Kota Kabut diselimuti kabut sepanjang tahun, di kediaman mengambang 'Purple Mystic Mansion' yang berada di atas kota, Qin Yu dan empat Raja Dewa lainnya telah kembali.
Purple Mystic Mansion, di dalam danau.
Danau seluas radius ratus li itu membentang luas, permukaannya bergelombang lembut diterpa angin sepoi-sepoi. Sebuah perahu kecil terapung-apung perlahan di tengah danau. Di atas perahu, Qin Yu dan Jiang Li berpelukan duduk bersebelahan, membiarkan perahu itu hanyut mengikuti arus.
Di zona tempat perahu kecil itu berada, aliran waktu dipercepat 100.000 kali lipat dari wilayah normal! Dengan kekuatan Qin Yu saat ini, menggunakan percepatan waktu di alam dewa merupakan hal yang sangat mudah.
"Suamiku, dengan percepatan waktu 100.000 kali, bukankah itu berarti Paman Lan hanya perlu menunggu beberapa bulan saja sampai anak kita lahir?" Jiang Li menyandar di dada Qin Yu, berbisik lembut.
Qin Yu tersenyum mengangguk: "Benar, yang perlu kita lakukan sekarang adalah menjalani masa-masa tenang ini." Sambil berkata demikian, tangan kanannya tak sadar mengelus rambut indah Li'er, sedangkan tangan kiri diletakkan di perut Li'er.
"Hm." Jiang Li mengangguk pelan, di wajahnya terpancar semburat kemerahan bahagia.
"Omong-omong, Suamiku, saat anak ini lahir nanti, nama apa yang cocok ya?" tiba-tiba Jiang Li bertanya.
Qin Yu tertegun sebentar.
Nama apa?
Saat ini, tanpa sadar Qin Yu teringat masa lalu ketika ia mencari 'Cermin Illusi', pengaruh yang ia terima di kediaman cermin. Waktu itu juga pernah terasa pernikahan dan kelahiran anak bersama Li'er.
"Qin Si, baik laki-laki maupun perempuan, namanya Qin Si. Bagaimana menurutmu?" Qin Yu mengulang nama yang pernah ditetapkannya di bawah pengaruh Cermin Illusi.
"Qin Si, Si, Si..."
Jiang Li bergumam pelan, di dalam hatinya ia memahami makna di balik pemberian nama itu oleh Qin Yu. Lalu ia menatap Qin Yu, pandangannya lembut bagai besi yang meleleh melilit jari, membuat hati Qin Yu meleleh sepenuhnya. Qin Yu pun menatap tajam kembali ke arah Jiang Li.
Tatapan mereka bersilangan, seolah menembus lorong waktu.
Pertemuan pertama mereka di dasar laut dunia mortal, kala itu dirinya pingsan, sementara Jiang Li menyelamatkan dan membawanya pergi.
Perpisahan terakhir di dunia mortal, ketika di bawah tekanan Zhou Xian yang begitu perkasa, mereka terpaksa berpisah dengan perasaan pilu yang tak tertahankan.
……
Adegan demi adegan bersama mereka berdua tak terelakkan muncul dalam benak masing-masing.
Qin Yu perlahan menunduk, bibirnya menyentuh bibir Li'er. Keduanya menutup mata, menikmati kebahagiaan dan resonansi yang berasal dari jiwa.
"Suamiku, selama bertahun-tahun Fei Fei tak kunjung kembali. Ke mana dia pergi? Kau tahu?" tiba-tiba Jiang Li bertanya, menunjukkan kepeduliannya pada Hou Fei.
Qin Yu menggerakkan hati, kekuatan ruang alam semesta baru segera berhamburan keluar, menutupi seluruh alam Dewa.
"Eh?"
Senyum tipis muncul di wajah Qin Yu.
"Apa yang terjadi?" Jiang Li segera bertanya lebih lanjut, melihat ekspresi suaminya dia tahu pasti ada hal menghibur yang sedang berlangsung.
Qin Yu memandangi Jiang Li sambil tersenyum: "Fei Fei, sepertai dia mulai menyukai seorang gadis, sedang membuntuti si gadis itu."
"Tidak mungkin?"
Mata Jiang Li terbelalak penuh keheranan, "Fei Fei? Batu keras yang hanya tahu kekerasan itu belajar mengejar perempuan?"
