatas helai rambut hijau itu seolah dilapisi embun beku dan membeku tak bergerak. 　　“Hancur.” 　　Otot tubuh avatar Qin Yu bergetar keras. Gelombang spasial terlihat jelas muncul di ruang sekeliling, menyebar ke segala penjuru. Rambut hijau yang telah membeku itu menyentuh gelombang spasial dan seketika hancur menjadi debu. 　　Rambut pria tua beralis hijau itu kembali normal. Matanya yang kecil berkedip cepat sambil tertawa: “Wilayah Han Meng, wilayah Han Meng Danau Jernih. Tak disangka avatar-mu bisa menguasainya... Wilayah Kehidupan-ku dikalahkan wilayah Han Meng, tak perlu malu. Tua-tua, sepertinya harus mengeluarkan jurus andalan.” 　　Pria tua beralis hijau membuka mulutnya. 　　“Huu!” 　　Empat titik cahaya hijau bertumbuh tertiup angin, sejenak kemudian menjadi empat tumbuhan yang mirip dengan 'bunga pemakan manusia' yang pernah dilihat Qin Yu di dunia mortal. Keempat planet ini mengambang di sekeliling pria tua berambut hijau. 　　"Hongmeng Lingbao?" Qin Yu merasakan aura Hongmeng Lingbao dari keempat tumbuhan ini, rupanya tumbuhan ini bukanlah tumbuhan biasa. 　　"Huu!" 　　Ranting-ranting keempat tumbuhan tiba-tiba memanjang, seketika bagaikan ular raksasa sepanjang ratusan meter menyelubungi Avatar berbaju hijau Qin Yu. Namun Avatar berbaju hijau Qin Yu tetap tak bergerak. 　　"Bzz~~" Gas Han Meng kembali menyelimuti, tapi meski gas itu terus menggerogoti, ranting-ranting itu tak terkena pengaruh apa pun, seketika membungkus erat Avatar berbaju hijau Qin Yu. 　　"Avatar Qin Yu berbaju hijau ini merupakan transformasi dari pusaka Hong Meng kelas satu. Seluruh tubuhnya sangat elastis, sehingga secara alami tidak takut terhadap serangan ini. Namun keempat tanaman itu memiliki puluhan cabang yang seketika membungkus erat avatar tersebut. Dari luar, avatar itu kini terlihat seperti bakcang yang dibungkus daun." 　　"Hah!" 　　Avatar Qin Yu berbaju hijau tiba-tiba mengerahkan tenaga, membuat puluhan cabang yang membungkusnya langsung meregang kencang. 　　"Cabang-cabang ini memiliki kekuatan dahsyat, bahkan avatarku pun tak bisa melepaskan diri." Qin Yu memuji sambil tersenyum. Badan aslinya hanya berdiri di samping sambil memegang Tombak Sisa Salju, memperhatikan pria tua berewok hijau itu. 　　Qin Yu memiliki firasat bahwa pria tua ini belum mengeluarkan serangan andalannya. 　　Pertarungan ini hanya bertujuan untuk mengalahkan lawan, bukan membunuhnya. Karena itu Qin Yu tidak melakukan serangan gila-gilaan. Ia memilih untuk menghadapi setiap serangan dengan tangkisan, bertujuan membuat lawan mengakui kekalahannya dengan sepenuh hati. 　　“Dibuka? Selama bertahun-tahun, aku belum pernah melihat ada yang bisa membuka paksa setelah terbelenggu sempurna oleh empat harta karunku ini. Mana ada Raja Dewa yang tidak mengandalkan lompatan ruang untuk kabur?” Pria tua alis hijau itu sangat percaya diri. 　　“Brak!” 　　Tiba-tiba salah satu sulur yang membungkus Avatar berbaju hijau Qin Yu terputus, “Brak!” Sulur lainnya pun ikut putus. Puluhan sulur itu telah terlalu tegang hingga mencapai batas. Dari cara sulur-sulur itu perlahan terputus, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya tenaga Avatar berbaju hijau Qin Yu yang terbungkus seperti 'bakcang' itu. 　　Ekspresi terkejut muncul di wajah pria tua alis hijau: “Tenaganya luar biasa besar.” 　　Qin Yu tak bisa menahan senyum tipis. 　　Avatar yang terbuat dari pusaka Hong Meng kelas satu, mana mungkin tenaganya kecil? Hanya mengandalkan tenaga fisik, mungkin tidak ada di alam dewa yang bisa menyaingi avatar berbaju hijau ini. 　　“Tapi, percuma. Tak ada yang bisa membukanya.” Pria tua bermata hijau tampak sangat yakin, cahaya hijau mengalir di cabang-cabang yang putus itu. Secara ajaib, ranting-ranting yang patah tersebut mulai menyambung kembali. 　　Pria tua itu menatap wujud asli Qin Yu sambil menyindir: “Nak Qin Yu, apa kau tidak tahu... karakteristik utama energi kehidupan adalah kemampuannya untuk terus-menerus beregenerasi? Putus? Bisa diperbaiki lagi.” 　　Ranting-ranting yang membungkus avatar Qin Yu berbaju hijau itu terus-menerus putus satu per satu. Namun setiap kali ada yang putus, dalam sekejap mata sudah diperbaiki. Dengan begini... mustahil avatar itu bisa membebaskan diri. 　　“Avatarmu memang luar biasa. Terbungkus empat harta karunku tapi tidak terluka.” Pria tua itu memuji sambil mengangguk-angguk. 　　Qin Yu berbaju putih memandang tajam ke arah pria tua bermata hijau. 　　"Senior Muyu, jangan kita buang waktu. Taktik seperti itu takkan mempan padaku. Tunjukkan kekuatan sejatimu!" Qin Yu mengarahkan pedang panjangnya secara horizontal, aura-nya tiba-tiba meluap. 　　Pria tua berekor hijau itu menatap Qin Yu, kilatan tekad terpancar dari bola matanya yang sipit. 　　"Haha, tua-tua ini takkan segan ikut bersenang-senang denganmu!" Dengan gerakan cepat, pria tua itu mengeluarkan cambuk panjang hitam legam bertabur duri-duri hijau. 　　"Qin Yu, hati-hati! Cambuk itu sangat aneh. Beberapa kali aku bertarung dengannya, senjata ini selalu melukai parah." Zuo Qiulin 'baik hati' berkomunikasi melalui telepati. 　　Qin Yu menyunggingkan senyum dingin, matanya tak lepas mengamati cambuk hitam legam itu. 　　Pria tua bermata hijau itu mengayunkan tangan kanannya, cambuk panjang hitam legam itu langsung bergerak seperti naga yang mengamuk di sungai, menyapu ke arah Qin Yu. Di kedua tangan Qin Yu muncul sepasang sarung tangan perak. Tangan kirinya bergerak secepat kilat menangkap ujung cambuk hitam itu layaknya bayangan. 　　"Oh?" Pria tua itu terkejut, lalu tersenyum. 　　Tiba-tiba Qin Yu merasakan cambuk di telapak tangan kirinya mulai menggeliat, rasa sakit tertusuk merambat dari telapak tangannya. Kekuatan ruangnya dengan jelas menangkap fenomena yang terjadi. 　　Ternyata, duri-duri hijau kecil yang menghiasi cambuk itu mulai membesar seperti pisau, menusuk-nusuk telapak tangan Qin Yu. Untunglah sarung tangannya adalah pusaka Hong Meng kelas dua yang bisa menahan tusukan itu. 　　"Hmm, pantas disebut Dewa Tukang generasi baru," gumam pria tua itu heran melihat sarung tangan Qin Yu. 　　“Braak!” 　　Cambuk panjang itu tiba-tiba berguncang keras, seperti ular raksasa yang meronta. Meskipun tenaga Qin Yu tak biasa, kini ia mulai kesulitan menahannya. Serentak, duri-duri hijau kecil yang rapat di permukaan cambuk hitam legam itu terlepas dari tubuh cambuk. 　　Rapat dan padat, jarum-jarum hijau tak berujung itu menghujam ke arah Qin Yu. 　　"Senior Muyu, perhatikan baik-baik." 　　Qin Yu tiba-tiba tertawa lantang. Tombak Sisa Salju di tangan kanannya seketika berubah menjadi naga ganas yang menyapu langit. Bayangan tombak tak terhitung memenuhi udara, disertai kilauan cahaya kuning keemasan yang mistis. 　　Dan semua duri hijau itu justru terpental kembali oleh getaran dahsyat. 　　Pria tua berewok hijau itu terkejut dan tercengang. Saat itu, Tombak Sisa Salju Qin Yu telah membelit cambuk panjang hitam legam itu. Energi Xuan Huang di permukaan tombak bergelombang, membuat cambuk hitam itu bergetar hebat seakan akan segera terpotong-potong. 　　"Berhenti! Aku mengaku kalah, hentikan ini!" 　　Pria tua berewok hijau itu segera berteriak keras. 　　Qin Yu tersenyum kecil lalu menarik kembali Tombak Sisa Salju-nya, berdiri tegak sambil memegang senjata. Jiang Li dan Zuo Qiulin pun terbang mendekat. Bahkan terhadap sikap dingin Zuo Qiulin, kali ini muncul senyuman tipis: "Hantu tua, kau mengaku kalah?" 　　Pria tua berbulu hijau itu memeriksa cambuk panjangnya dengan cermat, lehernya bergerak menelan ludah. Dengan ekspresi takut ia melirik tombak di tangan Qin Yu, lalu memandang sang pemuda: "Nak Qin Yu, cambuk panjangku ini termasuk pusaka Hong Meng kelas dua yang terbaik, terkenal akan kelenturannya. Bahkan pusaka keluarga Maharaja Suci pun sulit merusaknya. Tombakmu itu..." 　　Pria tua itu sangat paham, cambuknya telah menyatu dengan dirinya. Getaran yang hampir mematahkan cambuk tadi tak mungkin salah dirasakannya. Inilah yang membuatnya segera berseru mengaku kalah. 　　"Tombak ini bernama 'Canxue'." Qin Yu tak memberikan penjelasan lebih lanjut. 　　"Hm, bagus." Wajah pria tua itu merekah senyum lega atas belas kasihan Qin Yu. Matanya beralih ke avatar berbaju hijau yang masih terbelit sulur-sulur, "Tapi avatarmu juga masih terperangkap. Jadi kita bisa dibilang imbang." 　　"Menyelubungi?" Qin Yu tersenyum kecil. 　　Avatar berbaju hijau Qin Yu seketika berubah menjadi gas Han Meng, ranting-ranting itu langsung mengendur. Gas Han Meng kemudian berkonsentrasi kembali di samping Qin Yu, berubah menjadi avatar berbaju hijau. 　　"Kau... avatar-mu ini... ini..." Pria tua bermuka hijau terlihat seperti melihat hantu, sampai-sampai tak bisa berkata-kata. 　　Pria tua bermuka hijau benar-benar tertegun. Tadi ia sudah merasakan tingkat ketangguhan avatar itu, dalam hatinya ia yakin bahkan pusaka spiritual paling kuat pun jangan harap bisa melukai avatar ini. 　　Tapi siapa sangka, avatar yang elastis sampai batas maksimal ini ternyata bisa berubah menjadi aliran udara. 　　Avatar seperti ini, siapa yang bisa menghancurkannya? 　　"Mengingat kembali 'Tombak Sisa Salju' Qin Yu yang menakutkan tadi, pria tua berekor hijau kini sepenuh hati tunduk. Dari sini dia juga yakin, bahkan Maharaja Suci pun jangan harap bisa mengalahkan Qin Yu." 　　"Tombak itu..." Pria tua berekor hijau kembali memandang tangan kanan Qin Yu yang sudah kosong sama sekali, bergumam dalam hati dengan ngeri, "Tombak itu, kekuatan serangannya pasti melebihi pusaka spiritual keluarga Maharaja Suci." 　　Orang lain mungkin tidak bisa memastikan. 　　Tapi jumlah pertarungan antara pria tua berekor hijau dengan Maharaja Suci sudah lebih dari sepuluh kali. Tentang kekuatan serangan sang Maharaja, dia tentu paham betul. Cambuk panjangnya yang memiliki kelenturan luar biasa saja hampir putus. Tombak Sisa Salju ini benar-benar mengerikan. 　　"Tak heran akhir-akhir ini para Maharaja Suci terus dipermalukan. Ha, biarkan saja mereka malu! Bukan urusanku! Aku sudah lama tak ikut campur urusan mereka. Lebih enak hidup bebas sendirian di Laut Timur." Pria tua berekor hijau bergumam dalam hati. 　　“Sejak itu pria tua bermata hijau itu tersenyum nakal memandangi Qin Yu: "Qin Yu, aku kalah dengan sepenuh hati, hah... selama bertahun-tahun ini, kekalahan seburuk ini hanya terjadi sekali." 　　"Aku hanya mengandalkan keunggulan senjata saja." Qin Yu tersenyum menjawab. 　　"Menang tanpa kesombongan, bagus, bagus." Pria tua bermata hijau itu menyipitkan matanya ke arah Raja Kematian 'Zuo Qiulin', tiba-tiba wajahnya berubah dingin, "Zuo Qiulin, aku kalah, jadi mulai sekarang kau tak perlu lagi terikat janji masa lalu. Jangan terlalu arogan... yang mengalahkanku kali ini adalah Qin Yu, bukan dirimu. Hmph." 　　Pria tua bermata hijau itu menggerutu, lalu berbalik hendak pergi. 　　"Hantu tua, jangan terlalu besar kepala! Lain kali aku akan kembali menantangmu, lihat siapa yang benar-benar menang." Zuo Qiulin berkata dengan nada gusar. Selama ini ia terus ditekan oleh pria tua ini, tentu ingin membalas kekalahan. 　　Terutama setelah mendapatkan pusaka Hong Meng kelas satu yang diberikan Qin Yu, Zuo Qiulin kini sudah sangat yakin dengan kemampuannya. 　　Pria tua beralis hijau menoleh, menatap tajam Zuo Qiulin sambil tertawa: "Kalau mumpuni, jangan pakai pusaka spiritual dari Qin Yu saat bertarung denganku. Kuyakin kau takkan memiliki kemampuan itu." Ucapnya, wajahnya penuh rasa puas diri. 　　Qin Yu melirik pria tua beralis hijau itu, tak kuasa menahan senyum. 　　Pria tua beralis hijau ini benar-benar sosok yang menggemaskan. 　　"Bagaimana si tua bangka ini bisa menebak aku punya pusaka spiritual pemberian Qin Yu?" Saat ini, Zuo Qiulin di samping justru merasa curiga. 　　Jiang Li tiba-tiba berdecak kagum, lalu berkomunikasi secara batin dengan Qin Yu: "Suamiku, aku teringat seseorang. Dulu di Kota Hutan Laut, keluarga Mu pernah memiliki ahli tingkat dewa yang dijuluki 'Dewa Daun Hijau'. Kekuatannya sungguh mengejutkan... Tapi kemudian, dia menghilang tanpa jejak." 　　"Oh, Dewa Daun Hijau?" Qin Yu pun belum pernah mendengar nama ini. 　　Menurut pengetahuan Qin Yu, dari Delapan Tanah Suci di alam Dewa, Kota Hutan Laut Timur Laut dan Kota Bawah Tanah Tenggara masing-masing hanya memiliki dua Raja Dewa. Dari dua Raja Dewa di Kota Hutan Laut Timur Laut, tidak ada yang bernama 'Muyu'. 　　Jiang Li melirik pria tua beralis hijau di hadapannya, lalu berkomunikasi melalui telepati dengan Qin Yu: "Suamiku, menghilangnya Raja Dewa Daun Hijau terjadi sangat lama, sekitar 6.000 triliun tahun yang lalu. Ada yang bilang dia sudah mati, ada juga yang bilang mengasingkan diri. Tapi tak ada yang tahu pasti. Melihat ciri rambut dan alis hijaunya sekarang, plus keahliannya mengendalikan energi kehidupan, kemungkinan besar dia adalah Raja Dewa Daun Hijau itu. Tapi ini hanya prediksaiku saja. Saat dia menghilang, aku bahkan belum lahir." 　　Qin Yu mengangguk halus. 　　"Raja Dewa Daun Hijau..." Qin Yu memandang pria beralis hijau di hadapannya. Mengingat statusnya sebagai Raja Dewa yang telah mengasingkan diri, Qin Yu tak ingin mengganggu ketenangan hidupnya. 　　"Hantu tua, kau sombong apa? Bukankah kau juga sudah kalah total dari Qin Yu, bahkan tak punya sedikitpun kesempatan untuk bangkit?" Zuo Qiulin kali ini berdebat dengan pria tua beralis hijau. 　　Wajah pria tua beralis hijau memerah: "Kau... kau..." Lalu tertawa, "Haha, benar, aku memang kalah. Tapi hanya kalah dari Qin Yu saja. Lagipula Qin Yu bukan tak terkalahkan. Di luar sana pasti ada yang lebih hebat, itu hal yang sangat normal. Dulu ketika aku di Laut Barat, kekalahanku jauh lebih memalukan. Aku bahkan tak sempat melihat wajah lawan sudah kalah. Kurasa, ahli super dari Laut Barat itu lebih hebat dari Qin Yu. Selain dia, masih ada Dewa Xiu Luo Luo Fan... Jadi jangan bandingkan orang lain. Bandingkan kita berdua, sanggupkah kau mengalahkanku?" Pria tua itu menegakkan dagu sambil melirik Zuo Qiulin, matanya memancarkan sikap meremehkan. 　　Zuo Qiulin seketika tak bisa berkata-kata karena marah. 　　Qin Yu justru menyimak dengan seksama. 　　Laut Barat... ahli super? 　　"Kekuatan pria tua alis hijau ini benar-benar tak kalah dari para Maharaja Suci. Tanpa Tombak Sisa Salju, aku mungkin takkan sanggup melawannya... Di dunia dewa ini, selain Dewa Xiu Luo 'Luo Fan', ternyata masih ada yang bisa dengan mudah mengalahkan pria tua alis hijau, bahkan sampai dia tak sempat melihat wajah lawannya." 　　Qin Yu benar-benar tertegun oleh ahli tingkat lanjut dari Laut Barat itu. 　　"Laut Barat, benarkah ada ahli sehebat itu?" Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu menyisir Laut Barat di dunia dewa dengan cermat, "Ada lima dewa penyendiri di Laut Barat. Tapi menurutku, kelimanya tidak terlalu hebat." 　　Pengalaman Qin Yu bertemu banyak Raja Dewa telah meningkatkan kemampuannya menilai. 　　Meski tak bisa memastikan 100%, setidaknya Qin Yu bisa merasakan bahwa kekuatan lima Raja Dewa itu diperkirakan takkan menyamai pria tua alis hijau. 　　