Qin Yu mencoba menggunakan kekuatan ruang alam semesta barunya untuk menyebar, namun yang mengejutkannya, ketika kekuatan ruang alam semesta baru itu mendekati sumber cahaya hijau, tiba-tiba tidak bisa melanjutkan pendekatan.
Dilarang!
Untuk pertama kalinya Qin Yu menemukan, ternyata ada yang bisa melarang kekuatan ruang alam semesta barunya menyebar.
"Muncul? Paman Lan, apa yang muncul itu?" Qin Yu hanya bisa bertanya pada Jiang Lan.
Jiang Lan memandang Qin Yu dengan senyum sindiran halus: "Xiao Yu, apakah ingin menggunakan kesadaran spiritual untuk mendeteksi sumber cahaya hijau itu tapi malah tidak bisa mendekat?"
Mendengar ini, Qin Yu mulai memahami situasinya.
Sumber cahaya hijau itu seolah bisa mengisolasi berbagai energi, sama sekali tidak memperbolehkan energi lain mendekat. Baik itu kekuatan ruang maupun kekuatan jiwa.
“Itu adalah lempengan batu yang mengambang, bisa juga dianggap sebagai—lempengan aturan. Di atasnya akan tertulis banyak aturan yang harus kami patuhi di Gunung Mahadewa. Hanya dengan mematuhi aturan, ada peluang untuk menjadi Mahadewa.” Jiang Lan berkata sambil tersenyum.
Qin Yu mengangguk halus.
"Xiao Yu, ayo, cepat kita lihat. Aku benar-benar ingin tahu perbedaan aturan kali ini dengan yang sebelumnya." Jiang Lan berkata dengan senyuman tipis.
Qin Yu menggenggam tangan Li'er, keduanya terbang mengikuti Jiang Lan menuju puncak gunung.
Di puncak Gunung Mahadewa terdapat platform selebar seratus meter. Saat ini, lebih dari tiga puluh Raja Dewa berkumpul di area kecil ini. Hampir semua Raja Dewa menatap lempengan batu mengambang di atas platform.
"Lempengan batu mengambang."
Qin Yu, Jiang Li, dan Jiang Lan juga mendarat di platform. Pandangan Qin Yu terkunci pada lempengan batu yang mengambang itu. Lempengan hitam legam ini seluruh permukaannya dipenuhi barisan karakter. Setiap karakter terukir sedalam tiga fen ke dalam batu.
Setiap karakter memancarkan cahaya emas samar.
Material lempengan ini sangat spesial. Tak ada energi apapun yang bisa menyentuhnya. Semua orang di tempat ini hanya bisa mengandalkan mata untuk menonton.
"1. Satu-satunya jalan masuk-keluar Gunung Mahadewa adalah melalui jalur relief.
2. Merusak relief apapun di jalur tersebut merupakan kejahatan yang pantas dihukum mati.
3. Cara menjadi Mahadewa adalah... memperoleh Pusaka Mahadewa atau memahami hukum waktu. Pusaka ini akan menjadi senjata bagi Mahadewa baru.
4. Pusaka Mahadewa terlahir dari 'Kuali Induk Pusaka' di Gunung Mahadewa.
5.，Kuali Induk Pusaka，tak boleh dihancurkan. Setiap sekitar sepuluh tahun，bagian dari Pusaka Mahadewa akan terbang keluar dari Kuali Induk Pusaka. Satu set Pusaka Mahadewa terbagi menjadi tiga bagian yang terbang keluar secara bertahap. Total waktu yang dibutuhkan sekitar tiga puluh tahun.
6.，Pusaka Mahadewa terbagi menjadi tiga bagian，setiap bagian mengandung sebagian hukum waktu. Jika ada Raja Dewa jenius yang mampu memahami hukum waktu secara utuh hanya melalui satu atau dua bagian，maka dialah Mahadewa baru，sementara bagian yang tersisa akan otomatis terbang ke tangannya.
7.，Jika tidak bisa sepenuhnya memahami hukum waktu melalui bagian-bagian yang terpisah ini，maka... dengan mengumpulkan ketiga bagian Pusaka Mahadewa，seseorang juga akan menjadi Mahadewa baru."
Tujuh aturan.
Ketujuh aturan ini membuat dada Qin Yu berdebar keras.