"Coba pikir - kalau bukan karena tertarik pada gadis, bagaimana mungkin dia tak pulang-pulang? Padahal dia sangat penasaran tapi bahkan Gunung Mahadewa turun pun tak dilihatnya. Dari situ bisa dinilai Fei Fei kali ini benar-benar terjerumus." Qin Yu terkekeh.
"Di mana asal gadis itu?" Jiang Li tak henti mengejar penjelasan.
“Tidak jelas dari mana, tapi gadis itu saat ini sedang menjelajahi Kota Weichi.” Qin Yu tertawa, “Kota Weichi, kurasa kota ini memiliki jodoh yang dalam denganku.”
……
Kedatangan Gunung Mahadewa membuat hampir semua Raja Dewa di alam divine berguncang. Namun para dewa biasa yang merupakan mayoritas di alam ini, tetap menjalani kehidupan yang sangat biasa. Gunung Mahadewa sama sekali tidak terkait dengan para dewa ini. Bahkan mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa fenomena awan merah menutupi langit dan cahaya emas yang menyinari beberapa hari lalu disebabkan oleh kedatangan Gunung Mahadewa.
Dalam pandangan para dewa, jika ada kenalan yang berubah dari dewa biasa menjadi Dewa, itu adalah hal yang luar biasa.
Beberapa hari terakhir, Xing Yuan di Kota Weichi terus-menerus terlihat gembira. Karena beberapa hari sebelumnya, dia baru saja memasuki tingkat Dewa. Menjadi Dewa, kehidupan Xing Yuan langsung mengalami perubahan drastis.
Tempat tinggal yang dulu sepi, kini dikunjungi banyak orang.
Pandangan orang-orang di sekitarnya mulai mengandung unsur penghormatan.
Namun, saat ini Xing Yuan juga merasa sedikit kesal.
"Saudara Xing, selama kau resmi bergabung dengan militer Kota Weichi, dengan kekuatanmu sebagai Dewa saat ini, kau akan langsung menjadi personel Jajaran atas. Dan perlakuan khusus Wali Kota Weichi terhadap Dewa di bawah komandonya, pasti sudah kau dengar..." Di seberang Xing Yuan, seorang pria muda tersenyum membujuknya.
Xing Yuan hanya diam, berpura-pura merenung, namun di dalam hatinya terasa pahit.
Terus tinggal di Kota Weichi?
Xing Yuan sangat pahit, jika menetap di kota kecil ini, fasilitas yang diterimanya memang takkan buruk. Tapi prestasiku sendiri...
Di samping Xing Yuan duduk istrinya, Zi Yun.
"Saudara Wang, saran Wali Kota Weichi akan kuperhatikan baik-baik. Hari ini aku dan Zi Yun masih ada urusan di luar. Mari kita lanjutkan pembicaraan ini lain kali." Xing Yuan memberikan sinyal halus untuk mengakhiri pertemuan.
“Saya akan menanti kabar baik dari Saudara Xing Yuan,” ujar pemuda yang sedang membujuk Xing Yuan sambil tersenyum dan berdiri.
Setelah pria itu pergi, Xing Yuan baru menghela napas panjang.
Menghadapi utusan Wali Kota Weichi ini, dia merasa pusing tujuh keliling.
“Kak Xing Yuan, sedang kesal apa? Sudah jadi ahli besar Dewata, malah murung terus.” Zi Yun di sampingnya bergumam sambil mencibir.
Xing Yuan menggelengkan kepala sambil tertawa: “Bagaimanapun kita tinggal di Kota Weichi. Tak bisa terlalu menyinggung Wali Kota. Tapi sebenarnya aku tak ingin pergi. Yang paling kuidamkan adalah... Kota Mi Wu!”
"Kota Kabut?" Mata Zi Yun di sebelah langsung berkilau, "Kota Kabut yang dibangun sahabatmu Qin Yu itu? Tuan Qin Yu sungguh luar biasa, katanya beberapa hari lalu di luar Kota Kabut terjadi pertempuran yang menggemparkan langit dan bumi, dua Raja Dewa dari Kota Hukuman Guntur tewas dibunuh oleh Tuan Qin Yu. Sekarang banyak orang ingin memasuki Kota Kabut, mencari perlindungan di bawah komando Tuan Qin Yu. Soal keamanan, sudah pasti tidak perlu diragukan lagi."
Kematian dua Raja Dewa ini pengaruhnya terlalu besar. Pertempuran dahsyat yang mengguncang langit-bumi itu segera disebarkan oleh oknum-oknum tertentu.