"Senior Mu Yu, kau bilang ahli super itu dari Laut Barat? Kau yakin?" Qin Yu memandangi pria tua alis hijau dengan curiga. 　　Pria tua alis hijau membelalakkan matanya: "Kau tidak percaya? Apakah aku, Kayu Ikan, akan berbohong? Ketahuilah, ahli tingkat tinggi itu berada di Laut Darah yang terletak di ujung paling barat Laut Barat." 　　"Laut Darah?" 　　Pikiran Qin Yu langsung membayangkan wilayah itu. Area Laut Barat sangat luas, sementara Laut Darah adalah 'laut di dalam laut' yang cakupannya jauh lebih kecil dibandingkan Laut Barat. Tapi itu hanya relatif. Sebenarnya wilayah Laut Barat sendiri mencapai ratus juta li. 　　"Kau bilang ahli itu ada di Laut Darah?" Qin Yu mengulang pertanyaannya. 　　Qin Yu sama sekali tidak menemukan adanya ahli tingkat tinggi di Laut Darah. 　　"Tentu saja." Pria tua alis hijau bersikukuh, "Tapi itu kejadian lama sekali. Entah apakah ahli itu masih ada di sana sekarang." 　　Pria tua itu menatap tajam Qin Yu: "Kenapa, kau ingin mencari ahli itu? Haha, Qin Yu, jangan buang-buang tenaga. Dulu waktu aku ke Laut Darah, diserang tapi tetap tidak bisa menemukan di mana persembunyiannya." 　　Bahkan saat berdekatan dengan lawan, tetap tidak bisa ketahuan. Ini menunjukkan kemampuan menyembunyikan diri ahli misterius itu. 　　Terhadap ahli tingkat lanjut seperti itu, Qin Yu memiliki ambisi. Jika bisa menjaring ahli super ini, kekuatan pihaknya akan meningkat secara mengejutkan. 　　Hanya masalah apakah bisa mengintimidasi lawan, Qin Yu sama sekali tidak khawatir. Begitu lawan memasuki alam semesta baru, di sana Qin Yu adalah entitas absolut tak terkalahkan. 　　"Laut Darah, Laut Darah." 　　Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu mengamati Laut Darah dengan sangat cermat. 　　"Suamiku, Suamiku." Jiang Li di sampingnya berteriak memanggil Qin Yu, tapi tak mendapat respons. Karena saat ini Qin Yu tiba-tiba tertegun—— 　　Di seluruh bagian dalam Laut Darah sama sekali tidak ada seorang pun, meski Qin Yu mengamati sekeras apapun tetap tak menemukan. Tapi kini Qin Yu menemukan tempat yang sangat khusus—— 　　Laut Darah sangat berbeda dengan air laut biru biasa di sekitarnya. 　　"Lautan Darah, perbedaan dengan lautan biasa memang normal. Tapi setelah dibandingkan dengan cermat, Qin Yu menyadari seluruh lautan darah ini memancarkan aura yang sangat samar - aura makhluk hidup." 　　"Bahkan terhadap seluruh aura Lautan Darah yang terkumpul rapat sekalipun, intensitasnya tetap sangat lemah. Apalagi aura ini menyebar ke seluruh zona ratus juta li lautan darah. Kelemahannya sampai-sampai Qin Yu pun tak menyadarinya. Awalnya Qin Yu mengira ini sekadar perbedaan biasa antara lautan darah dan lautan normal. Tapi sekarang..." 　　"Mungkinkah... Mungkinkah..." 　　Sebuah pemikiran terlintas di benak Qin Yu! 　　"Mungkinkah lautan darah ini bukan sekadar lautan biasa, melainkan senjata spesial yang ditempa oleh ahli tersebut? Yang memuat aura spiritual sang ahli?" Tebakan mulai mengkristal dalam hati Qin Yu. 　　"Suamiku." Suara Jiang Li akhirnya membangunkan Qin Yu dari lamunannya, "Ada apa, Li'er?" 　　Jiang Li tersenyum pasrah: "Senior Kayu Ikan tadi sudah pergi. Aku memanggilmu dan bertanya apakah kita sudah harus pulang. Tapi kau cuma berdiri membeku di sini." 　　“Kembali, kami harus kembali ke mana?” Zuo Qiulin tiba-tiba bertanya. 　　Qin Yu menggelengkan kepala: "Jangan terburu-buru. Sebelum pulang, kita harus mengunjungi 'Laut Darah' di Laut Barat untuk melihat apa yang istimewa dari lautan dalam lautan ini." 　　"Laut Darah? Suamiku, kau ingin menemui ahli tingkat lanjut itu?" Jiang Li tersenyum. 　　Qin Yu mengangguk halus. 　　"Tapi tadi Senior Muyu bilang, ahli itu mungkin sudah meninggalkan Laut Darah," Jiang Li mengerutkan alis. Qin Yu kembali menggeleng: "Ikut saja denganku, nanti kau akan tahu." 　　"Senior Zuo Qiulin, apakah kau bersedia ikut?" Qin Yu menatap Zuo Qiulin. 　　"Aku ikut." Zuo Qiulin mengangguk. 　　Qin Yu berbicara serius padanya: "Senior, ahli misterius itu terdengar sangat kuat. Jika situasi berbahaya, aku mungkin akan menggunakan metode khusus untuk membuatmu melakukan lompatan ruang. Jangan melawan saat itu." 　　"Lompatan ruang, siapa yang tidak bisa?" Zuo Qiulin mengejek. 　　“Aku cuma mau kau jangan melawan saat pemindahan ruang dilakukan dalam situasi bahaya. Bisa?” Untuk sementara, Qin Yu malas menjelaskan perbedaan antara lompatan ruang miliknya dengan teleportasi biasa Dewa lainnya. 　　Zuo Qiulin menatap Qin Yu dalam-dalam sejenak, lalu mengangguk dingin. 　　“Kalau begitu mari kita pergi.” Qin Yu tersenyum. Ucapannya tadi merupakan antisipasi hal-hal tak terduga, mengingat tak seorang pun pernah melihat ahli misterius dari Laut Darah Barat itu. 　　Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin bertiga lenyap tanpa bekas. 　　Laut Barat di alam Dewa membentang luas. Di wilayah paling baratnya, terdapat area dengan air laut merah menyala yang kontras dengan birunya lautan sekitarnya. 　　Area berair merah ini dijuluki ‘Laut Darah’. 　　Di dalam Laut Darah, tak ada makhluk hidup yang bertahan. Para siluman Laut Barat yang tinggal di dekatnya paham: tempat ini adalah zona kematian. Begitu terhanyut masuk ke area tersebut, takkan ada yang selamat. 　　Di angkasa atas Laut Darah, Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin muncul tiba-tiba. 　　"Air laut di sini bukan 'darah'. Juga sama sekali tidak ada bau anyir." Jiang Li mengendus dua kali sambil tersenyum pada Qin Yu. 　　Qin Yu juga tersenyum sambil mengangguk halus. 　　"Qin Yu, saya merasa ada yang tidak beres." Zuo Qiulin berbisik pelan, seluruh tubuhnya juga siaga. 　　Qin Yu paham, ini adalah medan energi yang dihasilkan aura khas Laut Darah. Siapapun yang berada di atasnya pasti merasakannya. Sementara Jiang Li berpelukan di samping Qin Yu - baginya selama ada Qin Yu, bahkan langit runtuh pun tak masalah. 　　Tiba-tiba Qin Yu berseru lantang: "Hamba Qin Yu datang karena kagum. Mohon Senior berkenan menampakkan diri!" Gaung suaranya memenuhi langit Laut Darah, namun anehnya sama sekali tidak tembus ke wilayah yang tertutup laut merah. 　　"Suamiku, yakin ada orang?" Jiang Li bertanya lembut. 　　Zuo Qiulin juga menatap Qin Yu. Saat ini, Zuo Qiulin hanya merasakan bahaya samar, namun sama sekali tidak dapat merasakan kehadiran pihak lawan. 　　Tiba-tiba— 　　"Kau bisa merasakan aku?" Suara perempuan bergema dari lautan darah tak bertepi, seolah seluruh darah di setiap sudut berbicara serentak. 　　Jiang Li dan Zuo Qiulin langsung berubah raut wajah mereka. 　　Qin Yu telah menduga bahwa lautan darah ini telah dilebur oleh ahli misterius itu. Ia tersenyum, "Aku hanya menangkap aura unik dari lautan darah ini, yang seharusnya merupakan aura milik makhluk hidup." 　　"Haha... Menghibur. Kalau begitu, tinggalkanlah dan temani aku." 　　Tertawa besar mengguntur. Seketika, air laut merah darah yang tak terhingga bergulung-gulung, menyapu langit dan bumi dalam sekejap. Qin Yu dan kedua rekannya terjebak dalam dunia lautan darah. 　　Hening! 　　Hening yang mengerikan! 　　Tak terhitung air laut berhenti berputar di udara, Qin Yu bahkan dapat melihat dengan jelas tetesan-tetesan air laut merah darah yang terhenti di angkasa. 　　Secara bersamaan, Qin Yu juga merasakan seluruh tubuhnya tak bisa bergerak. Tak hanya dia, Jiang Li dan Zuo Qiulin di sampingnya pun mengalami hal serupa. Kondisi ini pernah dirasakan Qin Yu sekali sebelumnya, saat Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' menggunakan 'waktu diam membeku'. 　　"Waktu diam membeku, di alam dewa ternyata ada orang kedua yang bisa menggunakan 'waktu diam membeku'?" Qin Yu benar-benar tertegun. 　　"Tiga dewa, menjadi budak darahku, bagus... bagus..." Tawa itu bergema. 　　"Bergerak!" 　　Kilatan cahaya muncul di pupil iris Qin Yu. Seketika, Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin lenyap tanpa bekas dari dunia darah ini, langsung kembali ke alam semesta baru. 　　"Eh?" 　　Di depan mata, air laut merah darah yang tak terhitung jumlahnya berkumpul. Lautan darah seluas ratus juta li itu menyatu secepat kilat, akhirnya berubah menjadi seorang wanita berambut panjang merah darah, alis panjang merah darah, dan jubah merah darah. Meskipun kecantikannya luar biasa, tak ada sedikit pun pesona feminin. Yang ada hanyalah aura wibawa yang memandang rendah dunia. 　　Wanita ini sekarang mengerutkan alisnya, seolah-olah kejadian tadi membingungkannya. JILID 17 DARAH RAJA DEWA BAB 26 FUNDAMENTAL ALAM SEMESTA 　　Di Planet Zixuan, alam semesta baru. 　　Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin langsung muncul di udara. Kembali ke Zixuanxing, Qin Yu baru menghela napas lega dalam hati. Adegan tadi memang sangat mengejutkannya. 　　Di dunia dewa ini, selain Raja Dewa Xiu Luo Luo Fan, ternyata masih ada raja dewa kedua yang bisa menggunakan teknik 'Waktu Diam Membeku'. 　　"Tadi, adegan tadi itu adalah 'waktu diam membeku'? Ahli tingkat lanjut itu, aku sama sekali belum pernah mendengarnya." Suara parau Zuo Qiulin terdengar, matanya memancarkan keterkejutan yang tak bisa disembunyikan. 　　Jiang Li juga berkata dengan serius: "Kami sebelumnya hanya memperhatikan Raja Dewa dari Delapan Tanah Suci dan tiga besar kekuatan para calon dewa. Tak ada yang memperhatikan Raja Dewa yang menyendiri. Tak disangka di antara mereka ada sosok yang begitu mengerikan. Pantas saja... Senior 'Ikan Kayu' dari Laut Timur bahkan belum melihat wajah lawannya sudah dikalahkan." 　　Qin Yu mempertajam pandangannya, mengangguk setuju: "Tampaknya, kekuatan Raja Dewa di alam dewa tidak sesederhana yang kami bayangkan." 　　"Qin Yu." 　　Zuo Qiulin tiba-tiba matanya menyala penuh keheranan, menatap tajam Qin Yu, "Qin Yu, tempat ini, sebenarnya ini tempat apa? Mengapa di sini aku sama sekali tidak bisa menggunakan hukum ruang maupun percepatan waktu?" 　　Zuo Qiulin yang baru saja pulih dari keterkejutan melihat ahli misterius lautan darah, kini menemukan kejutan yang lebih besar. 　　Bagi para Raja Dewa, baik berada di dimensi ruang manapun di alam semesta, hukum waktu dan hukum ruang tetap berlaku. Bagaimanapun, para Raja Dewa ini belum pernah memasuki alam semesta lain. 　　Jiang Li tersenyum di sampingnya. 　　"Qin Yu, sebenarnya apa yang terjadi?" Zuo Qiulin menatap tajam Qin Yu. Ini sangat mengerikan, Raja Dewa yang tidak bisa menggunakan hukum ruang akan memiliki kesenjangan yang tipis dengan Dewa Bagian Atas. 　　Qin Yu tersenyum tipis menjawab: "Karena... ini adalah duniaku." Setelah berkata demikian, Qin Yu tidak memberikan penjelasan lebih rinci. 　　Pada saat yang sama, di udara di depan ketiga orang itu, belasan pemuda-pemudi terbang berdampingan. Begitu melihat Qin Yu, mereka segera berhenti dan memberikan penghormatan dengan khidmat: "Kami menghadap Tetua Agung Ketiga." Semua anggota keluarga Qin ini memandang Qin Yu dengan pancaran pemujaan absolut dalam sorot mata mereka. 　　Qin Yu menganggukkan kepala sambil tersenyum. 　　Sejak alam semesta baru Qin Yu memiliki jalur koneksi dengan berbagai ruang angkasa seperti Dewa, dunia immortal-iblis-siluman, dan dunia mortal, banyak anggota keluarga Qin yang sering berkunjung ke Planet Zixuan di alam semesta baru ini. Bahkan ada yang membawa berbagai hewan dan burung ke Zixuanxing. 　　Zuo Qiulin yang melihat Qin Yu tidak mau menjelaskan lebih lanjut, mendengus pendek dan berhenti bertanya. Sebagai sosok yang angkuh, dia takkan merendahkan diri untuk bertanya lebih lanjut jika Qin Yu memang tidak mau bicara. 　　Qin Yu, Jiang Li, dan Zuo Qiulin melesat bagai tiga pelangi cahaya, mendarat di depan gerbang Puri Purple Mystic. 　　"Paman Lan sudah kembali." 　　Hanya dengan menggerakkan hati, Qin Yu langsung mendeteksi keberadaan Jiang Lan yang sedang asyik bermain catur sambil mengobrol dengan Yi Feng. Percakapan keduanya terlihat sangat menyenangkan. 　　Qin Yu membawa Jiang Li dan Zuo Qiulin langsung menuju lokasi Jiang Lan dan Yi Feng. Sepanjang perjalanan, Qin Yu berpapasan dengan banyak pelayan Dewa maupun anggota keluarga Qin. 　　Mereka melangkah memasuki halaman yang sunyi. 　　Jiang Lan dan Yi Feng hampir bersamaan menoleh ke arah pintu gerbang taman. Saat melihat Zuo Qiulin, kedua mata mereka terbelalak dan secara spontan berdiri. Mereka menatap kosong ke arah Zuo Qiulin. Setelah beberapa lama, barulah keduanya sadar kembali. 　　"Mirip sekali, mirip sekali." Jiang Lan tak kuasa menghela nafas pelan. 　　Pandangan Yi Feng masih tertancap pada Zuo Qiulin, membuatnya mendengus kesal. Yi Feng lalu tersenyum kecut: "Ini pastilah Raja Dewa Zuo Qiulin?" 　　Zuo Qiumei melirik Jiang Lan dan Yi Feng, lalu memandangi Qin Yu dengan dingin: "Qin Yu, aturkan tempat tinggal untukku. Aku tak ingin melihat kedua orang ini." Bahkan dia tak sudi melirik sekalipun ke arah Yi Feng dan Jiang Lan. 　　Yi Feng dan Jiang Lan saling memandang, hanya bisa tersenyum pasrah. 　　Dalam hati, Qin Yu tertawa geli. 　　Dia sendiri paham betul - Zuo Qiumei dan Zuo Qiumei adalah saudari kandung, wajah mereka persis sama. Hanya aura yang berbeda. Yi Feng dan Jiang Lan ini sudah lama merindukan Zuo Qiumei, mungkin sampai bermimpi pun tentangnya. Kini melihat Zuo Qiumei, bagaimana mungkin mereka tidak melongo? 　　Sayangnya... 　　Zuo Qiumei sangat membenci mereka berdua. 　　"Mungkin, di dasar hati Zuo Qiumei, ada kekecewaan karena Paman Lan dan Paman Yi Feng tidak menyelamatkan adiknya," Qin Yu menduga dalam hati. 　　Pada saat ini Zuo Qiulin memandangi Qin Yu dengan kesal: "Qin Yu, cepat aturkan tempat tinggal untukku. Melihat dua bajingan ini, hatiku langsung merasa sangat tidak nyaman. Hmph!" Wajah Zuo Qiulin terlihat dingin seperti tertutup lapisan es. 　　Mendapat 'caci maki' dari Zuo Qiulin, Jiang Lan dan Yi Feng hanya bisa tersenyum kecut di samping. 　　"Fu Bo." Qin Yu memanggil. 　　Fu Bo langsung muncul secepat angin di halaman, membungkuk hormat: "Tuan." 　　"Fu Bo, siapkan tempat terbaik untuk Senior Zuo Qiulin." Perintah Qin Yu tegas. Seluruh urusan Purple Mystic Mansion memang dipercayakan kepada kepala pelayan Fu Bo. 　　"Baik, Tuan." Fu Bo membungkuk ke arah Zuo Qiulin, "Yang Mulia Zuo Qiulin, silakan ikuti hamba." Fu Bo langsung memimpin jalan. Zuo Qiulin pun mengikuti sang kepala pelayan pergi. 　　Begitu Zuo Qiulin pergi, Jiang Lan dan Yi Feng menggelengkan kepala dengan senyum getir. 　　“Xiao Yu, tak kusangka kau berhasil mengundang kakak A Mei ke sini.” Jiang Lan menghela nafas, meski di dasar matanya terlihat bayangan kesedihan dan kepasrahan. 　　Yi Feng menepuk bahu Jiang Lan: "Jiang Lan, sepertinya mulai sekarang hidup kita akan dipenuhi penderitaan." 　　Wajah Jiang Lan tiba-tiba menjadi serius, matanya menatap Qin Yu: "Xiao Yu, sekarang kau sudah memanggil Zuo Qiulin juga. Kemampuannya aku tahu persis. Dengan dia, Yi Feng, dan dirimu sendiri - meski Li'er dan aku tidak ikut campur - kita sudah cukup kuat untuk berdiri tegak di dunia Dewa. Apa rencanamu selanjutnya?" 　　