"Ketujuh ketentuan ini benar-benar..." Dalam hatinya Qin Yu sudah bisa menebak tujuan pembuat aturan ini，"Perebutan，pertempuran sengit. Dengan sengaja membagi satu Pusaka Mahadewa utuh menjadi tiga bagian agar perebutannya semakin berdarah-darah." Qin Yu menghela nafas dalam hati.
Aturannya sudah sangat jelas.
Untuk menjadi Mahadewa, seseorang harus mengumpulkan ketiga bagian Pusaka Mahadewa.
Jika hanya memperoleh satu atau dua bagian, tetapi mampu memahami hukum waktu secara utuh melalui bagian tersebut, maka juga akan menjadi Mahadewa baru. Namun memahami hukum waktu secara utuh adalah hal yang sangat sulit.
Menurut Qin Yu... hanya jalan pertama yang mungkin berhasil.
Kumpulkan ketiga bagian Pusaka Mahadewa!
Jalan ini mungkin berhasil, tapi harus siap menghadapi pertempuran sengit. Memiliki satu bagian saja sudah memancing iri, apalagi mengumpulkan tiga bagian - bukankah ini berarti bermusuhan dengan semua Raja Dewa di seluruh alam Dewa?
"Suamiku, aturan yang dibuat ini benar-benar..." Jiang Li menggelengkan kepala.
Jiang Lan di samping tersenyum: "Li'er, jangan bersedih. Kelahiran Mahadewa baru selalu disertai jatuhnya banyak Raja Dewa. Ini sangat normal. Meski sekarang ada banyak Raja Dewa di sini, saat Mahadewa baru terpilih, mungkin tidak sampai separuh yang tersisa."
Suara Jiang Lan tidak keras, namun dalam radius seratus meter, para Raja Dewa lainnya hampir semuanya mendengarnya.
"Tersisa separuh? Bisa dapat separuh saja sudah bagus, hidup atau mati tergantung ambisi pribadi. Kalau ambisinya terlalu besar, nyawa bisa dihancurkan." Suara parau terdengar dari samping, seorang pria tua berambut hitam berkata, "Jiang Lan, masih ingatkah 'Dewa Sembilan Neraka' yang kekuatannya setara dengan Dewa Xiu Luo dulu? Waktu itu dia sendirian menghadang di pintu jalur Koridor Mengambang. Satu prajurit menjaga gerbang, sepuluh ribu pasukan tak bisa menembus. Betapa megah aura saat itu? Tapi akhirnya tetap tewas dikeroyok."
"Dewa Sembilan Neraka..." Jiang Lan seolah mengingat peristiwa masa lalu, mengangguk sambil menghela nafas.
Seluruh Raja Dewa yang selamat dari Pertempuran Gunung Mahadewa sebelumnya di puncak gunung mulai berdiskusi, sementara Raja Dewa lain menyimak dengan cermat, berharap bisa menyerap sedikit pengalaman.
"Menghadang pintu jalur Koridor Mengambang?" Qin Yu yang mendengar ucapan pria tua berambut hitam tadi tiba-tiba mendapat ide.
Di sekitar Gunung Mahadewa, terdapat membran merah yang menyelimuti area ini. Membran merah yang disebut 'Sangkar Penjara Raja Dewa' oleh Dewa Xiu Luo dan lainnya ini menunjukkan bahwa membukanya sama sekali mustahil.
Qin Yu juga bisa merasakan aura ancaman yang dipancarkan membran merah tersebut.
"Yang terpenting, dari tujuh aturan yang terukir di lempengan batu mengambang, salah satunya menyatakan: Satu-satunya jalan masuk-keluar Gunung Mahadewa adalah melalui jalur relief."
Dalam hati, Qin Yu memahami bahwa meski disebut aturan, ketujuh poin tersebut sebenarnya berisi pesan-pesan penting.
Informasi tentang cara menjadi Mahadewa ini memberikan gambaran jelas kepada para Raja Dewa yang belum mengalami Pertempuran Gunung Mahadewa sebelumnya.
"Poin kedua dari tujuh pesan itu sangat unik." Qin Yu mengernyit mengingat keanehan poin tersebut.
‘Menghancurkan relief apapun di jalur relief adalah kejahatan yang pantas dihukum mati.’ Terhadap pesan ini, Qin Yu antara ingin tertawa dan menangis. Meskipun relief terakhir membuat hatinya sangat terkesima.
