"Suamiku, apa kau ingin menjadi Mahadewa?" Jiang Li mendongakkan kepala sambil mengusap perutnya yang mulai membesar.
"Lalu, apakah kamu yang menginginkannya?" Qin Yu tersenyum memandangi istrinya.
Alis indah Jiang Li berkerut. Ia terdiam sejenak sebelum menjawab, "Sedikit ingin. Bagaimanapun, Mahadewa adalah eksistensi tertinggi di alam dewa."
"Tertinggi? Benarkah tertinggi?" Qin Yu bergumam dalam hati.
Alam semesta Dewa ini telah sempurna sejak lama. Di mata tak terhitung makhluk, Mahadewa adalah puncak segala eksistensi. Tapi jika Mahadewa memang yang tertinggi, lalu bagaimana dengan Sang Pencipta alam semesta ini?
"Suamiku, kau belum menjawab apakah ingin atau tidak?" Jiang Li kembali bertanya.
Qin Yu tersenyum lebar berkata: "Sebenarnya aku tidak punya ambisi besar. Ketika kekuatan sudah cukup untuk melindungi orang yang kucintai, orang yang kuperhatikan, itu sudah cukup. Saat ini... aku sudah memenuhi persyaratan ini."
Di wajah Qin Yu terpancar senyum bahagia: "Kami sudah berakar kuat di alam Dewa. Sekarang tidak ada yang berani mengganggu Kota Kabut kami. Pembunuhan di Kota Hukuman Guntur telah mengguncang banyak pihak, efek yang kuinginkan sudah tercapai..."
"Keluargaku bisa hidup sesuai keinginan mereka. Aku bisa bersamamu tanpa gangguan siapapun, menunggu dengan tenang kelahiran anak kita di sini. Aku sudah sangat puas." Qin Yu berbicara perlahan, membuat Jiang Li tersentuh dan mendekap di dadanya.
Qin Yu mengelus rambut indah Jiang Li, hanya tersenyum tenang tanpa mengucapkan kata lagi.
Saat itu, hanya suara angin yang terdengar berdesir.
Beberapa hari terakhir, seluruh alam Dewa terus-menerus disinari cahaya emas. Baik Cahaya Siang maupun Kelimut Malam, semua kehilangan fungsi alaminya di bawah pancaran sinar ini.
Gunung Mahadewa yang mengambang itu masih turun perlahan. Dalam beberapa hari perkembangan, posisi puncak gunung itu baru saja meninggalkan lapisan awan merah.
Di dalam Purple Mystic Mansion.
Qin Yu, Hei Yu, Jiang Li, dan Bai Ling sedang menyesap teh sambil mengobrol berempat.
"Qin Yu."
Tiba-tiba Yi Feng Raja Dewa muncul dari samping, sekaligus Jiang Lan tak disangka juga ikut mendekat. Qin Yu segera memandangi Yi Feng Raja Dewa dan Jiang Lan.
"Paman Yi Feng, Paman Lan." Qin Yu segera berdiri. Jiang Li, Hei Yu, dan Bai Ling juga ikut bangkit.
Yi Feng Raja Dewa segera melambaikan tangan: "Lanjutkan saja kalian. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa Gunung Mahadewa itu hampir berhenti turun. Aku hendak pergi melihatnya. Dasar hatiku sudah tak ada ikatan lagi, hanya gunung ini yang masih bisa menggugah keinginanku."
Qin Yu mengangguk halus.
Qin Yu mampu memahami pikiran Yi Feng Raja Dewa.
"Paman Lan, apakah Paman juga akan pergi?" Qin Yu menatap Paman Lan.
"Xiao Yu, kekuatanmu sudah berkembang hingga titik yang membuatku benar-benar tenang. Di seluruh alam dewa... hampir tak ada yang bisa menjadi rivalmu. Dengan kedatangan Gunung Mahadewa ini, aku juga ingin pergi melihat. Mungkin saja bisa bertemu beberapa teman lama yang sudah lama tak kulihat," ujar Jiang Lan sambil tersenyum mengangguk.
Qin Yu mengangguk halus.
"Xiao Yu, aku tahu mungkin kau tak terlalu berharap pada Gunung Mahadewa itu. Tapi saranku, tak ada salahnya pergi melihat. Gunung Mahadewa adalah tempat yang sangat unik," kata Jiang Lan sebelum pergi.
Qin Yu tiba-tiba merasakan desiran di hatinya.
