"Untuk saat ini Ayah belum bisa mengalahkan Mahadewa. Tapi saat kau dewasa nanti, Ayah pasti sudah bisa." Jawab Qin Yu.
"Oh..." Qin Si mengangguk penuh pertimbangan, tiba-tiba berseru girang, "Ayah kan punya cara mempercepat pertumbuhanku? Cepatlah buat aku besar! Kalau aku sudah dewasa, Ayah pasti bisa mengalahkan Mahadewa!"
Qin Yu tertegun sejenak, lalu tak bisa menahan tawa getir.
Qin Yu sebenarnya bisa menggunakan 'percepatan waktu' untuk membuat Qin Si cepat besar. Hanya saja perkembangan alam semesta tidak bisa dipercepat dengan 'percepatan waktu'.
"Ada apa? Ayah, kenapa kau tertawa? Apakah metodenya tidak bagus?" Qin Si menatap Qin Yu dengan curiga.
"Tidak, Ayah hanya senang," kata Qin Yu sambil tersenyum. "Xiao Si, beberapa hari lagi Ayah akan mengadakan perayaan '100 hari' untukmu. Nanti Kakek Jiang dan yang lain akan memberi hadiah padamu." Qin Yu mengusap hidung kecil Qin Si.
"Hadiah?"
Matanya berbinar.
"Ayah, bagaimana kalau kita sering-sering mengadakan acara ulang tahun?" Qin Si berkata dengan licik. "Kemarin ada bulan purnama, sekarang seratus hari, nanti setengah tahun, sembilan bulan, setahun..."
Qin Yu antara ingin tertawa dan menangis.
Qin Yu masih ingat, saat perayaan 'bulan purnama' Qin Si sebelumnya, adegan dimana Qin Si memeluk begitu banyak hadiah. Sangat menggemaskan. Seorang bocah kecil, menggendong hadiah yang lebih tinggi dan banyak dari tubuhnya, berlarian ke segala penjuru. Bagaimana mungkin tidak menggemaskan?
"Xiao Si, perayaan 'bulan purnama' dan 'seratus hari' adalah tradisi kampung halaman Ayah dulu. Mengerti? Setelah tahun ini, hanya ulang tahun yang akan kita rayakan." Qin Yu memberikan bimbingan dengan cermat kepada Qin Si.
……
Di Balai Kosmos Purple Mystic Mansion, wajah-wajah familiar duduk berjajar. Semua tersenyum lebar sementara Qin Si yang mengenakan rompi merah berlarian lincah bagai peri di dalam balai.
"Xiao Si, datanglah ke Kakek." Qin De mengulurkan tangan.
Mata hitam legam Qin Si menatap Qin De sejenak, tapi tak segera mendekat. Ia justru menatap tajam kedua tangan Qin De. Qin De tersenyum, membalikkan telapak tangannya dan mengeluarkan mainan kayu ukir yang dengan gerakan sederhana berubah menjadi mainan terbang.
“Wa.” Qin Si berubah menjadi cahaya merah dan langsung menyambar ke pangkuan Qin De, mengambil mainan kayu ukir itu lalu memainkannya dengan cermat.
Mainan kayu ukir ini dibuat oleh Qin De yang pergi ke dunia immortal, iblis, dan siluman untuk memesan dari pengrajin ahli yang menghabiskan banyak usaha dalam menempa. Bisa berubah bentuk menjadi beberapa jenis mainan, serta dapat terbang, berjalan, dan mengeluarkan suara secara otomatis.
“Kakek, Kakek Jiang, Kakek Yi, Nenek Zuoqiu... Kenapa mereka belum datang?” tanya Qin Si pada Qin De dengan curiga.
Qin De tersenyum: “Tak perlu gugup. Kakek Jiang dan yang lain pergi melihat-lihat sekitar Gunung Mahadewa. Mereka akan segera kembali.”
“Gunung Mahadewa? Bahkan Kakek Jiang suka ke sana? Aku juga ingin lihat.” Qin Si berbisik pelan, matanya yang bulat menatap tajam Qin De. “Kakek, ajak aku, ya?”
Qin De mengusap kepala kecil Qin Si: “Xiao Si, bahkan Kakek sendiri belum pernah ke sana sekali pun. Bagaimana Kakek bisa mengajakmu?”
