Sorot mata perak Mahadewa Piao Yu yang membeku menyapu sekilas: "Adik seperguruan, siklus 60 triliun tahun kedatangan Gunung Mahadewa ini sangat dihargai Guru. Jangan sampai kau membuat dada Beliau berdebar-debar."
"Ya, Senior, saya mengerti." Mahadewa Hukuman Guntur menjawab dengan gugup.
Mahadewa Piao Yu lalu membelakangi Mahadewa Hukuman Guntur, berkata dengan dingin: "Mengerti lebih baik. Dulu Guru memilihmu, kau beruntung menjadi Mahadewa. Kau harus memiliki kesadaran sebagai Mahadewa... Dua putramu yang mati itu biarlah. Sepengetahuanku, selama bertahun-tahun tak terhitung ini, baik kau maupun Adik Ketiga juga memiliki banyak keturunan di dunia manusia yang menyamar dalam kehidupan sehari-hari. Kehilangan satu atau dua orang keturunan juga bukan masalah besar."
"Teguran Senior memang tepat." Mahadewa Hukuman Guntur segera menyetujui.
Tiga Mahadewa biasanya jarang tinggal di alam Dewa. Mayoritas waktu mereka menyembunyikan identitas di alam semesta tak terbatas di dunia bawah, menjalani berbagai kehidupan baru, yang secara alami juga meninggalkan keturunan.
"Lakukanlah yang terbaik untuk dirimu sendiri." Mahadewa Piao Yu berkata singkat, lalu lenyap tanpa bekas di depan Mahadewa Hukuman Guntur.
Mahadewa Hukuman Guntur berdiri di sana dengan khidmat, menunggu hingga Mahadewa Piao Yu pergi. Baru kemudian dia meluruskan pinggangnya sambil menghela napas rendah: "Putraku memang banyak, tapi yang mati kali ini adalah Yan'er yang paling kusayangi."
Saat Zhou Tong mati, hampir tak ada getaran di hati Mahadewa Hukuman Guntur. Dia cuma merasa martabatnya dilanggar, timbul sedikit amarah saja.
"Tapi saat Zhou Wulian mati, Mahadewa Hukuman Guntur justru merasa pandangannya gelap, seluruh tubuhnya hampir menjadi gila-gilaan."
"Membalas dendam?" Mahadewa Hukuman Guntur mengerutkan kening, tahi lalat merah di tengah dahinya sejenak bergetar.
Dia benar-benar sangat ingin membalas dendam, tetapi begitu teringat ancaman Mahadewa Piao Yu——"Jika kau sekarang menyerang Qin Yu... itu melanggar aturan, maka aku terpaksa atas nama Guru, menjalankan hukum Langit, langsung memusnahkanmu!" Mahadewa Hukuman Guntur pun gemetar ketakutan, segera melepas rencana balas dendam ini.
“Di mata Guru, aku dan San Shidi mungkin cuma alat saja, hanya Senior yang dianggap sebagai murid sejati oleh Guru.” Mahadewa Hukuman Guntur merasakan dingin menyergap dadanya setiap kali mengingat sang 'Guru' itu.
Kekuatan Guru-nya telah mencapai tingkat yang benar-benar mengerikan.
Mahadewa Hukuman Guntur yakin, Gurunya bisa membunuhnya hanya dengan tatapan. Keduanya sama sekali tidak setara... Statusnya sebagai Mahadewa hanyalah keberuntungan karena terpilih oleh sang 'Guru' untuk menerima hukum ruang dan hukum waktu, memungkinkannya naik jabatan dalam satu gerakan.
Yang diberikan, bisa juga disita!
Mahadewa Hukuman Guntur memahami betapa tak tertandingi kekuatan Gurunya.
"Guru memercayakan semua urusan kepada Senior. Bahkan selama tak terhitung tahun ini, aku hanya dipanggil segelintir kali. Bagaimana dengan Senior?" Perasaan sedih menggelayuti hatinya.
Mahadewa Piao Yu dapat menemui 'Guru' kapan saja.