Qin Yu paham betul: Pamannya Lan tidak akan berani terang-terangan bermusuhan dengan Delapan Keluarga Dewa kecuali terpaksa. 　　Bagaimanapun juga, Jiang Lan adalah anggota keluarga Jiang. Meski hubungan mereka tidak harmonis, mustahil baginya untuk langsung membunuh anggota Delapan Keluarga Dewa. Seperti yang pernah diungkapkannya... Dia akan melindungi Hou Fei, Hei Yu, Qin Feng, Qin Zheng dan yang lain dari belakang garis pertahanan. 　　Yi Feng juga menatap Qin Yu. Dia pun ingin tahu langkah apa yang akan diambil Qin Yu selanjutnya. 　　"Aku hendak membangun sebuah kota di alam para Dewa!" Qin Yu tersenyum berkata. 　　"Membangun kota?" Jiang Lan dan Yi Feng saling memandang, lalu sama-sama memandang dengan senyum ke arah Qin Yu, "Xiao Yu, lanjutkan." 　　Qin Yu mengangguk: "Delapan Tanah Suci dan tiga besar kekuatan para calon dewa di alam Dewa. Kelompok kami akan menjadi kekuatan keempat para calon dewa! Di belakang kami ada alam semesta baru sebagai penyangga. Bagaimanapun juga sudah cukup untuk berdiri tegak di alam Dewa." 　　"Cukup percaya diri, Qin Yu. Tempat mana yang kau pilih untuk membangun kota?" Yi Feng tersenyum memandang Qin Yu. 　　Qin Yu melirik Jiang Li di sampingnya. Pandangan mereka bertemu, senyum saling pengertian mengembang di wajah mereka. 　　"Rawa Kabut! Tepat di perbatasan antara Gunung Xuanjin Timur dan Kota Hutan Laut Timur Laut, wilayah seluas daerah kekuasaan Gunung Xuanjin Timur." 　　Pemilihan Rawa Kabut ini merupakan keputusan yang diambil Qin Yu setelah berdiskusi panjang dengan Jiang Li. 　　“Rawa Kabut itu wilayahnya sangat luas, umumnya bahkan para Dewa pun takkan masuk sembarangan. Lagi pula, para dewa biasa yang masuk pasti akan terperosok rawa, lalu diserang monster-monster di dalamnya sampai mati. Kau memilih tempat seperti ini...” Alis Yi Feng mengerut. 　　Qin Yu tersenyum kecil: "Bagi orang lain mungkin merepotkan, tapi bagi saya, ini sangat sederhana." 　　"Paman Yi Feng, Paman Lan, kalian jangan lupa - aku ini Master Formasi." Begitu kata Qin Yu terucap, Jiang Lan dan Yi Feng pun langsung tersadar. 　　Mereka kini paham apa sebenarnya rencana Qin Yu. 　　"Lalu kapan kau akan mulai membangun kota itu?" tanya Jiang Lan. 　　Qin Yu menjawab sambil tersenyum: "Aku dan Li'er sudah bernegosiasi. Kami memutuskan agar kelahiran anak kami diumumkan dengan penuh kemegahan. Jadi, kami akan menunggu sampai kota selesai dibangun baru mengumumkan kelahirannya." 　　“Jiang Li mengelus perutnya, wajahnya memancarkan cahaya keibuan. Ia lalu mendongak memandang Qin Yu di sampingnya, kemudian tersenyum ke arah Jiang Lan dan Yi Feng: "Paman Lan, Paman Yi Feng, sekarang kita hanya menunggu Bibi Zuo Qiulin melebur pusaka Hongmeng kelas satu itu. Suamiku akan membantunya menyiapkan zona percepatan waktu 100.000 kali. Perkiraan sepuluh tahun cukup untuk menyelesaikannya." 　　“Pusaka Hongmeng kelas satu?” 　　Mata Jiang Lan berbinar, lalu ia tertawa terbahak, "Haha, Xiao Yu, Zuo Qiulin punya pusaka Hongmeng kelas satu, Saudara Yi Feng juga, kau juga, Li'er juga, aku juga... Fondasi kekuatan keempatmu di alam dewa ini benar-benar kokoh." 　　Di seluruh alam dewa, adakah kekuatan lain yang memiliki kemewahan pusaka para ahli Raja Dewa seperti faksi Qin Yu ini?” 　　【Alam semesta dunia mortal】saat ini telah mencapai kesempurnaan. Untuk menciptakan percepatan waktu 100.000 kali lipat pun sangat mudah. Qin Yu menyiapkan ruang khusus agar Zuo Qiulin dapat dengan tenang melebur tongkat 'Wan Liu', kemudian ia kembali ke【Purple Mystic Mansion】. 　　Hou Fei dan Hei Yu sedang bermeditasi, sementara Qin Yu sendiri duduk bersila di atas bantal meditasi ruang latihan, jiwanya menyatu sempurna dengan alam semesta. 　　【Ciiit～～～】 　　Tak terhitung【Qi Hong Meng】terserap masuk. Lapisan alam semesta di atas【dunia mortal】terus berkembang, melahirkan ruang-ruang kosmos baru setara level【dunia immortal, iblis, dan siluman】. 　　【Eh?】 　　Qin Yu yang sebelumnya【tertutup rapat】matanya tiba-tiba membuka kelopak, kilatan kecurigaan melintas di pupilnya. Seketika itu juga tubuhnya langsung melakukan【lompatan ruang】dan menghilang dari ruang latihan. 　　…… 　　Di zona inti alam semesta dunia mortal alam semesta baru, terdapat celah yang berdekatan dengan tiga ruang angkasa. Di celah ruang ini energi berantakan, sementara pecahan ruang terus hanyut tak terkendali. 　　Di pusat celah ruang ini, terdapat segumpal cahaya pelangi sebesar kepalan tangan yang tak mencolok mengambang. Qin Yu sendiri muncul tiba-tiba di tempat ini. 　　"Ini... ini energi fundamental alam semesta?" 　　Mata Qin Yu dipenuhi sukacita. Ia mengamati dengan cermat gumpalan cahaya pelangi sebesar kepalan tangan ini. Energi fundamental yang baru lahir ini telah ketahuan olehnya hanya beberapa saat setelah kemunculannya. 　　"Aku selalu curiga, Delapan Raja Suci dari Dewa bisa menggunakan energi fundamental, tapi mengapa alam semesta baruku tidak memilikinya? Ternyata begitu, ternyata begini caranya!" 　　Hati Qin Yu tiba-tiba tercerahkan. 　　Selama proses perkembangan dan evolusi alam semesta, pada awalnya terjadi penyerapan Qi Hong Meng dengan kecepatan tinggi untuk pertumbuhan kosmos. Periode ini termasuk dalam status 'pemasukan tidak mencukupi pengeluaran'. 　　Saat ini... alam semesta dunia mortal telah selesai dibangun. 　　Meskipun alam semesta tingkat dunia immortal-iblis-siluman masih dalam proses pertumbuhan, seiring perkembangannya kebutuhan akan Qi Hong Meng akan semakin berkurang. Pada dasarnya seluruh kosmos hampir berbentuk piramida - semakin tinggi tingkatannya semakin sedikit konsumsi Qi Hong Meng. 　　Kini, jumlah Qi Hong Meng yang diserap alam semesta baru telah melampaui tingkat konsumsinya. Dengan kata lain terjadi 'surplus pemasukan'. 　　Melalui proses kompleks penyerapan, pemurnian, dan transformasi oleh seluruh kosmos, kelebihan Qi Hong Meng akhirnya akan membentuk kekuatan fundamental alam semesta. 　　Proses pembentukan kekuatan fundamental alam semesta sangatlah rumit. 　　“Haha... Kini penyerapan sudah melebihi konsumsi, artinya... kekuatan fundamental alam semesta ini akan semakin bertambah.” Senyuman mengembang di wajah Qin Yu. 　　Qin Yu merasakan dengan jelas, cahaya pelangi sebesar kepalan tangan ini mengembang dan menyusut layaknya makhluk hidup, sambil volumenya bertambah secara perlahan. 　　Bisa dibayangkan... 　　Ketika alam semesta mencapai kesempurnaan mutlak, sebesar apa volume kekuatan fundamental ini nantinya. 　　“Kekuatan fundamental alam semesta ini...” Dengan menggerakkan hatinya, energi spiritual Qin Yu langsung menyatu sempurna dengannya. Segala rahasia tentang kekuatan ini telah ia pahami sepenuhnya. 　　“Kekacauan primal terbagi menjadi Yin-Yang, lalu membentuk lima elemen metal-kayu-air-api-tanah. Yin melahirkan kegelapan, Yang melahirkan cahaya. Lima elemen itu membentuk dunia... dengan kekuatan petir sebagai penyeimbang utama.” 　　Qin Yu kini telah mencapai pencerahan. 　　Mengapa Delapan Tanah Suci itu bisa berdiri tegak selamanya di alam para dewa? Sekarang baru kelihatan bahwa kedelapan tanah suci ini menguasai delapan kekuatan paling fundamental, bagaikan 'kepala pelayan' yang mengatur seluruh alam semesta. JILID 17: Darah Raja Dewa BAB KEDUA PULUH TUJUH Tingkat Raja Dewa 　　Kekuatan jiwa Qin Yu membelah menjadi delapan aliran, menyelubungi delapan jenis kekuatan fundamental dalam gumpalan cahaya pelangi ini, merasakannya dengan penuh ketelitian. 　　"Eh?" 　　Di dalam hati Qin Yu muncul keheranan, "Mengapa kekuatan fundamental alam semesta baruku ini begitu mirip dengan kekuatan fundamental alam semesta di dunia para dewa itu?" Qin Yu membalikkan telapak tangan dan mengeluarkan sebuah mutiara - Mutiara Sumber Api. 　　Mutiara Sumber Api ini diberikan oleh pemuda berambut perak bermata perak atas nama gurunya yang misterius kepada Qin Yu. Dengan selalu membawa mutiara ini, secara alami Qin Yu menjadi sangat familiar dengan aura energi Mutiara Sumber Api. 　　Namun saat ini, Qin Yu kembali menemukan bahwa energi api dari kekuatan fundamental alam semesta barunya ternyata memiliki aura yang persis sama dengan Mutiara Sumber Api. 　　"Mengapa kekuatan fundamental dari alam semesta yang berbeda bisa identik? Setidaknya energi api ini sama." Alis Qin Yu berkerut, mulai merenungkan dalam hati. 　　Alam semesta baru ini berbeda dengan alam semesta Dewa, masing-masing memiliki prinsip waktu dan ruang sendiri. Bagaimana mungkin kekuatan fundamentalnya bisa sama persis? 　　Perenungan ini berlangsung selama beberapa bulan. 　　Dalam proses perenungan, Qin Yu sama sekali tidak menyadari berlalunya waktu. Dalam beberapa bulan, gumpalan kekuatan fundamental yang baru lahir itu telah tumbuh setinggi pinggang. 　　"Mungkinkah..." 　　Seketika kilatan inspirasi muncul di benak Qin Yu, seperti "mengungkap bulan di balik awan". "Apakah hubungan antara kekuatan fundamental dengan alam semesta adalah seperti ini?" 　　Saat dunia Qian Kun tercipta, ketika fenomena 'energi Xuan Huang' muncul dalam proses membelah langit dan bumi, Qin Yu langsung memahami bahwa energi ini merupakan harta karun untuk menstabilkan lima elemen dan mengkonsolidasikan ruang. 　　Namun saat ini, alam semesta masih dalam proses perkembangan. Energi Xuan Huang sama sekali tidak boleh meninggalkan alam semesta. Fungsinya adalah menstabilkan seluruh struktur kosmos. Baru setelah alam semesta mencapai kesempurnaan, energi ini dapat memisahkan diri. 　　Adapun kekuatan fundamental alam semesta... 　　"Benar, benar!" 　　Semakin dipikirkan, Qin Yu semakin yakin bahwa pandangan yang tiba-tiba muncul di pikirannya ini tepat. Prinsip "Jalan Agung mengarah pada kesederhanaan" ternyata berlaku. Awalnya ia terlalu mempersulit hubungan antara kekuatan fundamental alam semesta dengan hukum ruang-waktu. 　　Kini tampak jelas... 　　"Baik alam semesta milikku maupun alam semesta Dewa yang lain, seharusnya sama-sama tersusun dari penyerapan Qi Hong Meng. Sama-sama menyerap energi primordial ini. Seperti membangun rumah... menggunakan bahan yang sama, maka material bangunannya pun identik. Jika tidak mempertimbangkan hukum waktu dan hukum ruang, kedua alam semesta ini pada dasarnya seharusnya serupa." 　　Pandangan Qin Yu tidak keliru. 　　Di Zixuanxing alam semesta baru, energi spiritual juga dapat dihasilkan, bintang induk dan planet-planet pun bisa muncul... Semua ini membuktikan bahwa tanpa mempertimbangkan hukum waktu dan ruang, kedua alam semesta tersebut hampir identik. 　　"Adapun hukum waktu dan hukum ruang, ini adalah prinsip pengelolaan alam semesta. Seperti kunci pintu rumah: dua bangunan mungkin identik, namun kunci untuk membukanya berbeda. Hukum waktu dan hukum ruang ibarat 'kunci' yang menguasai sebuah alam semesta." 　　Senyum tipis mengembang di wajah Qin Yu. 　　“Adapun kekuatan fundamental alam semesta... itu adalah Qi Hong Meng yang telah terkonversi, termasuk transformasi material. Pada dasarnya dua alam semesta ini sama, baik bahan membran ruang angkasa maupun bintang induk dan sebagainya. Kekuatan fundamental ini hanya terkait dengan alam semesta itu sendiri, jadi wajar jika kekuatan fundamental kedua alam semesta persis sama.” 　　Qin Yu merasa ceria dalam hati. 　　Sebenarnya prinsip yang sama. 　　Baik hukum ruang maupun hukum waktu, hanyalah prinsip! Sedangkan kekuatan ruang dan kekuatan waktu merupakan energi yang menjadi milik alam semesta. 　　Para Raja Dewa hanya mengatur energi melalui prinsip. 　　“Pembentukan hukum ruang dan waktu ini pasti terkait dengan pencipta alam semesta ini.” Qin Yu hanya bisa yakin demikian. 　　Perbedaan metode latihan dari tiap individu menciptakan alam semesta dengan hukum waktu dan ruang yang berbeda-beda. 　　“Kekuatan fundamental alam semesta, sesuai namanya, adalah energi paling hakiki milik alam semesta. Getarannya juga terkait dengan kekuatan ruang dan waktu seluruh alam semesta.” 　　Jiwa Qin Yu menyatu sepenuhnya dengan gumpalan besar kekuatan fundamental alam semesta ini. Gumpalan cahaya pelangi raksasa ini terus mengembang dan menyempit. Qin Yu merasakan dengan jelas—— 　　Proses pengembangan dan penyusutan kekuatan fundamental alam semesta ini mengandung ritme khusus yang selaras sempurna dengan getaran kekuatan ruang dan waktu di seluruh alam semesta baru. 　　Matanya tiba-tiba berbinar. 　　"Jika begini, maka aku..." Sebuah gagasan muncul di hati Qin Yu, "Aku bisa merasakan getaran kekuatan ruang dan waktu seluruh alam semesta baru melalui kekuatan fundamental ini. Bukankah dengan cara sama, aku juga bisa merasakan getaran kekuatan ruang dan waktu alam semesta Dewa melalui kekuatan fundamental alam semesta mereka?" 　　Hatinya langsung membara. 　　Alam semesta baru terhubung dengan banyak dimensi seperti Dewa, dunia Xian-Mo-Yao, dll. Qin Yu langsung melompat dari alam semesta baru menuju salah satu ruang alam semesta di dunia mortal. 　　Ini adalah kampung halaman Qin Yu, ruang angkasa yang memiliki planet Zixuanxing. 　　"Kekuatan fundamental alam semesta dari alam semesta Dewa ini, posisinya seharusnya mirip dengan alam semesta baruku." Qin Yu menggerakkan hatinya, dengan sekali torehan tangan langsung menciptakan retakan ruang. 　　Qin Yu langsung melangkah masuk ke dalam retakan ruang tersebut. 　　…… 　　Di celah ruang yang penuh kekacauan, Qin Yu sendiri terlihat agak kewalahan. 　　"Ini bukan alam semestaku sendiri." Qin Yu pasrah dalam hati. Seandainya berada di celah ruang alam semesta baru, pasti dia akan bergerak dengan luwes. 　　Tapi saat ini... 　　Kekuatan ruang di celah ini sangat kacau, sulit dikendalikan. Bahkan para Raja Dewa biasanya tak mau repot-repot masuk ke celah ruang. 　　Qin Yu mengendalikan kekuatan ruang alam semesta barunya untuk melindungi diri. Sebagai penguasa alam semesta baru, kontrolnya terhadap kekuatan ruang ini sangatlah mudah. 　　“Meskipun terlihat kewalahan, mempertahankan diri masih yakin.” Qin Yu tersenyum kecil, seketika kekuatan ruang menyebar di celah ruang ini, mulai menyisir dengan cermat kekuatan fundamental alam semesta. 　　Hanya Qin Yu yang bisa menggunakan kekuatan ruang dengan luwes di celah ruang. Raja Dewa lain yang datang pasti akan berwajah kusut penuh debu. 　　Kekuatan ruang alam semesta baru terus menyebar. Semakin banyak kekuatan ruang yang dipanggil Qin Yu. Ketika jangkauannya mencapai sepuluh kali panjang Dewa, akhirnya Qin Yu menemukan keberadaan kekuatan fundamental alam semesta. 　　“Huu!” 　　Qin Yu langsung melakukan lompatan ruang ke sana. 　　Hanya dengan melihat kekuatan fundamental alam semesta di hadapannya, Qin Yu benar-benar terpana. 　　“Kekuatan fundamental alam semesta baruku saat ini hanya setinggi pinggang. Tapi kekuatan fundamental alam semesta yang telah disempurnakan ini...” 　　Qin Yu mendongak melihat bola raksasa bercahaya pelangi di hadapannya. 　　Bola raksasa ini volumenya sudah mencapai tingkat yang mengerikan. Tubuh Qin Yu di depannya sama sekali bisa diabaikan. 　　