“Oh...” Qin Si langsung menunduk dengan ekspresi keceva.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dari luar Balai Kosmos. Jiang Lan, Yi Feng, Zuo Qiulin dan yang lainnya masuk, ditemani Qin Yu yang berjalan di samping mereka.
“Haha, aku malah agak menyesal pergi ke Gunung Mahadewa.” Qin Yu tertawa getir sambil berkata.
“Oh, apa yang terjadi?” Qin Feng di dalam auditorium langsung bertanya.
Qin Yu tersenyum menjawab: “Waktu aku menemani Paman Lan ke sana, para Raja Dewa di Gunung Mahadewa langsung panik. Mereka seperti saling berjaga-jaga. Tapi kemudian Paman Lan memberitahu beberapa kenalan bahwa putraku telah lahir. Para Raja Dewa itu satu per satu memberikan hadiah untuk Xiao Si.”
“Hadiah?” Mata Qin Si berbinar. Dengan lincah seperti monyet, ia langsung melompat ke tubuh Qin Yu, memeluk leher ayahnya sambil bergantung: “Ayah, di mana hadiahnya?”
“Turun dulu, nanti Ayah berikan.” Kata Qin Yu.
Qin Si bereaksi sangat cepat, langsung melompat turun dari tubuh Qin Yu dan mundur beberapa langkah sambil menatapnya. Qin Yu segera mengibaskan lengan bajunya, berbagai benda kecil unik langsung muncul di depan Qin Si.
Hadiah untuk Qin Si kebanyakan berupa konsep baru yang menarik dan menyenangkan. Sebagian besar tidak terlalu berharga, paling banter hanya Hongmeng Lingbao kelas tiga. Namun benda semacam ini memang cocok untuk anak-anak.
"Wah." Mata Qin Si langsung membelalak lebar, bola mata hitam legamnya dipenuhi cahaya kejutan.
Pesta pora mewah berlangsung sangat meriah.
Qin Yu dan Jiang Li memandangi pertunjukan lucu putra mereka sambil tersenyum menyipitkan mata. Namun setelah beberapa saat ribut, Qin Si langsung lari ke pelukan Jiang Li dan tertidur.
"Xiao Yu, kami bertiga sudah siap. Tiga hari lagi akan menuju Gunung Mahadewa sampai bagian pertama Pusaka Mahadewa muncul," kata Jiang Lan pada Qin Yu.
“Segitu mendesak? Bukannya masih lama ya?” Qin Yu terlihat curiga. Bagaimanapun prasasti mengambang itu mencatat 'sekitar sepuluh tahun', tapi saat ini bahkan belum setahun. Buat apa buru-buru ke sana, bukankah cuma membuang waktu?
Jiang Lan menggelengkan kepala: "Tidak. Tidakkah kau perhatikan saat pengamatan kemarin, pertarungan diam-diam di sana sudah sangat sengit? Kami harus segera berangkat untuk membangun hubungan baik dengan beberapa pihak. Jika tidak, di akhir nanti, bahkan seandainya kami mendapat kesempatan meraih satu dari tiga bagian Pusaka Mahadewa, mungkin semua Raja Dewa akan mengepung kami."
Yi Feng juga mengangguk pada Qin Yu: "Qin Yu, kau pasti ingat 'Sangkar Penjara Raja Dewa' dan 'Jalur Relief'. Sangkar Penjara Raja Dewa menyelubungi seluruh Gunung Mahadewa, memaksa semua Raja Dewa hanya bisa keluar melalui 'Jalur Relief'. Pintu masuk Jalur Relief itu sempit. Cukup satu orang menyela, yang lain harus mengalahkannya secara frontal untuk menerobos. Jika nanti Dewa Xiu Luo yang menghadang pintu, meski kami berhasil mendapatkan satu dari tiga bagian Pusaka Mahadewa, mungkin takkan bisa membawanya pergi."
Qin Yu menganggukkan kepala.
Gunung Mahadewa bagaikan sangkar penjara, setelah memasukinya hanya bisa keluar melalui jalur relief.