Gunung Mahadewa? Siapakah yang mengendalikan kedatangan tiba-tiba gunung ini?
Apakah para Mahadewa?
Qin Yu tak begitu yakin. Bagaimanapun, Gunung Mahadewa mengandung takdir untuk menjadi Mahadewa. Para Mahadewa biasa mungkin takkan mampu memproduksi gunung semacam ini. Mungkinkah...
"Mungkinkah ini Tuan dari alam semesta dewa?" Hati Qin Yu berdesir.
"Xiao Yu, kami akan berangkat dulu."
Jiang Lan dan Yi Feng tersenyum pada Qin Yu dan yang lain, lalu segera menghilang dari pandangan.
Saat Jiang Lan pergi, Qin Yu masih terbenam dalam perenungannya. Jika Gunung Mahadewa ini dibangun oleh penguasa alam semesta ini, maka perlu untuk melihatnya.
"Melihat-lihat juga tak ada salahnya." Dalam hati Qin Yu saat ini telah mengubah keputusan.
"Li'er, setelah acara minum teh selesai, bagaimana kalau kita juga pergi melihat Gunung Mahadewa?" Qin Yu mengusulkan pada Jiang Li. Jiang Li terkejut: "Suamiku, kenapa kau mengubah keputusan?"
"Gunung Mahadewa?"
Di samping mereka, Hei Yu dan Bai Ling matanya berbinar. Hei Yu segera bertanya: "Kakak, sebenarnya apa itu Gunung Mahadewa? Bolehkah aku ikut melihat?"
Qin Yu menggelengkan kepala: "Xiao Hei, aku pun tidak paham apa sebenarnya Gunung Mahadewa itu. Mengenai gunung itu... Pengetahuanku sangat terbatas. Dulu karena tidak berniat pergi, aku tidak menanyakan pada Paman Lan. Tapi yang kuketahui, di Gunung Mahadewa hanya Raja Dewa yang bisa masuk. Orang lain tidak diizinkan masuk."
“Selain itu, saat ini di sekitar Gunung Mahadewa sudah banyak berkumpul para Dewa. Meski kekuatanmu cukup baik Xiao Hei, tempat itu tetap sangat berbahaya. Lebih baik kau tidak pergi. Jika benar ingin melihat Gunung Mahadewa, cukup amati dari kejauhan. Jangan mendekati area sekitar Dewa yang ada di sana.” Qin Yu menitipkan pesan.
Hei Yu mengangguk halus.
Dengan penguasaan percepatan waktu yang telah dipelajarinya, ditambah tombak panjang berkilauan buatan Qin Yu yang kekuatannya setara dengan pusaka spiritual Delapan Raja Suci - dari segi daya serang, dia melebihi Dewa biasa. Namun ketidakmampuan Hei Yu melakukan teleportasi membuatnya sangat dirugikan saat berhadapan dengan Dewa.
Tapi Hei Yu sendiri tidak terlalu khawatir. Dia tahu kecepatan latihannya sudah sangat cepat. Apalagi, Qin Yu saat ini bisa sendiri-sendiri menjadi faktor gentar bagi berbagai pihak di Dunia Dewa.
Persis seperti Dewa Xiu Luo!
‘Pembekuan Ruang’ ditambahkan ‘Kekuatan Ruang Alam Semesta Baru’, kombinasi keduanya memiliki kekuatan yang tak kalah dengan ‘Waktu Diam Membeku’.
Di masa lalu, Dewa Xiu Luo membuat Delapan Raja Suci merasa gentar.
Kini, sosok dewa yang ditakuti Delapan Raja Suci bertambah satu. Dialah Qin Yu yang bangkit dengan pesat!
Diterpa angin sepoi-sepoi, jubah Qin Yu dan Jiang Li berkibar-kibar membelah angkasa, melayang anggun di atas Laut Xiu Luo menuju depan.
Tepat di bawah Gunung Mahadewa ini terhampar Laut Xiu Luo.
Namun jangkauan Laut Xiu Luo jauh lebih luas dibanding Gunung Mahadewa. Seandainya gunung itu turun ke permukaan laut, kira-kira akan berada di posisi sebelah barat tengah Laut Xiu Luo.
Gunung Mahadewa merah menyala yang mengambang itu saat ini masih berjarak sekitar 10.000 meter dari permukaan laut.
Seluruh tubuh gunung memancarkan kilatan merah darah yang menyala-nyala. Bila diamati lebih seksama, di balik cahaya merah itu tersirat warna-warni lain seperti hijau kebiruan dan hijau zamrud.
