"Dewa Xiu Luo, apakah jalur relief itu?" Qin Yu bertanya.
Dewa Xiu Luo tersenyum memandang Jiang Lan yang berada di sampingnya: "Jiang Lan, jelaskan secara rinci kepada Qin Yu." Jiang Lan mengangguk sambil tersenyum, lalu menatap Qin Yu: "Xiao Yu, jalur relief adalah pintu masuk ke Gunung Mahadewa saat tribulasi terakhir. Untuk yang sekarang ini belum pasti... Akan kujelaskan gambaran umum jalur relief yang muncul saat tribulasi sebelumnya."
"Jalur relief ini muncul di kaki Gunung Mahadewa. Para Raja Dewa begitu melangkah masuk, tidak bisa terbang di udara, apalagi melakukan lompatan ruang. Di dalam jalur relief, hanya bisa berjalan dengan kaki. Setelah keluar dari jalur relief dan benar-benar memasuki Gunung Mahadewa, barulah bisa terbang, lompatan ruang, dan sebagainya." Jiang Lan menjelaskan secara singkat.
Apa sebenarnya jalur relief tidak perlu dipahami detail. Cukup tahu bahwa setelah masuk, tidak bisa terbang atau lompatan ruang.
"Tidak bisa terbang atau lompatan ruang?"
Qin Yu dalam hati menganalisis: Untuk membuat Raja Dewa tak bisa lompatan ruang, cukup dengan membekukan ruang. Tapi membuat mereka tak bisa terbang... itu sungguh mengerikan.
Membuat Raja Dewa bisa berjalan normal namun tak bisa terbang. Kesaktian macam apa ini?
Paling tidak, Qin Yu tak mampu melakukannya.
"Qin Yu, aku permisi dulu menyapa seorang sahabat tua." Suara Dewa Xiu Luo 'Luo Fan' membuat Qin Yu berhenti berpikir.
Qin Yu segera mengangguk sambil tersenyum: "Dewa Xiu Luo tak perlu mengurusiku."
Segera Qin Yu bersama Jiang Li, Jiang Lan, Zuo Qiulin, dan Yi Feng berdiri bersama. Gunung Mahadewa yang menyeluruh merah darah masih turun dengan kecepatan lambat.
"Suamiku, menurutmu berapa banyak Raja Dewa yang belum tiba di sini?" tanya Jiang Li sambil tersenyum.
Jumlah Raja Dewa di tempat ini mencapai 44. Menurut Jiang Li, hampir semua Raja Dewa di alam Dewa telah datang. Yang absen bisa dihitung jari.
Pandangan Qin Yu menyapu sekeliling.
“Ada tiga Raja Dewa yang tidak datang, termasuk yang dari Laut Darah di Barat.” Qin Yu tersenyum tipis, “Tentu saja, jika ada yang bisa lolos dari investigasiku, jumlahnya pasti lebih dari tiga. Seandainya orang itu ada, jabatannya mungkin setara dengan Raja Dewa dari Laut Darah.”
Jumlah Raja Dewa di alam dewa sebelum Empat Raja Dewa Kota Hukuman Guntur menyerbu Kota Kabut adalah 49 orang. Namun setelah Zhou Wulian dan Zhou Tong tewas dalam pertempuran baru-baru ini, totalnya menjadi 47 orang.
……
Di tengah percakapan Qin Yu dan Jiang Li, dasar Gunung Mahadewa yang mengambang itu akhirnya menyentuh permukaan Laut Xiu Luo. Begitu bagian dasar bersentuhan dengan air laut, proses penurunannya langsung berhenti total.
“Braak!”
Suara dentuman baja tiba-tiba bergema dari dasar Gunung Mahadewa, menyebar ke segala penjuru. Hanya sekejap, gemuruhnya telah memenuhi seluruh alam dewa. Seluruh Raja Dewa di sekitar gunung itu bergetar hatinya mendengarnya. Secara serempak mereka tersadar dan terbang menuju sumber suara.
"Suara apa ini?" Qin Yu dalam hati bergolak, sementara Jiang Li di sampingnya juga tampak bingung.
"Relief jalur telah terbuka." Jiang Lan tersenyum. "Xiao Yu, jangan khawatir. Saat ini belum ada bahaya. Masuk saja... Kalaupun ada ancaman, takkan ada yang sanggup melukaimu."