Tapi jumlah relief di sepanjang jalur itu terlalu banyak. Khususnya relief-relief awal, secara teknis mungkin lebih buruk daripada karya immortal manapun. Relief 'jelek' seperti itu, jika dihancurkan seorang Raja Dewa pun dianggap kejahatan mati. Nyawa Raja Dewa, di mata sang pembuat aturan, memang tak bernilai.
Dalam diskusi, Raja-Raja Dewa secara naluriah membentuk kelompok kecil beranggotakan dua atau tiga. Pertarungan perebutan yang akan segera dimulai bisa diprediksi akan sangat kejam. Demi Pusaka Mahadewa yang terbagi tiga, mungkin mayoritas besar Raja Dewa akan melakukan pembunuhan dingin.
Ikatan?
Muka?
Di hadapan kesempatan menjadi Mahadewa, semuanya hanyalah lelucon memalukan. Tak ada yang akan menjaga reputasi. Semua orang bertaruh nyawa. Meski tahu hanya satu yang akan sukses, demi satu kuota itu semua bersedia bertarung.
“Braak～～～～”
Tiba-tiba seluruh Gunung Mahadewa berguncang hebat. Para Raja Dewa yang berada di puncak gunung itu spontan melayang ke udara, menyaksikan gunung tersebut semakin hebat bergetar.
Puncak Gunung Mahadewa tiba-tiba retak membentuk celah.
Celah itu sekelip mata berubah menjadi jurang. Retakan yang bermula dari puncak gunung ternyata membuat Gunung Mahadewa mulai terbelah dari atas ke bawah. Terus menerus membelah ke bawah, setelah membelah ratusan ribu li ke arah dasar, akhirnya gunung itu berhenti bergetar.
Kembali tenang.
Namun kini wujud Gunung Mahadewa telah berubah drastis. Puncak tunggal yang semula kini terbelah dua, sekilas seperti dua gunung terpisah. Meski cabang dua puncak terbelah separuh, bagian dasarnya masih menyatu. Batu lempengan yang semula melayang di puncak, kini terapung di antara dua puncak.
Di jurang terdalam antara dua puncak itu, masih terdapat getaran samar.
“Huu!”“Huu!”“Huu!”……
Tampak sosok-sosok Raja Dewa muncul sambung-menyambung di jurang Gunung Mahadewa ini. Semua Raja Dewa menyadari sesuatu yang spesial di tempat ini——
Daratan jurang yang berguncang samar mulai ambles, lalu sebuah kendi raksasa perlahan muncul. Kendi ini sangat kuno, di keempat sisinya terukir totem berbeda, bahkan ada gambar binatang roh aneh yang tak dikenali Qin Yu.
“Ini Pusaka Induk!” Dewa Xiu Luo berkata dengan senyuman tipis.
Saat Gunung Mahadewa turun sebelumnya, Dewa Xiu Luo dan lainnya pernah melihat Pusaka Induk, kali ini tentu mudah mengenalinya. Mayoritas orang sekitar yang belum pernah melihatnya, mendengar ucapan Dewa Xiu Luo, spontan mata berbinar memandangi pusaka ini.
Pusaka Mahadewa terbagi menjadi tiga bagian, ketiganya akan terbang keluar dari Pusaka Induk ini secara berurutan!
“Kuali Induk Pusaka Spiritual ini.” Qin Yu mencoba menggunakan kekuatan ruang alam semesta barunya untuk mendekati kuali ini, namun terdapat aura mirip 'lempengan batu mengambang' yang membuat kekuatan ruangnya sama sekali tidak bisa menyentuh.
Kuali Induk Pusaka Spiritual, sang induk yang mampu melahirkan Pusaka Mahadewa.
Melihat kuali ini, Qin Yu pun tak bisa tidak memuji dalam hati.
"Teknik penempaan seperti ini sudah melampaui metode penempaan primitif milikku." Qin Yu berhela nafas. Tanpa penelitian mendalam terhadap Kuali Induk Pusaka Spiritual, mustahil baginya memahami bagaimana kuali ini bisa melahirkan pusaka spiritual, bahkan Pusaka Mahadewa.
"Setiap sepuluh tahun mengeluarkan satu bagian, itu pun dibagi tiga kali." Jiang Li di samping menggelengkan kepala dalam hati.