Bola cahaya pelangi raksasa yang berputar perlahan ini, bagaikan bintang induk yang berkilauan, terus-menerus mengembang dan menyusut. 　　"Kekuatan fundamental alam semesta yang telah mencapai kesempurnaan total, volumenya ratus juta kali lebih besar daripada kekuatan fundamental alam semesta baru yang baru saja tercipta di alam semestaku." Qin Yu tersenyum kecil. 　　Seketika Qin Yu mengubah diri menjadi kilatan cahaya yang melesat ke atas bola cahaya pelangi raksasa ini, duduk bersila di angkasa sambil menyebarkan kekuatan jiwanya. 　　Kekuatan jiwa terus-menerus menyebar dan menyatu dengan bola cahaya pelangi raksasa ini. 　　Saat kekuatan jiwa Qin Yu menyentuh bola cahaya pelangi raksasa ini, belum terjadi apa-apa. Tapi ketika ia mencoba melakukan infiltrasi dengan kekuatan jiwanya—— 　　"Ciiit～～～" 　　Energi fundamental alam semesta yang awalnya seperti anak patuh tiba-tiba melancarkan serangan balik. Tentakel kekuatan jiwa Qin Yu ditarik kembali dengan cepat. Wajah Qin Yu pun langsung memucat. 　　Qin Yu langsung memahami situasi. 　　Saat meneliti segumpal energi fundamental alam semesta miliknya sendiri, betapapun ia memanipulasinya—bahkan memisahkan cahaya pelangi menjadi delapan bagian—energi itu tetap patuh tanpa menyerangnya. 　　Karena... itu adalah alam semesta miliknya sendiri. Dialah sang pencipta. 　　Tapi alam semesta Dewa ini bukanlah ciptaannya. Benda langit energi fundamental yang raksasa ini mengandung energi fundamental yang begitu bergelora, jauh melebihi sedikit energi yang digunakan Delapan Raja Suci. Mungkinkah benda langit raksasa ini membiarkan Qin Yu menyatu begitu saja? 　　"Jika tak bisa menyatu, bagaimana aku bisa menelitinya?" 　　Qin Yu pun merasa kesal. 　　Mengernyitkan alis melihat benda langit raksasa di hadapannya, Qin Yu akhirnya terpaksa melepas keinginannya. Energi fundamental alam semesta ini memiliki sikap eksklusif ekstrem. 　　Tiba-tiba senyum tipis muncul di wajah Qin Yu: "Benar, energi fundamental alam semesta baruku ini persis sama dengan energi alam semesta Dewa. Bagaimana jika... kubawa sebagian energi alam semestaku sendiri ke sana?" 　　Begitu terpikir, langsung dilaksanakan! 　　Qin Yu segera melakukan lompatan ruang kembali ke alam semesta barunya. 　　Di alam semesta baru, segumpal cahaya pelangi setinggi pinggang berdiam di sana. Mengandung delapan jenis energi fundamental, jiwa Qin Yu dengan mudah menyatu ke dalamnya. 　　Dengan menggerakkan kehendak hati! 　　Cahaya pelangi setinggi pinggang itu terpisah sebesar bola kaki, langsung menyatu ke dalam tubuh Qin Yu tanpa perlawanan sedikitpun. 　　Saat bola energi sebesar bola kaki itu sampai di benaknya, cahaya kejutan tiba-tiba memancar dari wajah Qin Yu: "Energi fundamental, memang benar-benar ajaib!" 　　Cahaya pelangi itu tak disangka menyelubungi yuan infant jiwa Qin Yu. Yuan infant jiwa Qin Yu, bagai sungai kering yang bertemu aliran air, menyerap cahaya-cahaya itu sekuat tenaga. Qin Yu jelas merasakan transformasi berulang yuan infant jiwanya. 　　…… 　　Kekuatan fundamental alam semesta adalah energi yang sangat misterius. Bahkan Delapan Raja Suci pun hanya bisa mengendalikannya secara tak langsung melalui pusaka spiritual keluarga untuk menyerang musuh. Mereka juga tak mampu menyatukan jiwa dengan kekuatan fundamental. 　　Seandainya mereka mencoba menyatu, hasilnya akan sama seperti Qin Yu sebelumnya - menerima serangan balik kekuatan fundamental. 　　Hanya pencipta alam semesta yang bisa menyerap kekuatan fundamental dengan sangat alami dan mudah, tanpa terkena serangan darinya. 　　Saat Qin Yu menyatu dengan segumpal kekuatan fundamental itu, ia merasakan jiwanya dipenuhi vitalitas tak terbatas. Sensasi ini bahkan lebih kuat daripada ketika AIR MATA METEOR memenuhi jiwanya dengan Nyawa Kekal dulu. 　　Jiwa telah mengalami perubahan fundamental. 　　Tepi Rawa Kabut di alam Dewa. 　　Qin Yu muncul mengambang di tempat ini, jiwanya merasakan dengan jelas seluruh getaran ruang di alam Dewa. Getaran ini selaras sempurna dengan ekspansi dan kontraksi kekuatan fundamental alam semesta. 　　Sensasi yang ribuan kali lebih jelas dibanding masa lalu. 　　Dulu, ruang alam Dewa bagaikan gadis bercadar di hadapan Qin Yu. Kini, 'cadar' di wajah gadis itu telah lenyap. Getaran ruang terasa begitu gamblang. 　　"Haha, hukum ruang, rupanya beginilah hukum ruang. Membekukan ruang... Pantas saja dengan kekuatan fundamental kita bisa menggunakan teknik membekukan ruang." 　　Tiba-tiba Qin Yu tertawa terbahak-bahak, suara tawanya bergema lantang. 　　Sebelumnya, pemahaman Qin Yu tentang ruang sudah mencapai puncak Dewa Bagian Atas, hanya terpisah satu langkah dari tingkat Raja Dewa. Transformasi jiwa kali ini membuatnya langsung memahami hukum tersebut, menghancurkan membran terakhir, dan mencapai tingkat Raja Dewa. 　　“Delapan Raja Suci, melalui pusaka spiritual keluarga secara tak langsung mengatur kekuatan fundamental untuk membekukan ruang. Bagiku, ini juga bukan hal sulit. Aku lebih langsung, jiwa telah menyerap kekuatan fundamental, dan delapan jenis semuanya!” Qin Yu mengacungkan satu tangan ke depan, mengucapkan beberapa kata perlahan—— 　　“Ruang, bekukan!” 　　Ruang seluas sepuluh ribu li di depan langsung membeku. Getaran ruang dalam batas wilayah ini pun menghilang. 　　“Haha, dua alam semesta, kecuali hukum waktu dan hukum ruang yang berbeda, lainnya ternyata sama saja. Kekuatan fundamental alam semesta ini juga persis sama. Dengan kekuatan fundamental alam semesta-ku, di alam semesta Dewa ini, aku tetap bisa membekukan ruang.” Dalam hati Qin Yu muncul kejutan sesaat. 　　Di benak Qin Yu, Yuan Ying Jiwa-nya telah berubah menjadi warna kaca, sesekali berkedip cahaya pelangi khas kekuatan fundamental. 　　Qin Yu menggerakkan hati, ruang yang membeku langsung kembali normal. 　　Tiba-tiba—— 　　“Braak～～～～” 　　Langit di atas Rawa Kabut benar-benar berguncang! Awan keberuntungan tujuh warna memenuhi langit sepanjang 10.000 li, semburan kilat raksasa menembus cakrawala, gemuruhnya menggelegar! 　　Pada detik ini, seluruh ahli di alam Dewa tertegun. Tanda-tanda langit dan bumi ini merepresentasikan hal yang sangat jelas: Seorang Raja Dewa baru telah terpilih! 　　"Setelah Duanmu Yu dan Jiang Li, tak disangka lahir lagi Raja Dewa di alam ini!" Sebagian besar Raja Dewa langsung mengembangkan kesadaran spiritual mereka, menyisir Rawa Kabut. Mereka semua ingin tahu, siapakah Raja Dewa baru itu sebenarnya! JILID 17: DARAH RAJA DEWA BAB KEDUA PULUH DELAPAN: MEMBANGUN PONDASI 　　Menghadapi penyisiran kesadaran spiritual satu demi satu Raja Dewa, Qin Yu tidak bersembunyi. Dengan senyuman tipis, ia berdiri tegak tangan di belakang punggung di tepi Rawa Kabut, bahkan sengaja melepas aura dirinya. 　　"Ternyata Qin Yu!" Wajah Huangfu Yu dari Gunung Xuanjin Timur Timur pun tersenyum tipis. 　　"Menghibur, menghibur. Qin Yu yang belum mencapai tingkat Raja Dewa sudah bisa melakukan 'lompatan ruang', bahkan percepatan waktu. Kini setelah mencapai tingkat Raja Dewa, peningkatan apa lagi yang akan didapat?" Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' asyik memainkan teko di tangannya, lalu tersenyum kecil dan meletakkannya di meja samping. Tubuhnya tiba-tiba menghilang dengan lompatan ruang. 　　Wajah Zhou Huo, Zhou Tong, Zhou Ran dan lainnya di Kota Hukuman Guntur berubah sedikit. 　　"Hmph, mencapai tingkat Raja Dewa? Meski sudah mencapainya, dia hanya memahami hukum ruang. Memahami sepenuhnya hukum ruang pun takkan jadi ancaman bagi Raja Dewa." Zhou Huo bergumam dalam hati. 　　Hanya di dasar hati Zhou Huo dan kawan-kawan, selalu ada keraguan yang tak terjelaskan——mengapa Qin Yu yang belum mencapai tingkat Raja Dewa bisa melakukan lompatan ruang? 　　…… 　　Kota Hukuman Guntur, Kota Bawah Tanah, Gunung Xuanjin, Gunung Api, Danau Jernih... Laut Xiu Luo, Pulau Shuang Yu, Gunung Xue Yao, serta berbagai Raja Dewa dari berbagai pihak termasuk beberapa Raja Dewa pertapa, menyebarkan kesadaran spiritual mereka yang sepenuhnya menyelimuti Qin Yu. 　　Tepi Rawa Kabut. 　　Qin Yu berdiri dengan tangan di belakang punggung, wajahnya tersenyum, namun dalam hati merenung: "Kali ini aku menjadi Raja Dewa, memang merupakan kesempatan emas untuk melakukan penampilan spektakuler." 　　Saat ini Qin Yu memang menginginkan kesan yang mencolok, karena dalam rencananya... setelah Raja Kematian menyelesaikan peleburan total 'Wan Liu' (pusaka Hong Meng kelas satu), saat itulah Qin Yu akan secara resmi memperlihatkan kekuatan mengejutkannya di hadapan berbagai kekuatan luar di Dewa. 　　Ruang bergetar, terlihat seorang pria paruh baya botak berjubah emas dan seorang wanita cantik berjubah putih yang anggun muncul tiba-tiba di hadapan Qin Yu. Wanita berjubah putih ini dikenali Qin Yu. Ketika Kota Salju Melayang di Kutub Utara mengadakan sayembara pernikahan terbuka dulu, Pulau Shuang Yu mengirim wanita cantik ini——Shenwang Miaomiao. 　　"Selamat, Shenwang Qin Yu." Shenwang Miaomiao tersenyum sambil memberi hormat, "Ini adalah Shenwang 'Pufa' dari Pulau Shuang Yu." 　　Pria botak berjubah emas itu segera menyatukan telapak tangan ke arah Qin Yu, tersenyum memberi salam: "Pufa, memberikan salam kepada Shenwang Qin Yu." 　　"Shenwang Miaomiao, Shenwang Pufa." Pandangan Qin Yu tertahan sejenak pada 'Shenwang Pufa'. Qin Yu tahu, Pulau Shuang Yu merupakan——Domain Xian dan Domain Buddha. 　　Tentu saja, karakter 'Xian' dan 'Buddha' pada Domain Xian dan Domain Buddha hanya mewakili jalur kultivasi masa lalu mereka. Bagaimanapun mereka sudah menjadi dewa, bahkan mencapai tingkat Shenwang. 　　"Xian, iblis, Buddha, siluman—empat jalur kultivasi yang sangat umum di berbagai dimensi pada tingkat dunia Xianmo Yao." 　　"Namun di alam semesta Xianmo Yao, hanya ada tiga kategori: Xian, iblis, dan siluman. Contohnya di dunia Dinosaurus, hanya ada cultivator dewa dan siluman Dinosaurus. Sedangkan beberapa dimensi memiliki cultivator Buddha." 　　"Dari tiga kekuatan besar calon dewa di Xianmo Yao: Gunung Xue Yao jelas dipenuhi ahli siluman. Pulau Shuang Yu dihuni ahli yang tumbuh dari jalur 'Xian-Buddha'. Sementara Laut Xiu Luo bercorak campuran." 　　"Sang Dewa Xiu Luo sendiri dahulu melatih 'Jalan Iblis Asura' sebelum asensi, lalu berkembang setahap demi setahap hingga mencapai tingkatnya sekarang." 　　"Huu!""Huu!""Huu!"…… 　　Para dewa mulai bermunculan di sekeliling. Kali ini yang datang adalah dewa dari Laut Xiu Luo, Gunung Xue Yao, dan Pulau Shuang Yu. Sementara Delapan Tanah Suci tak mengirim satupun dewa. 　　“Semuanya sudah datang ya.” Ratu Darah 'Yu Sha' menyapu pandangannya ke sekeliling, tatapannya tertahan sejenak pada Raja Dewa Xiu Luo 'Luo Fan', sebelum akhirnya memandangi Qin Yu sambil tersenyum sinis. 　　“Aduhai, Qin Yu, pilihanmu dulu ternyata tepat. Setelah menikahi Jiang Li itu, kau langsung menjadi Raja Dewa. Ditambah Jiang Li... suami istri sama-sama Raja Dewa, sungguh mengagumkan. Di Dunia Dewa hanya kalian berdua pasangan suami-istri Raja Dewa.” Ratu Darah itu menyipitkan matanya ke arah Raja Dewa Luo Fan. 　　Nada suara dan tatapan Ratu Darah itu dipahami oleh semua Raja Dewa di sekitar. Hubungan ambigu antara Ratu Darah dengan Raja Dewa Xiu Luo juga telah menjadi rahasia umum di kalangan para dewa. 　　Raja Dewa Luo Fan sendiri justru terlihat seperti tak mendeteksi insinuasi tersebut. 　　Setelah mengobrol ringan dengan tiga kekuatan besar calon dewa, Qin Yu segera memahami maksud kedatangan mereka. Pasangan Qin Yu dan Jiang Li sama-sama Dewa, dan kekuatan Qin Yu telah diketahui para Dewa lainnya. Secara alami mereka ingin Qin Yu bergabung dengan pihak mereka. 　　Tiga kekuatan besar calon dewa memang berada dalam posisi tegang dengan Delapan Tanah Suci, jadi tidak takut menyinggung mereka. 　　Hanya... 　　Qin Yu sendiri telah memiliki rencana. Jika bisa mengandalkan diri sendiri, mengapa harus bergantung pada orang lain? 　　Tiba-tiba sebuah kesadaran spiritual dari selatan Dewa menyebar cepat dan langsung menyusup ke benak Qin Yu: "Saudara Qin Yu, selamat atas pencapaianmu sebagai Dewa. Jika ada waktu, datanglah ke Kota Cermin Bercahaya untuk bersua denganku." 　　"Saudara Duanmu, aku akan mengunjungimu di Kota Cermin Bercahaya dalam waktu dekat," balas Qin Yu melalui komunikasi telepati. 　　"Oh? Kalau begitu aku akan menantimu." Segera setelah itu Duanmu Yu menarik kembali kesadarannya. 　　Qin Yu dan Duanmu Yu memiliki hubungan pribadi yang baik, hanya saja saat ini yang datang memberi ucapan selamat secara terang-terangan kepada Qin Yu hanyalah tiga pihak kekuatan para calon dewa, sehingga Duanmu Yu tidak enek datang langsung. 　　Peristiwa Qin Yu menjadi Raja Dewa bagaikan kerikil yang dilempar ke permukaan danau, menciptakan riak-riak kecil. Tak lama... ketenangan pun kembali. 　　Alam para dewa masih sama seperti dahulu. 　　Delapan Tanah Suci tetap dianggap sebagai tempat tertinggi oleh tak terhitung dewa, sementara tiga besar kekuatan para calon dewa tetap berdiri tegak di berbagai penjuru. 　　Qin Yu... sejak menjadi Raja Dewa, seolah memasang bendera putih. Tak ada lagi gerakan apapun, membuat orang-orang Kota Hukuman Guntur curiga. 　　…… 　　Alam semesta baru, Puri Ungu di Planet Zixuan. 　　Di danau dalam seluas ratusan li Puri Ungu, sebuah koridor membelah seluruh permukaan air. Qin Yu dan Jiang Li berjalan berdampingan di koridor ini, sesekali pandangan Qin Yu tertuju pada perut Li'er. 　　"Lihat apa?" tanya Jiang Li sambil tersenyum. 　　“Melihat putra dan putri masa depanku.” Qin Yu juga tersenyum dengan sindiran halus. 　　Wajah Jiang Li langsung dipenuhi senyuman bahagia, kemudian berkata: “Suamiku, Fei Fei sudah meninggalkan alam semesta baru ke Dewa selama beberapa tahun ini, belum pernah kembali. Kau tahu dia merencanakan apa?” 　　“Bisa apa lagi, mungkin karena bosan. Tapi Dewa Xiu Luo adalah Guru Fei Fei, tak perlu khawatirkan keamanannya.” Qin Yu tampak sangat tenang. 　　Tiba-tiba— 　　Kilatan cahaya putih melesat dari udara. Pandangan Qin Yu berkerut melihat jelas pendatang itu, ternyata adik ketiganya 'Hei Yu'. Wajah Hei Yu penuh sukacita, begitu mendarat langsung berkata: “Kakak, Dewa Kematian sudah kembali.” 　　“Sudah kembali?” 　　Qin Yu menggerakkan hati, seketika menyatu dengan seluruh alam semesta baru. Segala kejadian di alam semesta baru ini sepenuhnya diketahui olehnya. Dewa Kematian itu baru saja berhasil meleburkan Hongmeng Lingbao kelas satu beberapa waktu lalu. Saat itu, Qin Yu sedang menemani Jiang Li. 　　"Kakak, apakah sekarang kita sudah bisa...?" Mata Hei Yu juga memancarkan semangat yang tak bisa disembunyikan. 　　Qin Yu memandang Li'er lalu Xiao Hei sambil tersenyum: "Hari inilah yang kunantikan. Sekarang kita bisa memamerkan kekuatan kita kepada Dewa." 　　Setelah memberi tahu Jiang Lan, Yi Feng, dan Zuo Qiulin, Qin Yu memulai proses 'pembangunan basis'. Untuk berdiri tegak di dunia dewa, setidaknya harus memiliki wilayah kekuasaan. 　　Area yang sebelumnya dipilih Qin Yu adalah... Rawa Kabut. 　　