Seperti badai, hampir semua yang memperhatikan Kota Kabut segera mengetahui hal ini. Banyak Dewa bersiap bergabung dengan Kota Kabut. Hari-hari ini, Kota Kabut terus menerus kedatangan Dewa yang ingin bergabung.
"Hm, ke Kota Kabut! Kita harus pergi ke Kota Kabut!" Zi Yun terus-menerus menyetujui keputusan ini.
Di mata Zi Yun, pertama-tama kekuatan Qin Yu sangat kuat, kedua mereka memiliki ikatan persahabatan. Pergi ke Kota Kabut secara alami lebih baik daripada ke tempat lain.
“Baik, kami segera berangkat. Tinggal di sini, masalah rumit akan lebih banyak.” Xing Yuan berdiri, memutuskan untuk berangkat sekarang juga.
Zi Yun dan Xing Yuan bertindak sangat cepat. Setelah membereskan tempat tinggal mereka, keduanya segera meninggalkan penginapan dan menuju formasi teleportasi di Kota Weichi.
“Zi Yun, kau tahu kan Qin Yu berasal dari dunia immortal, iblis, dan siluman kita?” Di jalanan, Xing Yuan bertanya sambil tersenyum.
“Hm, ada apa?” Zi Yun menatap suaminya.
“Menurut info terbaru, banyak dewa dari dunia immortal, iblis, dan siluman yang menuju Kota Kabut. Seperti tiga Banteng Ungu di luar Kota Weichi, juga sebagian kecil dewa dari Dunia Bintang Gelap kita. Di sana pasti ramai sekali.” Xing Yuan tertawa lebar.
Selama di Dewa, Xing Yuan telah menjalin hubungan dengan banyak pihak, termasuk ahli-ahli generasi sebelumnya dari Dunia Bintang Gelap.
Para ahli dari Dunia Bintang Gelap, dalam sejarah yang terkuat cuma sampai tingkat Dewa Bagian Atas, belum ada satu pun yang menjadi Raja Dewa. Bagaimanapun, mencapai tingkat Raja Dewa itu sangat sulit dan jumlahnya sangat sedikit.
"Kakak Xing Yuan, bukankah itu Hou Fei?" Zi Yun tiba-tiba menunjuk ke kejauhan.
"Bagaimana mungkin? Hou Fei seharusnya ada di Kota Kabut." Meski berkata begitu, Xing Yuan tak urung mengikuti arah tunjuk Zi Yun. Begitu melihat, ia langsung kaget.
Di kejauhan, sosok Hou Fei berbaju jubah kuning sedang menemani dua wanita sambil terus bercanda dengan gaya khasnya yang ceplas-ceplos.
"Hou Fei... bersama... perempuan?" Xing Yuan juga terperanjat.
"Kakak, jangan dilihatin. Mereka sudah jauh. Lebih baik kita ke Kota Kabut dulu. Nanti kalau ketemu Hou Fei, baru kita tanya detail." Zi Yun tersenyum.
Xing Yuan memandang punggung Hou Fei dan dua wanita yang menghilang di ujung jalan, lalu berpaling dan melanjutkan perjalanan dengan Zi Yun menuju titik teleportasi Kota Weichi.
……
Di jalanan Kota Weichi.
Dua wanita yang berjalan berdampingan dengan Hou Fei, seorang mengenakan gaun tipis merah sementara yang lain bergaun ungu tipis. Gadis bergaun ungu itu terlihat cantik dan menimbulkan rasa ingin melindungi, sedangkan wajah gadis merah dipenuhi aura dingin membeku.
"Ikan Kecil Kuning, menurut ceritamu, kakakmu sangat hebat?" Gadis berbaju merah itu menyeringai dingin dengan nada menyindir.
Wajah Hou Fei dipancari keyakinan: "Sama sekali tak ada yang bisa dibantah. Tunggu saja sampai kalian bertemu dengannnya, baru tahu kekuatannya benar-benar mengejutkan."
"Kakak Huang Yu, kakakmu benar-benar hebat." Gadis bergaun ungu itu berkata dengan wajah berseri.
Hou Fei tersenyum puas: "Tentu saja. Lihatlah siapa Huang Yu ini." Selama bertahun-tahun meninggalkan Purple Mystic Mansion, sejak bertemu sepasang saudari ini, Hou Fei terus-menerus membuntuti mereka. Kedua wanita itu pun tidak mengusirnya.