Sedangkan Mahadewa Hukuman Guntur, selama 1,2 triliun tahun hanya beberapa kali bertemu, itupun karena urusan penting. Dan tanpa izin 'Guru', dia sama sekali tidak tahu ke mana harus mencari 'Guru'.
Kesenjangan status terlihat jelas sekilas.
Selain itu, Mahadewa Piao Yu memiliki hak untuk 'memusnahkan' Mahadewa lain. Tanggung jawab pengelolaan seluruh alam semesta berada di pundaknya, sebagaimana diucapkan langsung oleh 'Guru'. Sejak hari 'Guru' mengumumkan hak Mahadewa Piao Yu itu, Mahadewa Hukuman Guntur tak pernah berani menunjukkan ketidakhormatan padanya.
"Tapi kematian Yan'er harus dibalas. Hanya harus bertahan... Tunggu sampai Mahadewa baru terpilih, baru bunuh Qin Yu!" Benih kebencian di hati Mahadewa Hukuman Guntur telah berakar kuat dan mulai bertunas.
Cahaya emas menyinari segala penjuru, suara bergetar itu terus bergema di antara Langit dan Bumi. Seluruh makhluk di alam Dewa yang tak terhitung jumlahnya menengadah ke langit. Di atas awan merah tak berujung, gunung raksasa yang mengambang turun dengan kecepatan yang sangat lambat.
Gunung ini berukuran luar biasa besar.
Seluruh gunung terapung ini memiliki dasar yang sangat luas, kira-kira mencapai wilayah hampir jutaan li. Gunung mengambang sebesar ini bahkan Delapan Tanah Suci mana pun di seluruh alam Dewa takkan menyamainya.
Gunung raksasa seluas jutaan li ini turun perlahan dari ketinggian ekstrem. Seluruh langit di alam Dewa dipenuhi awan merah. Gunung raksasa yang awalnya berada di atas awan merah ini tetap turun dengan lambat. Dengan ketinggian dan kecepatan turunnya, diperkirakan butuh beberapa hari sebelum seluruhnya bisa menembus keluar dari jangkauan awan merah.
Pemandangan gunung raksasa mengambang yang turun perlahan seperti ini benar-benar mengguncang jiwa.
……
Di lautan luas Laut Timur yang permukaannya awalnya bergelombang halus, tiba-tiba muncul sebuah jalur. Air laut terbelah secara alami, sosok manusia muncul dari dalamnya - seorang pria perkasa berambut panjang merah darah.
Mendongak melihat langit.
"Gunung Mahadewa, haha... Tak disangka ini Gunung Mahadewa! Namun dibandingkan terakhir kali, warna gunung ini berubah. Dulu seluruhnya biru, kini jadi hijau! Awan biru tak terbatas pun berubah menjadi awan merah! Merah... itu kesukaanku... Sepertinya kali ini aku hampir sukses."
Setelah 6.000 triliun tahun menyepi, kini Gunung Mahadewa muncul kembali. Raja-Raja Dewa yang hidup menyendiri dengan ambisi mencapai puncak kultivasi siap bertarung lagi.
……
Mereka yang mampu mencapai tingkat Raja Dewa, hampir semuanya berambisi mengejar batas tertinggi kultivasi. Tanpa ambisi itu, tanpa target melampaui batas, mustahil mereka bisa mencapai tingkat Raja Dewa.
"Saat Gunung Mahadewa turun sebelumnya, Delapan Raja Suci tak mendapat keuntungan. Malah Raja Dewa Xiaoyao yang tak mencolok meraih kemenangan akhir. Raja Dewa Xiaoyao sendiri sebenarnya bukanlah raja dewa yang hebat. Hanya karena bantuan terakhir Mahadewa Piao Yu, barulah ia bisa menjadi Mahadewa dalam satu gerakan."
"Kelahiran Mahadewa Xiaoyao telah memenuhi lebih banyak raja dewa dengan antisipasi untuk kali ini!"
"Turunnya Gunung Mahadewa bukan berarti yang terkuat pasti jadi Mahadewa. Kalau begitu, buat apa bertarung? Jika Raja Dewa Xiaoyao bisa jadi Mahadewa, mungkin aku juga bisa." Sebuah siluet samar melesat dari gunung terpencil di dunia dewa, lalu menghilang dengan lompatan ruang.