Di wilayah pegunungan sepi di dunia dewa, sosok Qin Yu berbaju jubah hitam muncul. Hanya ada beberapa kota di dunia dewa, sementara mayoritas wilayah lainnya masih perawan. 　　"Untuk membangun kota, material konstruksi sangat penting. Alam semesta baruku saat ini baru mencapai kesempurnaan di dunia mortal, material di sana sangat rapuh. Sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan batu di dunia Dewa." 　　Qin Yu dalam hati berkeluh kesah. 　　Batu biasa di dunia Dewa, bahkan bagi dewa biasa sekalipun, membutuhkan senjata untuk menghancurkannya. Tingkat kekerasannya bisa dibayangkan... Sedangkan batu di dunia mortal, seorang dewa biasa mungkin bisa mengubah pegunungan menjadi serbuk halus hanya dengan lambaian tangan. 　　Benar-benar berbeda tingkatannya. 　　Karena alam semesta barunya tidak memiliki bahan berharga seperti itu, Qin Yu pun datang mengambilnya ke dunia Dewa. 　　Pegunungan tak bernama di hadapannya membentang puluhan ribu li. Pegunungan sebesar ini jumlahnya tak terhitung di dunia Dewa. Dan di pegunungan ini sudah banyak monster yang hidup. 　　“Bijih ‘Batu Qingfan’ di pegunungan ini memang termasuk mineral yang cukup keras di mata kami.” Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu langsung menyelubungi seluruh pegunungan. 　　Dengan menggerakkan hati, tak terhitung monster langsung dipindahkan Qin Yu ke luar pegunungan. 　　Kemudian—— 　　Qin Yu menggunakan kekuatan ruang yang besar untuk membungkus seluruh pegunungan, lalu memindahkannya langsung ke alam semesta barunya. Pegunungan raksasa sepanjang puluhan ribu li itu lenyap tanpa bekas dari depan mata monster-monster, membuat mereka Terkejut dan tercengang. 　　“Ini, apa yang terjadi di sini?” 　　Seekor ular piton besar hitam sepanjang seratus meter berbicara layaknya manusia sambil bertanya pada monster di sebelahnya, yang juga terpaku tak bergerak. 　　Tadi Qin Yu telah memindahkan semua monster yang tersebar di berbagai bagian pegunungan secara serentak ke satu lokasi. Monster-monster yang jarang bertemu ini akhirnya berkumpul bersama. 　　Monster-monster tak terhitung ini ramai berdiskusi, mereka saling berbicara. 　　Pegunungan raksasa itu bisa dianggap sebagai markas mereka. Setelah hidup selama bertahun-tahun di sana, siapa sangka tiba-tiba menghilang. 　　"Hanya Raja Dewa yang berada di posisi tertinggi yang mampu memindahkan pegunungan puluhan ribu li. Sang Raja Dewa telah mengampuni nyawa kita, ini sudah cukup baik. Semua orang lebih baik mencari tempat tinggal baru." Suara tua rubah emas berekor sembilan terdengar, kemudian ia memimpin rombongan pergi. 　　Bagi para monster, kehancuran pegunungan itu bukan kerugian besar. Satu per satu mereka segera meninggalkan lokasi untuk mencari tempat tinggal baru. 　　Di angkasa luas alam semesta baru. 　　Pegunungan sepanjang puluhan ribu li itu terbaring di angkasa, meski dibandingkan luasnya alam semesta hanya terlihat seperti titik kecil. Qin Yu sendiri berdiri di depan pegunungan tersebut. 　　"Jika di dunia Dewa, bahkan para ahli Raja Dewa sekalipun perlu mengeluarkan usaha besar untuk memecah pegunungan ini dan memilih 'Batu Qingfan' yang dimurnikan. Tapi di alam semesta baru, semuanya jauh lebih mudah." 　　Qin Yu menggerakkan hatinya, pegunungan raksasa di hadapannya langsung berkeping-keping. 　　Tak terhitung batu pecah mengambang di udara. Tiba-tiba sekelompok meteor datang dari kejauhan. Qin Yu tidak memperhatikan. Saat meteor-meteor itu menghantam puing-puing, mereka langsung hancur berkeping. Sementara batu-batu dari dunia Dewa sama sekali tidak rusak. 　　Dari segi kekerasan, kesenjangan terlalu besar. 　　Berbagai kotoran dan batu tak berguna langsung dibuang Qin Yu. Ia hanya mengambil Batu Qingfan. 　　Ini membangun kota, bukan menempa senjata. Kalau membuat senjata, Qin Yu harus menghilangkan kotoran dengan sangat teliti. 　　Tapi saat ini... 　　Qin Yu hanya perlu membuang sampah-sampah batu, cukup mengambil Batu Qingfan saja. 　　"Kota..." Gambaran berbagai kota langsung muncul dalam benak Qin Yu. 　　Seperti Kota Weichi, Kota Xuangjin, Kota Salju Melayang. Struktur bangunan kota-kota ini mayoritas sederhana dan polos. Qin Yu mengombinasikan semuanya, lalu di dalam hatinya muncul gambaran sebuah kota. 　　Saat gambaran ini tercipta dalam hati Qin Yu, jumlah tak terhitung batu qingfan secara otomatis menyatu membentuk tembok kota, pintu gerbang, deretan bangunan... Seluruh kota ternyata terwujud hanya sekejap mata. 　　Sebuah kota megah pun mengambang di angkasa luar. Qin Yu menyusun beberapa segel tangan dengan kedua tangannya—— 　　"Formasi, Qian Kun!" 　　Seketika tembok kota dan area di atasnya diselimuti aliran aura. Tingkat kekerasan seluruh kota naik drastis beberapa tingkat. 　　"Tapi batu qingfan benar-benar melimpah. Membangun satu kota ternyata belum menghabiskan setengahnya." Qin Yu memandang tumpukan batu qingfan sisa dan berbagai batuan mengambang di sekitarnya, matanya tiba-tiba berbinar. 　　…… 　　Rawa Kabut Dewa, kabut tak berujung selamanya menyelimuti rawa-rawa ini. 　　Dalam kabut, sosok Qin Yu tiba-tiba muncul. 　　“Huu!” 　　Di atas kepala Qin Yu muncul lubang hitam raksasa yang dalam tak berdasar, tak terhitung batu-batu liar berhamburan dari lubang hitam itu menghantam rawa-rawa di bawahnya. 　　“Wilayah puluhan ribu li di sekitarnya sudah cukup.” 　　Pegunungan itu dipenuhi bebatuan liar, kedalaman rawa pun tidak terlalu ekstrim. Dengan cepat wilayah pusat seluas puluhan ribu li di Rawa Kabut tak berbatas ini terisi penuh oleh batu-batu tak beraturan. 　　Kemudian, batu-batu Qingfan berbentuk teratur berjatuhan secara sistematis, membentuk daratan batu Qingfan yang luas di hamparan rawa tak bertepi ini. 　　“Bzz～～～” 　　Ruang di atas Rawa Kabut tiba-tiba bergetar sejenak. Sebuah kota megah seluas hampir 10.000 li muncul tiba-tiba di udara. Qin Yu menggerakkan hatinya, seketika kota raksasa itu jatuh dengan gesit dari ketinggian ekstrem. 　　Kecepatan jatuhnya sangat tinggi, namun saat mendekati permukaan batu Qingfan, laju kota itu tiba-tiba melambat. Kota megah itu jatuh selembut bulu angsa ke atas batu Qingfan. 　　"Bang!" 　　Dentuman halus terdengar. Senyuman muncul di wajah Qin Yu. Kota ini akan menjadi tempat tinggal pasukan mereka. Dengan luas hampir 10.000 li, bahkan 10 juta orang bisa ditampung dengan mudah. 　　Secara substansi, kota raksasa ini dikelilingi oleh 'Formasi Qian Kun' di segala arah - atas, bawah, dan empat penjuru. Baik pihak internal maupun eksternal tak bisa terbang masuk, hanya melalui pintu gerbang yang bisa dilalui. 　　Tentu saja... 　　Bagi yang memiliki kekuatan setara Raja Dewa, mereka tetap bisa langsung melakukan lompatan ruang ke dalam. 　　Qin Yu saat ini telah mendarat di posisi pintu gerbang, memandangi bagian kosong di atas pintu gerbang tersebut. Menurut desain, bagian ini seharusnya tertulis nama kota. 　　"Apa nama kota ini?" Qin Yu merenung. 　　Tiba-tiba sosok manusia muncul di samping Qin Yu, tak lain adalah Jiang Li. 　　"Suamiku." Jiang Li yang berbadan dua memandang Qin Yu dengan senyum, "Kau memanggilku kemari untuk ap..." Tiba-tiba matanya menangkap kota raksasa di sampingnya, wajahnya berubah penuh kejutan, "Suamiku, ini kota yang kau bangun? Tempat berpijak kami di alam Dewa di masa depan?" 　　Qin Yu menganggukkan kepala sambil tersenyum: "Benar, kota ini cukup besar. Tapi bagi kita, membangun kota itu mudah. Yang paling rumit justru... bagaimana membuat Qi Dewa menjadi tenang dan stabil." 　　Jiang Li juga mengangguk setuju. 　　Dewa, selain kota-kota primitif yang sudah ada, wilayah lain memiliki Qi Dewa yang sangat liar. Bagaimana membuat Qi Dewa menjadi tenang dan stabil sehingga mudah diserap oleh dewa. Inilah hal yang paling krusial. 　　"Suamiku, bukankah kau yang paling ahli dalam hal ini?" Jiang Li berkata sambil tersenyum. 　　Qin Yu juga tersenyum. 　　Sebenarnya ada cara sederhana untuk menenangkan Qi Dewa di suatu wilayah - dengan membuat ruang formasi milik sendiri. Di dalam ruang formasi pribadi, tidak sulit mengubah Qi Dewa liar menjadi tenang. 　　Hanya saja untuk membuat ruang formasi, setidaknya diperlukan kekuatan setara Raja Dewa. Bahkan bagi Raja Dewa sekalipun, mempertahankan ruang formasi dalam jangka panjang sangat menguras konsentrasi. Tapi Qin Yu berbeda, dia cukup menyusun formasi ruang yang bisa otomatis menyerap Qi Dewa liar dari luar, sementara energi di dalam ruang formasi tetap tenang. 　　"Suamiku, mengapa kau memanggilku kemari? Hanya untuk melihat karya agungmu?" Jiang Li bertanya dengan senyum manis. 　　Qin Yu menunjuk posisi pintu gerbang: "Kau bilang nama apa yang cocok untuk kota ini?" 　　"Nama?" Alis Jiang Li berkerut, merenungkan sejenak sebelum berucap perlahan, "Apakah kita tetap menggunakan karakter 'Zi Xuan', Kota Zi Xuan? Tapi sepertinya terlalu sering dipakai. Bagaimana kalau... sesuatu yang lebih sederhana? Kota ini terletak di pusat Rawa Kabut, mari kita sebut... Kota Kabut! Bagaimana menurutmu?" 　　"Kota Kabut?" 　　Qin Yu mengunyah kata itu dalam hati, tiba-tiba matanya berbinar. Ia tersenyum pada Jiang Li, "Meski sederhana, maknanya jelas. Ini pilihan yang tepat." Sekali kibas lengannya, tiga aksara naga yang gagah muncul di atas gerbang kota——'Kota Kabut'! 　　"Suamiku, kau..." Jiang Li menyeringai pasrah, "Terlalu terburu-buru. Aku baru memberi saran saja kau langsung tetapkan. Tak ada salahnya merenungkan lagi sebentar." 　　“Saranmu sangat bagus, tak perlu dipikirkan lagi.” Qin Yu juga tersenyum sambil berkata, “Ayo, kita masuk ke dalam kota.” Qin Yu menggandeng tangan Jiang Li, langsung memasuki Kota Miwu. 　　Berbagai bangunan kediaman di Kota Miwu sangat luas. Meski wilayahnya sekitar hampir 10.000 li, Qin Yu memang tak berniat merekrut banyak orang. Baginya... pasukan berkualitas lebih penting daripada jumlah. 　　Pihak kami juga tak ikut Perang Dewa untuk merebut kota, tentu tak butuh banyak Dewa. Untuk konsolidasi status, yang dibutuhkan adalah Raja Dewa. Pihak kami sudah cukup memiliki ahli Raja Dewa. 　　“Suamiku, seluruh langit atas, bawah tanah, dan tembok pertahanan di sekitar Kota Miwu telah dilindungi oleh formasi-mu. Hanya pintu gerbang yang bisa digunakan. Jika warga kota ingin terbang, sampai ketinggian berapa?” Jiang Li bertanya. 　　Jika di dalam kota tak bisa terbang tinggi, itu akan menimbulkan tekanan psikologis. 　　“Tidak perlu khawatir, tinggi ruang formasi dari luar terlihat hanya puluhan li. Tapi di dalam sebenarnya bisa terbang hingga 10.000 li. Inilah keunikan ruang formasi." Qin Yu tersenyum, "Li'er, sekarang mari panggil Paman Lan dan yang lain ke sini." 　　Terlihat—— 　　Di angkasa ratus li atas Kota Kabut, muncul kediaman megah yang mengambang, yaitu Purple Mystic Mansion. Banyak anggota keluarga Qin di dalamnya berteriak kaget menemukan diri mereka tiba-tiba berada di lingkungan baru. 　　Jiang Lan, Zuo Qiulin, dan Yi Feng langsung melakukan lompatan ruang ke sisi Qin Yu, sementara Qin De, Hei Yu dan yang lain terbang mendekat. Meskipun berada di alam Dewa... Kota Kabut yang berada dalam ruang formasi ini tidak memberikan tekanan apapun pada penghuninya. 　　Jiang Lan matanya bersinar gembira, memandang ke segala penjuru lalu menganggukkan kepala puas. Ia tersenyum pada Qin Yu: "Xiao Yu, kota ini sangat bagus. Temboknya sepenuhnya dibangun dari batu Qingfan. Desainnya pun begitu lancar dan alami." Pujian tak henti mengalir dari mulutnya. 　　Bukankah ini hasil dari penguasaan mutlaknya atas alam semesta baru? Qin Yu langsung menyusun batu Qingfan menjadi kota utuh. Bagaimana mungkin hasilnya tidak alami? 　　Yi Feng juga memandang puas ke arah kota tersebut. 　　"Qin Yu, apakah formasi teleportasi sudah dipasang?" Suara parau Zuo Qiulin menggema. 　　Formasi teleportasi? 　　Baru sekarang Qin Yu teringat hal krusial itu. Bukan semua penduduk Dewa bisa melakukan lompatan ruang seperti Raja Dewa. Keberadaan formasi teleportasi sangat vital bagi sebuah kota. Tanpanya, kota hanyalah benteng terisolasi. 　　"Tak perlu buru-buru memasang formasi teleportasi. Lagi pula prosesnya cukup sederhana," Yi Feng Raja Dewa berkata dengan senyuman tipis. 　　Membangun formasi teleportasi sebenarnya adalah penerapan dari 'hukum ruang'. Asalkan mencapai tingkat Raja Dewa, seseorang bisa dengan mudah membangun formasi teleportasi. 　　Tiba-tiba alis Qin Yu mengkerut. 　　"Paman Lan, Paman Yi Feng, Senior Zuo Qiulin, formasi teleportasi ini memang sederhana untuk dibangun, tapi tujuan teleportasinya pasti harus mengarah ke titik teleportasi penting lain di Dewa, kan?" Qin Yu menemukan masalah yang merepotkan. 　　Yi Feng Raja Dewa juga mengerutkan alis dan mengangguk: "Tempat dengan konsentrasi formasi teleportasi terbesar di Dewa adalah area kumpulan formasi teleportasi Delapan Tanah Suci. Di sana formasi teleportasi sangat padat. Kita hanya perlu membangun delapan formasi teleportasi yang masing-masing menuju ke Delapan Tanah Suci. Tak perlu membangun formasi lain... Tapi kalau begini, Delapan Tanah Suci pasti akan menemukan formasi teleportasi tambahan ini. Bagaimana reaksi mereka nanti?" 　　Reaksi terbaik adalah membiarkan faksi Qin Yu berkembang. 　　Reaksi yang sedikit buruk adalah langsung menghancurkan formasi teleportasi milik faksi Qin Yu. 　　Reaksi terburuk adalah langsung membersihkan kekuatan 'pihak keempat di Dewa' milik Qin Yu ini. 　　Qin Yu percaya, dari Delapan Tanah Suci kecuali Kota Hukuman Guntur dan Jiang Fan, pihak lain mungkin tidak akan repot-repot menyerang dirinya. Tapi seandainya Delapan Tanah Suci menghancurkan formasi teleportasinya, itu pasti jadi masalah besar. 　　"Gunung Xuanjin Timur dan Kota Cermin Bercahaya Selatan seharusnya tidak merusak formasi teleportasi yang kubangun." batin Qin Yu, kedua pihak ini memiliki hubungan baik dengannya. "Dengan membangun formasi teleportasi di depan pintu Delapan Keluarga Dewa, kita bisa melihat sikap mereka terhadap Kota Kabut melalui reaksi terhadap formasi ini." 　　"Kota Hukuman Guntur!" 　　Qin Yu mendongak memandang kota terapung yang dikelilingi petir di angkasa. Di bawah kakinya, formasi teleportasi kedelapan yang baru selesai dibangun. "Delapan formasi sudah siap. Sekarang tinggal menunggu respons mereka." 　　Dengan lompatan ruang, Qin Yu langsung kembali ke Kota Kabut. 　　Qin Yu yang berada di Kota Kabut, menggunakan kekuatan ruang alam semesta barunya untuk menutupi seluruh Dewa. Perhatiannya terutama tertuju pada Delapan Keluarga Dewa. 　　Setiap gerakan Delapan Keluarga Dewa sepenuhnya berada dalam pengamatan Qin Yu. 　　…… 　　Posisi formasi teleportasi di Delapan Tanah Suci selalu ramai pengguna setiap harinya. Sebagian besar orang tak akan memperhatikan penambahan satu formasi teleportasi baru. Bahkan terhadap yang menyadarinya, mereka tak akan ikut campur urusan orang lain. 　　Yu Fang, Gunung Api Barat, Dewa yang bertugas khusus memeriksa formasi teleportasi. 　　Sebenarnya tugas ini sangat ringan karena dalam kondisi normal, formasi teleportasi bisa dianggap tidak akan bertambah satu pun dalam miliar tahun. Memeriksa formasi teleportasi adalah tugas yang bisa dibilang paling santai. 　　