Seketika Jiang Lan, Zuo Qiulin, dan Yi Feng melesat sambil tertawa ke kaki Gunung Mahadewa. Kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu menyelimuti seluruh gunung, langsung menangkap setiap perubahan yang terjadi.
Permukaan Laut Xiu Luo di bawah gunung itu kini tenang sempurna. Seperti cermin raksasa, tak ada riak sedikitpun.
Di kaki Gunung Mahadewa, terdapat pintu masuk setinggi satu orang dan selebar setengah orang yang memancarkan cahaya hitam tak terbatas. Satu-satunya jalur yang muncul ini kemungkinan adalah 'jalur relief' yang disebut oleh Dewa Xiu Luo dan Jiang Lan.
"Sungguh aura yang tajam."
Sekadar kekuatan ruang alam semesta baru Qin Yu yang menyentuh pintu masuk bercahaya hitam ini, ia sudah merasakan tekanan dari jalur tersebut, bahkan ada perasaan penekanan terhadap kekuatan ruang alam semesta barunya.
"Li'er, mari kita lihat." Qin Yu memandangi Jiang Li yang mengangguk sambil tersenyum.
Keduanya segera terbang berdampingan dengan anggun. Pintu masuk bercahaya hitam setinggi manusia di kaki Gunung Mahadewa ini hanya berjarak satu chi dari permukaan air.
Saat ini para Raja Dewa masuk satu per satu. Banyak yang menunjukkan ekspresi dingin, namun sorot mata mereka penuh kewaspadaan. Melihat pasangan suami-istri Qin Yu mendekat, sekelompok Raja Dewa yang bersiap masuk segera mundur ke samping.
“Raja Dewa Qin Yu, silakan kalian duluan.” Raja Dewa dari Kota Cermin Bercahaya Selatan 'Duanmu Liu' tersenyum sambil berkata.
Qin Yu tidak banyak menolak karena tahu penolakannya percuma. Ia tersenyum tipis ke arah para Raja Dewa di sekelilingnya lalu menggandeng tangan Li'er memasuki jalur berpendar hitam.
Begitu menginjakkan kaki di dalam jalur, hati Qin Yu langsung menjadi hening sepenuhnya.
"Ternyata inilah 'Jalur Relief'." Senyuman tipis mengembang di wajah Qin Yu. Jiang Li yang masih menggandeng tangannya mengamati dengan cermat jalur relief ini seolah sedang berwisata.
Jalur Relief merupakan koridor berbentuk garis lurus.
Lebar bagian dalam jalur ini hanya cukup untuk dua-tiga orang berjalan sejajar. Seluruh struktur jalur terbuat dari bijih mineral hitam. Di kedua sisi dinding terpajang deretan karya relief.
"Teknik ukiran ini... sangat, sangat kasar." Setelah mengamati lama, Qin Yu menghela nafas pelan. "Meskipun relief di bagian belakang jalur sudah berkembang banyak dibanding bagian depan, tetap saja masih kasar..."
Ujian pertama dalam merakit senjata spiritual 'penempaan embrio senjata', proses pembuatan embrio senjata terkait erat dengan model embrio yang melibatkan lukisan, ukiran, dll. Qin Yu tentu memiliki hak suara dalam hal ini.
"Menurutku masih bisa diterima." Jiang Li tersenyum, "Relief-relief di jalur relief ini semakin membaik seiring perjalanan. Kukira, ketika sampai di ujung... relief di sana pasti akan memberiku kejutan."
Qin Yu tersenyum tipis.
Dia benar-benar bingung dalam hati, sebenarnya siapa yang menempatkan relief-relief ini di sini? Karya yang bahkan tidak menyatu dengan jalan alami dalam ukiran sama sekali. Apakah tidak memalukan memamerkan karya seperti ini?
"Mendengar penjelasan Dewa Xiu Luo dan Paman Lan, jalur relief ini sudah muncul saat Gunung Mahadewa turun sebelumnya. Mungkinkah ini sengaja ditunjukkan oleh penguasa alam semesta Dewa ini kepada semua orang?"
Rasa penasaran Qin Yu semakin memuncak.
Apa makna sebenarnya dari relief-relief ini?