……
Hampir semua raja dewa tergoda. Dengan turunnya Gunung Mahadewa, semua punya kesempatan. Memang kekuatan penting, namun itu tak mewakili segalanya.
Di atas Laut Xiu Luo, empat sosok melayang di udara - satu di depan, tiga di belakang.
Yang berdiri di depan dengan tangan di belakang punggung adalah Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' yang mengenakan jubah putih. Di wajahnya terpancar senyuman dingin, namun pandangannya tertuju pada Gunung Mahadewa yang melayang di kejauhan.
Di belakang Luo Fan berdiri tiga orang: pria berjubah perak, sesepuh abu-abu, dan seorang gadis cantik yang membeku. Mereka adalah tiga Raja Dewa lainnya dari Laut Xiu Luo - Raja Dewa An Xun, Raja Dewa Sun Lian (juga dikenal sebagai Raja Dewa Ping Tian), dan Raja Dewa Liu Lian.
"Tuan-tuan, meski jabatan Mahadewa kali ini harus kita dapatkan, tapi An Xun, Sun Lian, Liu Lian... kalian juga berhak menjadi Mahadewa. Tak perlu membantuku." Luo Fan berkata dengan tenang.
Saat Gunung Mahadewa turun.
Sekutu dan teman yang dulu disebut-sebut... sekarang menjadi bahan tertawaan. Hanya sedikit yang bisa dipercaya, karena hampir semua Raja Dewa ingin menjadi Mahadewa. Jika mencari sekutu, bukalah mata lebar-lebar, atau kau akan dikhianati tanpa sadar.
Pada peristiwa 6.000 triliun tahun yang lalu, terlalu banyak Shen Wang yang terjepit.
"Kakak, tak perlu kau jelaskan lagi." Ekspresi dingin masih terpancar dari wajah An Xun, "Kali ini, tak ada yang bisa menghalangimu menjadi Mahadewa."
"Benar, Kakak." Liu Lian di samping juga mengangguk.
Sun Lian yang berjubah abu-abu pun mengangguk halus.
Kilatan cahaya muncul di mata Luo Fan, "Baik! Tak usah basa-basi. Xiao An, Xiao Lian, Sun Lian - kita menunggu sampai Gunung Mahadewa berhenti mendarat baru bergerak."
"Siap, Kakak."
An Ping, Sun Lian, dan Liu Lian - ketiga Shen Wang itu serentak mengangguk. Daya pribadi Dewa Xiu Luo benar-benar luar biasa.
……
Di rawa berkabut alam Dewa...
Kota Kabut yang dihancurkan Mahadewa Hukuman Guntur kini telah berdiri kembali - replika yang hampir identik dengan aslinya.
Bagi Qin Yu, membangun kota semacam itu memang sangat santai.
Di atas tembok kota Kabut, Qin Yu dan Jiang Li berpegangan tangan sambil merasakan hembusan angin yang lembut.
"Qin Yu, sekarang status Kota Kabut sudah sangat kokoh. Gunung Mahadewa juga telah turun, aku pamit dulu. Daya tarik Mahadewa masih sangat besar bagiku." Suara parau Zuo Qiulin terdengar.
Qin Yu dan Jiang Li sama-sama menatap ke arah Zuo Qiulin.
Qin Yu tersenyum: "Senior Zuo Qiulin silakan pergi. Kali ini benar-benar banyak Raja Dewa yang datang ke Gunung Mahadewa." Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu memang sangat memahami segala kejadian di Dunia Dewa.
Zuo Qiulin merasa sedikit lega dalam hatinya.
Meski tidak takut pada Qin Yu, karena telah menerima pusaka Hong Meng kelas satu darinya, jika pergi tanpa izin, hatinya tetap merasa tersipu malu.
“Kalau begitu, pamit.” Zuo Qiulin tak banyak mengucapkan kata terima kasih, hanya mengangguk sedikit lalu langsung terbang keluar. Sebuah lompatan ruang kemudian, sosoknya menghilang dari pandangan Qin Yu dan Jiang Li.