Meski sesuai peraturan harus memeriksa setiap hari, kebanyakan Dewa penjaga formasi teleportasi hanya datang setiap sepuluh hingga lima belas hari sekali. 　　Yu Fang dengan santai mendarat di depan formasi teleportasi yang berjejal. Matanya menyapu sekilas, tapi tiba-tiba ia tertegun. 　　"Eh, bagaimana bisa, kok ada formasi teleportasi tambahan?" Setelah bertahun-tahun melakukan inspeksi, Yu Fang sudah hafal betul jumlah dan posisi formasi teleportasi. 　　Ekspresi Yu Fang langsung berubah serius: "Hanya ahli Raja Dewa yang mampu membentuk formasi teleportasi." Masalah yang melibatkan Raja Dewa jelas akan rumit. 　　Yu Fang mengernyitkan alis, lalu memasuki formasi teleportasi misterius ini. Setelah mengonsumsi beberapa spirit stone, dia langsung melesat menuju tujuan yang tidak diketahui. 　　Tiba-tiba, Yu Fang muncul di formasi teleportasi di luar Kota Kabut. 　　Yu Fang memandang kota di hadapannya, lalu melihat kabut tebal yang menyelimuti sekelilingnya. Saat membaca nama kota itu, pupil matanya menyempit: "Kota Kabut? Kenapa aku belum pernah mendengar kota ini? Apalagi... dengan kabut sebanyak ini, jangan-jangan ini Rawa Kabut?" 　　Di Divine Realm, hanya Rawa Kabut yang memiliki kabut seluas ini. 　　Tapi di Rawa Kabut yang masih ada kota, ini adalah pertama kalinya dia mendengarnya. 　　Yu Fang melihat Kota Kabut di kejauhan, wajahnya tiba-tiba berubah karena di atas Kota Kabut ternyata ada kediaman raksasa yang mengambang. 　　…… 　　Di dalam Kota Kabut, Qin Yu tersenyum menyaksikan pemandangan ini. 　　Seiring waktu terus mengalir, Qin Yu akhirnya mengetahui satu per satu respons Delapan Keluarga Dewa di Dewa. 　　"Gunung Api tetap diam, juga tidak menghancurkan formasi teleportasi." 　　"Kota Cermin Bercahaya juga tidak merusak formasi teleportasi. Duanmu Yu ini memang pintar, begitu tahu ada kediaman raksasa yang mengambang, langsung menebak itu adalah Purple Mystic Mansion." 　　…… 　　Dari Delapan Tanah Suci di Dewa, tujuh di antaranya tidak merusak formasi teleportasi. Setelah mengetahui adanya kediaman raksasa yang mengambang, hampir semua kekuatan besar menebak bahwa kota raksasa yang tiba-tiba muncul ini pastilah milik Qin Yu. 　　Hanya Kota Hukuman Guntur dari Delapan Tanah Suci yang langsung menghancurkan formasi teleportasi di bawah kota mereka pada hari itu juga. 　　"Kota Hukuman Guntur ini cepat bertindak ya, baru ketahuan formasi teleportasi langsung dihancurkan hari itu juga. Tidak tahu mereka mau merencanakan apa selanjutnya?" Qin Yu tersenyum kecil lalu menyimpan kekuatan ruang-nya untuk menemani istrinya. 　　Apapun yang direncanakan Kota Hukuman Guntur, Qin Yu tidak akan merasa takut atau khawatir sedikitpun. 　　Di Kota Hukuman Guntur, tepatnya di taman belakang Istana Maharaja Barat Laut. 　　Zhou Huo duduk dengan wajah suram di kursi, para pelayan Dewa di sekelilingnya sudah diperintahkan mundur. Hanya dengan melihat ekspresi Zhou Huo, para pelayan itu sudah bisa menebak betapa buruk suasana hatinya. 　　Ruang bergetar halus, Zhou Tong muncul di hadapan Zhou Huo. 　　Wajah Zhou Tong dipenuhi amarah tersembunyi saat berbicara pada Zhou Huo: "Kakak, kediaman megah yang mengambang itu, seluruh Dewa hanya Qin Yu yang memilikinya. Kota Kabut itu pasti milik Qin Yu! Kalau sudah seyakin ini, kenapa Kakak cuma menghancurkan satu formasi teleportasi? Apa Kakak bisa menelan ludah begitu saja?" 　　Zhou Huo tetap diam. 　　“Kakak!” Wajah Zhou Tong memerah karena panik, “Qin Yu jelas bermusuhan dengan Kota Hukuman Guntur kita, semua makhluk di alam dewa mana yang tidak tahu? Jika kita biarkan Qin Yu berdiri tegak di alam dewa, itu sama saja dengan menampar wajah Kota Hukuman Guntur kita. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa membiarkan Qin Yu hidup begitu megah di alam dewa. Jika dia berjaya, maka wajah kita akan hilang!” 　　“Adik Kedua, lalu apa rencanamu?” Zhou Huo menatap Zhou Tong. 　　Suara Zhou Tong bergemuruh penuh amarah: “Sederhana saja, hancurkan! Hancurkan Kota Kabut, hancurkan Qin Yu! Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur kita harus bertindak bersama. Meski tidak bisa membunuh Qin Yu, setidaknya kita hancurkan Kota Kabut. Jika Qin Yu tetap hidup... mintalah Ayahanda turun tangan... selesaikan masalah ini sekali dan untuk selamanya. Jangan biarkan Qin Yu terus hidup bebas seperti ini.” 　　Zhou Huo terdiam, alisnya berkerut membentuk guratan dalam. 　　Tiba-tiba Zhou Huo mengangkat kepala, mata berkilat-kilat bagai kilat, menatap tajam Zhou Tong: "Adik Kedua, kau benar. Semakin Qin Yu bersinar, semakin Kota Hukuman Guntur kehilangan muka. Pisau tajam memotong benang kusut... saatnya menyelesaikan masalah Qin Yu ini secepatnya." 　　Mendengar ucapan Zhou Huo, cahaya kejutan tampak di mata Zhou Tong. 　　"Tapi hal ini harus dibicarakan dengan Adik Ketiga dan Zhou Ran, lalu dilaporkan ke Ayahanda." Kata Zhou Huo. 　　"Adik Ketiga, Zhou Ran, segera datang ke Istana Maharaja Suci!" Zhou Huo langsung berkomunikasi melalui telepati. 　　…… 　　Saat Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur berkumpul untuk bernegosiasi, di atas Kota Kabut di Rawa Kabut, terdapat Purple Mystic Mansion tempat Qin Yu bertemu Duanmu Yu. 　　Di tepi danau dalam Purple Mystic Mansion, Qin Yu dan Duanmu Yu berjalan berdampingan. 　　Duanmu Yu tersenyum: "Saudara Qin Yu, sebelum datang ke sini, aku sempat khawatir apakah kekuatanmu cukup untuk mengukuhkan posisi. Tapi setelah melihat Purple Mystic Mansion ini, semua kekhawatiranku sirna." 　　Di Puri Ungu Misterius, Duanmu Yu berhasil bertemu dengan dua Raja Dewa: Yi Feng dan Zuo Qiulin. 　　Kedua Raja Dewa ini, ditambah Qin Yu dan Jiang Li. Hanya yang Duanmu Yu ketahui saja sudah ada empat Raja Dewa. Kekuatan sebesar ini cukup untuk berdiri kokoh di alam para dewa. 　　"Saudara Qin Yu, sebenarnya ada pertanyaan yang ingin kutanyakan, tapi tidak tahu pantaskah ditanyakan?" Tiba-tiba ekspresi Duanmu Yu menjadi sangat serius. 　　Hati Qin Yu berdesir, "Silakan, Saudara Duanmu. Tanyakan saja." 　　Duanmu Yu tersenyum minta maaf, "Sejak tiba di Kota Kabut ini, aku melihat banyak praktisi bela diri yang bahkan belum mencapai tingkat dewa. Aku jadi bertanya-tanya... Apakah kau sengaja melakukan lompatan ruang ke dunia manusia sendirian untuk membawa mereka ke sini? Apakah mereka keluargamu?" 　　"Bisa dibilang aku yang membawa mereka. Hampir semua adalah anggota keluarga kita, Qin. Kalau pun bukan, pasti memiliki hubungan erat denganku." Qin Yu menjawab sambil tersenyum. 　　"Rahasia alam semesta baru, Qin Yu tidak akan sembarangan menyebarkannya ke luar. Watak Duanmu Yu masih diyakini oleh Qin Yu, namun sikap Raja Dewa lain di Kota Cermin Bercahaya tak bisa dipastikan olehnya." 　　Duanmu Yu mengerutkan alis: "Saudara Qin Yu, tindakanmu ini maafkan saya tak bisa menyetujui. Mungkin kau ingin membiarkan orang-orang dari dunia bawah merasakan kehidupan di alam dewa. Tapi mereka yang belum mencapai tingkat dewa hanya bisa tinggal di Kota Kabutmu. Tanpa tingkat dewa, mereka sama sekali tak bisa hidup bebas di sini. Kehidupan seperti penjara ini lebih baik dibiarkan hidup merdeka di dunia manusia." 　　"Duanmu..." 　　Qin Yu baru saja hendak berbicara, tiba-tiba raut wajahnya berubah drastis. 　　"Duanmu, ada masalah datang. Saya harus keluar dulu menyelesaikannya." Qin Yu tersenyap meminta maaf, lalu tanpa bicara lebih lanjut langsung menghilang dengan lompatan ruang di hadapan Duanmu Yu. 　　"Braak!" 　　Dentuman berat bergema di antara Langit dan Bumi. Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur melayang di udara. Zhou Tong sang Raja Dewa Perang Guntur yang baru saja menyerang, terkejut melihat tembok Kota Kabut hanya bergetar ringan setelah serangannya, tanpa runtuh sama sekali. 　　"Ruang formasi?" Zhou Huo langsung menilai situasi. 　　Zhou Wulian yang berwajah dingin berkata datar: "Kakak, biar aku yang menghancurkan kota ini." Sebilah belati pendek berwarna hijau muncul di tangannya. 　　"Huu!" 　　Belati itu bergerak, melontarkan ribuan bayangan pedang yang menyambar Kota Kabut. Setiap bayangan sarat dengan daya penghancur yang mengerikan. 　　"Braak!" 　　Sosok jubah biru tiba-tiba muncul menghadang. Ribuan bayangan pedang bertubi-tubi menghujam tubuhnya, namun tak menyisakan luka. Saat bayangan itu menghilang, muncul sosok berjubah hitam di sampingnya. 　　“Ingin menghancurkan Gunung Mini-ku?” Alis Qin Yu memancarkan aura mengerikan, menatap Empat Raja Dewa di hadapannya, "Menyerang tanpa deklarasi perang, taktik menyergap. Benar-benar sesuai dengan cara-cara khas Kota Hukuman Guntur kalian." 　　Hampir semua alis Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur berkerut. 　　Zhou Ran menghardik: "Qin Yu, jangan sok pintar dengan kata-katamu! Penghinaan berulangmu terhadap Kota Hukuman Guntur hari ini akan kami balas dengan penghukuman." 　　"Penghukuman?" 　　Zhou Huo sedikit mendongakkan kepala, senyum tipis mengambang di matanya: "Qin Yu, sebenarnya kami ingin memperpanjang hidupmu, tapi kau malah nekat membangun Gunung Mini ini terang-terangan di alam dewa." 　　"Kalian ingin membunuhku? Apa aku tidak salah dengar? Atau kalian punya trik baru?" Qin Yu menyeringai dengan nada mengejek. 　　Namun di dasar hati Qin Yu, sistem pengawasan militernya telah aktif sepenuhnya. 　　Dengan keyakinan sebesar ini dari Zhou Huo, terutama setelah mengetahui bahwa aku memiliki cara untuk menghancurkan teknik 'pembekuan ruang', hanya ada satu penjelasan—Mahadewa Hukuman Guntur di belakang Kota Hukuman Guntur mungkin akan turun tangan. 　　Qin Yu belum pernah menyaksikan aksi langsung seorang Mahadewa. Tentang kekuatan sejati para Mahadewa, Qin Yu pun tidak benar-benar memahaminya. 　　Tapi Qin Yu tahu...bahkan sosok sekelas Dewa Xiu Luo pun tak berkutik di hadapan Mahadewa. Begitu Mahadewa datang, satu-satunya jalan baginya adalah melarikan nyawa. 　　"Li'er, segera perintahkan semua orang untuk kembali ke Purple Mystic Mansion. Cepat!" Qin Yu langsung berkomunikasi melalui telepati dengan Jiang Li. 　　Menyadari urgensi situasi, Jiang Li tanpa banyak bicara segera memerintahkan seluruh penghuni Kota Kabut untuk mengungsi ke Purple Mystic Mansion. 　　Kekuatan ruang Qin Yu menyelimuti area itu. Begitu semua orang masuk, ia akan segera memindahkan Purple Mystic Mansion ke alam semesta barunya. Qin Yu yakin...di alam semesta baru itu, orang-orang tercintanya akan aman sama sekali. 　　Pada saat itu, Qin Yu baru bisa bertarung dengan orang-orang Kota Hukuman Guntur tanpa rasa khawatir. 　　"Suamiku, semua yang bukan Dewa sudah kembali ke Purple Mystic Mansion." Jawaban telepati Jiang Li segera datang. 　　Senyuman mengembang di wajah Qin Yu. Dengan menggerakkan hatinya, Purple Mystic Mansion langsung dikembalikan ke alam semesta baru. Pandangannya yang membeku tertuju pada Empat Raja Dewa di hadapannya: "Awalnya aku hanya ingin menyerang Zhou Xian, tapi kalian dari Kota Hukuman Guntur terus-menerus memprovokasi. Jangan salahkan aku." Sambil berpikir demikian, Tombak Sisa Salju langsung muncul di tangannya. 　　Melihat Tombak Sisa Salju di genggaman Qin Yu, wajah keempat Raja Dewa itu langsung berubah serius. 　　"Dia langsung memanggil avatar dan mengeluarkan Tombak Sisa Salju sejak awal. Sepertinya Qin Yu benar-benar akan bertarung sekuat tenaga." Zhou Huo dan yang lain meningkatkan kewaspadaan mereka sampai ke tingkat maksimal. 　　Di mata Zhou Huo dan yang lain, Qin Yu sudah pasti orang mati. Jadi mereka tidak akan mau bertarung mati-matian dengannya. 　　"Serang!" 　　Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati, namun Zhou Tong, Zhou Wulian, dan Zhou Ran—tiga Raja Dewa—belum sempat bertindak ketika hutan bambu tak terhitung jumlahnya berjatuhan dari langit. 　　Pusaka spiritual kelas satu Yi Feng Raja Dewa—Kekuasaan! 　　Yi Feng Raja Dewa, Zuo Qiulin, dan Jiang Li muncul tiba-tiba di samping Qin Yu. Yi Feng Raja Dewa tersenyum: "Qin Yu, keempat mereka terperangkap dalam pusakaku. Takkan bisa kabur dalam waktu secangkir teh." 　　"Baik, aku akan masuk menghadapi mereka." Postur tubuh Qin Yu bergerak, menyelami hutan bambu yang mengambang di udara. 　　Sorot jahat melintas di mata Yi Feng Raja Dewa: "Aku akan membantumu." Sementara Jiang Li dan Zuo Qiulin hanya mengawasi dari samping. Saat ini sama sekali tidak perlu mereka turun tangan. 　　Di tengah hutan bambu tak berujung... 　　Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur saat ini terjebak dalam Kekuasaan. Meskipun Zhou Huo memiliki pusaka spiritual keluarga, untuk membuka Kekuasaan tetap membutuhkan waktu yang cukup lama. 　　Dan periode ini akan menjadi momen paling berbahaya bagi keempat Raja Dewa itu sendiri. 　　"Paman, apa yang harus kami lakukan?" Zhou Ran berkomunikasi melalui telepati, saat ini dasar hatinya mulai diliputi kecemasan. 　　'Kekuasaan' ini merupakan pusaka Hong Meng kelas satu. Zhou Ran sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk membukanya. Dari keempat orang yang terjebak, hanya Zhou Huo dan Zhou Wulian yang dipaksakan memiliki kekuatan untuk membuka. Jika mereka bekerja sama, bisa membukanya dalam waktu singkat. 　　"Zhou Ran, jangan khawatir. Jika ada serangan, langsung lakukan lompatan ruang," Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati. "Kekuasaan ini hanya memiliki fungsi mengurung orang. Meskipun sulit untuk membukanya, kami berempat saling mengetahui posisi masing-masing. Musuh hampir tidak mungkin membunuh kami." 　　Saat Zhou Huo berkomunikasi melalui telepati, tiba-tiba muncul aliran udara hijau di hadapannya. Ujung aliran udara itu berubah keras menjadi sebuah kaki. 　　Kaki panjang itu terkoyak di langit, menendang dengan dahsyat hingga membuat pusaka spiritual Kekuasaan bergetar. Serangan fisik dari pusaka Hong Meng kelas satu ini memang mengerikan. Namun Zhou Huo sebenarnya masih bisa melawan, hanya saja—— 　　"Huu!" 　　Zhou Huo tak disangka sama sekali tidak bertahan, langsung melakukan lompatan ruang untuk kabur. 　　"Sayang sekali." Avatar Qin Yu berbaju hitam muncul. Andai Zhou Huo sempat bertarung sebentar dengan avatar-nya, Tombak Sisa Salju miliknya sudah menusuk kepala lelaki itu. 　　Qin Yu sengaja menggunakan avatar yang kekuatan serangannya lebih lemah dari 'Tombak Sisa Salju' karena khawatir Zhou Huo kabur. Tak disangka meski begitu, Zhou Huo tetap melarikan diri. 　　“Huu!” Sebuah sosok manusia tiba-tiba muncul di belakang wujud asli Qin Yu, seberkas cahaya pisau hijau langsung menghujam ke arahnya. Kecepatannya jauh melebihi kemampuan Qin Yu untuk menahan serangan. 　　Penyerang itu tak lain adalah Zhou Wulian yang menggenggam belati pendek berwarna hijau. 　　Qin Yu yang menyadari penyerang mendadak adalah Zhou Wulian seketika meningkatkan kewaspadaannya ke tingkat tertinggi. 　　