Di sekeliling Gunung Mahadewa, saat ini telah terkumpul lebih dari empat puluh Raja Dewa.
Raja Dewa di tempat ini terdiri dari Delapan Keluarga Dewa, kekuatan para calon dewa, dan yang hidup menyendiri. Begitu banyak Raja Dewa berkumpul di sini semata-mata untuk Gunung Mahadewa.
Hanya saja sangat penuh keanehan, lebih dari empat puluh Raja Dewa ini tak disangka berkumpul di zona yang saling berdekatan.
"Tak disangka ada begitu banyak Raja Dewa yang hidup menyendiri, kekuatan tersembunyi mereka benar-benar solid. Jika jumlah Raja Dewa penyendiri ditambah dengan tiga kekuatan besar calon dewa, sudah bisa menyaingi Delapan Keluarga Dewa kita." Maharaja Barat Shen Tu Yan berbisik sambil tersenyum, di sampingnya berdiri Maharaja Selatan Duanmu Yun.
Duanmu Yun juga mengangguk dan berkata: "Potensi calon dewa sungguh luar biasa. Populasi mereka sangat besar, tersebar di semua kalangan. Meski probabilitas kemunculan jenius sangat rendah, dengan basis yang besar, tetap akan muncul sosok jenius. Semakin lama waktu... semakin banyak ahli Raja Dewa dari kalangan calon dewa. Delapan Keluarga Dewa kami justru darahnya semakin menipis, bakat semakin lemah."
"Bicara tentang jenius, Qin Yu itu benar-benar..." Shen Tu Yan menghela nafas lalu tak melanjutkan.
Pertempuran Qin Yu melawan faksi Kota Hukuman Guntur di masa lampau begitu dahsyat. Tentu saja Raja Dewa lain bisa merasakannya, mayoritas besar mereka menggunakan kesadaran spiritual untuk mengamati adegan pertempuran itu.
Qin Yu bahkan mampu menggunakan 'pembekuan ruang', dengan mudah membuat Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur tak bisa bergerak, bahkan membunuh dua Raja Dewa. Jika bukan karena campur tangan diam-diam seorang ahli super, keempat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur mungkin sudah hancur total.
Sangat kuat.
Kekuatan Qin Yu membuat semua yang menyaksikan pertempuran merasakan getaran dahsyat di hati.
‘Membekukan ruang’ saja sudah membuat jantung berdebar kencang, tapi Qin Yu di atas fondasi pembekuan ruang, masih bisa menggunakan teknik mirip ‘waktu diam membeku’ yang mengunci postur tubuh lawan (para dewa lain tak bisa menyadari keberadaan kekuatan ruang alam semesta baru).
Gabungan kedua teknik ini membuat Qin Yu membunuh dewa menjadi hal sepele yang mudah dilakukan.
Persis seperti Dewa Xiu Luo!
Raja Dewa Xiu Luo yang baru, sosok lain yang melampaui Delapan Raja Suci.
"Saudara Shen Tu, kau lihat?" Duanmu Yun tiba-tiba memandang ke timur, di mana sepasang pria dan wanita muda tersenyum melayang mendekat.
"Qin Yu dan Jiang Li." Shen Tu Yan juga merasakan jantungnya berdegup kencang.
Qin Yu sekarang bahkan berani membantai orang-orang Kota Hukuman Guntur yang didukung Mahadewa Hukuman Guntur. Lalu siapa yang tak berani dibunuhnya?
"Karakter Qin Yu, putraku pernah ceritakan, seharusnya mereka tak punya permusuhan besar pada kita. Mari kita dekati." Shen Tu Yan berkata pada Duanmu Yun yang mengangguk setuju.
……
Qin Yu memegang tangan Jiang Li, perlahan mendekati Gunung Mahadewa. Semakin dekat, semakin terasa aura berat yang menekan memancar dari seluruh tubuh gunung itu.
Tatkala Qin Yu melihat kilatan cahaya merah darah berkelap-kelip di permukaan Gunung Mahadewa, raut wajahnya berubah drastis: "Gunung Mahadewa yang mengerikan ini..."
Dengan jelas Qin Yu bisa membedakan bahwa pada posisi puluhan meter dari permukaan gunung, terdapat membran merah darah menyelubungi seluruh Gunung Mahadewa.
Sekilas pandang, orang akan mengira gunung itu sendiri yang berwarna merah darah.