Jalur relief sepanjang 10.000 meter itu melarang penerbangan dan lompatan ruang. Cukup satu orang dengan kekuatan memadai menyekatnya, maka tak seorang pun bisa lolos.
"Karena itu, kita harus lebih dulu merangkul aliansi dan membangun hubungan baik untuk persiapan perebutan akhir," ujar Jiang Lan.
Pusaka Mahadewa terbagi tiga bagian, bukan satu kesatuan utuh. Hal ini mencegah pertarungan hidup-mati instan hanya untuk satu bagian.
"Baik." Qin Yu mengangguk lagi.
Di saat bersamaan, dalam hati Qin Yu telah memutuskan: saat Paman Lan pergi ke Gunung Mahadewa, ia akan menggunakan kekuatan ruang alam semesta barunya untuk mengamati interior gunung tersebut melalui jalur relief.
Kekuatan ruang alam semesta baru tidak bisa menyentuh Cauldron Ibu Pusaka Spiritual, tidak bisa menyentuh lempengan batu yang mengambang, juga tidak bisa menembus 'Sangkar Raja Dewa'. Sedangkan jalur relief yang terus terbuka, kekuatan ruang Qin Yu masih bisa menginfiltrasi dengan sangat mudah.
……
Setelah pesta pora mewah itu bubar, semua orang meninggalkan Balai Kosmos. Qin Yu dan Jiang Li berjalan berdampingan menuju tempat tinggal mereka, dengan Jiang Li masih menggendong Qin Si yang tertidur.
"Qin Yu."
Tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar terdengar.
"Suara ini... aku kenal..." Jantung Qin Yu berdebar kencang. Ia teringat suara itu adalah suara pemuda berambut perak bermata perak yang dulu memberinya tiga pusaka Hong Meng kelas satu.
Qin Yu segera menoleh, diikuti Jiang Li yang juga memutar pandangannya.
Terlihat seorang pemuda berambut perak bermata perak tersenyum memandang Qin Yu, dengan tiga tanduk hitam bagaikan mahkota bulu menjulang di belakang kepalanya.
“Halo.” Pemuda berambut perak dan bermata perak itu sedikit membungkuk ke arah Qin Yu sambil berkata, “Sebelumnya atas nama Guru, aku telah memberimu tiga hadiah. Kini kau benar-benar telah menikah dan memiliki anak, Qin Yu.”
Qin Yu mengenang momen itu dengan perasaan penuh kekaguman dan kekhawatiran.
Dari kejadian tahun itu hingga kini, baru berapa lama. Tapi perubahan diriku sungguh luar biasa. Aku kabur bersama Jiang Li, sepenuhnya berseteru dengan para Maharaja Suci. Hingga akhirnya berdiri tegak di Dewa dengan kekuatan yang tak tertandingi.
“Terima kasih. Aku tidak tahu... Sampai sekarang aku belum tahu namamu.” Qin Yu segera menyahut.
“Kau boleh memanggilku... Kregg!” Pemuda berambut perak itu tersenyum.
“Kregg? Nama itu cukup unik.” Qin Yu tersenyum tipis.
Pemuda bermata perak itu tertawa kecil, “Dibandingkan nama-nama orang di Dewa, namaku memang agak spesial. Hari ini aku datang karena sebentar lagi Guru akan hadir secara langsung untuk memberi selamat atas pernikahan besarmu dan kelahiran putramu.”
“Gurumu?” Dada Qin Yu berkedut.
Kekuatan pemuda berambut perak bermata perak ini, bahkan hingga saat ini, Qin Yu tetap tak mampu mengukur. Bahkan Dewa Xiu Luo di hadapannya pun tak akan memberinya perasaan seperti ini. Lalu bagaimana dengan guru si pemuda ini?
“Guru sempat sibuk menangani hal penting beberapa waktu lalu, jadi tidak sempat datang saat pernikahanmu. Awalnya rencananya akan datang saat putramu berusia 100 hari, tapi sepertinya sekarang bahkan 100 hari pun takkan cukup. Tunggu sebentar, Guru akan segera tiba.” Pemuda itu tersenyum. Seandainya Mahadewa Hukuman Guntur melihat 'Mahadewa Piao Yu' yang dingin dan tak berperasaan berbicara seperti ini, pastinya matanya akan melotot terkejut.