Zhou Wulian ini merupakan sosok paling dianggap ancaman oleh Qin Yu di antara Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur. Meski Zhou Huo memiliki pusaka spiritual keluarga yang terkesan lebih berbahaya, pemahaman Qin Yu saat ini tentang kekuatan fundamental telah meningkat pesat. Bahkan jiwanya telah menyerap energi dasar alam semesta. 　　Mengenali diri sendiri dan musuh, tak terkalahkan dalam setiap pertempuran. 　　Qin Yu secara alami tidak pedulikan Zhou Huo, tetapi Zhou Wulian ini berbeda. Berdasarkan pengetahuan Qin Yu, senjata pusaka yang digunakan Zhou Wulian hanyalah pusaka Hong Meng kelas dua, namun kekuatan pribadinya sangat luar biasa. Mengapa dia begitu berbahaya? Di mana letak bahayanya? Semua ini adalah hal yang tidak diketahui Qin Yu. Ketidaktahuan adalah hal yang paling menakutkan! 　　"Huu!" 　　Kilau pedang hijau melesat ke arah Qin Yu. Qin Yu bisa membedakan bahwa aliran waktu di sekitar kilau pedang ini terkadang jutaan kali lebih cepat, terkadang hanya puluhan kali lipat. Namun secara visual, kilau pedang hijau ini terlihat sangat harmonis dan alami. Bersamaan dengan itu... tak terhitung bambu di dalam 'Kekuasaan' ini sama sekali tidak bisa menghalangi kilau pedang tersebut. 　　"Braak!" 　　Saat kilau pedang mendekati tubuh Qin Yu, tiba-tiba sinarnya meledak berkali-kali lipat. Ruang di area itu menunjukkan bekas potongan pedang yang rapi. Untungnya lokasi ini berada dalam pusaka spiritual ruang kelas satu, di mana stabilitas ruangnya bahkan tidak bisa dibuka dengan mudah oleh pusaka Hong Meng kelas satu. 　　Qin Yu sendiri langsung melakukan lompatan ruang menjauh. 　　Saat Qin Yu muncul kembali, dia sudah berada di belakang 'Raja Dewa Halimun Petir' Zhou Wulian. Tanpa ragu, Tombak Sisa Salju di tangannya dengan gesit menghujam. Pada gagang tombak itu terlihat energi Xuan Huang bergolak, membuat senjata itu bagai naga yang menyembul dari air, menusuk dengan niat membunuh ke arah Zhou Wulian. 　　Kecepatannya terlalu tinggi. 　　Lompatan ruang, serangan tombak, percepatan waktu! Semua terkoordinasi dengan sempurna. 　　"Zhou Wulian ini, seandainya tak ingin mati, harus segera lompatan ruang kabur." Qin Yu memandang Tombak Sisa Salju yang menusuk dengan kekuatan penghancur mutlak. Terhadap senjata ini, Qin Yu yakin sepenuhnya. 　　Dan pada saat ini—— 　　"Braak!" 　　Bambu-bambu di sekitar Qin Yu tiba-tiba terpotong menjadi serbuk. Serangannya terlalu dahsyat, bahkan membuat 'Kekuasaan' menerima dampak yang luar biasa. 　　"Oh?" 　　Zhou Wulian memperhatikan tusukan tombak ini. Belati pendek hijau di tangannya berubah arah dengan luwes, melukiskan garis lengkung aneh yang tak terduga berhasil menahan serangan tombak Qin Yu tepat sebelum mata tombak menyentuh tubuhnya. 　　Tapi bisakah Tombak Sisa Salju ditahan secara keras? 　　"Eh?" Ekspresi Qin Yu tiba-tiba berubah drastis. 　　Dua dentingan halus terdengar. Belati hijau Zhou Wulian seperti notasi musik yang melompat-lompat menyentuh mata Tombak Sisa Salju dengan lembut sebanyak dua kali, membuat arah serangan tombak sakti ini melenceng sama sekali. 　　Ini pertama kalinya Qin Yu menghadapi lawan yang menggunakan prinsip 'kelembutan mengalahkan kekerasan' untuk menahan serangan Tombak Sisa Salju-nya. 　　Prinsip kelembutan mengalahkan kekerasan pun memiliki batasan - seberapa kuat 'kekerasan' yang bisa ditaklukkan. 　　Untuk senjata seganas Tombak Sisa Salju, hanya segelintir orang di seluruh Dewa yang mampu mencapai tingkat penguasaan seperti Zhou Wulian. 　　Mata Zhou Wulian yang selama ini tenang bagai kolam dalam tiba-tiba terlihat terkejut saat menatap Tombak Sisa Salju Qin Yu. Ia mengangguk dan berkata, "Qin Yu, tombakmu memang luar biasa. Dari sentuhan ringan tadi, aku sudah merasakan tekanan yang dihasilkan Tombak Sisa Salju ini... Tapi kekuatan sejati seseorang tidak hanya bergantung pada senjata." 　　Qin Yu tersenyum. 　　"Zhou Wulian, kau sedang mengulur waktu?" tanya Qin Yu sambil tersenyum. 　　Qin Yu bisa menebak tujuan Zhou Wulian. Saat ini Zhou Huo sedang berkonsentrasi penuh untuk membuka segel 'Kekuasaan' agar semua bisa melarikan diri. Sedangkan Zhou Wulian bertugas mengikat gerakan Qin Yu. Namun dari pertarungan singkat tadi, Zhou Wulian sudah tahu dirinya tak bisa menghadapi Qin Yu secara frontal, jadi ia menggunakan cara berbicara untuk menunda waktu. 　　"Benar." 　　Zhou Wulian mengangguk dingin, "Qin Yu, aku bisa merasakan kekuatanmu. Misalnya hukum waktu... kemampuan percepatan waktu yang kau kuasai sudah mencapai level yang sangat tinggi. Bakatmu sungguh membuatku kagum. Namun percepatan waktu bukan berarti semakin cepat semakin baik. Terkadang kombinasi cepat dan lambat akan memberikan efektivitas lebih baik. Ini adalah akumulasi pengalaman tak terhitung tahun. Seperti diriku... di seluruh alam dewa, kecuali Dewa Xiu Luo, tidak satu pun dari Delapan Raja Suci yang bisa membunuhku. Bahkan jika mereka menggunakan 'pembekuan ruang'. Inilah pengalaman... Qin Yu, pahamilah baik-baik." 　　Dalam hati Qin Yu tak bisa menahan senyum. 　　Meski perkataan Zhou Wulian terdengar masuk akal, apakah itu berguna baginya? 　　Qin Yu menatap Zhou Wulian sambil tersenyum, "Pengalaman memang berguna untuk rival setingkat. Tapi tak berarti apa-apa terhadap lawan yang kekuatannya mutlak lebih tinggi. Seperti betapapun banyak pengalamanmu, kau tetap tak bisa menandingi Dewa Xiu Luo. Begitu 'waktu diam membeku' digunakan, kau akan sepenuhnya tergantung pada belas kasihannya." 　　"Dan lagi..." 　　Qin Yu mengarahkan mata tombak Tombak Sisa Salju ke atas, "Tombak Sisa Saljuku ini, tadi kau hanya melihat sebagian kecil saja." Qin Yu menyeringai sambil tertawa, "Baiklah, Zhou Huo mungkin segera akan membuka segel ruang ini. Sebelum itu, mari kita lakukan pertempuran terakhir." 　　"Pertempuran terakhir?" Alis Zhou Wulian mengkerut. 　　Tanpa penjelasan rinci, Qin Yu hanya melintangkan tombaknya sambil tersenyum tipis, "Hati-hati!" Gagang Tombak Sisa Salju bergetar, mata tombak berubah menjadi ribuan bintang tajam, semburan energi Qi bagai ular kobra keluar sarang, menyapu ke arah Zhou Wulian. 　　…… 　　"Adik ketiga, Adik kedua, bertahanlah sebentar lagi. Segera kuraih kekuatan pusaka spiritual keluarga 'Bintang Sumber Guntur' dengan sepenuhnya fokus," ujar Zhou Huo sambil terus mengaktifkan bambu hijau yang mengambang di hadapannya. 　　Terlihat pusaka spiritual yang mengambang di atas kepala Zhou Huo, ular listrik melilit sambil kadang menyempitkan kilatan cahaya, lalu langsung mengembang ke zona yang lebih besar. 　　Bambu di sekeliling yang berdekatan juga terus hancur. 　　Strategi Zhou Huo sederhana: suruh Zhou Wulian dan Zhou Tong menunda Qin Yu dulu. Setelah berhasil membuka pusaka spiritual ruang 'Kekuasaan' ini, baru mereka bisa tenang setelah kembali ke Dewa. 　　Di alam Dewa, mereka bisa menyerang Kota Kabut Qin Yu. Kalau tak sanggup melawan, langsung lompatan ruang kabur ke Kota Hukuman Guntur, lalu minta Mahadewa Hukuman Guntur turun tangan. 　　Dulu Mahadewa Piao Yu pernah memerintahkan - selama Gunung Mahadewa turun sampai terpilihnya Mahadewa baru, Mahadewa Hukuman Guntur hanya boleh bertindak sekali. Tapi sebelum Gunung Mahadewa turun, hak untuk membunuh beberapa Raja Dewa seperti ini tetap dimiliki Mahadewa. 　　“Kenapa Qin Yu bisa begitu beruntung? Kekuatan pribadinya yang hebat saja sudah cukup, tapi dia juga punya beberapa Raja Dewa yang membantu.” Zhou Huo berusaha keras menghancurkan hambatan berlapis dari 'Kekuasaan'. 　　…… 　　Wujud asli Qin Yu bertarung melawan Zhou Wulian, sementara avatar-nya berperang dengan Zhou Tong. Secara permukaan terlihat diikat gerakannya oleh Zhou Tong, namun sebenarnya... 　　"Jika ingin mengganggu Zhou Huo, mana mungkin Zhou Tong bisa menghalangi?" Avatar Qin Yu berbaju hijau bagai prajurit tak terkalahkan, setiap pukulan dan tendangannya membuat ruang bergetar. 　　Serangan sederhana, namun daya hancurnya sungguh mengerikan. 　　Zhou Tong dengan susah payah menahan serangan avatar hijau ini. Meski dia bisa mempercepat waktu, avatar itu juga memiliki kemampuan serupa. Avatar Qin Yu juga menguasai kekuatan ruang alam semesta baru dan teknik percepatan waktu. 　　"Braak!" 　　Avatar Qin Yu berbaju hijau langsung melakukan lompatan ruang ke di angkasa atas Zhou Tong, terbalik posisi kepala dan kaki. Tinju Qin Yu menghantam ke arah bawah dengan keras, tinju biasa itu membawa aura intimidatif tak terbatas bagai gunung yang runtuh dari atas. Zhou Tong di bawah bahkan merasakan gemetar dalam hati. 　　“Menahan?” 　　Di wajah Zhou Tong terlihat senyum getir, ia memilih melakukan lompatan ruang untuk menghindar. 　　Zhou Tong 'Raja Dewa Perang Guntur' terkenal akan keberaniannya, paling suka bertabrakan langsung. Pertahanan fisiknya memang luar biasa, namun saat berhadapan dengan avatar Qin Yu yang merupakan perwujudan pusaka Hong Meng kelas satu, pertahanan kebanggaannya ibarat kulit bayi dibandingkan lempeng besi saat diadu dengan Qin Yu. 　　Pondasi dasarnya bahkan tidak setingkat. 　　“Zhou Tong, sepertinya kau hanya bisa kabur.” Avatar Qin Yu berbaju hijau berhenti, tidak melanjutkan serangan。 　　Zhou Tong juga berhenti. Dalam hati, ia justru senang Qin Yu tidak menyerang. Namun mendengar ucapan Qin Yu, tak bisa menahan diri mendengus dingin: "Qin Yu, kita bukan sedang sparing, tapi pertarungan hidup-mati! Aku akui pertahananku tak sekuatmu. Tapi apakah karena itu aku harus membiarkan kau membunuhku? Jika tak mampu membunuhku, jangan banyak bicara angin dingin di sini!" 　　"Oh, masih beralasan?" Avatar Qin Yu berbaju hijau tersenyum tipis. 　　Wajah tua Zhou Tong mulai memerah tanda kesal. 　　Di alam dewa, sangat sulit bagi Raja Dewa untuk membunuh sesamanya. Karena mereka bisa melakukan lompatan ruang! Kecuali jika berhadapan dengan Maharaja Suci yang mampu membekukan ruang sehingga lawan tak bisa melompat. Tentu saja, Dewa Xiu Luo juga bisa dengan mudah membunuh Raja Dewa lain. 　　Hanya saja jumlah Maharaja Suci hanya delapan. Yang memahami teknik 'waktu diam membeku' pun bisa dihitung jari. 　　Jadi... pada umumnya, ketika seorang Raja Dewa menghadapi Raja Dewa lain, jika salah satu terus melakukan lompatan ruang untuk menghindar dan masih memprovokasi lawan, itu bisa dianggap sebagai tindakan 'diperdaya'. Karena tak sanggup mengalahkan lawan tapi masih membandel, memang terkesan tidak tahu malu. 　　Zhou Tong merasa amarah bergolak di dadanya. Dia punya misi - yaitu mengikat avatar Qin Yu. Makanya meski tak mampu mengalahkan avatar tersebut, dia tetap merengek membandel. Dia sendiri juga pasrah. 　　Sebab dari Empat Raja Dewa, Zhou Wulian dan dia bertugas mengikat wujud asli dan avatar Qin Yu. Zhou Huo menyerang ruang Kekuasaan, sedangkan Zhou Ran... yang sama sekali tidak dimengerti hukum waktu, menghadapi avatar Qin Yu yang bisa mempercepat waktu, sama sekali tidak mampu melakukan pengikatan. Perkiraannya sebelum sempat tersadar, sudah terkena satu pukulan hingga setengah mati. 　　"Hm? Segera terbuka." Avatar berbaju hijau Qin Yu berbisik pelan. 　　Qin Yu wujud asli dan avatar sebenarnya merupakan entitas tunggal. Jiwa avatar itu sendiri terbentuk dari gabungan sebagian kesadaran spiritual Qin Yu dengan entitas jiwa. Avatar berbaju hijau juga mampu merasakan kekuatan ruang alam semesta baru. 　　Saat ini, ia merasakan dengan jelas bahwa Kekuasaan sedang berada di ambang keruntuhan. 　　"Bzz～～" Guncangan ruang terjadi, batang-batang bambu terus-menerus meledak berubah menjadi serbuk. Melihat pemandangan ini, Zhou Tong tak bisa menahan sukacita yang terpancar di wajahnya. 　　"Zhou Tong, sebelum kalian keluar, kuberikan hadiah untukmu terlebih dahulu," ujar Avatar berbaju hijau dengan nada dingin. 　　"Apa?!" Zhou Tong menatap avatar berbaju hijau di hadapannya, tiba-tiba raut mereka berubah drastis. 　　Sebab avatar berbaju hijau ini telah berubah menjadi gas berwarna hijau muda yang menyebar ke segala penjuru. Bagian gas yang berdekatan dengan Zhou Tong tiba-tiba membentuk seekor kaki yang menendang dengan tajam. 　　Zhou Tong melakukan lompatan ruang untuk menghindar. 　　Tapi kaki itu kembali berubah menjadi gas hijau. Zhou Tong saat ini merasakan... hanya butuh beberapa detik, ruang ini akan runtuh sepenuhnya. Karena itu, dia fokus total mewaspadai gas hijau yang mengalir seperti air ini. 　　“Brak!” 　　Sebagian gas hijau yang dekat dengan Zhou Tong berubah menjadi kepalan tinju, langsung menghantam ke arahnya. Zhou Tong kembali melakukan lompatan ruang! 　　“Braak!” Zhou Tong tiba-tiba merasakan seluruh tubuhnya terikat, diikuti rasa sakit di jiwanya: “Bahaya.” Dia langsung melompat menjauh. Pada saat yang sama, ruang 'Kekuasaan' akhirnya runtuh seketika. Zhou Wulian yang selama ini membatasi gerakan Qin Yu pun muncul dengan lompatan ruang. 　　Di udara luar Kota Kabut, Qin Yu, Jiang Li, Yi Feng Raja Dewa, dan Zuo Qiulin berdiri melayang. Sementara Zhou Huo dan ketiga Raja Dewa Kota Hukuman Guntur lainnya terlihat muram. 　　“Adik Kedua, bagaimana kondisimu?” Zhou Huo menatap Zhou Tong Raja Dewa yang wajahnya pucat di sebelahnya. 　　Zhou Tong wajahnya pucat, terlihat agak lemah: "Tidak apa, hanya karena tidak memperhatikan sejenak. Tidak menyangka avatar Qin Yu tidak hanya bisa berubah menjadi aliran udara, tapi juga senjata lain." 　　"Kakak." Zhou Wulian menatap Zhou Huo, menggelengkan kepala perlahan. 　　Zhou Huo memahami maksud adik ketiganya. Jelas kekuatan Kota Kabut terlalu besar. Bahkan keempat mereka dari Kompi mungkin tidak bisa menghancurkan kota itu. 　　Melirik Empat Raja Dewa Kota Kabut yang berdiri sejajar di depan, Zhou Huo segera hendak berkomunikasi melalui telepati untuk memerintahkan semua mundur. Tampaknya benar-benar harus meminta Mahadewa Hukuman Guntur turun tangan. 　　"Para anggota Kota Hukuman Guntur, hari ini Tuan-tuan berencana menghancurkan Kota Kabutku dan membunuh warganya, aku pun wajib 'membalas budi'." Qin Yu tiba-tiba tersenyum sambil berkata. 　　Dalam hati, Zhou Huo dan yang lain menyungging senyum sinis. Mereka semua menantikan adegan saat ayah mereka datang setelah pulang nanti. 　　Akan tetapi karya Qin Yu di bawah ini membuat mereka tertegun. 　　Qin Yu tersenyum sambil mengacungkan satu tangannya: "Ruang, membeku!" Seketika, wilayah seluas sepuluh ribu li di sekitar Kota Kabut membeku. Teleportasi mustahil dilakukan! 　　Ekspresi Zhou Huo dan yang lainnya langsung membeku kaku. 　　Aura mengerikan muncul dalam hati Qin Yu: "Sudah saatnya mengakhiri ini." JILID 17: Darah Raja Dewa BAB Tiga Puluh Dua: Runtuhnya Raja Dewa 　　"Ini... mustahil, mustahil!" Wajah Zhou Huo langsung pucat. Ruang yang membeku tanpa getaran sama sekali telah membuktikan fakta ini, tapi dia tetap tak bisa menerimanya. 　　Bahkan Zhou Wulian yang tenang pun matanya dipenuhi keterkejutan. 　　"Ayah, ini... pembekuan ruang?" Zhou Ran yang berdiri di samping Zhou Wulian terpaku tak bergerak. 　　"Qin Yu ini..." Zuo Qiulin menatap Qin Yu, lidahnya seolah lumpuh. 　　Saat Qin Yu menggunakan jurus ini, semua orang di lokasi - kecuali Jiang Li yang sudah tahu sebelumnya - tersentak kaget. 　　Pembekuan Ruang! 　　