"Saya Falan dari Laut Timur, memberi salam kepada Pasangan Raja Dewa Qin Yu dan Jiang Li." Seorang pria paruh baya berambut biru itu berkata dengan hangat, menunjukkan kesan hormat.
“Saya (hamba) Maha Xi Hai, selama di Laut Barat telah berkali-kali mendengar nama besar Pasangan Raja Dewa Qin Yu. Hanya sampai saat ini baru ada kesempatan untuk bertemu pertama kali dengan Pasangan Raja Dewa.” Seorang pria tua yang tersenyum ramah juga memberikan hormat.
“Apakah Raja Dewa Qin Yu masih ingat pada saya?” Suara jernih bergema, ‘Dewi Bunga-Bunga’ Huangfu Liuxiang pun terbang mendekat...
Satu demi satu Raja Dewa datang menyambut hangat. Baik Raja Dewa dari Delapan Keluarga Dewa, maupun Dewa pertapa, semuanya menunjukkan keramahan luar biasa pada Qin Yu. Dan di mata sebagian besar Raja Dewa terpancar kerendahan hati.
Bahkan terhadap mantan Maharaja Barat dan Maharaja Barat Daya, setiap ucapan mereka pada Qin Yu telah ditimbang matang, khawatir satu kalimat tak sengaja bisa merusak hubungan mereka.
Begitu banyak Raja Dewa memberikan sambutan hangat seperti ini.
Hak istimewa seperti ini bahkan tak dinikmati oleh Delapan Raja Suci. Sebelumnya, hanya Dewa Xiu Luo yang pernah disambut baik oleh hampir semua Raja Dewa.
Ketika para Raja Dewa mundur, Jiang Li baru tersenyum pada Qin Yu dan berbisik pelan, "Suamiku, mereka sepertinya agak takut padamu."
"Tidak cuma padaku, mungkin pada Dewa Xiu Luo juga. Para Raja Dewa datang ke sini untuk memperebutkan sedikit takdir. Mereka khawatir menyinggungku, menyebabkan aku melakukan tindakan kejam pada mereka." Qin Yu bisa menebak pikiran mereka.
Biasanya, para Raja Dewa yang hidup menyendiri takkan peduli siapa pun.
Tapi sekarang mereka muncul, tentu harus menjalin hubungan baik dengan Dewa Xiu Luo dan Qin Yu - dua ahli tingkat lanjut yang bisa dengan mudah membunuh mereka.
"Qin Yu."
Suara familiar terdengar. Qin Yu memandangi arah suara itu. Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' sedang terbang mendekat bersama tiga Raja Dewa lainnya dari Laut Xiu Luo.
"Awalnya ingin membantumu, haha. Ternyata kekuatanmu sudah setara denganku. Penyembunyikanmu memang luar biasa." Luo Fan tersenyum sambil berkata.
Secara bersamaan, Zuo Qiulin, Jiang Lan, dan Yi Feng terbang mendekat dari kejauhan.
“Dewa Xiu Luo.” Ketiga orang ini hanya mengangguk sedikit kepada Dewa Xiu Luo 'Luo Fan', lalu memandang Qin Yu. Kedatangan Qin Yu membuat mereka cukup senang.
“Paman Lan, apa yang terjadi dengan Gunung Mahadewa ini? Membran merah di permukaan itu apa? Aku merasa aura energinya sangat mengerikan, seluruhnya tertutup rapat. Lalu bagaimana cara kita masuk?” Setelah mengobrol ringan, Qin Yu langsung bertanya.
“Biarkan aku yang menjelaskan.”
Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' tersenyum tipis, “Dari tampilannya, konstruksi Gunung Mahadewa kali ini sangat mirip dengan yang dulu. Membran merah ini... adalah apa yang kami sebut 'sangkar penjara dewa' di masa lalu.”
“Sangkar penjara dewa?” Nama itu membuat dada Qin Yu berdebar kencang.
"Karakteristik sangkar penjara dewa ini akan kujelaskan nanti. Mengenai cara masuk? Meskipun saat ini Gunung Mahadewa diselubungi 'sangkar penjara dewa', tapi setelah gunung itu mendarat dan berhenti, akan muncul jalur yang sangat spesial - jalur relief." Dewa Xiu Luo tersenyum sambil berbicara dengan lancar.
Jalur relief?
Kekuatan ruang Qin Yu seketika menyelimuti seluruh Gunung Mahadewa. Permukaan tubuh gunung itu hingga puluhan meter ke luar tertutup membran merah. Di manakah jalur relief itu berada?