Dengan melanjutkan pergerakan, Qin Yu semakin terkejut karena relief di dinding semakin dalam justru menunjukkan keahlian yang semakin mengagumkan. Ketika sampai di ujung jalur relief, karya terakhir itu bahkan membuat jantungnya berdebar kencang.
Relief terakhir itu adalah sebilah pedang!
Sinar pedang menguasai medan, merobek langit!
Tak ada yang tak bisa dihancurkan!
"Betapa mengejutkan makna pedang ini!" Melihat relief terakhir ini, Qin Yu merasakan resonansi spiritual yang aneh - perasaan yang sama seperti ketika 'dunia Qian Kun' pecah dan alam semesta baru tercipta.
Sangat unik, tanpa sadar Qin Yu menghentikan langkahnya. Pandangannya terus tertancap pada relief ini. Raja-Raja Dewa di belakangnya terus berlalu satu per satu, hanya Qin Yu yang tetap berdiri di situ. Jiang Li di sampingnya juga merasa heran mengapa Qin Yu begitu memperhatikan relief terakhir ini.
“Suamiku, jalur relief sudah sampai ujung, mari kita keluar.” Setelah beberapa lama, Jiang Li akhirnya bersuara.
“Oh.” Qin Yu terbangun dari lamunannya, “Baik, kita keluar.”
Qin Yu menggandeng tangan Jiang Li, melangkah keluar dari jalur relief. Setelah keluar, pemandangan di hadapan mereka berubah. Dulu dari luar, seluruh Gunung Mahadewa terlihat seperti diselimuti warna merah darah.
Sebenarnya, cahaya merah itu berasal dari membran tersebut.
Gunung Mahadewa yang sesungguhnya terutama tersusun dari batu pualam hijau dan batu kuning. Di sini, bebatuan runcing menjulang, sesekali terdengar tetesan air mancur. Lumut hijau yang menumpuk tebal juga membuktikan bahwa gunung ini telah berdiri dalam waktu yang sangat lama.
“Huu!”“Huu!”“Huu!”“Huu!”……
Di udara sekitar Gunung Mahadewa, sosok-sosok manusia satu per satu mulai melayang ke angkasa. Sebagian besar Raja Dewa terbang menggunakan energi mereka. Namun bagaimanapun mereka terbang, tak satu pun mampu menembus membran merah itu – sangkar penjara para dewa.
“Xiao Yu.” Jiang Lan terbang mendekat.
"Paman Lan." Qin Yu dan Jiang Li menjemput.
Jiang Lan tersenyum bertanya: "Bagaimana bisa? Perasaanmu tentang Gunung Mahadewa ini?"
"Baik. Jalur relief itu masih membekas jelas dalam ingatanku." Tanpa sadar Qin Yu mengingat gambar-gambar relief itu, tiba-tiba muncul prediksi dalam benaknya—'Sepertinya itu adalah serangkaian relief yang dibuat seiring perkembangan kemampuan seorang ahli, dengan relief terakhir sebagai mahakarya kesempurnaannya'.
"Membekas jelas?" Jiang Lan terkejut.
"Paman Lan, Tidakkah kau merasa keistimewaan relief terakhir itu?" Qin Yu tertawa.
Jiang Lan berkata dengan tenang: "Relief terakhir hanya memadukan makna Jalan Pedang dalam seni bela diri, apa bedanya."
"Tidak, Sangat berbeda."
Qin Yu menggelengkan kepala, "Aku bisa merasakan bahwa relief itu memancarkan 'Jalan' yang sangat spesial. Hanya saja jalur kultivasiku berbeda, tidak bisa sepenuhnya merasakan. Tapi keselarasan batin saja sudah cukup membuatku terkejut."
"Benarkah?" Jiang Lan terkejut.
Selama bertahun-tahun, dia sama sekali tidak menemukan sesuatu yang spesial dari relief dekoratif di jalur relief itu.
Qin Yu hendak menjawab, tiba-tiba dari posisi gunung berjarak lebih dari sejuta li dari kaki Gunung Mahadewa, melesat cahaya hijau kabur. Sinar kehijauan yang tak terduga itu tiba-tiba menyinari seluruh Gunung Mahadewa dengan nuansa hijau pucat.
"Sudah muncul? Begitu cepat?" Sorot mata Jiang Lan memancarkan kejutan.