“Li'er, tepatnya sekitar sepuluh tahun baru mengeluarkan sebagian, bukan tepat sepuluh tahun.” Jiang Lan menjelaskan, “Karena toleransi waktu inilah para Raja Dewa tidak berani teralih sedikit pun. Jika tidak, ketika satu bagian Pusaka Mahadewa keluar dan direbut orang lain, mereka pasti akan menyesal.”
“Meski terbagi tiga, setiap bagian yang diikat dengan tetes darah dan dilebur akan memiliki kekuatan setara pusaka Hong Meng kelas satu. Selain itu, juga mengandung sebagian hukum waktu.”
Qin Yu mengangguk dalam hati.
Setiap bagian dari tiga pecahan Pusaka Mahadewa ini memiliki daya tarik luar biasa bagi para Raja Dewa.
“Suamiku, ayo pulang.” Jiang Li tiba-tiba menoleh ke Qin Yu.
Melihat ekspresi Li'er, Qin Yu tersenyum bertanya, “Kenapa baru sebentar di sini sudah mau pergi?”
Jiang Li menggelengkan kepala seraya berkata: "Aku hanya merasa suasana di sekeliling agak menekan. Banyak Raja Dewa saling mengawasi dengan waspada, berjaga-jaga terhadap serangan mendadak dari pihak lain." Alis Jiang Li mengerut.
Qin Yu tak bisa menahan senyum.
Memang benar, meskipun para Raja Dewa itu tetap waspada, tak ada yang berani mencari masalah dengan Qin Yu.
"Hm?"
Pandangan Qin Yu tiba-tiba menangkap sosok Jiang Fan di kejauhan. Sejak kedatangan Qin Yu, Jiang Fan terus mengikuti Zhou Huo di sudut terpencil, sama sekali tidak mendekat atau memberi penghormatan.
"Li'er, mari kita pulang." Qin Yu mengangguk.
"Paman Lan." Qin Yu memutar badan memandangi Jiang Lan, "Aku dan Li'er sudah bernegosiasi sejak lama. Setelah Kota Kabut selesai dibangun sepenuhnya, kami hendak mempersiapkan kelahiran anak. Melalui percepatan waktu... dalam setahun, anak pasti sudah lahir. Paman Lan, bagaimana kalian pulang dulu ke Kota Kabut? Setelah menyaksikan kelahiran cucu, baru kembali berebut bagian dari pusaka Mahadewa ini juga tidak terlambat."
"Sudah siap melahirkan?" Mata Jiang Lan seketika berkilau, "Bagus! Katamu sekitar sepuluh tahun, biasanya paling cepat tujuh-delapan tahun. Saat itu, anakmu mungkin sudah bisa mendaki gunung dan menyebrangi lautan."
Di mata Jiang Lan, anak Qin Yu dan Jiang Li jauh lebih penting daripada pusaka Mahadewa.
"Aku juga akan pulang dulu," kata Yi Feng.
Zuo Qiumei yang gugur di masa lampau, dua tetes Soul of Life's Tear pilihannya jatuh pada sepasang pemuda. Kini anak mereka akan lahir, mana mungkin Yi Feng tidak menyaksikan?
Segera Qin Yu, Jiang Li, Jiang Lan, Yi Feng, bahkan Zuo Qiulin yang diam di samping juga ikut berangkat. Kelima anggota faksi Qin Yu pun meninggalkan Gunung Mahadewa dan kembali ke Kota Kabut.
Di dalam jurang Gunung Mahadewa, Jiang Fan melirik ke arah Qin Yu dan rombongan dari kejauhan, ekspresi wajahnya tetap datar.
Kebangkitan gesit Qin Yu yang terus menunjukkan kekuatan semakin mengejutkan, menjadi pukulan telak bagi Jiang Fan. Di hati banyak Raja Dewa, Jiang Fan telah menjadi bahan tertawaan.
Terhadap semua ini, Jiang Fan terus-menerus memilih diam.
"Mahadewa! Pusaka Mahadewa terbagi menjadi tiga bagian, salah satunya pasti milikku. Kali ini, aku harus menjadi Mahadewa!" Di dasar hati Jiang Fan, ambisi menjadi Mahadewa membara tak terbendung.
Andalan terbesarnya adalah janji bantuan dari Mahadewa Hukuman Guntur.
Memandang arah kepergian Qin Yu, Jiang Fan menutup mata dan duduk bersila tenang di sudut jurang. Waktu pun mengalir begitu saja...