Hanya Maharaja Suci di antara Raja Dewa yang bisa menggunakan ‘membekukan ruang’! 　　Alasan status mulia Maharaja Suci adalah karena kemampuan ‘membekukan ruang’ yang paling ditakuti oleh Raja Dewa lainnya. Selama tak terhitung tahun, melalui pusaka spiritual keluarga, mereka bisa secara tidak langsung membekukan ruang. Karena jurus ini, mereka dianggap sebagai puncak tertinggi di antara Raja Dewa. Bahkan sekuat Dewa Xiu Luo pun tak bisa menggunakan kemampuan ‘membekukan ruang’ ini. 　　Hampir semua Raja Dewa yakin bahwa hanya Delapan Raja Suci yang bisa menggunakan teknik membekukan ruang. 　　Tapi... 　　Saat ini, kemampuan ‘membekukan ruang’ itu justru muncul pada Qin Yu. 　　"Kalian sudah siap?" Senyuman kejam muncul di wajah Qin Yu. Satu tangan menggenggam, Tombak Sisa Salju langsung muncul di tangannya. 　　Zhou Huo dengan wajah penuh teka-teki seperti air kolam dingin, memandang Qin Yu dengan tatapan tajam sambil menyeringai dingin: "Qin Yu, kau memang pencipta keajaiban. Tapi 'pembekuan ruang' ini hanya mencegah kami melakukan lompatan ruang. Meski tanpa teleportasi, apakah kau benar-benar punya kekuatan untuk membunuh kami?" 　　Tanpa teleportasi, hanya mengandalkan kecepatan dan serangan. 　　Bagi Qin Yu, membunuh Empat Raja Dewa juga bukan hal yang mudah. 　　"Selain itu..." Kesadaran spiritual Zhou Huo tiba-tiba menyebar, dalam sekejap telah mencapai Kota Hukuman Guntur. Kesadarannya langsung memasuki tempat tinggal sang ayah, 'Mahadewa Hukuman Guntur'. 　　"Terkadang, akhir cerita bisa sangat di luar dugaan." Senyuman tipis mengembang di wajah Zhou Huo. 　　Zhou Huo, Zhou Ran, Zhou Tong dan yang lain berhasil memulihkan kepercayaan diri mereka setelah awal keterkejutan melihat Qin Yu menggunakan 'pembekuan ruang'. Di belakang Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur, ada seorang Mahadewa - Mahadewa Hukuman Guntur! 　　Begitu Mahadewa bertindak, bahkan Dewa Xiu Luo pun akan segera berubah menjadi abu. 　　"Benar-benar arogan! Qin Yu, Maharaja Barat Laut ini biar aku yang hadapi." Suara parau terdengar, sementara Zuo Qiulin terbang mendekat. 　　Qin Yu mengulurkan tangan menghalangi Zuo Qiulin sambil tersenyum: "Senior Zuo Qiulin, keempat orang ini cukup aku sendiri yang tangani." 　　"Sombong!" 　　Zhou Huo dan Zhou Tong hampir bersamaan menghardik, Zhou Ran dan Zhou Wulian juga tak bisa menahan senyum sinis. Membekukan ruang hanya mencegah lompatan dimensi. Mereka masih bisa terbang. Ingin bunuh empat orang sendirian? Mimpi di siang bolong! 　　Di Kota Hukuman Guntur, seorang tua berjubah ungu berambut perak berdiri dengan tangan di belakang punggung di tengah taman yang sunyi. Wajahnya dingin memandang ke timur, seolah pandangannya mampu menembus batas dimensi. 　　"Membekukan ruang? Tepat! Qin Yu memang luar biasa." Mahadewa Hukuman Guntur mengangkat alisnya sambil berbisik. Tahi lalat merah di tengah dahinya berkilau samar. 　　Keheningan menyelimuti ruangan selama beberapa saat—— 　　Mahadewa Hukuman Guntur berbisik: "Yan'er... Kalian berempat segera meninggalkan zona pembekuan ruang. Beberapa saat nanti... wilayah 100.000 li di sekitar Kota Kabut akan menjadi sejarah Dewa." 　　Suara Mahadewa Hukuman Guntur terdengar aneh di telinga Zhou Huo, Zhou Ran, Zhou Tong, dan Zhou Wulian. Uniknya, hanya mereka berempat yang mendengar suara ini, sementara Qin Yu dan yang lain tidak bisa mendengarnya. 　　"Hm? Sepertinya ada sesuatu terjadi?" Qin Yu merasa dadanya sesak. Tadi tampak terjadi sesuatu, tapi dia tak bisa memahami sepenuhnya. 　　Saat ini Qin Yu belum tahu bahwa ini adalah kesaktian gabungan hukum ruang dan hukum waktu. 　　"Adik Kedua, Adik Ketiga, Ran'er, kita pergi dulu." Sorot mata Zhou Huo memancarkan kegembiraan. 　　"Lihat saja bagaimana Qin Yu mati." Kebencian Zhou Tong terhadap Qin Yu, tingkatannya tak kalah dari siapapun. 　　Perkataan Mahadewa Hukuman Guntur tadi sudah mereka pahami... Jelas sekali, Ayah mereka kali ini memutuskan untuk mengubah seluruh zona 100.000 li di sekitar Kota Kabut menjadi serbuk halus! 　　Dengan membalikkan telapak tangan, Langit runtuh dan bumi terbelah. Inilah kekuatan seorang Mahadewa. 　　Raja Dewa di hadapan Mahadewa hanyalah anak kecil belaka. Mahadewa Hukuman Guntur bersumpah akan menghancurkan seluruh zona 100.000 li ini. Janji-Nya takkan diingkari. 　　"Bergerak!" 　　Zhou Huo, Zhou Wulian, Zhou Tong, dan Zhou Ran berubah menjadi empat kilatan cahaya, melesat ke arah barat. 　　"Qin Yu, ingin membunuh kami? Haha, mimpi saja!" Terdengar suara Zhou Tong penuh amarah bergema di angkasa, lalu-- 　　"Xiao Yu." Jiang Lan juga terbang keluar dari Kota Kabut, bertanya dengan gugup, "Cepat kejar!" Ia sendiri hendak berangkat. Tapi Qin Yu justru tersenyum kecil, "Paman Lan, Jangan terburu-buru." 　　"Tak terburu-buru? Apakah kecepatan terbangmu jauh melebihi mereka? Di zona 10.000 li, mereka akan segera keluar," kata Paman Lan dengan gusar. 　　Qin Yu melirik ke kejauhan di mana keempat orang itu hampir menghilang dari pandangan. 　　"Bekukan!" 　　Qin Yu berkata dengan lembut. 　　Zhou Tong, Zhou Ran, Zhou Huo, dan Zhou Wulian tiba-tiba membeku di udara, sama sekali tak bisa bergerak. Keadaan ini membuat Zuo Qiulin, Yi Feng, dan Jiang Lan tertegun. 　　"Ini... waktu diam membeku?" Jiang Lan dan yang lain memandangi Qin Yu. 　　Adegan ini sangat mirip dengan teknik waktu diam membeku, di mana semua orang juga tak bisa bergerak. 　　"Paman, apakah kalian lupa... pembekuan ruang hanya mengunci kekuatan ruang di Dewa saja." Baru saja mengucapkan itu, Qin Yu langsung menghilang dengan lompatan ruang. 　　Jiang Lan, Zuo Qiulin, dan Yi Feng akhirnya tersadar. 　　"Penggunaan ruang untuk menyerang memiliki kekuatan mematikan. Namun Raja Dewa biasanya bisa melakukan lompatan ruang, membuat jurus ini tak berguna. Tapi sekarang... Qin Yu menggunakan 'pembekuan ruang'. Raja-Raja Dewa tak bisa lagi melompat!" 　　"Pembekuan ruang membekukan kekuatan ruang di Dewa." 　　"Kekuatan ruang alam semesta baru tidak terpengaruh. Qin Yu tetap bisa menggunakan kekuatan ruang alam semesta baru untuk menekan Empat Raja Dewa. Meskipun keempat Raja Dewa ini kuat, namun tanpa kemampuan lompatan ruang dan dihadapkan pada tekanan tak terbatas dari kekuatan ruang, mereka sulit melawan." 　　…… 　　"Bahaya." 　　"Wajah Mahadewa Hukuman Guntur dari Kota Hukuman Guntur berubah pucat. Meski tak mengerti bagaimana Qin Yu masih bisa melompat ruang dalam kondisi seperti itu, dia sadar..." 　　"Jika tak segera bertindak, anak-anaknya akan mati." 　　"Hmph, tak peduli sejenius apa pun kau, matilah kau!" Tahi lalat merah di tengah dahi Mahadewa Hukuman Guntur semakin berkilau. Dengan satu tangan dia menebaskan telapak tangan sambil berbisik: "Yi Qi Ba Yuan!" 　　"Yi Qi Ba Yuan!" 　　Awalnya, enam Maharaja Suci bekerja sama melawan Qin Yu, serangan terkuat mereka hanya sebatas "Satu Qi Enam Yuan". Bahkan jika delapan Maharaja Suci bersatu, serangan pamungkas mereka tetap "Satu Qi Delapan Yuan". Namun sebagai Mahadewa, [Mahadewa Hukuman Guntur] bisa dengan mudah menggunakan teknik "Satu Qi Delapan Yuan". 　　Saat enam Maharaja Suci itu "membekukan ruang" secara bersamaan, ruang yang membeku itu masih bergetar di bawah serangan "Satu Qi Enam Yuan". Dengan kekuatan "Satu Qi Delapan Yuan" ini... menurut perhitungan Mahadewa Hukuman Guntur, menghancurkan ruang beku dan membunuh Qin Yu seharusnya menjadi hal yang mudah. 　　Qin Yu tiba-tiba muncul melalui lompatan ruang di hadapan Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur. 　　"Kau... Qin Yu! Bagaimana mungkin kau masih bisa menggunakan kekuatan ruang?!" teriak Zhou Huo dengan nada tak percaya. Di mata tiga Raja Dewa lainnya terpancar keterkejutan, kemarahan, kepasrahan, serta kebencian yang mendalam. 　　Keempat orang yang terhimpit kekuatan ruang itu sangat paham - ini bukanlah "waktu yang diam membeku". Ini adalah tekanan ruang dimensi! 　　Tapi bukankah ruang sudah dibekukan? Lalu bagaimana Qin Yu masih bisa memanipulasi kekuatan ruang? Ini benar-benar sebuah kontradiksi! 　　"Jangan pikir lagi. Kalian tak akan mengerti. Aku antarkan kalian. Mulai hari ini, Kota Hukuman Guntur tak punya Raja Dewa lagi." Tombak Sisa Salju di tangan Qin Yu langsung menghujam ke Zhou Tong yang paling jelas menunjukkan kebencian. 　　Serangan tombak biasa-biasa saja, kecepatannya pun tidak tinggi. 　　Seandainya dulu, Zhou Tong punya tak terhitung cara menghindar. Tapi saat ini, Zhou Tong yang terjepit kekuatan ruang tak bisa bergerak, hanya bisa pasrah melihat tombak itu datang. 　　"Braak!" 　　Suara gemuruh dahsyat menggema. 　　Di kejauhan, Kota Kabut yang megah tiba-tiba memancarkan getaran energi mengerikan. Kota itu sekejap berubah jadi reruntuhan. Energi fundamental tak terbatas mulai menyebar ke segala penjuru. Aura dasarnya yang bergelora bahkan membuat ruang beku bergetar. 　　"Hm?" 　　Qin Yu masih terus menghujamkan pedang panjangnya, sementara wajahnya sedikit berubah. Ia segera mengerahkan kekuatan ruang untuk menekan, "Serangan Mahadewa Hukuman Guntur? Kekuatannya luar biasa. Dia pasti ingin menghancurkan Kota Kabut sekaligus memecahkan teknik membekukan ruang-ku. Tapi dia salah perhitungan." 　　“Ciiit——” 　　Suara penetrasi tulang dan daging terdengar jelas. Pedang panjang itu langsung menusuk dada Zhou Tong, semburan energi tak terhitung dari mata tombak menyusuri rongga tubuh dan menyerbu benak, menghancurkan Yuan Ying Jiwa hingga remuk redam. Zhen Ling pun terkoyak tak bersisa. 　　“Adik Kedua!” 　　“Kakak kedua!” 　　“Paman Kedua!” 　　Zhou Huo, Zhou Wulian, dan Zhou Ran menjerit pilu. 　　“Qin Yu! Kota Hukuman Guntur dan kau tidak bisa hidup berdampingan!!!” teriak Zhou Huo bagai orang gila. 　　“Apa hubungan kita sebelumnya pernah baik?” Qin Yu tersenyum tipis. Zhou Huo dan yang lain langsung terdiam. 　　“Ayah!” 　　"Di dasar hati, Zhou Huo meratap penuh kesakitan, mengapa ayahnya yang seorang Mahadewa belum datang membunuh Qin Yu dan menyelamatkan mereka?" 　　Memegang Tombak Sisa Salju, Qin Yu terbang mendekati Zhou Wulian sambil tersenyum: "Apakah kau bingung mengapa Mahadewa Hukuman Guntur tidak menyelamatkan kalian?" 　　"Sayangnya, aku takkan memberitahumu." 　　Qin Yu kembali menghujamkan tombaknya. 　　…… 　　"Mustahil! Bahkan jika Tujuh Maharaja Suci bersatu membekukan ruang, mereka takkan bisa menahan 'Satu Qi Delapan Yuan'. Hanya dengan Delapan Maharaja Suci yang mengerahkan kekuatan fundamental secara bersama-sama, tingkat pembekuan ruang baru mencapai puncaknya. Apakah Qin Yu ini bisa menguasai delapan jenis kekuatan fundamental?!" 　　Mahadewa Hukuman Guntur telah salah hitung. 　　Jurus yang semula diyakini pasti meraih kemenangan, ternyata gagal menghancurkan 'ruang beku' Qin Yu. 　　"Tong'er, Ayah akan membalas dendam untukmu." Setelah kehilangan seorang putra akibat kesalahannya, Mahadewa Hukuman Guntur mengeluarkan senjata pamungkasnya - Pusaka Mahadewa 'Pedang Dosa Asali'. 　　Sebuah pedang raksasa selebar telapak tangan muncul di tangan Mahadewa Hukuman Guntur, getaran mengerikan memancar darinya. 　　Pedang itu diayunkan—— 　　Ruang hanya bergetar halus lalu kembali tenang. 　　…… 　　Menghadapi tombak panjang Qin Yu yang menusuk, senyuman lega muncul di wajah Zhou Wulian: "Jika mati, biarlah. Tak perlu menderita lagi. Hanya saja, aku takkan pernah menunggu sampai lilin itu habis terbakar..." 　　**Brak.** 　　**Braak!** Seluruh tubuh Zhou Wulian memancarkan getaran dahsyat. 　　Meledak sendiri! 　　Raja Dewa meledak sendiri! 　　Pertahanan tubuh asli Qin Yu jauh lebih lemah dari avatar-nya. Ia tak berani menerima serangan meledak sendiri Raja Dewa dari jarak dekat. Qin Yu segera melakukan serangkaian lompatan ruang untuk menjauh. 　　**Bahaya!** 　　Wajah Qin Yu tiba-tiba berubah drastis. 　　**Ciiit——** 　　Seperti belati menyobek kertas, semburan energi transparan tiba-tiba mengiris 'ruang beku' dengan gesit. Ruang yang membeku itu mulai berhamburan tak terkendali. 　　“Serangan yang benar-benar mengerikan.” Dasar hati Qin Yu bergolak. Jiwa mereka sendiri telah menyatu dengan delapan kekuatan fundamental, stabilitas ruang beku sudah mencapai ambang batas. Tapi serangan lawan ternyata mencapai level ini. 　　Dan sinar pedang ini terus memotong ke arah Qin Yu. Dalam proses memotong ruang beku, kekuatan sinar pedang terus melemah. 　　“Berserak!” 　　Qin Yu juga tidak mundur. Terus-menerus menggerakkan kekuatan ruang alam semesta baru untuk menahan sinar pedang ini. Dalam proses pertahanan, sinar pedang ini juga terus melemah. 　　Seberkas sinar pedang, setelah memotong ruang beku dan mengonsumsi banyak energi ruang Qin Yu, akhirnya berhamburan. Dalam hati Qin Yu terkesima, kekuatan serangan seberkas sinar pedang ternyata begitu mengerikan. Ia yakin, kekuatan itu bahkan melebihi Tombak Sisa Salju miliknya. Namun Qin Yu belum menyadari... bahwa kehebatan serangan ini bukan hanya karena senjata tersebut adalah pusaka Mahadewa, tapi juga karena sang penyerang sendiri berstatus Mahadewa. 　　"Ayah!" 　　Zhou Ran menderita, ayahnya Zhou Wulian telah meledak sendiri dan mati. 　　"Cepat pergi!" Zhou Huo langsung meraihnya dan menggunakan lompatan ruang untuk kabur. Kalau tidak lari sekarang, kapan lagi? Kali ini, Kota Hukuman Guntur telah kehilangan dua Raja Dewa sekaligus, kerugian terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya. 　　Qin Yu, akan menjadi mimpi buruk bagi Kota Hukuman Guntur. 　　“Mahadewa Hukuman Guntur?” Qin Yu menggerakkan hati，Jiang Li、Jiang Lan、Zuo Qiulin、Yi Feng dan lainnya semuanya dikembalikan ke alam semesta baru oleh Qin Yu，“Setidaknya, harus merasakan kekuatan Mahadewa terlebih dahulu.” 　　Tanpa beban, Qin Yu saat ini merasa agak bersemangat. 　　Di Kota Hukuman Guntur. 　　“Yan'er!” 　　Mahadewa Hukuman Guntur hanya merasakan kegelapan di matanya, putra ketiga kesukaannya ternyata mati, Zhou Yan ternyata mati! 　　“Qin Yu.” 　　Mahadewa Hukuman Guntur menggenggam 'Pedang Dosa Asli', sudah siap bertindak tanpa peduli apapun. 　　Tiba-tiba pada saat ini—— 　　“Braak～～～～～” 　　Langit dan Bumi berguncang, awan merah membalikkan langit, cahaya emas menyinari dunia, suara gemuruh yang sangat mengejutkan terdengar, pada detik ini, seluruh orang di alam dewa terhenti, tak kuasa menengadah ke langit. 　　Terlihat sebuah gunung raksasa mengambang perlahan turun dari balik awan merah ke arah bawah. 　　"Adik seperguruan, sesuai aturan sejak Gunung Mahadewa turun hingga terpilihnya Mahadewa baru, kau hanya punya satu kesempatan serangan. Kesempatan itu sudah kau janjikan kepada Jiang Fan. Kini Gunung Mahadewa telah datang. Jika kau tetap menyerang Qin Yu... itu melanggar hukum surgawi. Maka aku sebagai utusan Guru, akan menjalankan hukuman mati!" 　　Sebuah sosok manusia muncul di hadapan Mahadewa Hukuman Guntur. Siluet itu semakin terkondensasi, memperlihatkan pemuda berambut perak bermata perak dengan tiga tanduk hitam panjang seperti mahkota bulu di belakang kepalanya. 　　Wajah Mahadewa Hukuman Guntur berubah pucat. Ia segera membungkuk hormat: "Senior!"