‘Hou Fei’‘Hei Yu’‘Qin Yu’ Ketiga nama ini, karena hubungan pribadi Qin Yu, telah diketahui banyak orang di alam Dewa. Ditambah alasan tersembunyi di dasar hati Hou Fei, dia sengaja menggunakan nama samaran 'Ikan Kuning'.
Awalnya, dia ingin menggunakan nama 'Bulu Kuning' agar sesuai dengan Qin Yu dan Hei Yu. Tapi kedua gadis ini hanya memanggilnya Ikan Kuning. Akhirnya Hou Fei pun terpaksa menerima panggilan 'Ikan Kuning'.
"Mei Zi Xia, jangan tertipu oleh bajingan bermulut manis ini. Menurutku 90% yang dia katakan pasti berlebihan. Kalau kakaknya benar-benar hebat, pasti Pemimpin Istana kami sudah tahu namanya. Ikan Kecil, sebutkan nama kakakmu!" kata gadis berbaju merah yang tetap menjaga ekspresi dinginnya.
"Hong Yun, Zi Xia, kakakku sudah bilang padaku untuk tidak menyombongkan namanya. Aku juga sudah bersumpah, tidak akan mengandalkan kakak, tapi mengandalkan kemampuanku sendiri!" Hou Fei menegakkan kepala dengan penuh keyakinan.
“Kriiieeekkk, cukup percaya diri ya.” kata Hongyun.
Zishan mendorong lembut Hongyun: "Kakak Hongyun, jangan begitu. Kakak Huang Yu memang cukup mumpuni. Beberapa hari lalu, dia dengan mudah mengalahkan seorang Dewa Bagian Bawah."
"Dewa Bagian Bawah apa artinya? Kalau mumpuni, kalahkan Dewa Bagian Atas untuk kami lihat." Hongyun sama sekali tidak gentar, "Dewa Bagian Atas pun hanya sekadar dewa biasa. Kapan bisa mencapai tingkat Raja Dewa? Saat itu, aku Hongyun pasti akan mendongak memandimu si Huang Yu kecil ini. Huang Yu kecil, apa kau sudah mencapai tingkat Raja Dewa?"
Hou Fei seketika pasrah.
"Belum." jawab Hou Fei lemas tak bertenaga, lalu matanya berbinar, "Tapi suatu hari nanti pasti akan kucapai tingkat Raja Dewa!"
"Suatu hari nanti? Omongan itu semua orang bisa bilang." Hongyun meremehkan.
Dalam hati Hou Fei mengumpati Hongyun, tapi tak berani memperlihatkannya di wajah. Sejak pertama kali melihat Zixia, dia sudah menyukai gadis imut ini. Hanya Hongyun ini...
"Dingin seperti tongkat es. Kalau bukan demi Zi Xia-ku, apa aku akan bertahan? Sudah menghantam pakai tongkat dari tadi." Hou Fei bergumam dalam hati.
"Xiao Huangyu, kami mau makan. Aturkan makanan yang kami suka - aku dan adik Zi Xia." Hong Yun menunjuk hotel di depan dengan nada tegas.
Hou Fei segera menjawab: "Tunggu sebentar." Ia bergegas masuk ke hotel, diikuti Hong Yun dan Zi Xia yang melangkah masuk bersama.
"Sup Biji Teratai Naga Perak, Ikan Kuning Tim Putih Giok..." Hou Fei dengan mahir memesan deretan hidangan.
Hong Yun duduk dengan wajahnya masih dingin, sesekali melirik ke arah Hou Fei. Sementara Zi Xia tak henti memandang Hou Fei, matanya dipenuhi sukacita.
“Fei Fei, anakku dan Kakak Lier segera akan lahir. Mungkinkah kau masih belum mau pulang?” Suara itu tiba-tiba bergema dalam benak Hou Fei.
Hou Fei tertegun, terdiam sejenak.
Lalu wajahnya dipenuhi kegilaan sukacita, namun seketika berubah pasrah memandangi Zi Xia. Dia tak rela meninggalkan Zi Xia, tapi putra kakaknya sendiri sudah hendak lahir.
“Zi Xia, Hong Yun, aku harus pulang dulu.” Hou Fei berkata dengan wajah pasrah. Zi Xia dan Hong Yun sama-sama terpaku.
